Anda di halaman 1dari 7

Term Of Reference (TOR)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


Penyusunan Studi Kelayakan Penerangan Jalan

1. LATAR Efisiensi energi didefinisikan sebagai semua metode, teknik


BELAKANG dan prinsip prinsip yang memungkinkan untuk dapat
menghasilkan output yang sama dengan penggunaan energi
lebih sedikit atau mendapatkan output yang lebih besar
dengan jumlah energi yang sama. Efisiensi energi saat ini
menjadi topik yang sangat populer karena kebutuhan dunia
akan energi terus bertambah setiap tahunnya. Dalam hal
regulasi sudah banyak peraturan yang mengamanatkan
melakukan efisiensi energi. Seperti yang tertuang dalam
Undang-Undang No 30 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi, efisiensi
energi adalah tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah
(pusat maupun daerah), swasta, dan masyarakat.
Sebagian besar Pemerintah Daerah menggunakan
lampu penerangan jalan umum (LPJU) dengan lampu
konvensional, padahal saat ini sudah tersedia lampu hemat
energi, misalnya lampu LED (light emitting diode) yang
sangat efisien dimana dapat menghemat sampai dengan 70%.
Agar pemasangan PJU memenuhi syarat standar
teknis, keamanan dan dilaksanakan dengan bertanggung
jawab, maka perlu mengatur tata cara penyelenggaraan PJU.
Penyelenggaraan PJU berdasarkan atas asas manfaat,
pemerataan, efektif dan efisien. Berdasarkan pertimbangan
tersebut di atas, maka perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum dan
Penerangan Jalan Lingkungan. Kota Malang pada tahun 2015
telah membuat aturan tentang penyelenggaraan penerangan
jalan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor
11 Tahun 2015 tentang Penyelenggaran Penerangan Jalan.
Atas dasar itu pemerintah Kota Malang merupakan
salah satu kota yang berkembang ,di Jawa Timur, dengan
Mobilitas masyarakat yang cukup tinggi sehingga lalu lintas
jalan di Kota Malang cukup padat. Keberadaan penerangan
jalan umum (PJU) sebagai sarana penunjang jalan sangat
diperlukan untuk memberikan kenyamanan, keamanan dan
keselamatan pengguna jalan. Keberadaan PJU sangat
berpengaruh pada penggunaan energi listrik. Mengingat
semakin terbatasnya sumber energi untuk menghasilkan
energi listrik, perlu dilakukan suatu langkah mengurangi
konsumsi energi listrik untuk PJU tanpa mengurangi nilai
guna PJU tersebut. Salah satu cara yaitu dengan
menggunakan lampu Hemat energy salah satunya jenis lampu
LED. Disamping itu perlunya pemasangan APP (Kwh meter)
untuk mendapatkan pengukuran konsumsi energy listrik
secara akurat (meterisasi secara menyeluruh)
2. MAKSUD mengelola Penerangan jalan dengan baik dan menerapkan
teknologi Penerangan jalan yang effisien energy
3. TUJUAN Melaksanakan revitalisasi terhadap penerangan jalan melalui
meterisasi dan penggunaan lampu LED
JASA KONSULTANSI STUDI KELAYAKAN PENERANGAN JALAN

4. SASARAN a) Melaksanakan meterisasi terhadap penerangan jalan yang


masih ilegal
b) Melakukan retrofit (penggantian) dari lampu existing
(HPS, Lampu baik Mercuri,CFL) menjadi lampu LED,
yang akan mengurangi biaya energi listrik di kota
Malang.
5. LOKASI Penerangan Jalan yang berada di Kota Malang.
PEKERJAAN
6. SUMBER Sumber pendanaan dari kegiatan Jasa Konsltasi Investasi
PENDANAAN Pemabayaran Rekeneing Penerangan Jalan berasal dari
APBD Kota Malang Tahun Anggaran 2017 dengan kode
anggaran 1.04.1.04.01.18.12 dan pagu anggaran sebesar Rp.
146.110.000,00. (seratus empat puluh enam juta seratus
sepuluh ribu rupiah)
7. JENIS KEGIATAN Jasa Konsultansi Perencanaan
KEGIATAN
8. NAMA DAN Nama PPK : Bambang Setiono, SE. MH
ORGANISASI Organisasi : Dinas Perumahan dan Kawasan
PEJABAT PPK Permukiman
PEMBUAT
KOMITMEN
9. REFERENSI Landasan hukum yang dipergunakan dalam kegiatan ini
HUKUM adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam
lingkungan Provinsi Jawa-Timur, Jawa-Tengah,
Jawa-Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1954;
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
Tentang Pengelolan Barang Milik Negara/Daerah
4. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 11 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Penerangan Jalan;
10. TAHAP A. KAJIAN TEKNIS
PELAKSANAAN a. Kondisi Eksisting
PEKERJAAN Menjelaskan kondisi eksisting Penerangan jalan di
wilayah perencanaan, termasuk diantaranya adalah:
Data inventarisasi Penerangan jalan.
Jenis lampu dan sumber listrik yang digunakan.
Kesesuaian dengan standar pemasangan
Penerangan jalan (jarak, luminasi, pencahayaan,
dan sebagainya).
Kondisi pertumbuhan dan pemeliharaan
Penerangan jalan.
b. Tinjauan Tata Ruang
Tinjauan tata ruang berisikan mengenai kondisi
eksisting dan rencana tata ruang wilayah
perencanaan untuk dikaitkan dengan jenis dan
desain penerangan yang perlu diterapkan sehingga
dapat menerapkan strategi pencapaian pembangunan
Penerangan jalan yang menekankan capaian

1
JASA KONSULTANSI STUDI KELAYAKAN PENERANGAN JALAN

Efisiensi, Optimal, dan Revitalisasi melalui tiga


strategi utama yaitu REHABILITASI,
OPTIMALISASI, DAN EFISIENSI Penerangan
jalan. Beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya
adalah:
struktur tata ruang
titik-titik pusat kegiatan
sistem jaringan transportasi
rencana pengembangan
wilayah-wilayah konservasi/khusus
B. KAJIAN EKONOMI
1. Analisis kondisi eksisting Penerangan jalan
Kebutuhan Penerangan jalan ditentukan
berdasarkan beberapa hal seperti tipe jalan,
kondisi lalu lintas, kondisi geometrik dan
perkerasan jalan, dan lain-lain. Berikut adalah
tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam
melakukan analisis permintaan Penerangan Jalan.
1) Identifikasi tipe jalan yang ditinjau
Tipe jalan yang berbeda membutuhkan
kualitas (intensitas) pencahayaan yang
berbeda sehingga penting untuk diidentifikasi
terlebih dahulu tipe jalan yang ditinjau.
2) Analisis volume lalu lintas eksisting
Analisis volume lalu lintas eksisting
dilakukan dengan melakukan estimasi besar
volume jam puncak pada kondisi eksisting.
Analisis ini digunakan sebagai dasar dalam
menentukan besar kapasitas ruas jalan dalam
hal ini lebar ruas jalan. Analisis lalu lintas
dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu
link-based dan network-based. Proyeksi
disesuaikan dengan metode analisis yang
digunakan.
3) Analisis kapasitas jalan eksisting
Berdasarkan volume lalu lintas eksisting
yang telah diestimasi, kapasitas jalan
dihitung sedemikian rupa agar mampu
mengakomodir besar volume lalu lintas
yang melintas ruas jalan yang ditinjau.
Kapasitas jalan dalam hal ini terutama
lebar jalan merupakan dasar dalam
menentukan kebutuhan titik-titik lampu
penerangan jalan.
4) Evaluasi geometrik jalan eksisting
Disamping lebar ruas jalan, Kondisi
geometrik terutama pada tikungan juga
menentukan kebutuhan titik lampu
penerangan jalan. Seringkali kondisi
geometrik yang ada di lapangan tidak sesuai
dengan standar yang ada sehingga
dibutuhkan penyesuaian kembali.
5) Evaluasi tekstur perkerasan eksisting
Tekstur perkerasan dalam kaitannya dengan
PJU adalah karakteristik pantulan cahaya

2
JASA KONSULTANSI STUDI KELAYAKAN PENERANGAN JALAN

oleh perkerasan jalan. Jika tekstur eksisting


tidak sesuai dengan kebutuhan maka
diperlukan penyesuaian.
6) Analisis aktivitas lain eksisting di sekitar jalan
tinjauan
PJU tidak hanya memberikan penerangan
pada aktifitas lalu lintas melainkan pada
aktifitas lainnya, seperti pejalan kaki, tempat
parkir, dan lain-lain.
7) Evaluasi kesesuaian kebutuhan titik lampu
eksisting
Kebutuhan titik lampu disesuaikan dengan
lebar jalan dan kondisi geometrik. Dengan
menyesuaikan panjang jalan yang ditinjau
dengan standar jarak antar Penerangan jalan
untuk tipe jalan tertentu dengan jenis
Penerangan jalan tertentu maka dapat
diperoleh jumlah titik Penerangan jalan yang
dibutuhkan untuk menerangi ruas jalan yang
ditinjau.
8) Evaluasi kesesuaian kualitas pencahayaan
eksisting
Seringkali kebutuhan kualitas (intensitas)
pencahayaan berbeda dengan kualitas
pencahayaan yang terjadi di lapangan.
Dengan melakukan evaluasi terhadap
kondisi yang terjadi dengan kebutuhannya
maka dapat diperoleh perbedaan (gap) yang
perlu diantisipasi.
Dengan mengetahui kualitas (intensitas)
pencahayaan yang dibutuhkan untuk tiap titik
lampu maka dapat diestimasi besar demand
PJU total yang dibutuhkan.
9) Analisis penghematan energi
Tahap ini membahas mengenai
perbandingan antara kondisi eksisting
dengan solusi yang dipropose sehingga
dapat diperoleh nilai penghematan energi
yang terjadi. Secara sederhana, tahapan ini
merupakan perbandingan antara 2 (dua)
skenario, yaitu Skenario With Project dan
Skenario Without Project.
Setelah kondisi dasar diketahui maka langkah
selanjutnya adalah memproyeksikan kebutuhan
kedepannya sehingga dapat diprediksi besar
kebutuhan dan penghematan energi yang
diperoleh.
2. Proyeksi permintaan Penerangan jalan
Pada dasarnya tahapan pada proyeksi demand
tidak jauh berbeda dengan tahapan pada analisis
kondisi eksisting. Perbedaan mendasar pada
tahapan ini adalah kondisi yang ditinjau adalah
kondisi di masa depan yang direncanakan.
Beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam
melakukan proyeksi demand Penerangan jalan

3
JASA KONSULTANSI STUDI KELAYAKAN PENERANGAN JALAN

antara lain adalah sebagai berikut:


1) Analisis kebutuhan tipe jalan (jika terjadi
perubahan)
Rencana perubahan tipe jalan akan
mengakibatkan perubahan kebutuhan
Penerangan jalan baik dari segi jumlah titik
PJU maupun kualitas pencahayaan.
Perubahan tipe jalan (jika terjadi) harus
sesuai dengan RTRW.
2) Proyeksi kebutuhan peningkatan kapasitas
jalan
Sesuai dengan volume lalu lintas yang
diproyeksikan. Kebutuhan peningkatan lebar
jalan sebagai fungsi dari kapasitas dilakukan
selama masa waktu perencanaan (umumnya
10-20 tahun).
3) Proyeksi geometrik jalan (jika terjadi
perubahan)
Jika terjadi perubahan geometrik jalan
(penyesuaian ataupun penambahan
geometrik baru seperti persimpangan dan
lain-lain) perlu dilakukan selama masa waktu
perencanaan.
4) Proyeksi tekstur perkerasan jalan (jika terjadi
perubahan)
Kebutuhan peningkatan perkerasan jalan
berpengaruh terhadap tipe perkerasan jalan
sehingga berpengaruh pula pada tekstur
perkerasannya. Perencanaan perkerasan jalan
harus mempertimbangkan tekstur perkerasan
jalan yang dapat memberikan karakteristik
pemantulan cahaya sesuai dengan kebutuhan.
5) Proyeksi aktifitas sekitar jalan tinjauan
Perubahan tata guna lahan dapat
mempengaruhi aktifitas sekitar seperti
peningkatan jumlah pejalan kaki, tempat
ngetem, dan lain sebagainya. Hal ini
berpengaruh terhadap tingkat keamanan,
jika penerangan jalan tidak memadai akan
mengakibatkan peningkatan kerawanan.
6) Proyeksi kebutuhan penambahan titik lampu
Kebutuhan penambahan titik lampu
disesuaikan dengan peningkatan jalan baik
dari segi tipe jalan maupun kapasitas jalan
selama waktu perencanaan.
7) Proyeksi kebutuhan kualitas pencahayaan
Kebutuhan kualitas pencahayaan disesuaikan
dengan peningkatan jalan yang direncanakan
baik dari segi tipe jalan selama waktu
perencanaan.
8) Analisis umur rencana Penerangan jalan
Penggunaan jenis lampu disesuaikan dengan
umur lampu. Perencanaan penggantian
Penerangan jalan dapat dilakukan dengan
menyesuaikan umur lampu dengan efisiensi

4
JASA KONSULTANSI STUDI KELAYAKAN PENERANGAN JALAN

selama waktu perencanaan.


9) Proyeksi penghematan energi
Serupa seperti pada analisis kondisi
eksisting, tahapan ini merupakan
perbandingan antara 2 (dua) skenario, yaitu
Skenario With Project dan Skenario
Without Project selama waktu perencanaan.
11. KELUARAN Dokumen Studi kelayakan penerangan jalan
(OUTPUT)
12. MANFAAT Adanya panduan dalam upaya penurunan pembayaran
(OUTCOME) rekening penerangan jalan
13. JANGKA WAKTU Pekerjaan Jasa Konsutasi Investasi Pembayaran Rekening
PENYELESAIAN Penerangan Jalan ini harus diselesaikan dalam waktu selama
PEKERJAAN 90 (Sembilan puluh) hari terhitung sejak dikeluarkannya
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari Pejabat Pembuat
Komitmen.
14. PERSONIL Penyedia Jasa berkewajiban membentuk Tim Pelaksana
Kegiatan yang secara fungsional dapat langsung
berhubungan dengan pemberi tugas dalam rangka
penyelesaian produk. Adapun tim pelaksana kegiatan, terdiri
dari:
a. TENAGA AHLI :
1) Ketua Pelaksana/ Team Leader
Ketua Pelaksana berpendidikan S2 Teknik Sipil,
berpengalaman dalam pelaksanaan di bidang
pembangunan penerangan jalan dengan pengalaman
minimal 3 (tiga) tahun. Memiliki keahlian dan
kemampuan dalam pengorganisasian dan melakukan
analisis serta berpengalaman dalam kegiatan
perencanaan dibidangnya. Ketua Tim yang akan
menjalankan tugasnya, disamping mempunyai keahlian
dibidangnya juga harus mempunyai keahlian yang kuat
dalam komunikasi dan manajerial, mempunyai reputasi
yang baik dan mampu berintegrasi dan berkoordinasi
dengan pengguna jasa, konsultan, manajemen proyek,
dan instansi terkait lainnya.
2) Ahli Ekonomi
Tenaga Ahli Ekonomi 1 (satu) orang. Tenaga Ahli
Ekonomi ini berpendidikan Ilmu Ekonomi, S1 dengan
pengalaman kerja minimal 4 (Empat) tahun dibidang
Ekonomi terkait pembangunan penerangan jalan.
Tenaga Ahli Ekonomi diharapkan mampu memahami
aspek ekonomi mengenai pembangunan penerangan
jalan.
3) Ahli Iluminasi
Tenaga Ahli Iluminasi 1 (satu) orang. Tenaga Ahli
Iluminasi ini berpendidikan S1 Teknik Elektrikal,
dengan pengalaman minimal 4 tahun. Tenaga ahli ini
diharapkan mampu memahami potensi dan aspek
pengembangan penerangan jalan.

b. Tenaga Pendukung:
a. Surveyor
Surveyor sebanyak 5 (Lima) orang dengan pendidikan
minimal D3 semua jurusan.

5
JASA KONSULTANSI STUDI KELAYAKAN PENERANGAN JALAN

b. Administrasi
Administrasi sebanyak 1 (satu) orang dengan pendidikan
minimal D3 (Diploma 3) semua jurusan.
c. Operator Komputer
Operator Komputer sebanyak 1 (satu) orang dengan
pendidikan minimal D (Diploma 3) jurusan komputer
d. Drafter
Drafter sebanyak 1 (satu) orang dengan pendidikan
minimal D3 (Diploma ) Teknik Sipil

15. JENIS 1 LAPORAN PENDAHULUAN


PELAPORAN Berisi mengenai latar belakang, metode & pendekatan,
konsep investasi penerangan jalan, lesson learn dari
daerah atau kota lain, gambaran umum investasi
rekening penerangan jalan.
2 LAPORAN ANTARA
Berisi tentang tindak lanjut dari laporan pendahuluan
3 LAPORAN DRAFT AKHIR
Berisi mengenai hasil pendataan terhadap penerangan
jalan yang merupakan bahan acuan dalam melaksanakan
revitalisasi penerangan jalan
4 LAPORAN AKHIR
Data penerangan jalan baik yang sudah terbanguan
maupun belum;
Gambar teknis dan peta rencana revitalisasi
pembangunan penerangan jalan;
Foto / Dokumentasi;

Anda mungkin juga menyukai