Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
HAMKA
(14.023.63.201.068)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat taufiq
serta hidayah-Nya, terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga
penulis dapat menyeselaikan makalah dengan judul REFORMASI
ADMINISTRASI
Hamka
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah selesai perang kemerdekaan, yaitu pada tahun 1951, dimulailah usaha
usaha pengembangan pengembangan administras Negara karena dipengaruhi
semakin besarnya peranan pemerintah dalam sektor kehidupan masyarakat Indonesia
yang sudah merdeka. Rekruitmen Pegawai Negreri banyak dipengaruhi oleh
pertimbangan spoil system seperti factor nepotisme dan patronage seperti hubungan
keluarga, suku, daerah dan sebagainya. Dilain pihak mlai didasari perlunya peningkatan
efisiensi administrasi pemerintah, kemudian berkembang usaha usaha perencanaan
program di sector tertentu dan akhirnya mengarah ke perencanaan pembangunan
ekonomi daan social. Administrasi Negara yang ada pada waktu itu dirasakan sudah
tidak mampu memenuhi kebutuhan pembangunan nasional karena terkait oleh berbagai
ketentuan peundangan yang berlaku, yang mendesain administrasi Negara hanya
untuk rutin pelayanan masyarakat.
PEMBAHASAN
Pada masa pemerintahan Habibie lebih condong ke paradigm Weberian, hal ini
dapat dilihat dari aturan yang dikeluarkan oleh Habibie sangat jelas, yaitu hak politik
bagi pegawai negeri sipil tidak ditentukan oleh undang undang, tapi oleh
keputusan yang dikeluarkan Habibie.
Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto akibat
salah urus pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan
disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh
kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas
pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional
dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga
membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan
berpendapat dan kegiatan organisasi.
Sebagai orang yang melemparkan visi dan wacana demokrasi, pluralism, hak
asasi manusia, anti militerisme, dan kebebasan perskepda masyarakat. Gusdur tak
punya cukup waktu untuk merealisasikan visi dan wacanademokrasi dari kursi
kepresidenan. Awal awal demokratisasi semua banyak dilakukan oleh Gus dur
dan sesudahnya sudah menjadi tanggumg jawab seluruh masyarakat untuk
memelihara demokratisasidan pluralisme . Pada masa pemerintah Gusdur lebih
condong ke Demokratisasi.
Hal ini sebagaimana kita lihat dalam praktek administrasi pada era reformasi.
Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia tahun 1997 menjadi pendorong perubahan
besar dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Melalui Tap MPR no XV Tentang
Pokok Pokok reformasi pemerintah era reformasi dituntut untuk melakukan
penataan untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis dan bersih dari KKN.
Perubahan tersebut secara formal dituangkan dalam empat perubahan
(amandemen) UUD 1945. Hasil dari amandemen tersebut merubah secara
mendasar sistem pemerintahan di Indonesia. perubahan penting yang perlu dicatat
dalam hal ini adalah. Pertama, perubahan kedudukan MPR yang bukan lagi menjadi
Lembaga Tertinggi Negara. Sebelumnya MPR merupakan lembaga tertinggi negara
yang mewakil seluruh komponen bangsa baik dari kelompok poliik, daerah dan
fungsional. Berakhirnya kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara diikuti
dengan perubahan Presiden yang bukan lagi menjadi mandataris MPR, tetapi
merupakan Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara yang dipilih langsung oleh
rakyat. Perubahan tersebut dimaksud untuk menciptakan sistem check and
balance.Kedua, perubahan amandemen IV mendorong terciptanya sistem yang
terdesentralisir. Pada desain UUD 1945 naskah asli, disebutkan bahwa di tangan
Presiden terkonsentrasikan seluruh kekeuasaan dalam penyelenggaraan
pemerintaha concentration of power upon presiden. Namun dengan amandemen ke
IV, pemerintahan menjadi terdesentralisir. Hal ini terlihat dari pembatasan
kekuasaan presiden..yang harus berbagai kekuasaan dengan DPR dan berbagai
lembaga negara lainnya. Pada tataran hubungan pusat daerah, amandemen
konstitusi mengatur pemberian otonomi yang luas kepada daerah. Amandemen IV
menciptakan konfigurasi sistem administrasi yang terdesentralisir sebagai sarana
untuk menjamin terselenggaranya demokrasi. Upaya penguatan sistem
keseimbangan kekuasaan juga dilkaukan dalam hubungan antara negara dan
rakyat. Hal ini terlihat dari sembilan pasal tambahan yang mengatur khusus tentang
perlindungan hak asasi manusia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Salah satu isu menonjol yang mengemuka saat ini ialah ketika reformasi politik dan
reformasi sektor keamanan sedang bergulir, birokrasi justru tidak mengalami reformasi.
Secara umum reformasi birokrasi mencakup tiga hal, yaitu reformasi administratif
(administrative reform), akuntabilitas dan efisiensi. Salah satu penekanan dalam penulisan
mengenai administrasi adalah adanya tuntutan untuk inovasi, kreativitas
dan responsiveness pada perubahan-perubahan kebutuhan di antara para administrator.
Model tua yang netral dari sistem administrasi mengasumsikan bahwa perubahan-
perubahan yang tidak reguler kadang-kadang diinjeksikan ke dalam sistem administrasi
oleh politisi yang menginginkan agar perubahan-perubahan khusus diimplementasikan.
Namun, kini administrasi sendiri diharapkan terlibat dalam pembaruan diri secara terus
menerus (continual self-renewal). Birokrasi atau administrasi negara harus menjadi
proaktif daripada reaktif mengantisipasi masalah yang akan muncul daripada meresponnya,
apakah persoalan itu muncul di perkotaan atau di pedesaan, apakah itu bersifat sosial,
ekonomi, budaya atau kah pertahanan.
Birokrasi pemerintahan membutuhkan perbaikan (improvement) terus menerus
dari dalam dirinya daripada reformasi (reform) yang diinjeksikan dari luar dirinya
agar dapat diandalkan (reliable) dan dewasa/matang (mature). Ini terkait dengan
sifat birokrasi yang strukturnya amat hirarki dan mempromosikan konformitas.
Birokrasi juga memiliki sifat konservatif dan karena itu reformasi administratifnya
membutuhkan proses yang lambat.