Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
DASAR TEORI
A. Batubara
1. Definisi Batubara
Batubara merupakan batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk
dari endapan senyawa organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan
terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen, oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui
dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus empiris seperti
C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Gambar 1. Batubara
2. Faktor-Faktor Pembentukan Batubara
a. Posisi Geotektonik
Posisi geotektonik adalah suatu tempat yang keberadaanya
dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan
cekungan batubara, posisi tektonik merupakan faktor yang dominan.
Posisi ini akan mempengaruhi iklim lokal dan morfologi cekungan
pengendapan batubara maupun kecepatan penurunanya. Pada fase
terakhir, posisi geotektonik mempengaruhi proses metamorfosa organik
2
biokimia yang berakibat keluarnya air (H2O) dan sbagian unsur karbon
akan hilang dan terbentuk karbon karbon dioksida (CO2), karbon
monoksida (CO) dan methan (CH4). Akibat pelepasan unsur atau senyawa
tersebut jumlah relatif unsur karbon akan bertambah. Kecepatan
pembentukan gambut bergantung pada kecepatan perkembangan
tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan tertutup oleh air
dengan cepat, maka akan terhindar oleh proses pembusukan, tetapi
proses desintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan
yang telah mati terlalu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan
pembentukan gambut akan berkurang, sehingga hanya bagian keras saja
tertinggal yang menyulitkan penguraian oleh mikrobiologi.
h. Sejarah Sesudah Pengendapan
Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisis
geotektonik yang mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan
batubara. Secara singkat terjadi proses geokimia dan metamorfosa
organik setelah pengendapan gambut. Disamping itu sejarah geologi
endapan endapan baatubara bertanggug jawab terhadap terbentuknya
stuktur cekungan batubara, berupa perlipatan, persesaran, intrusi
magmatik dan sebagainya.
i. Stuktur Cekungan Batubara
Terbentuknya batubara pada cekungan batubara pada umumnya
mengalami deformasi oleh gaya tektonik, yang akan menghasilkan
lapisan batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Disamping itu adanya
erosi yang intensif menyebabkan bentuk lapisan batubara tidak menerus.
j. Metamorfosa Organik
Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan
atau penguburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi
biokimia tidak berperan lagi tetap lebih didominasi oleh proses
dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadinya perubahan gambut
5
d. Geotektonik
Lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik
kemudian mengalami perlipatan dan patahan. Selain gaya tektonik
aktif dapat menimbulkan intrusi dari magma yang akan mengubah
batubara low grade menjadi high grade, maka zona batubara yang
terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
e. Erosi
Lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik yang berupa
pengangkatan kemudian mengalami erosi sehingga permukaan
batubara yang ada menjadi terkelupas dan akan terlihat muncul pada
permukaannya. Pelapisan batubara inilah yang akan ditemukan dan
dieksplorasi serta dalam kondisi ekonomis dieksploitasi pada saat ini.
5. Proses Pembentukkan Batubara
Terdapat dua tahapan proses pembentukan batubara diantaranya yaitu:
a. Penggambutan (Peatification)
Pada proses penggambutan terjadi perubahan yang disebabkan
oleh makhluk hidup, atau disebut dengan proses biokimia. Pada proses
biokimia, sisa-sisa tumbuhan atau pohon-pohonan kuno yang tumbang itu
terakumulasi dan tersimpan dalam lingkungan bebas oksigen (anaerobik)
di daerah rawa dengan sistem drainase (drainage system) yang jelek,
dimana material tersebut selalu terendam beberapa inchi di bawah muka
air rawa. Pada proses ini material tumbuhan akan mengalami
pembusukan, tetapi tidak terlapukan. Material yang terbusukkan akan
melepaskan unsur-unsur hidrogen (H), Nitrogen (N), Oksigen (O), dan
Karbon (C) dalam bentuk senyawa-senyawa: CO2, H2O, dan NH3 untuk
menjadi humus. Selanjutnya bakteri-bakteri anaerobik serta fungi
merubah material tadi menjadi gambut (peat).
10
b. Pembatubaraan (Coalification)
Proses pembatubaraan (coalification) ini disebut juga dengan proses
geokimia, terjadi proses diagenesis dari komponen-komponen organik
yang terdapat pada gambut. Peristiwa diagenesis ini menyebabkan
naiknya temperatur dalam gambut itu. Dengan semakin tebalnya
timbunan tanah yang terbawa air, yang menimbun material gambut
tersebut, terjadi pula peningkatan tekanan. Kombinasi dari adanya proses
biokimia, proses kimia, dan proses fisika, yakni berupa tekanan oleh
material penutup gambut itu, dalam jangka waktu geologi yang panjang,
gambut akan berubah menjadi batubara. Akibat dari proses ini terjadi
peningkatan persentase kandungan Karbon (C), sedangkan kandungan
Hidrogen (H) dan Oksigen (O) akan menjadi menurun, sehingga
dihasilkan batubara dalam berbagai tingkat mutu.
Gambar 4. Coalification
6. Klasifikasi Batubara
Adapun jenis Batubara dari yang paling tinggi ke paling rendah yaitu:
a. Meta Antrasit
Meta antrasit selanjutnya akan berubah menjadi grafit (graphite).
Peristiwa perubahan atrasit menjadi grafit disebut dengan penggrafitan
(graphitization).
11
b. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%, dengan ciri-cirinya seperti: Warna hitam
mengkilap, Material terkompaksi dengan kuat, Mempunyai kandungan air
rendah, Mempunyai kandungan karbon padat tinggi, Mempunyai
kandungan karbon terbang rendah, Relatif sulit teroksidasi, Nilai panas
yang dihasilkan tinggi.
c. Bituminus mengandung 68 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-
10% dari beratnya. Bituminus juga mengalami proses kimia dan fisika,
sehingga batubara itu semakin padat, kandungan karbon semakin tinggi,
menyebabkan warna semakin hitam mengkilat.
d. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus, dengan ciri-cirinya seperti: Warna hitam, Material
sudah terkompaksi, Mempunyai kandungan air sedang, Mempunyai
kandungan karbon padat sedang, Mempunyai kandungan karbon terbang
sedang, Sifat oksidasi rnenengah, Nilai panas yang dihasilkan sedang.
e. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya, dengan ciri-cirinya seperti: Warna
kecoklatan, Material terkornpaksi namun sangat rapuh, Mempunyai
kandungan air yang tinggi, Mempunyai kandungan karbon padat rendah,
Mempunyai kandungan karbon terbang tinggi, Mudah teroksidasi, Nilai
panas yang dihasilkan rendah.
f. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori
yang paling rendah, dengan ciri-cirinya seperti: Warna coklat, Material
belum terkompaksi, Mernpunyai kandungan air yang sangat tinggi,
Mempunvai kandungan karbon padat sangat rendah, Mempunyal
kandungan karbon terbang sangat tinggi, Sangat mudah teroksidasi, Nilai
panas yang dihasilkan amat rendah.
12
7. Kualitas Batubara
Parameter-parameter dalam pembentukan batubara sangat berpengaruh
terhadap bentuk maupun kualitas dari lapisan batubara. Beberapa Parameter
yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :
a. Kandungan Air (moinsture)
Kandungan air ini dapat dibedakan atas kandungan air bebas (free
moisture), kandungan air bawaan (inhern moinsture) dan kandungan air
total (total moisture). Free Moisture/Air Permukaan: Moisture yang
datang dari luar, yaitu pada waktu batubara ditambang, diangkut atau
kehujanan. Moisture ini dapat dihilangkan dengan jalan diangin-anginkan
atau dikering udarakan. Inhern Moisture : air yang terikat secara kimiawi
di dalam batubara itu sendiri, pada kondisi humit dan temperatur tertentu.
Moisture ini hanya dapat dihilangkan bila batubara dipanaskan pada suhu
1100C kurun waktu tertentu. Total Moisture adalah total kandungan air
yang terdapat pada batubara yang berasal dari Free Moisture dan inhern
Moisture. Kandungan air ini banyak pengaruhnya pada pengangkutan,
penanganan, penggerusan maupun pada pembakaran.
b. Zat Terbang (Volatile Matter)
Kandungan zat terbang sangat erat kaitannya dengan kelas batubara
tersebut, makin tinggi kandungan zat terbang makin rendah kelasnya.
Pada pembakaran batubara, maka kandungan zat terbang yang tinggi akan
lebih mempercepat pembakaran karbon padatnya dan sebaliknya zat
terbang yang rendah lebih mempersukar proses pembakaran. Apabila
kadar zat terbang lebih tinggi dari yang telah ditentukan, maka prosesnya
pada alat penggilingan akan terjadi kebakaran kecil dan terbentuknya
panas yang dapat menyebabkan kerusakan pada pipa pengeluaran dari
alat tersebut. Hal ini akan memerlukan waktu untuk perbaikan dan
akhirnya akan menurunkan daya kerja dari pabrik. Salah satu efek
13
samping pada batubara Volatile Matter tinggi, pada stock pile akan
mudah terbakar dan teroksidasi.
Volatile matter/zat terbang: terdiri dari Hidrogen, Oksigen,
Nitrogen, Belerang, Karbon Monoksida dan Metana. Senyawa ini akan
keluar dari senyawa batubara, jika dipanaskan pada suhu tertentu. Fixed
Carbon merupakan sisa karbon padat dari hasil pemanasan batubara pada
suhu tertentu setelah seluruh zat terbangnya habis keluar. Volatile
Mineral Matter merupakan zat terbang yang akan keluar membentuk gas
karbon dioksida (dari karbonat-karbonat), belerang (dari pirit) dan air
yang menguap dari lempung.
c. Kandungan Abu (ash)
Abu merupakan Sisa pembakaran dari batubara yang tidak habis
dibakar pada suhu tertentu yang terdiri dari asam, Basa dan Mineral.
Unsur asam, Basa dan Mineral, yang terbanyak adalam batubara
umumnya Kaolin, Lempung, Pirit dan Kalsit serta Silicon, Oksida,
Oksida-oksida Aluminium, Besi dan Kalsium. Kemudian menyusul
senyawa-senyawa Magnesium, Natrium, Kalium, Mangan dan Fosfor
serta Titanium.
Selain kualitas yang akan mempengaruhi penanganannya, baik fly
ash maupun bottom ash tetapi juga komposisinya akan mempengaruhi
pemanfaatannya dan juga titik leleh yang dapat menimbulkan fouling
pada pipa-pipa boiler atau dinding tanur, erosi pembentukan dan menutup
pipa (heat transfer). Hal hal ini kandungan Na2O dalam abu sangat
mempengaruhi titik leleh abu. Abu ini dapat dihasilkan dari pengotor
bawaan (inhern impurities) maupun pengotor sebagai hasil
penambangannya. Komposisi abu seyogyanya diketahui dengan baik
untuk kemungkinan pemanfaatannya sebagai bahan bangunan atau
keramik dan penggulangannya terhadap masalah lingkungan yang dapat
ditimbulkankannya.
14
g. Analisa Ultimate
Pada perancang ketel selalu memperhatikan analisa ultimate dari
batubara, yaitu analisa karbon oksigen, hydrogen, nitrogen, belerang
dalam basis dry ashed free basis. Berdasarkan data tersebut dapat
dihitung kebutuhan udara dan aliran gas untuk mencapai pembakaran
sempurna, yaitu menentukan jenis dan kapasitas dari kipas angin dan
pemanas udara. Dan juga dapat memperkirakan kehilangan hembusan,
ukuran, jarak dan geometri dari permukaan pemanasan ( heating surface )
h. Sifat Caking dan Coking
Kedua sifat tersebut ditunjukkan oleh Nilai Muai bebas (free swelling
Index) dan harga dilatasi, terutama memberikan gambaran sifat fisik
pelunakan batubara pada pemanasannya.
8. Manfaat Batubara
Sebagai sumber daya dari alam batubara bisa dimanfaatkan dengan baik oleh
para manusia, diantaranya adalah :
a. Pemasok bahan bakar yang potensial dan dapat dihandalkan untuk
rumah tangga dan industri kecil.
b. Sumberdaya energi yang mampu menyuplai dalam jangka panjang /
PLTU.
c. Pengganti BBM/Kayu Bakar Dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga.
d. Merupakan tempat penyerapan tenaga kerja yang cukup berarti baik di
pabrik briketnya, distributor, industri tungku, dan mesin briket dsbnya.
e. Merupakan bahan bakar yang harganya terjangkau bagi masyarakat
pada daerah-daerah terpencil.
f. Memberikan sumber pendapatan kepada penyuplai bahan baku briket
seperti batubara, tanah liat, kapur, serbuk biomas, dsbnya.
g. Sebagai wadah pengalihan teknologi dan keterampilan bagi tenaga kerja
Indonesia baik langsung maupun tidak langsung.
16
geologi dan atau kadar tidak terverifikasi. Hal ini didasarkan pada informasi
yang dikumpulkan melalui teknik yang sesuai dari lokasi seperti singkapan,
parit, lubang, kerja dan lubang bor yang mungkin terbatas atau
ketidakpastian kualitas.
3. Sumberdaya batubara terindikasi (indicated coal resource) adalah bagian
dari sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik, kadar,
dan kandungan mineral dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang
wajar atau sedang (tahap eksplorasi pendahuluan). Hal ini didasarkan atas
informasi eksplorasi, sampling, dan pengujian melalui teknik yang tepat dari
lokasi seperti singkapan, parit, pit, dan lubang bor. Lokasi berjarak terlalu
luas untuk mengetahui kondisi geologi atau kontinuitas kadar, tapi memiliki
jarak yang cukup untuk bisa mengasumsikan kekontinuitasan.
4. Sumberdaya batubara terukur (measured coal resource) adalah bagian dari
sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk fisik, karakteristik, kadar,
dan kandungan mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan
yang tinggi (tahap eksplorasi rinci). Hal ini didasarkan pada eksplorasi rinci
dan dapat diandalkan, sampling dan pengujian informasi yang dikumpulkan
melalui teknik yang sesuai dari lokasi seperti singkapan, parit, lubang, kerja
dan lubang bor. Lokasi berjarak cukup dekat untuk mengkonfirmasi
kontinuitas geologi dan kadar.
5. Cadangan batubara terkira (probable coal reserve): Sumberdaya batubara
terindikasi dan sebagian sumberdaya terukur, tetapi berdasarkan kajian
kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan
dapat dilakukan secara layak. Penilaian yang sesuai dan studi telah dilakukan
mencakup pertimbangan dan faktor modifikasi (modifying factors) yaitu
penambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial,
dan kebijakan pemerintahan
6. Cadangan batubara terbukti (proved coal reserve): Sumberdaya batubaa
terukur yang berdasarkan kajian kelayakkan semua faktor yang terkait telah
18
D. Perhitungan Sumberdaya
Perhitungan sumber daya bermanfaat untuk hal-hal berikut ini:
1. Memberikan besaran kuantitas (tonase) dan kualitas terhadap suatu endapan
bahan galian.
2. Memberikan perkiraan bentuk 3-dimensi dari endapan bahan galian serta
distribusi ruang (spasial) dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan
urutan/ tahap penambangan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
pemilihan peralatan dan NPV (net present value).
3. Jumlah sumberdaya menentuakan umur tambang. Hal ini penting dalam
perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan infrastruktur lainnya.
22
digunakan sebagai data tambahan yang penting dalam mitigasi bencana geologi
dan pengelolaan sumber daya alam, sebagai contoh dalam industri minyak dan
gas bumi, pemodelan reservior yang realistik sangat dibutuhkan sebagai input
dalam program simulasi dan memprediksi respon batuan dalam proses ekspolasi,
karena kesalahan yang terjadi pada saat eksplorasi dapat menghambat produksi
hidrokarbon. Penggunaan model geologi dan simulasi reservoir memberikan
memberikan kesempatan bagi ahli geologi untuk mengidentifikasi daerah yang
potensial dan ekonomis dengan lebih baik.
Formasi geologi dalalm bentuk dua dimensi dibentuk oleh poligon-poligon
yang mempresentasikan patahan ataupun ketidakselarasan dan dibatasi oleh
permukaan yang sudah di grid. Pemodelan geologi dengan menggunakan metode
geostatistik merupakan bagian terpenting dari pemodelan geologi. Teknik yang
biasa digunakan secara luas dengan metode ini adalah dengan kriging yang
menggunakan korelasi spasial antar data dan bertujuan untuk membangun
interpolasi via semi-varogram. Untuk mereproduksi varibilitas spasial yang lebih
realsitis dan membantu menilai ketidakpastian antar data, simulasi geostatistik
terkadang digunakan berdasarkan variogram, atau parameter objek geologi.
Kelebihan dari metode pendekatan menggunakan geostatistik adalah
sebagai sarana alternatif untuk mengatasi keterbatasan data dalam pemodelan
geologi. Tujuan dari pemodelan geologi dalam industri minyak bumi ialah untuk
menciptakan model geologi reservoir minyak dan gas bumi. Evaluasi model
geologi merupakan hal yang penting karena model geologi yang kurang tepat
dapat menghambat jalannya produksi. Langkah pertama yang paling penting
dalam merancang pemodelan tersebut ialah menentukan permasalahan dalam
pemodelan tersebut. Tyson (2009) mengatakan bahwa dalam merancang sebuah
model, semakin lengkap data dasar yang dimiliki maka model yang dihasilkan
menjadi lebih spesifik dan lebih banyak model yang harus dibangun dengan
berbagai serta solusinya.
24
Salah satu tujuan umum untuk membangun pemodelan geologi ialah untuk
mendapatkan data volumetrik yang akurat dan menitikberatkan pada tingkat
akurasi yang mendetail dalam bentuk grid sel yang kecil, karena semakin kecil
grid sel maka akan semakin detail pemodelan yang dibuat. Menurut Corbett dan
Jensen (1992), cara terbaik untuk meningkatkan akurasi prediksi volume adalah
dengan membuat model resolusi yang lebih rendah yang berbeda dari konfigurasi
patahan, horizon dan kontak fluida, sedangkan meningkatkan resolusi model
dengan sel yang sangat kecil hanya akan meningkatkan penelitian.
1+2
V=L 2
V = Volume (m3)
BJ = Berat Jenis (ton/m3)
Rumus Prismoida:
V = (S1 + 4M + S2) 6
Keterangan:
S1, S2 = Luas penampang ujung
M = Luas penampang tengah
L = Jarak antara S1, dan S2
V = Volume cadangan
Keterangan:
S1 = Luas penampang atas
S2 = luas penampang alas
L = Jarak ant S1, dan S2
V = Volume cadangan
Gambar 8. Sketsa Perhitungan Volume Endapan
Dengan Rumus Kerucut Terpancung (Metode Penampang)
(1+2 )(2+1)
= 3 [S1 + S2 [ ] (Obelisk)
24
b. Tidak ada batasan yang asti sejauh mana nilai conto mempengaruhi
distribusi ruang.
3. Metode Isoline
Menggunakan kontur, yaitu kurva garis yang menghubungkan titik-
titik dengan nilai yang sama. Metode Isoline atau metode kontur digunakan
untuk endapan dengan kadar dan ketebalan yang berubah-ubah, terutama
untuk endapan dengan tebal dan kadar yang memusat. Metode ini tidak cocok
untuk endapan yang kompleks dan terputus-putus. Rumus yang digunakan
untuk perhitungan umumnya memakai rumus metode penampang.
4. Blok Model
Pemodelan dengan komputer untuk mempresentasikan endapan bahan
galian umumnya dilakukan dengan model blok (block model). Dimensi blok
model tersebut sesuai dengan desain penambangannya, yaitu mempunyai
ukuran yang sama dengan tinggi jenjang. Semua parameter seperti jenis
batuan, kualis=tas batubara, dan topografi dapat dimodelkan dalam bentuk
blok.
Parameter yang mewakili setiap blok yang teratur diperoleh dengan
menggunakan metode penaksiran yang umum yaitu NNP, IDW, atau kriging.
Volume 3 dimensi endapan bahan galian yang akan ditambang dibagi
ke dalam unit unit yang lebih kecil (blok/unit penambangan terkecil).
Dalam kerangka model blok inilah semua tahapan pekerjaan dilakukan, mulai
dari penaksiran kadar, erancangan batas penambangan hingga ke perncanaan
tambang jangka panjang dan jangka pendek.
31
9), atau dengan kata lain titik (blok) terdekat memberikan nilai
pembobotan satu untuk titik yang ditaksir, sedangkan titik (blok) yang
lebih jauh memberikan nilai pembobotan nol (tidak mempunyai
pengaruh).
Metoda ini merupakan suatu cara penaksiran yang telah
memperhitungkan adanya hubungan letak ruang (jarak), merupakan
kombinasi linier atau harga rata-rata tertimbang (weighting average) dari
titik-titik data yang ada di sekitarnya.
Jika d adalah jarak titik yang dittaksir dengan titik data (z), maka faktor
pembobotan (w) adalah:
35
Maka, hasil taksiran (Z*) : Z* = =1 .
Metode seperjarak ini mempunyai batasan. Metode ini hanya
memperhatikan jarak saja dan belum memperhatikan efek
pengelompokan data, sehingga data dengan jarak yang sama namun
mempunyai pola sebaran yang berbeda masih akan memberikan hasil
yang sama. Atau dengan kata lain metode ini belum memberikan korelasi
ruang antara titik data dengan titik data yang lain.
36
5. Kriging
Kriging merupakan analisis data geostatistika yang digunakan yang
mengestimasi besarnya yang mewakili suatu titik yang tidak tersampel
berdasarkan titik-titik tersampel yang berada disekitarnya dengan
mempertimbangkan korelasi spasial yang ada dalam data tersebut.
Keterangan:
S,Si : Vektor lokasi untuk estimasi dan salah satu dari data yang
berdekatan, denyatakan sebagai i
m(s) : Nilai Ekspektasi dari Z(s)
m(si) : Nilai Ekspektasi dari Z(si)
37
i (s) : Nilai Z (si) untuk estimasi lokasi Z(si). Nilai Z(si) yang sama akan
memiliki niali yang berbeda untuk estimasi pada lokasi berbeda.
n : Banyaknya data sampel yang digunakan untuk estimasi.
Estimasi error pada setiap lokasi merupakan perbedaan antara nilai prediksi
(s) dengan nilai sebenarnya (s), yang dinyatakan sebagai berikut:
(s) = (s) Z(s) = =1 () ().............................................2
Tujuan dari krigging adalah menentukan nilai koefisien pembobotan (i)
yang meminimumkan variansi errormya:
2 = var [(s) Z(s)]............................................................................3
Dengan pendekatan tak bias E((s) Z(s)) = 0
Banyak metode yang dapat digunakan dalam metode krigimg namun
berdasarkan asumsi mean yang digunakan maka data dibedakan menjadi tiga
yaitu Simple Kriging, Ordinary Kriging, dan Universal Kriging. Simple Kriging
mengasumsikan bahwa mean konstan dan diketahui. Ordinari Kriging
mengasumsikan bahwa mean konstan dan tidak diketahui, sedangkan Universal
Kriging mengasumsikan bahwa mean tidak konstan dan berubah sesuai lokasi.
Dalam perkembangannya, ketiga metode tersebut menjadi dasar dalam
pengembangan metode kriging seperti: Probability Kriging, Disjungtive Kriging,
Cokriging, Bayessian Kriging, dan Indicator Kriging.
1. Ordinary Krigging(OK)
Metode Ordinary Kriging (OK) merupakan metode estimasi suatu
peubah acak pada suatu titik (lokasi) tertentu dengan mengamati data yng
sejenis dilokasi lain dengan mean data diasumsikan konstan tetapi tisak
diketahui nilainya. Pada metode ordinary kriging, nilai-nilai sampel yang
diketahui dijadikan kombinasi linier untuk menaksir titik-titik disekitar daerah
(lokasi) sampel. Pada ordinary kriging, m(s) merupakan mean dari Z(s) yaitu
m(s) = E(Z(s)), dimana E(Z(s)) = .
38
Pada Cressie (1993: 120) dalam Annisa Nur Alfia (2010) dijelaskan
bahwa ordinary kriging berhubungan dengan prediksi spasial dengan dua
asumsi:
Z(s) = + (s), s D, R dan tak diketahui..............................4
Asumsi Prediksi:
(s) = =1 () dengan =1 [() ()]=1..................5
Dengan: (s) : Nilai error pada Z(s)
n : banyaknya data sampel yang digunakan untuk estimasi
Karena koefisien dari hasil penjumlahan prediksi linier adalah 1 dan
memiliki syarat tak bias maka E((s)) = = E(Z(s)) = Z(s), untuk setiap R
dan karena Z(s) merupakan suatu konstan maka E(Z(s)) = Z(s).
Jika terdapat estimator error, (s), pada setiap lokasi merupakan
perbedaan antara nilai estimasi (s) dengan nilai sebenarnya Z(s), yang
dinyatakan sebagai berikut:
(s) = (s) Z(s)....................................................................6
Dengan menggunakan persamaan (6) dapat dibuktikannbahwa (s)
merupakn estimator tak bias. Akan dibuktikan bahwa (s) merupakan
estimator tak bias:
(s) = (s) Z(s)
E ((S)) = E((s) Z(s))
E((S)) = E((s)) E(Z(s))
Karena E ((S)) = 0, maka diperoleh:
0 = E ((s) E(Z(s))
E((s) = E(Z(s))
(s) = Z(s)
Terbukti bahwa (s) merupakan estimator tak bias dari Z(s).
39
b. Median merupakan nilai tengah dari data yang telah diurutkan. Konsep
median adalah mengurutkan dan membagi data menjadi dua bagian yang
sama besar, kemudian menghitung nilai data yang membagi data menjadi
dua tersebut.
2
Rumus: Me = b + p ( )
Rumus: Xn - Xi
Hubungan yang terjadi antara dua peubah pada analisis statistik bivarian
dinyatakan dengan koefisien korelasi () yang didefinisikan sebagai:
1 n
(xix)(yiy)
2 i=1
=
Selain itu, untuk menggambarkan hasil diagram pencar dapat juga dilihat
melalui nilai kovarians (Cxy) yang didefinisikan sebagai berikut:
1
Cxy = =1( )( )
2
Y = X + b
b = y - x
= Simpangan baku
45
2. SGeMS
Stanford Geostatistik Modeling Software (SGeMS) adalah perangkat
lunak untuk memecahkan masalah yang melibatkan variabel yang
berhubungan dengan data spasial. Pertama kali dikembangkan di Stanford
University. SGeMs dapat mengimplementasikan beberapa algoritma untuk
statistik di beberapa titik. SGeMs memiliki 2 tujuan yaitu:
a. Untuk menyediakan perangkat lunak yang user-friendly yang
menawarkan berbagai macam alat geostatistik dalam visualisasi 3D
interaktif.
b. Untuk merancang sebuah perangkat lunak yang akan memenuhi
kebutuhan listrik-pengguna melalui plugin dan skrip Python.
Graphical User Interface (GUI) dari SGeMs dibagi menjadi 3 bagian utama,
yaitu:
1. Algorithm Panel
Pengguna memilih di panel geostatistik ini untuk menggunakan
tool masukan parameter yang diperlukan. Bagian atas panel yang
menunjukkan daftar algoritma yang tersedia, misalnya kriging,
sekuensial simulasi Gaussian. Ketika suatu algoritma dari daftar yang
dipilih, formulir yang berisi parameter input yang sesuai akan muncul di
bawah daftar tool.
2. Visualization Panel
Satu atau beberapa objek dapat ditampilkan dalam panel ini, misalnya
Sebuah jaringan Cartesian dan satu set poin, di lingkungan 3-D
interaktif. Visualisasi pilihan seperti warna-peta juga diatur dalam Panel
Visualisasi.
3. Command Panel
Panel ini tidak ditampilkan secara default ketika SGeMS dimulai.
Memberikan kemungkinan untuk mengontrol perangkat lunak dari baris
perintah bukan yang dari GUI. Ini menampilkan sejarah semua perintah
50