Pengkajian Umum Sistem Endokrin
Pengkajian Umum Sistem Endokrin
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik yang diampu oleh Ns. FA.
Muji Raharjo, S. Kep
Disusun oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melakukan pengkajian keperawatan klien yang diduga atau yang mengalami
gangguan sistem endokrin mungkin akan mengalami kesulitan, dikarenakan gambaran klinis
yang sangat bervariasi. Namun apabila dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami
dengan baik fisiologi dari setiap hormon maka kesulitan akan dapat dihindarkan. Informasi
dikumpulkan dari klien maupun dari keluarga tentang riwayat penyakit dan kesehatan yang
akan menjadi dasar pemeriksaan fisik dan perencanaan keperawatan. Perawat
mengidentifikasi respons klien terhadap perubahan yang aktual serta mendiskusikan
kemungkinan tindakan diagnostik dan rencana pengobatan. Penggabungan data fisik,
psikososial, dan diagnostik sebagai pengkajian yang komprehensif.
Pengkajian sistem endokrin bersifat menyeluruh terhadap semua sistem tubuh, karena efek
hormon bekerja secara sistemik. Pengkajian pada sistem endokrin meliputi data biografi,
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik. Pengkajian keperawatan
merupakan bagian yang sangat penting untuk dapat mengidentifikasi penyakit dan
menentukan diagnosa keperawatan yang selanjutnya merencanakan intervensi keperawatan.
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan fisik pada gangguan sistem
endokrin..?
2. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada gangguan sistem endokrin..?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengkajian Sistem Endokrin
A. Data Biografi
Data biografi yang penting dalam kaitannya dengan sistem endokrin yang merupakan
data dasar, diantaranya umur pasien, jenis kelamin, hal ini berkaitan dengan menentukan jenis
penyakit tertentu misalnya seperti pada diabetes melitus tipe I atau II, dan data dari lainnya
seperti nama, alamat, suku bangsa, nomor register.
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status, suku bangsa, bahasa,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan pasien.
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Terdiri dari keluhan utama nonspesifik dan keluhan utama spesifik.
Keluhan utama nonspesifik, yaitu terjadi lesu dan depresi, perubahan kesadaran, penurunan
energi, gangguan pola tidur, perubahan BB, perubahan mood dan afek, peubahan kulit dan
rambut, perubahan penampilan umum, disfungsi seksual.
Keluhan utama spesifik, yaitu terjadi perubahan status mental, perubahan tanda-tanda vital,
palpitasi, tremor, letih, lemah, perubahan nafsu makan, berat badan turun, polidifsia dan
polifagia, perubahan status bowel, abnormalitas organ seksual dan libido, perubahan
penampilan, hiperfungsi adrenokortikal, abnormailtas pertumbuhan, perubahan kulit dan
jaringan (vitiligo, miksudema), rambut (hirsutisme), mata (eksoptalmus), masalah tulang dan
sendi, kolik renal dan batu, tetani, paresthesia dan kram otot.
b. Riwayat penyakit sekarang
Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan
pelayanan seperti menanyakan persepsi pasien tentang penyakitnya, mulai kapan tanda dan
gejala muncul, jika ada nyeri bagaimana karakteristik nyerinya, penyebarannya, upaya yang
sudah dilakukan untuk mengatasi penyakitnya.
Riwayat kesehatan sekarang dapat ditanyakan dengan menggunakan metode PQRST:
Provokatif, Paliatif (apa yang memperberat dan apa yang memperingan gejala), perawat bisa
menanyakan hal-hal apa saja yang bisa memperberat gejala, dan hal-hal yang bisa
memperingan gejala.
Quality, Quantity (karakteristik keluhan dan jumlah).
Region, Radiasi, misalnya perawat menanyakan dimana lokasi/letak dari rasa nyeri yang
dialami klien? Apakah nyeri yang dirasakan menyebar ke tempat lain? Apakah mengganggu
dalam aktivitas sehari-hari?
Scale, contohnya menanyakan berapa skala nyeri yang dialami oleh klien?. Skala nyeri ini
juga dapat dibuat rentang tersendiri oleh perawat yang mengkaji keluhan nyeri.
Time, misalnya perawat menanyakan kapan keluhan nyeri dirasakan oleh klien. Apakah pagi
hari, siang hari, ataukah malam hari.
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tehnik inspeksi, palpasi, auskultasi untuk
mendapatkan data objektif. Pemeriksaan fisik pada sistem endokrin bersifat menyeluruh,
namun manifestasi klinik akan sangat membantu dalam memfokuskan pemeriksaan fisik.
Insfeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan, keseimbangan cairan dan elektrolit, seks dan reproduksi,
metabolisme dan energi. Berbagai perubahan fisik dapat berhubungan dengan satu atau lebih
gangguan endokrin, oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap
berpedoman pada pengkajian yang komprehensif dengan penekanan pada gangguan
hormonal tertentu dan dampaknya terhadap jaringan sasaran dan tubuh secara keseluruhan.
Jadi menggunakan pendekatan head-to-toe saja atau menggabungkannya dengan pendekatan
sistem, kedua-duanya dapat digunakan.
Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan berat, sedang,
dan ringan, serta sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh. Pada pemeriksaan wajah,
fokuskan pada abnormalitas struktur bentuk dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang
dan bibir. Pada mata amati adanya edema periorbita dan exoptalmus serta apakah ekspresi
wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhadap kelainan bentuk dan penebalan, ada
tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada
gangguan tiroid.
Di daerah leher, amati bentuk leher, apakan leher tampak membesar, simetris atau tidak.
Pembesaran leher dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan untuk meyakinkannya
perlu dilakukan palpasi. Distensi atau bendungan pada vena jugularis dapat mengindikasikan
kelebihan cairan atau kegagalan jantung. Amati warna kulit (hiperpigmentasi atau
hipopigmentasi) pada leher, apakah merata dan catat lokasinya dengan jelas bila dijumpai
kelainan pada kulit leher lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang lain di tubuh sekaligus.
Infeksi jamur, penyembuhan yang lama, bersisik, dan ptechiae lebih sering dijumpai pada
klien dengan hiperfungsi adrenokortikal. Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut dijumpai
pada klien hipofungsi kelenjar adrenal. Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit tampak pada
hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi melanosit di kulit oleh proses autoimun.
Hipopigmentasi biasa terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas. Penumpukan masa otot yang
berlebihan pada leher bagian belakang yang biasa disebut bufflow neck atau leher/punuk
kerbau dan terus sampai daerah klavikula sehingga klien tampak seperti bungkuk, terjadi
pada klien hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk dan ukuran dada, pergerakan dan
simetris tidaknya.
Ketidakseimbangan hormonal khususnya hormon seks akan menyebabkan perubahan tanda
seks sekunder, oleh sebab itu amati keadaan rambut aksila dan dada. Pertumbuhan rambut
yang berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme. Pada buah dada amati
bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada
buah dada atau abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal. Bentuk abdomen
cembung akibat penumpukan lemak centripetal dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.
Pada pemeriksaan genitalia, amati kondisi skrotum dan penis juga klitoris dan labia terhadap
kelainan bentuk.
Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui rabaan. Pada kondisi
normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat diraba dengan mengadakan kepala
klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran, nodul tunggal atau multipel,
apakah ada rasa nyeri pada saat dipalpasi. Pada saat dilakukan pemriksaan, klien duduk atau
berdiri sama saja namun untuk menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi duduk. Untuk
hasil yang lebih baik, dalam melakukan palapasi pemeriksaan berada dibelakang klien
dengan posisi kedua ibu jari perawat dibagian belakang leher dan keempat jari-jari lain ada
diatas kelenjar tiroid.
Palpasi testes dilakukan denganm posisi tidur dan tangan perawat harus dalam keadaan
hangat. Perawat memegang lembut dengan ibu jari dan dua jari lain, bandingkan yang satu
dengan yang lainnya terhadap ukuran atau besarnya simetris tidaknya, konsistensi dan ada
tidaknya nodul. Normalnya testes teraba lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti karet.
Auskultasi
Mendengar bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dapat menggambarkan berbagai
perubahan dalam tubuh. Auskultasi pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat
mengidentifikasi bruit. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada
pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat
diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak
peningkatan aktivitas kelenjar tiroid.
Auskultasi dapat pula dilakukan untuk menidentifikasi perubahan pada pembuluh darah dan
jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung yang dapat menggambarkan gangguan
keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan metabolisme tubuh.
Selain dengan tehnik di atas, pemeriksaan fisik juga dilakukan dengan memeriksa keadaan
fisik klien dengan cara head-to-toe:
a. Tanda vital seperti pernapasan, suhu, tekanan darah dan nadi. Adanya perubahan tanda vital
sering terjadi misalnya pada pasien dengan hipertiroid, hipotiroid yang berakibat pada
perubahan kardiovaskuler sehingga dapat terjadi bradikardi, takhikardi. Peningkatan suhu
tubuh dan penurunan suhu tubuh dapat terjadi pada peningkatan atau penurunan metabolisme
tubuh pada pasien dengan gangguan tiroid. Tekanan darah dapat menurun atau meningkat.
b. Kulit, perubahan warna kulit seperti kemerahan, ekimosis, sianosis, striae. Observasi rambut,
distribusinya dan teksturnya. Inpeksi warna, pigmentasi, striae, ekimosis. Adakah kemerahan,
sianosis, kekuningan, hematoma. Palpasi tekstur dan keadaan keringat.
Hiperpigmentasi pada persendian, genetalia ditemukan pada penyakit addison. Hal ini
dikarenakan kekurangan adrenokartikal kronik menyebabkan kelebihan pigmen pada kulit.
Pigmentasi abu-abu kecoklatan di leher dan ketiak ditemukan pada pasien dengan cushing
syndrome.
Pigmentasi kuning pada palmar dapat mengindikasikan penyakit hiperlipidemia.
Penurunan pigmentasi kulit dapat terjadi pada panhipopituitari.
Keadaan kulit yang kering, keras dan bersisik menjadi indikasi pada hipotiroid.
Kulit hangat, lembab, tipis dapat ditemukan pada hipertiroid.
Striae keunguan dan ekimosis dapat ditemukan pada cushing syndrome.
Edema, dapat terjadi pada hipotiroid (myxedema).
Penyembuhan luka yang lama, indikasi penyakit diabetes melitus.
Pertumbuhan yang terlambat atau cepat, terjadi pada kekurangan atau
kelebihan growth hormone.
Perubahan distribusi rambut, jumlah, tekstur, dapat terjadi pada pasien dengan gangguan
tiroid.
c. Kepala, kesimetrisan, proporsi dengan anggota tubuh yang lain, bentuk dan ukuran, ekspresi
wajah pada kecemasan. Pada gangguan hormon pituitari dapat ditemukan pembesaran ukuran
kepala, pembesaran rahang dan pertumbuhan gigi tidak rata. Perubahan bentuk yang terjadi
adalah penurunan ukuran bibir dan hidung, penonjolan supraorbital.
d. Mata, kaji ketajaman penglihatan, kesimetrisan, posisi, edema pada mata, pergerakan bola
mata.
Kebutaan, misalnya pada penyakit DM.
Mata yang melotot keluar (exopthalmos), karakteristik dari hipertiroid.
e. Leher, adakah pembesaran, simetris atau tidak, adakah gangguan menelan dan bicara.
Lakukan pemeriksaan kelenjar tiroid.
f. Thoraks, pada laki-laki adakah pembesaran mamae, pada perempuan payudara kecil.
Auskultasi bunyi paru dan jantung.
Atropi payudara pada wanita terjadi pada hipopituitari
Ginekomastia dapat ditemukan
Perubahan tanda vital, misalnya hipertensi dapat terjadi pada tumor adrenal, menurunkannya
sekresi ADH.
Meningkatnya nadi dan denyut jantung, misalnya pada pasien dengan hipertiroid.
g. Abdomen, dapat ditemukan:
Pembesaran hati, limpa.
Peristaltik usus menurun pada hipotiroid.
Perubahan pola eliminasi bowel seperti diare, misalnya pada pasien hipertiroid, konstipasi
sering terjadi pada hipotiroid.
Rasa haus dan makan yang berlebihan, karakteristik penyakit DM.
h. Genitalia, adanya atropi pada laki-laki merupakan indikasi hipopituitari.
Frekuensi urin yang berlebihan (poliuria), indikasi pada pasien DM.
Adanya batu ginjal, indikasi pada hiperparatiroid.
Perubahan siklus menstruasi, penurunan libido, impoten merupakan indikasi gangguan pada
hormon gonadotropin.
i. Ekstremitas, kaji bentuk, ukuran, kesimetrisan, kekuatan otot, ROM. Dapat ditemukan
adanya kelemahan tonus otot, nyeri sendi saat digerakkan, pembesaran tangan dan kaki,
trunkei obesitas (badan besar ekstremitas kecil).
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah sakit. Tidak
dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan perawatan. Validitas dari hasil pemeriksaan
diagnostik sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang
digunakan serta pemeriksaannya sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung jawab
perawat. Oleh karena itu pemahaman perawat terhadap berbagai pemeriksaan diagnostik
yang dilakukan pada klien sangatlah menentukan keberhasilannya. Begitu halnya pada klien
yang diduga atau yang menderita gangguan sistem endokrin, pemahaman perawat yang lebih
baik tentang berbagai prosedur diagnostik yang lazim sangatlah diharapkan.
a. Pemeriksaan diagnostik pada kelenjar hipofise
1. Foto tengkorak (cranium)
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak
dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan
prosedur sangatlah penting.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem endokrin yang dilakukan dengan
cara:
a. Keluhan utama
Terdiri dari keluhan utama nonspesifik dan keluhan utama spesifik.
b. Riwayat penyakit sekarang
Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta
bantuan pelayanan seperti menanyakan persepsi pasien tentang penyakitnya, mulai
kapan tanda dan gejala muncul, jika ada nyeri bagaimana karakteristik nyerinya,
penyebarannya, upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi penyakitnya.
c. Riwayat penyakit yang pernah dialami dan riwayat keperawatan klien
Perawat perlu mencatat riwayat penyakit yang pernah dialami oleh pasien selain
yang dialami sekarang
d. Riwayat kesehatan keluarga dan resiko genetic
e. Riwayat diit
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja
mencerminkan gangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan yang
salah dapat menjadi faktor penyebab
f. Status sosial ekonomi
Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka bagi banyak orang
maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini perawat melakukannya
bersama-sama dengan klien.
g. Pengkajian psikososial dan gaya hidup
Dilakukan dengan mengkaji toleransi klien terhadap stres dan pola koping, stressor
di rumah atau tempat kerja, kesempatan istirahat dan rekreasi, hubungan dengan
keluarga, support system, kerja sama keluarga dalam perawatan,
kebiasan sepertimerokok, latihan, diet, dan pola tidur.
Pola fungsi kesehatan meliputi pola pemenuhan nutrisi, pola eliminasi, pola aktifitas
dan latihan, pola istirahat dan tidur, pola kognitif, persepsi sensori, pola konsep diri,
pola peran hubungan, pola seksualitas, pola mekanisme koping, pola nilai dan
kepercayaan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tehnik inspeksi, palpasi, auskultasi untuk
mendapatkan data objektif. Pemeriksaan fisik pada sistem endokrin bersifat menyeluruh,
namun manifestasi klinik akan sangat membantu dalam memfokuskan pemeriksaan fisik.
Selain pemeriksaan diatas terdapat pula pemeriksaan diagnostik yang terdiri dari
pemeriksaan diagnostik ada kelenjar hipofise, pemeriksaan diagnostik pada kelenjar tiroid,
pemeriksaan diagnostik pada kelenjar paratiroid, pemeriksaan fungsi korteks adrenal,
pemeriksaan fungsi medulla adrenal dan pemeriksaan fungsi hormon pankreas.
B. Saran
Demikianlah pengkajian yang kami susun ini semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat memberikan pengetahuan lebih tentang pengkajian sistem
endokrin. Kami mengetahui bahwa dalam penyusunan pengkajian ini banyak
kesalahan dan kekurangannya baik dari segi penulisannya, bahasa. Untuk itu saran
dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat terciptanya
pengkajian yang baik dan benar yang dapat memberi pengetahuan yang benar untuk
para pembacanya
Daftar Pustaka