Anda di halaman 1dari 48

PERCOBAAN I

DIODA DAN RANGKAIAN DIODE

1.1 Tujuan Percobaan


1. Memeriksa Kondisi Dioda
2. Mempelajari karakteristik I = f (V), bias reverse dan bias forwar

1.2 Tinjauan Pustaka


1.2.1 Dioda
Dalam percobaan ini akan dipelajari karakteristik I = f (V)dari diode. Diode
akan diberi bias forward dan bias reverse dengan tegangan bias dinaikan secara
bertahap. Pada waktu tegangan bias dinaikkan, arus dan tegangan diode dicatat.
Diode terbuat dari dua semikonduktor tipe P dan tipe N, pada kedua
semikonduktor tersebut terdapat resistansi, r P (resistansi tipe P) dan rN
(resistansi tipe N), jumlah kedua resistansi tersebut disebut resistansi Bulk.

Dioda ialah jenis VACUUM tube yang


memiliki dua buah elektroda. Dioda tabung pertama kali diciptakan oleh seorang
ilmuwan dari Inggris yang bernama Sir J.A. Fleming (1849-1945) pada tahun
1904.

Gambar 1.1 Struktur Dioda

Struktur dan skema dari dioda dapat dilihat pada gambar di atas. Pada
dioda, plate diletakkan dalam posisi mengelilingi katoda sedangkan heater
disisipkan di dalam katoda. Elektron pada katoda yang dipanaskan oleh heater
akan bergerak dari katoda menuju plate.
Untuk dapat memahami bagaimana cara kerja dioda kita dapat meninjau 3
situasi sebagai berikut ini yaitu :
1. Dioda diberi tegangan nol
2. Dioda diberi tegangan negative
3. Dioda diberi tegangan positive

a. Dioda Diberi Tegangan Nol

Gambar 1.2. Dioda Diberi Tegangan Nol

Ketika dioda diberi tegangan nol maka tidak ada medan listrik yang menarik
elektron dari katoda. Elektron yang mengalami pemanasan pada katoda hanya
mampu melompat sampai pada posisi yang tidak begitu jauh dari katoda dan
membentuk muatan ruang (Space Charge). Tidak mampunyaI elektron melompat
menuju katoda disebabkan karena energi yang diberikan pada elektron melalui
pemanasan oleh heater belum cukup untuk menggerakkan elektron menjangkau
plate.

b. Dioda Diberi Tegangan Negative

Gambar 1.3 Dioda Diberi Tegangan Negative


Ketika dioda diberi tegangan negatif maka potensial negatif yang ada pada
plate akan menolak elektron yang sudah membentuk muatan ruang sehingga
elektron tersebut tidak akan dapat menjangkau plate sebaliknya akan terdorong
kembali ke katoda, sehingga tidak akan ada arus yang mengalir.

c. Dioda Diberi Tegangan Positive

Gambar 1.4 Dioda Diberi Tegangan Positive

Ketika dioda diberi tegangan positif maka potensial positif yang ada pada
plate akan menarik elektron yang baru saja terlepas dari katoda oleh karena
emisi thermionic, pada situasi inilah arus listrik baru akan terjadi. Seberapa besar
arus listrik yang akan mengalir tergantung daripada besarnya tegangan positif
yang dikenakan pada plate. Semakin besar tegangan plate akan semakin besar
pula arus listrik yang akan mengalir.
Oleh karena sifat dioda yang seperti ini yaitu hanya dapat mengalirkan arus
listrik pada situasi tegangan tertentu saja, maka dioda dapat digunakan sebagai
penyearah arus listrik (rectifier). Pada kenyataannya memang dioda banyak
digunakan sebagai penyearah tegangan AC menjadi tegangan DC.

1.2.2 Karakteristik Dioda


Hampir semua peralatan elektronika memerlukan sumber arus searah.
Penyearah digunakan untuk mendapatkan arus searah dari suatu arus
bolakbalik. Arus atau tegangan tersebut harus benar-benar rata tidak boleh
berdenyut-denyut agar tidak menimbulkan gangguan bagi peralatan yang dicatu.
Dioda sebagai salah satu komponen aktif sangat popular digunakan dalam
rangkaian elektronika, karena bentuknya sederhana dan penggunaannya sangat
luas. Ada beberapa macam rangkaian dioda, diantaranya : penyearah setengah
gelombang (Half-Wave Rectifier), penyearah gelombang penuh (Full-Wave
Rectifier), rangkaian pemotong (Clipper), rangkaian penjepit (Clamper) maupun
pengganda tegangan (Voltage Multiplier). Di bawah ini merupakan gambar yang
melambangkan dioda penyearah.

Gambar 1.5 Dioda Penyearah

Sisi Positif (P) disebut Anoda dan sisi Negatif (N) disebut Katoda. Lambang
dioda seperti anak panah yang arahnya dari sisi P ke sisi N. Karenanya ini
mengingatkan kita pada arus konvensional dimana arus mudah mengalir dari sisi
P ke sisi N.
Dioda termasuk komponen elektronika yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Beranjak dari penemuan dioda, para ahli menemukan juga
komponen turunan lainnya yang unik. Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu
hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Struktur dioda tidak lain adalah
sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe
P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya
akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.

Gambar 1.6 Simbol dan struktur dioda

Gambar ilustrasi di atas menunjukkan sambungan PN dengan sedikit porsi


kecil yang disebut lapisan deplesi ( depletion layer), dimana terdapat
keseimbangan hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P
banyak terbentuk hole-hole yang siap menerima elektron sedangkan di sisi N
banyak terdapat elektron-elektron yang siap untuk bebas merdeka. Lalu jika
diberi bias positif, dengan arti kata memberi tegangan potensial sisi P lebih besar
dari sisi N, maka elektron dari sisi N dengan serta merta akan tergerak untuk
mengisi hole di sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P, maka akan
terbentuk hole pada sisi N karena ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole dari P
menuju N, Kalau menggunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi
aliran listrik dari sisi P ke sisi N.

Gambar 1.7 Dioda dengan bias maju

Sebaliknya apakah yang terjadi jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan
memberikan bias negatif ( reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat polaritas
tegangan lebih besar dari sisi P.

Gambar 1.8 Dioda dengan bias negatif

Tentu jawabannya adalah tidak akan terjadi perpindahan elektron atau


aliran hole dari P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron
masing-masing tertarik ke arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan deplesi
(depletion layer) semakin besar dan menghalangi terjadinya arus.
Demikianlah sekelumit bagaimana dioda hanya dapat mengalirkan arus
satu arah saja. Dengan tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi
konduktor. Tidak serta merta di atas 0 volt, tetapi memang tegangan beberapa
volt di atas nol baru bisa terjadi konduksi. Ini disebabkan karena adanya dinding
deplesi (depletion layer). Untuk dioda yang terbuat dari bahan Silikon tegangan
konduksi adalah di atas 0.7 volt. Kira-kira 0.3 volt batas minimum untuk dioda
yang terbuat dari bahan Germanium.
Gambar 1.9 grafik arus dioda

Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun
memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi
breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang
terbentuk di lapisan deplesi.

1.2.3. Prinsip Kerja Dioda


Dalam berbagai rangkaian elektronika komponen semikonduktor diode
sering kita jumpai jenis dan type yang berbeda beda tergantung dari model dan
tujuan penggunaan rangkaian tersebut dibuat. Kata dioda berasal dari
pendekatan kata yaitu dua elektroda yang mana (di berarti dua) mempunyai dua
buah elektroda yaitu anoda dan katoda. Anoda digunakan untuk polaritas positif
dan katoda untuk polaritas negatip. Didalam diode terdapat junction (pertemuan)
dimana daerah semikonduktor type-p dan semi konduktor type-n bertemu. Dioda
semikonduktor hanya dapat melewatkan arus pada satu arah saja, yaitu pada sat
dioda memperoleh catu arah maju (forward bias). Pada kondisi ini dioda
dikatakan bahwa dioda dalam keadaan konduksi atau menghantar dan
mempunyai tahanan dalam dioda relative kecil. Sedangkan bila dioda diberi catu
arah terbalik (Reverse bias) maka diode tidak bekerja dan pada kondisi ini dioda
mempunyai tahanan dalam yang tinggi sehingga arus sulit mengalir. Dari kondisi
tersebut maka dioda hanya digunakan pada beberapa pemakaian saja antara
lain sebagai penyearah gelombang (rectifier), disamping kegunaan-kegunaan
lainya misalnya sebagai Klipper, Clamper , pengganda tegangan dan lain-lain.

1.2.4. Sifat-Sifat Dioda


1.2.4.1. Dioda Silikon:
1. Menghantar dengan tegangan maju kira-kira 0.6 Volt.
2. Perlawanan maju cukup kecil.
3. Perlawanan terbalik sangat tinggi, dapat mencapai beberapa Mega ohm.
4. Arus maju maksimum yang dibolehkan cukup besar, sampai 1000 A.
5. Tegangan terbalik maksimum yang dibolehkan cukup tinggi, dapat
mencapai 1000 V.
1.2.4.2. Dioda Germanium:
1. Menghantar dengan teganagnmaju kira-kira 0,2 Volt.
2. Perlawanan maju agak besar.
3. Perlawanan terbalik kurang tinggi ( kurang dari 1 M ohm).
4. Arus maju maksimum yang dibolehkan kurang besar.
5. Tegangan terbalik maksimum yang dibolehkan kurang tinggi.

1.2.5. Jenis-jenis Dioda


1.2.5.1. Dioda Pemancar Cahaya (LED)
Bila dioda dibias forward, electron pita konduksi melewati junction dan jatuh
ke dalam hole. Pada saat elektron-elektron jatuh dari pita konduksi ke pita
valensi, mereka memancarkan energi. Pada dioda Led energi dipancarkan
sebagai cahaya, sedangkan pada dioda penyearah energi ini keluar sebagai
panas. Dengan menggunakan bahan dasar pembuatan Led seperti gallium,
arsen dan phosfor parik dapat membuat Led dengan memancarkan cahaya
warna merah, kuning, dan infra merah (tak kelihatan). Led yang menghasilkan
pancaran yang kelihatan dapat berguna pada display peralatan, mesin hitung,
jam digital dan lain-lain. Sedangkan Led infra merah dapat digunakan dalam
sistim tanda bahaya pencuri dan lingkup lainnya yang membutuhkan cahaya tak
kelihatan. Keuntungan lampu Led dibandingkan lampu pijar adalah umurnya
panjang, tegangannya rendah dan saklar nyala matinya cepat.
Gambar 1.10 dibawah ini menunjukkan lambang atau simbol dari
macam dioda.
Gambar 1.10.
(a). LED, (b). Dioda Photo, (c). Dioda Varactor
(d). Dioda Schottky, (e). Dioda Step Recovery, (f). Dioda Zener.

1.2.5.2. Dioda Photo


Energi thermal menghasilkan pembawa minoritas dalam dioda, makin tinggi
suhu makin besar arus dioda yang terbias reverse. Energi cahaya juga
menghasilkan pembawa minoritas. Dengan menggunakan jendela kecil untuk
membuka junction agar terkena sinar, pabrik dapat membuat dioda photo. Jika
cahaya luar mengenai junction dioda photo yang dibias reverse akan dihasilkan
pasangan electron-hole dalam lapisan pengosongan. Makin kuat cahaya makin
banyak jumlah pembawa yang dihasilkan cahaya makin besar arus reverse. Oleh
sebab itu dioda photo merupakan detektor cahaya yang baik sekali.

1.2.5.3. Dioda Varactor


Seperti kebanyakan komponen dengan kawat penghubung, diode
mempunyai kapasitansi bocor yang mempengaruhi kerja pada frekuensi tinggi,
kapasitansi luar ini biasanya lebih kecil dari 1 pF. Yang lebih penting dari
kapasitansi luar ini adalah kapasitansi dalam junction dioda. Kapasitansi dalam
ini kita sebut juga kapasitansi peralihan CT. Kata peralihan disini menyatakan
peralihan dari bahan type-p ke typr-n. Kapasitansi peralihan dikenal juga sebagai
kapasitansi lapisan pengosongan , kapasitansi barier dan kapasitansi junction.
Gambar 1.2 dibawah ini.

Gambar 1.11. Dioda dibias reverse.

Lapisan pengosongan melebar hingga perbedaan potensial sama dengan


tegangan riverse yang diberikan. Makin besar tegangan riverse makin lebar
lapisan pengosongan. Karena lapisan pengosongan hamper tak ada pembawa
muatan ia berlaku seperti isolator atau dielektrik. Dengan demikian kita dapat
membayangkan daerah p dan n dipisahkan oleh lapisan pengosongan seperti
kapasitor keeping sejajar dankapasitor sejajar ini sama dengan kapasitansi
peralihan. Jika dinaikkan tegangan riverse membuat lapisan pengosongan
menjadi lebar, sehingga seperti memisahkan keeping sejajar terpisah lebih jauh.
Dan sebagai akibatnya kapasitansi peralihan dari dioda berkurang bila tegangan
riverse bertambah. Dioda silicon yang memanfaatkan efek kapasitansi yang
berubah-ubah ini disebut varactor.
Dalam banyak aplikasi menggantikan kapasitor yang ditala secara mekanik,
dengan perkataan lain varaktor yang dipasang parallel dengan inductor
merupakan rangkaian tangki resonansi. Dengan mengubah-ubah tegangan
riverse pada varactor kita dapat mengubah frekuensi resonansi. Pengontrolan
secara elektronik pada frekuensi resonansi sangat bermanfaat dalam penalaan
dari jauh.

1.2.5.4. Dioda Schottky


Dioda schottky menggunakan logam emas, perak atau platina pada salah
satu sisi junction dan silicon yang di dop (biasanya type-n) pada sisi yang alain.
Dioda semacam ini adalah piranti unipolar karena electron bebas merupakan
pembawa mayoritas pada kedua sisi junction. Dan dioda Schottky ini tidak
mempunyai lapisan pengosongan atau penyimpanan muatan, sehingga
mengakibatkan ia dapat di switch nyala dan mati lebih cepat dari pada dioda
bipolar. Sebagai hasilnya piranti ini dapat menyearahkan frekuensi diatas 300
Mhz dan jauh diatas kemampuan dioda bipolar.

1.2.5.5. Dioda Step-Recovery


Dengan mengurangi tingkat doping dekat junction pabrik dapat membuat
dioda step-recovery piranti yang memanfaatkan penyimpanan muatan. Selama
konduksi forward dioda berlaku seperti dioda biasa dan bila dibias riverse dioda
ini konduksi sementara lapisan pengosongan sedang diatur dan kemudian tiba-
tiba saja arus riverse menjadi nol. Dalam keadaan ini seolah-olah dioda tiba-tiba
terbuka menjepret (snaps open) seperti saklar, dan inilah sebabnya kenapa
dioda step-recovery sering kali disebut dioda snap. Dioda step-recovery
digunakan dalam rangkaian pulsa dan digital untuk menghasilkan pulsa yang
sangat cepat.Snap-off yang tiba-tiba dapat menghasilkan pensaklaran on-off
kurang dari 1 ns. Dioda khusus ini juga digunakan dalam pengali frekuensi.

1.2.5.6. Dioda Zener


Phenomena tegangan breakdown dioda ini mengilhami pembuatan
komponen elektronika lainnya yang dinamakan zener. Sebenarnya tidak ada
perbedaan sruktur dasar dari zener, melainkan mirip dengan dioda. Tetapi,
dengan memberi jumlah doping yang lebih banyak pada sambungan P dan N,
ternyata tegangan breakdown dioda bisa makin cepat tercapai. Jika pada dioda
biasanya baru terjadi breakdown pada tegangan ratusan volt, pada zener bisa
terjadi pada angka puluhan dan satuan volt. Ada dioda zener yang memiliki
tegangan Vz sebesar 1,5 volt, 3.5 volt dan sebagainya.

Gambar 1.12 Simbol Dioda zener

Karakteristik dari dioda zener yang unik yaitu jika dioda bekerja pada bias
maju maka, dioda zener biasanya bekerja pada bias terbalik (reverse bias).
Diode zener atau juga dikenal sebagai voltage regulation diode adalah
silicon PN junction yang bekerja pada reverse bias yang di daerah breakdown.
Tegangan zener Vz adalah tegangan reverse di mana terjadi breakdown. Bila
tegangan reverse VD kurang dari VZ tahanan zener diode di sekitar 1 megaohm
atau lebih.

Bila VD naik sedikit saja di atas Vz arus reverse akan naik dengan cepat,
oleh karena itu di dalam permakaian zener diode selalu digunakan suatu tahanan
seri untuk mencegah terjadinva arus yang berlebihan.

Bila tegangan reverse dihubungkan pada PN-junction, lebar depletion layer


akan bertambah karena elektron dan hole tertolak dari junction. Lebar depletion
layer tergantung dari kadar doping, bila digunakan silicon dengan doping tinggi
akan dihasilkan depletion layer yang tipis. Sehingga bila tegangan reverse
dihubungkan akan menimbulkan medan listrik yang kuat di dalam dioda dan jika
tegangan reverse mencapai tegangan zener Vz, maka medan listrik yang
dibangkitkan demikian kuatnya sehingga sejumlah besar elektron akan terlepas
dan daya tarik intinya diikuti dengan kenaikan arus reverse secara mendadak.
Peristiwa inilah yang disebut dengan Zener breakdown.

Jadi, zener diode sebenarnya adalah PN junction dengan doping tinggi


hingga menghasilkan depletion layer tipis. Biasanya zener breakdown terjadi di
bawah tegangan 5 volt dan masih tergantung pada temperatur. Di bawah
pengaruh medan listrik yang kuat, atom-atom lebih mudah melepaskan
elektronnya menjadi ion-ion bila temperatumya naik. Jadi, Vz turun bila
temperatur zener diode naik.

PN junction diode yang dibuat dengan doping rendah depletion layernya


lebih lebar. Medan listrik harus lebih kuat untuk menghasilkan zener breakdown.
Tetapi, sebelum zener breakdown terjadi elektron-elektron minority carriers sudah
akan memperoleh tenaga kinetik demikian besarnya hingga pada saat menabrak
atom akan menimbulkan ionisasi yang menimbulkan elektron baru. Elektron-
elektron baru akan ikut bergerak akibatnya tabrakan akan berlangsung secara
berantai sehingga makin banyak elektron yang dihasilkan dan arus reverse naik
dengan cepat. Peristiwa semacam ini disebut avalanche breakdown. Bila
temperatur dioda naik laju gerakan elektron dalam depletion layer menurun
sehingga diperlukan tegangan yang lebih besar untuk memberikan kecepatan
yang cukup bagi elektron-elektron.

Jadi, kita mengenal zener breakdown yaitu ionisasi karena kekuatan medan
listrik dan avalanche breakdown yaitu ionisasi karena tabrakan. Yang pertama
terjadi pada bahan dengan tahanan jenis rendah (doping tinggi) yang dipisahkan
oleh depletion layer tipis yaitu untuk Vz di bawah 5 volt. Yang kedua terjadi pada
bahan dengan tahanan jenis tinggi (doping rendah) yang dipisahkan oleh
depletion layer lebar untuk Vz di atas 5 volt. Meskipun demikian dalam
prakteknya kedua type di atas tetap dinamakan zener diode. Karena alasan
inilah maka zener diode dibuat dari silikon.

Data-data zener diode yang perlu diketahui adalah:

1. Tegangan zener Vz terletak antara 3,3 Volt sampai 200 Volt. Tiap zener
mempunyai Vz tertentu dengan toleransi 5 sampai 10 persen.
2. Arus zener Iz ialah arus yang mengalir pada saat breakdown. Iz minimum
adalah besarnya Iz tepat pada knee. Iz maksimum adalah arus yang tidak
boleh dilampaui, karena dapat menimbulkan panas yang berlebihan.
Misalkan sebuah zener diode dengan Vz = 5,8 volt, Iz min = 1 mA dan Iz
mak = 50 mA pada temperatur 40 C.
3. Tahanan zener rz ialah suatu nilai yang menunjukkan perbandingan
perubahan tegangan zener (Vz) terhadap perubahan arus zener (I z).
VZ
rZ =
IZ

Tahanan zener minimum sekitar 10 ohm bila Vz nya sekitar 6 volt.


Tahanan ini akan naik bila Vz lebih atau kurang dari 6 volt. Hubungan antara
VZ dan rZ ini dapat dilihat pada gambar dibawah.
Rz (ohm)

200

100

10 20 Vz (volt)
Gambar 1.13 Hubungan antara tahanan zener (r z ) dan tegangan zener (V z )

Oleh karena itu penggunaan zener sebagai stabilisator Vz yang terbaik


adalah sekitar 6 volt. Bila tegangan yang akan distabilkan lebih dari 6 volt dapat
digunakan bcberapa zener yang dihubungkan seri.

1.2.6 LED

LED singkatan dari Light Emiting Dioda, merupakan komponen yang dapat
mengeluarkan emisi cahaya. LED merupakan produk temuan lain setelah dioda.
Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa
elektron yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi
panas dan energi cahaya. LED lebih efisien dalam mengeluarkan cahaya. Untuk
mendapatkan emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang dipakai adalah
galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna
cahaya yang berbeda pula. Simbol LED terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.14 Simbol LED

Pada saat ini, warna-warna cahaya yang dikeluarkan LED yang ada di
pasaran adalah warna merah, kuning, hijau dan akhir-akhir ini telah ditemukan
LED dengan warna biru dan putih. Pada dasarnya semua warna bisa dihasilkan,
namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien. Dalam memilih LED selain
warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum dan disipasi dayanya.
Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga bermacam-macam, ada yang persegi
empat, bulat dan lonjong.

LED terbuat dari berbagai material setengah penghantar campuran seperti


misalnya gallium arsenida fosfida (GaAsP), gallium fosfida (GaP), dan gallium
aluminium arsenida (GaAsP). Karakteristiknya yaitu kalau diberi panjaran maju,
pertemuannya mengeluarkan cahaya dan warna cahaya bergantung pada jenis
dan kadar material pertemuan. Ketandasan cahaya berbanding lurus dengan
arus maju yang mengalirinya. Dalam kondisi menghantar, tegangan maju pada
LED merah adalah 1,6 sampai 2,2 volt, LED kuning 2,4 volt, LED hijau 2,7 volt.
Sedangkan tegangan terbaik maksimum yang dibolehkan pada LED merah
adalah 3 volt, LED kuning 5 volt, LED hijau 5 volt. LED mengkonsumsi arus
sangat kecil, awet dan kecil bentuknya (tidak makan tempat), selain itu terdapat
keistimewaan tersendiri dari LED itu sendiri yaitu dapat memancarkan cahaya
serta tidak memancarkan sinar infra merah (terkecuali yang memang sengaja
dibuat seperti itu).

Gambar 1.15 Gambar LED

Cara pengoperasian LED yaitu :

Gambar 1.16 Cara pengoperasian LED


Selalu diperlukan hambatan deretan R bagi LED guna membatasi kuat arus
dan dalam arus bolak-balik harus ditambahkan dioda penyearah.

1.2.7. Clipper
Pada peralatan computer, digital dan sistim elektronik lainnya, kadang kita
ingin membuang tegangan sinyal diatas atau dibawah level tegangan tertentu.
Salah satu caranya adalah dengan menggunakan rangkaian clipper dioda
(clipper = pemotong).

1.2.7.1. Clipper Positip


Seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.17 tegangan output bagian positipnya
semua dipotong. Cara kerja rangkaian adalah sebagai berikut: selama setengah
siklus positip tegangan input dioda konduksi, dengan demikian kita dapat
membayangkan dalam kondisi ini diode seperti saklar tertutup.Tegangan pada
hubungan singkat harus sama dengan nol, oleh sebab itu tegangan output sama
dengan nol selama tiap-tiap setengah siklus positip sehingga semua tegangan
jatuh pada resistor ( R).

Gambar 1.17. Clipper positip

Selama setengah siklus negatip, dioda terbias reverse dan kelihatan


terbuka dan sebagai akibatnya rangkaian membentuk pembagi tegangan dengan
output:
Selama setengah siklus negatip, dioda terbias reverse dak kelihatan seperti
terbuka, dan sebagai akibatnya rangkaian membentuk pembagi tegangan
dengan output:

Dan biasanya RL jauh lebih besar dari pada R sehingga Vout -VP.
Selama setengah siklus positip dioda konduksi dan seluruh tegangan jatuh pada
R dan sebaliknya pada setengah siklus negatip dioda off, dan karena RL jauh
lebih besar dari R sehingga hampir seluruh tegangan setengah siklus negatip
muncul pada RL. Seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.17 semua sinyal
diatas level o V telah dipotong. Clipper positip disebut juga pembatas positip
(positive limiter), karena tegangan output dibatasi maksimum 0 Volt.

1.2.7.2. Clipper di Bias


Dalam beberapa aplikasi anda mungkin level pemotongan tidak 0 V, maka
dengan bantuan clipper di bias anda dapat menggeser level pemotongan positip
atau level negatip yang diinginkan. Pada gambar 1.18 menunjukkan clipper dias,
agar dioda dapat konduksi tegangan input harus lebih besar dari pada +V. Ketika
Vin lebih besar daripada +V dioda berlaku seperti saklar tertutup dan tegangan
output sama dengan +V dan tegangan output tetap pada +V selama tegangan
input melebihi +V. Ketika tegangan input kurang dari +V dioda terbuka dan
rangkaian kembali pada pembagi tegangan. Clipper dibias berarti membuang
semua sinyal diatas mevel +V.

Gambar 1.18. Clipper dibias positip


1.2.8. Detektor Dioda
Detektor berfungsi menceraikan sinyal informasi dari sinyal pembawa,
pekerjaan deteksi tersebut disebut juga de modulasi dan pada hakekatnya suatu
pekerjaan penyearahan (rectifying). Pekerjaan penyearahan yang terjadi pada
sirkit detector dan di dalam pencatu daya pada hakekatnya tidak ada perbedaan
azas. Oleh sebab itu sekema dasar dari sirkit detector juga tidak berbeda dengan
skema dasar sebuah pencatu daya. Bila rangkaian detector kita bandingkan
dengan rangkaian sebuah pencatu daya maka akan terdapat kesamaan dan
perbedaan, antara lain yaitu:

1.2.9. Penyearah (Rectifier)


Seperti telah kita ketahui bahwa hampir semua peralatan elektronika
menggunakan power suplay (catu daya arus searah). Sudah barang tentu dalam
hal ini kita brusaha untuk mendapatkan suatu sumber arus searah yang
disesuaikan dengan prinsip-prinsip ekonomis dan keuntungan lainnya yang
sesuai dengan persyaratan diatas adalah mendapatkan arus searah dari sumber
arus bolak balik atau arus AC (Alternating Curent). Rangkaian yang dimaksud
disini adalah rangkaian penyearah gelombang yaitu dari sumber tegangan sinyal
AC diubah menjdi bentuk sinyal DC (Direct Current).
Rangkaian penyearah ini terdiri dari:
a. Rangkaian penyearah gelombang ( Half wave Rectifier).
b. Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan 2 buah diode.
c. Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan 4 buah diode.
a. Penyearah gelombang ( Half wave Rectifier)
Seperti diperlihatkan pada gambar 2.6 suatu deretan dioda dan R kita
berikan tegangan bolak-balik. Karena tegangan yang diberikan pada input trafo
bolak -balik maka pada suatu saat terminal A adalah positip sedangkan terminal
B adalah negatip. Dan pada saat berikutnya terminal A menjadi negatip dan
terminal B yang jadi positip dan seterusnya bergantian setiap setengah perioda.

Gambar 1.19. Rangkaian penyearah 1/2 gelombang


a. Skema Rangkaian
b. Gelombang Output

Pada saat terminal A positip dioda mendapat tegangan maju maka mengalirlah
arus, dan pada saat terminal A negatip dioda mendapat tegangan terbalik dan
tidak ada arus mengalir. Dengan demikian pada dioda mengalirlah arus yang
bentuknya dilukiskan seperti gambar 1.19 b. Arus ini tidak lagi bolak balik
melainkan searah tapi tidak rata melainkan berdenyut-denyut, karenanya arus
inipun dinamai arus searah denyut (pulsating direct current). Arus denyut inipun
membangkitkan tegangan pada R dan bentuk tegangan pada R adalah belahan
positip dari pada bentuk arus bolak balik yang dimasukkan deretan dioda dan R.
Tujuan dari rangkaian penyearah adalah untuk memperoleh arus searah dari
sumber arus bolak balik, dan kemampuan menyearahkannya dapat dilihat
dengan menghitung besarnya komponen arus searah atau harga rata-rata pulsa
searahnya, yaitu:
sedangkan tegangan searahnya adalah harga rata-rata dari setengah gelombang
sinus yang positip sehingga :

Perioda dari sinyal output adalah sama dengan perioda sinyal input. Setiap siklus
input menghasilkan satu siklus output. Inilah sebabnya mengapa frekuensi output
dari penyearah setengah gelombang sama dengan frekuensi input
fout = fin

c. Penyearah gelombang penuh dengan 2 buah dioda (Full wave


Rectifier)
Untuk memperoleh perataan yang lebih sempurna, maka dipakailah dua
buah dioda sebagai penyearah rangkap. Guna memahami apakah yang
diperoleh dari dua dioda, mari terlebih dulu kita pelajari rangkaian di Gambar1.20

Gambar 1.20. Rangkaian penyearah gelombang Penuh


a. Skema Rangkaian, b. Gelombang Output
Dari rangkaian penyearah 1/2 gelombang telah kita ketahui bahwa beban hanya
dilalui arus selama setengah perioda. Sehingga untuk mendapatkan
arus selama satu perioda secara penuh dilakukan dengan menambah satu
dioda lagi, dengan tujuan menyearahkan setengah gelombaang lainnya
seperti yang diperlihatkan pada gambar diatas. Besarnya harga rata-rata pulsa
arus yang melalui beban adalah dua kali harga rata-rata penyearah setengah
gelombnag yaitu :

Sedangkan harga rata-rata tegangan searahnya adalah :

c. Penyearah gelombang penuh dengan 4 buah dioda (Sistim


Jembatan)

Rangkaian penyearah sistim jembatan ini adalah rangkaian penyearah


gelombang penuh tetapi tidak menggunkan center tap pada trafonya (seperti
pada penyearah gelombang penuh yang menggunakan 2 buah diode). Perhatikan
gambar 1.8 dibawah ini.

Gambar 1.21.
Rangkaian penyearah gelombang penuh sistim jembatan.
Pada saat A positif sementara B negatif, maka jalannya arus setengah siklus
perioda pertama adalah dari titik A+ melalui D1, RL D3 dan kembali ke
sumber. Dalam gambar ditunjukkan dengan tanda panah warna merah.
Selanjutnya setengah siklus perioda berikutnya adalah titik B menjadi positif
dan titik A jadi negative, sehingga jalannya arus adalah dari titik B+ menuju
D2, RL ,D4 dan kembali ke sumber. Demikian seterusnya untuk proses
berikutnya kembali lagi titik A jadi positif dan titik B negative demikian
seterusnya setiap setengah perioda, dan gelombang outputnya seperti
ditunnjukkan pada gambar 1.21 B.

1.3 Alat-alat percobaan

1. Modul elektronika dasar


2. 1 buah multimeter
3. Penjepit buaya
4. Osiloskop
5. Mistar / penggaris
6. Milimeterblock
7. Pulpen / pensil

1.4 Percobaan
1.4.1 Memeriksa Keadaan Diode
Gunakan alat ukur multimeter untuk memeriksa diode diode yang ada.
Pada saat pengukuran R maju gunakan range yang paling kecil (ohm) dan range
yang besar untuk R mundur (10 K ohm), untuk multimeter analog. Pada
multimeter digital gunakan range untuk mengukur. Catat hasil pengukuran anda
pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Pemeriksaan baik buruknya diode

No Jenis dan Multimeter Resistansi Dioda Keadaan Ket


tipe dioda diode
Forward Reverse Baik Buruk
1 Dioda Analog
penyearah Digital
Analog
Digital
2 Diode Analog
zener Digital
1.4.2 Karakteristik V I (dengan multimeter)
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 1.22, untuk pengukuran Vd gunakan
multimeter digital dan Id dengan multimeter analog.
2. Atur Vs agar didapat harga seperti pada tabel 1.2 (untuk bias forward).
Dan harga Vd sesuai dengan tabel 1.2 (untuk bias reverse).
3. Lakukan untuk diode Si, Ge, dan zener.

Gambar 1.22 Rangkaian diode pada karakteristik V I diukur dengn


multimeter
Tabel 1.2 Pengukuran diode pada karakteristik V I dengan multimeter

No VD ID Bias Forward Voltage (V) Bias Reverse Voltage (V) ket


(V) (mA) Diode Diode LED Diode Diode LED
penyearah Zener penyearah Zener

1 0,0 0,0
2 0.1
3 0.2
4 0.3
. .
. .
. .
. .
. .
. .
.
5,0 5,0

1.4.3 Karakteristik V I (dengan osiloskop)


1. Buatlah rangkaian seperti gambar 1.23
2. Atur range I/div osiloskop pada x y.
3. Atur Vs sesuai tabel 1.2 untuk bias maju dan mundur, Atur pula V/div (CH1
dan CH2), sehingga didapatkan gambar yang cukup baik, dan gambarlah
pada kertas millimeter.
4. Lakukan percobaan tersebut untuk diode si, Ge, dan Zener.

Gambar 1.23 Rangkaian diode pada karakteristik V I diukur dengn osiloskop


1.4.4 Penyearah Setengah Gelombang
Dengan 1 diode
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.24, untuk pengukuran VRL dan
IRL gunakan multimeter digital.
2. Hubungkan Vsi pada 18 Vrms, kemudian ukur besarnya IRL (arus DC), dan
VRL1 (tegangan DC), catat pada tabel 1.3.
3. Hubungkan VSi pada 25 Vrms, kemudian ukur besarnya IRL1 (arus DC), dan
VRL (tegangan DC), catat pada tabel 1.3.
4. Ulangilah langkah langkah diatas untuk RL1 1020W dan RL2 10020W.
5. Catatlah hasil pengukuran anda pada tabel 1.3.

Gambar 1.24 Rangkaian diode penyerah setengah gelombang


dengan 1 diode

Tabel 1.3 Pengukuran diode penyearah setengah gelombang dengan 1 diode

Vp Vs Pengukuran Perhitungan
Rms Dengan (V) Multimeter Digital Gambar OSC
Ket.
(V) RL VD VA VS IRL VRL PRL
IRL VRL VA VRL
(CE)
10;20
220 W
100;2
0W

1.4.5 Dengan 2 diode


1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.25, untuk pengukuran V RL dan IRL
gunakan multimeter.
2. Vsi pasang pada 18 Vrms, kemudian ukur besarnya IRL (arus DC), dan VRL1
(tegangan DC), catat pada tabel 1.4.
3. VSi pasang pada 25 Vrms, kemudian ukur besarnya I RL1 (arus DC), dan VRL
(tegangan DC), catat pada tabel 1.4.
4. Ulangilah langkah langkah diatas untuk RL1 1020W dan RL2 10020W.

Gambar 1.25 Rangkaian diode penyerah setengah gelombang dengan 2 diode

Tabel 1.4 Pengukuran diode penyearah setengah gelombang dengan 2 diode


Vp Vs( Pengukuran Perhitunga
Rm V) n
s Dengan Gambar
Multimeter Digital Ket.
(V) RL OSC V P
IRL
V VD VA VS V RL RL
IRL VA
RL (CE) RL
10;20 18
220 W
100;2 25
0W

1.4.5 Penyearah Gelombang Penuh

Menggunakan 2 dioda
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.26.
2. Kemudian isialah tabel 1.5 untuk RL sama dengan RL 11020W dan
RL210020W

Gambar 1.26 Diode penyearah gelombang penuh dengan 2 diode

Tabel 1.5 Pengukuran diode penyearah gelombang penuh dengan 2 diod

Vp Vs(V) RL Pengukuran Perhitungan Ket


Rms () Multimeter Gambar Osc Vs VRL PRL f
(V) IRL VA VRL VD VA VRL VD

220 18 10
100
25 10
100

Menggunakan 4 dioda

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.27.


2. Kemudian isilah tabel 1.6, untuk RL sama dengan RL 1 1020W dan RL2
10020W
Gambar 1.27 Diode penyearah gelombang penuh dengan 4 diode

Tabel 1.6 pengukuran diode penyearah gelombang penuh dengan 4 diode

Vp Vs(V) RL Pengukuran Perhitungan Ket


Rms () Multimeter Gambar Osc Vs VRL PRL f
(V) IRL VA VRL VD VA VRL VD

220 18 10
100
25 10
100

1.4.7 Pengenalan IC regulator pada power supply.


1. lakukan percobaan berikut.
2. ukur berapakah keluaran IC tersebut.

78XX
79xx

Gambar 1.28 percobaan menggunakan IC regulator

Tabel 1.7 Pengukuran IC Regulatos

Pengukuran
Vp Jenis
Rms IC Multimeter Digital Ket.
(V) Regulator
V in V out

7805

7812
220
7912

1.5 Lembar Kerja dan Data Hasil Percobaan


Tabel 1.8 Pemeriksaan baik buruknya dioda
Resistansi Dioda Keadaan Diode Ket.
No Jenis dan Tipe Dioda Multimeter
Forward Reverse Baik Buruk
Dioda BY299 Digital 410 1
1
Penyearah IN4001 Digital 566 1
Dioda 5,1V ;
2 Digital 287 1
Zener 1W

Tabel 1.9 Pengukuran dioda pada karakteristik V-I dengan multimeter


Bias Forward Voltage (Volt) Bias Reverse Voltage (Volt)
VD ID
No. Dioda Dioda Dioda Dioda Ket.
(V) (mA) LED LED
Penyearah Zener Penyearah Zener
1 0.5 0.005 0.7 V 2.9 mV 0.18 V 0.22 V 3.1 mV 0.16 V
2 1 0.01 0.8 V 3 mV 0.02 V 0.24 V 2.7 mV 0.02 V
3 1.5 0.015 0.7 V 3.1 mV 0.50 V 0.21 V 2.8 mV 0.53 V

Tabel 1.10 Pengukuran dioda penyearah setengah gelombang dengan 1 dioda

Vp Pengukuran Perhitungan
Deng Vs Multimeter Digital Gambar OSC
Rms VR Ket.
IR VD(C V IRL PRL
an RL (V) VRL VA VS VRL
(V) L
L E) A
10; 0.51 1.53
18 5.11 9.4 220 3A
20W 1 3
220
4,7k 0.01 0.05
25 1.9 11.8 220 3A
;10W 9 7

Tabel 1.11 Pengukuran dioda penyearah setengah gelombang dengan 2 dioda

Vp Pengukuran Perhitungan K
Deng Vs Multimeter Digital Gambar OSC
Rms VR e
VD(C IRL PRL
an RL (V) IRL VRL VA VA VS VRL
(V) L t.
E)
10;
18 4.78 2.8 220 0.478 3A 1.434
20W
220
4,7k
25 7.8 2.8 220 0.078 3A 0.234
;10W

Tabel 1.12 Pengukuran dioda penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda

Vp Pengukuran Perhitungan
Vs RL Multimeter Digital Gambar OSC
Rms VR Ket.
VR VD PRL f
(V) () IRL VA VRL VD VA VS
(V) L
L
10 220 9.7 17.3 17.3 3A 51.9
220 18
470 220 15.7 17.2 17.2 3A 51.6
Tabel 1.13 Pengukuran dioda penyearah gelombang penuh dengan 4 dioda

Vp Pengukuran Perhitungan
Vs RL Multimeter Digital Gambar OSC
Rms VR Ket.
VR VD PRL f
(V) () IRL VA VRL VD VA VS
(V) L
L
10 220 9.1 17.6 17.6 3A 52.8
220 18
470 220 15.4 18.6 18.6 3A 55.8

Tabel 1.14 Percobaan dengan menggunakan IC Regulator

Jenis IC Pengukuran
Vp Rms (V) Multimeter Digital Keterangan
Regulator Vin Vout
220 7805 15.66 4.95
220 7812 13.7 12.0
220 7912 -15.0 -11.95

1.6 Analisa Pembahasan Hasil Percobaan


1.6.1 Pemeriksaan Baik Buruknya Dioda
Dari percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1.15 Pemeriksaan baik buruknya dioda
Resistansi Dioda Keadaan Diode Ket.
No Jenis dan Tipe Dioda Multimeter
Forward Reverse Baik Buruk
Dioda BY299 Digital 410 1
1
Penyearah IN4001 Digital 566 1
Dioda
2 5,1V ; 1W Digital 287 1
Zener

Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada dioda baik dioda penyearah
maupun dioda zener memiliki resistansi reverse dioda yang terukur melalui
multimeter digital sebesar 1K. Hal tersebut disebabkan karena pada saat bias
mundur/reverse bias nilai tahanannya sangat besar, sehingga multimeter hanya
dapat menampilkan nilai seperti yang tertera pada tabel. Keadaan dioda yang
diuji pada percobaan ini masing-masing baik dari dioda penyearah ataupun dioda
zener dalam keadaan baik, sehingga dalam perhitungan menggunakan
multimeter digital didapatkan hasil seperti di atas hal tersebut kemungkinan
disebabkan karena kondisinya yang masih baru ataupun pemberian tegangan
yang tidak berlebihan atau dalam arti tegangan yang diberikan dalam keadaan
yang sesuai/benar. Akan tetapi karena keterbatasan alat, dalam percobaan ini
tidak dapat ditampilkan hasil perhitungan dari multimeter analog sebagai
perbandingan.

1.6.2 Karakteristik V-I dengan Multimeter


Tabel 1.16 Pengukuran diode pada karakteristik V-I dengan multimeter
Bias Forward Voltage (Volt) Bias Reverse Voltage (Volt)
VD ID
No. Dioda Dioda Dioda Dioda Ket.
(V) (mA) LED LED
Penyearah Zener Penyearah Zener
1 0.5 0.005 0.7 V 2.9 mV 0.18 V 0.22 V 3.1 mV 0.16 V
2 1 0.01 0.8 V 3 mV 0.02 V 0.24 V 2.7 mV 0.02 V
3 1.5 0.015 0.7 V 3.1 mV 0.50 V 0.21 V 2.8 mV 0.53 V

Berikut merupakan gambar rangkaian dari percobaan di atas :

Gambar 1.29 Rangkaian diode pada karakteristik V I diukur dengan multimeter

Jika dilihat dari gambar rangkaian di atas, kondisi rangkaian dalam


keadaan bias balik / reverse bias dimana dalam reverse bias itu sendiri I D = 0
mA. Dalam hal ini, sisi N pada dioda mendapat polaritas tegangan lebih besar
dari sisi P sehingga tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran hole dari
P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masing-masing
tertarik ke arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan deplesi (depletion layer)
semakin besar dan menghalangi terjadinya arus.Maka demikianlah dioda hanya
dapat mengalirkan arus satu arah saja.Sehingga tidak ada arus yang mengalir
pada rangkaian tersebut dan kondisi dioda dalam keadaan terbuka / open cirquit.
Untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun memang ada
batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi breakdown,
dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk di lapisan
deplesi. Untuk perhitungan matematis dapat dilihat di bawah ini yaitu dimana Vs
0, sehingga tidak ada arus yang mengalir ID = 0.

ID = 0A

Jadi dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa tegangan dioda (V D)


sama dengan tegangan pada sumber (Vs)
a. Pada saat reverse bias ( VS 0):

b. Pada saat forward bias ( VS> 0):


=

Nilai VD untuk masing-masing dioda diantaranya yaitu pada dioda silikon


mempunyai tetapan 0.7 V dan untuk diode germanium mempunyai tetapan
sebesar 0.3 V. Dan pada saat Vs> 0 maka secara matematis perhitungannya
adalah :
ID =IR = I

Vs = VR + VD = I x R + VD

Vs V D
I
R

Pada saat :
0.5 0,7
Vs = 0.5 volt maka I 2mA
100
1 0,7
Vs = 1 volt maka I 3mA
100
1.5 0,7
Vs = 1.5 volt maka I 8mA
100
Berdasarkan data yang diperoleh pada hasil percobaan dan hasil
perhitungan maka dapat dihitung prosentase kesalahannya dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :

Untuk data ID dapat dihitung prosentase kesalahannya sebagai berikut. Dan


untuk ID yang pertama :
Ipengukuran = 0.005 mA
Iperhitungan = -2mA

Untuk ID yang kedua :


Vpengukuran = 0.01mA
Vperhitungan = 3 mA

Untuk ID yang ketiga :


Vpengukuran = 0.015 mA
Vperhitungan = 8 mA

Berikut merupakan tabel hasil prosentase kesalahan dari perhitungan di atas:


Tabel 1.17 Perhitungan prosentase kesalahan pada karakteristik V-I

ID ID
VD Persentase kesalahan
No (mA) (mA)
(V) (%)
(pengukuran) (perhitungan)
1 0.5 0.005 -2 Diatas 100
2 1 0.01 3 99.6
3 1.5 0.015 8 99.8
Dalam prosentase kesalahan yang telah dihitung, ternyata prosentase
kesalahan yang didapat cukup besar.Hal tersebut kemungkinan disebabkan
kesalahan praktikan dalam melakukan pengamatan atau melakukan pengukuran
dalam percobaan dan presisi alat yang kurang terlalu memadai.

1.6.3 Penyearah Setengah Gelombang


1.6.3.1 Dengan 1 dioda
Tabel 1.18 Pengukuran dioda penyearah setengah gelombang dengan 1 dioda
Vp Pengukuran Perhitungan
Multimeter Digital Gambar OSC
Rm Deng Vs Ket
IR VD(C VR IRL VRL PRL
s an RL (V) VRL VA VA VS .
L E) L
(V)
10; 22 1.53
18 5.11 9.4 0.511 3
20W 0 3
220
4,7k 22 0.05
25 1.9 11.8 0.019 3
;10W 0 7

Berikut merupakan gambar rangkaian dari percobaan di atas:

Gambar 1.30 Rangkaian diode penyearah setengah gelombang dengan 1 diode

Untuk dapat menghitung I RL , V RL , PRL dapat digunakan persamaan berikut :


VRL VD ; VD 0.7V
VRL
I RL I D
R
PRL I RL R
2

Sehingga untuk menghitung pada saat RL=10;20W :


VRL 18
VRL 18
I RL 1.8 A
R 10
PRL I RL
2
R = 1.8 2 x10 =32.4 watt
Sedangkan pada saat 4.7K:10W :
V RL 25
VRL 25
I RL 0.0053 A
R 4700
PRL I RL
2
R = 0.00532 x 4700 = 0,1175 watt

Tabel 1.19 Perbandingan pengukuran dengan perhitungan

Pengukuran Perhitungan
Vp VS
Dengan RL Ket
Rms(V) (V) Multimeter Digital IRL VRL PRL
VRL VD VA (A) (V) (W)
10:20W 18 5,05 6,80 220 1,8 18 32.4
220
47K:10W 25 7,78 7,35 220 0.0053 25 0.1175

Dari hasil analisa tersebut dapat dibuatkan perbandingan prosentase


kesalahan dalam percobaan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung
prosentase kesalahan adalah :

Untuk data IRL 10:20W dapat dihitung persentase kesalahannya yaitu :


Ipengukuran = 0.511 A
Iperhitungan = 1.8 A
Maka

Untuk data IRL4.7k:10W dapat dihitung persentase kesalahannya yaitu :


Ipengukuran = 0.019 A
Iperhitungan = 0.0053 A
Maka

Untuk data VRL10:20W dapat dihitung prosentase kesalahannya yaitu :


Vpengukuran = 5.11 V
Vperhitungan = 18 V
Maka

Untuk data VRL4.7k:10W dapat dihitung prosentase kesalahannya yaitu :


Vpengukuran = 1.9 V
Vperhitungan = 25 V
Maka

Tabel 1.20 Tabel Hasil Prosentase kesalahan pada IRL dan VRL
IRL(A) VRL (V)
Keterangan
10:20W 4.7K:10W 10:20W 4.7K:10W
Pengukuran 0.511 0.019 5.11 1.9
Perhitungan 1,8 0,0053 18 25
% kesalahan 71.6% Diatas 100% 71.6% 92.4%

Dari data di atas dapat dilihat prosentase kesalahan yang cukup besar.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena salah pembacaan skala alat percobaan
ataupun presisi alat yang kurang sehingga dalam pembacaan skala sering terjadi
kesalahan.

1.6.3.2 Dengan 2 dioda


Tabel 1.21 Pengukuran dioda penyearah setengah gelombang dengan 2 dioda

Vp Pengukuran Perhitungan
Deng Vs Multimeter Digital Gambar OSC
Rms VR Ket.
VD(C VR IRL PRL
an RL (V) IRL VRL VA VA VS
(V) L
E) L
10; 0.47 1.43
18 - 4.78 2.8 220 - - - 3
20W 8 4
220
4,7k 0.07 0.23
25 - 7.8 2.8 220 - - - 3
;10W 8 4
Untuk menghitung I RL , V RL , PRL dapat digunakan persamaan berikut :
V RL E ; VD 0.7V
VRL
I RL I D
R
PRL I RL
2
R
Untuk 10;20W dengan RL 18 V adalah sebagai berikut.
V RL 18 V
V RL 18
I RL 1.8 A
R 10
PRL I RL
2
R = 1.8 2 x10 =32.4 W

Untuk 4.7;10W dengan RL 25 V adalah sebagai berikut.


V RL 25 V
VRL 25
I RL 0,25 A
R 100
PRL I RL
2
R = 0,25 2 x100 = 6.25 W
Tabel 1.22 Perbandingan pengukuran dengan perhitungan

Pengukuran (V) Perhitungan


Vp
Gambar
Rm Dengan Multimeter Digital
Vs(V) OSC IRL VRL PRL Ket
s RL
VD(CE V (A) (V) (W)
(V) VRL VA VS VRL
) A
10;20 18 4.78 6,64 220 1,8 18 32,4
220 W
4.7;10
25
W 7,8 6,40 220 0,25 25 6,25

Dari hasil analisa tersebut dapat dibuatkan perbandingan prosentase


kesalahan dalam percobaan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung
prosentase kesalahan adalah :

Untuk data IRL 10:20W dapat dihitung persentase kesalahannya yaitu :


Ipengukuran = 0.478 A
Iperhitungan = 1.8 A
Maka

Untuk data VRL 10:20W dapat dihitung persentase kesalahannya yaitu :


Vpengukuran = 4.78 V
Vperhitungan = 18 V
Maka

Untuk data PRL pada 10;20W dapat dihitung presentase kesalahannya yaitu :
PPengukuran = 1.434 W

Pperhitungan = 32,4 W

1.434 32,4
|% Kesalahan | = x 100% = 95.5 %
32,4

Untuk data IRL4.7:10W dapat dihitung persentase kesalahannya yaitu :


Ipengukuran = 0.078 A
Iperhitungan = 0.25 A
Maka

Untuk data VRL4.7:10W dapat dihitung persentase kesalahannya yaitu :


Vpengukuran = 7.8 V
Vperhitungan = 25 V
Maka

Untuk data PRL pada 10;20W dapat dihitung presentase kesalahannya yaitu :
PPengukuran = 0.234W

Pperhitungan = 6,25W

0.234 6.25
|% Kesalahan | = x100% = 96.2 %
6.25

Tabel 1.23 Tabel Hasil Prosentase kesalahan pada IRL dan VRL
IRL(A) VRL (V) PRL (W)
Keterangan
10:20W 4.7K:10W 10:20W 4.7K:10W 10:20W 4.7K:10W
Pengukuran 0.478 0.078 4.78 7.8 1.434 0.234
Perhitungan 1.8 0.25 18 25 32.4 6.25
% kesalahan 73.4% 68.8% 73.4% 68.8% 95.5% 96.2%

Dari hasil perhitungan prosentase kesalahan di atas, didapat prosentase


kesalahan yang cukup besar. Hal tersebut dikarenakan presisi alat yang kurang
memadai, sehingga praktikan kesulitan dalam melakukan pengamatan.

1.6.4 Penyearah Gelombang Penuh


1.6.4.1 Dengan Dua Dioda
Tabel 1.24 Pengukuran dioda penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda

Vp Pengukuran Perhitungan
Vs RL Multimeter Digital Gambar OSC
Rms VR Ket.
VR VD PRL f
(V) () IRL VA VRL VD VA VS
(V) L
L
10 - 220 9.7 17.3 - - - 17.3 3A 51.9 - -
220 18
470 - 220 15.7 17.2 - - - 17.2 3A 51.6 - -
Berikut merupakan gambar rangkaian penyearah gelombang penuh
dengan 2 dioda :
Gambar 1.31 Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda
Penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda memiliki persamaan untuk

mencari VRL dan PRL. Untuk menghitung I RL , V RL , PRL dapat digunakan


persamaan berikut :
V RL E ; VD 0.7V
VRL
I RL I D
R
PRL I RL R
2

Untuk RL = 10perhitungannya adalah sebagai berikut:


V RL 18 V
V RL 18
I RL 1.8 A
R 10
PRL I RL
2
R = 1.8 2 x10 = 32.4 W
Untuk RL = 470 perhitungannya adalah sebagai berikut:
V RL 18 V
VRL 18
I RL 0.04 A
R 470
PRL I RL
2
R = 0.04 2 x 470 = 0.752 W
Jadi perbandingan VRL dari pengukuran dan perhitungan saat RL = 10
adalah 9.7 : 18, sedangkan perbandingan VRL saat RL = 470 adalah 15.7 : 18.
Perbandingan PRL dari pengukuran dan perhitungan saat RL = 10 adalah 51.9 :
32.4, sedangkan PRL dari pengukuran dan perhitungan saat RL = 470 adalah
51.9 : 0.752. Perbedaan perbandingan didasari oleh tingkat ketelitian praktikan
serta presisi alat.

1.6.4.2 Dengan Empat Dioda


Tabel 1.25 Pengukuran dioda penyearah gelombang penuh dengan 4 dioda
Vp Pengukuran Perhitungan
Multimeter Digital Gambar OSC
Rm Vs RL Ket
s (V) () VD VRL PRL f .
IRL VA VRL VD VA VS VRL
(V)
17.
10 220 9.1 17.6 3A 52.8
6
220 18
18.
470 220 15.4 18.6 3A 55.8
6
Berikut merupakan gambar rangkaian penyearah gelombang penuh
dengan 2 dioda :

Gambar 1.32 Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan 4 dioda


Penyearah gelombang penuh dengan 4 diode memiliki persamaan untuk

mencari VRL dan PRL. Untuk menghitung I RL , V RL , PRL dapat digunakan


persamaan berikut :
V RL E ; VD 0.7V
VRL
I RL I D
R
PRL I RL R
2

Untuk RL = 10perhitungannya adalah sebagai berikut:


V RL 18 V
V RL 18
I RL 1.8 A
R 10
PRL I RL
2
R = 1.8 2 x10 = 32.4 W
Untuk RL = 470perhitungannya adalah sebagai berikut:
V RL 18 V
VRL 18
I RL 0.04 A
R 470
PRL I RL
2
R = 0.04 2 x 470 = 0.752 W
Jadi perbandingan VRL dari pengukuran dan perhitungan saat RL = 10
adalah 9.1 : 18, sedangkan perbandingan VRL saat RL = 470 adalah 15.4 : 18.
Perbandingan PRL dari pengukuran dan perhitungan saat RL = 10 adalah 52.8 :
32.4, sedangkan PRL dari pengukuran dan perhitungan saat RL = 470 adalah
55.8 : 0.752. Perbedaan perbandingan didasari oleh tingkat ketelitian praktikan
serta presisi alat.
1.6.5 Percobaan Pengenalan IC Regulator pada Power Supply
Tabel 1.26 Percobaan dengan menggunakan IC Regulator
Vp Rms (V) Pengukuran Keterangan
Multimeter Digital
Vin Vout
Jenis IC
220 7805
Regulator 15.66 4.95
220 7812 13.7 12.0
220 7912 -15.0 -11.95

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada 2 jenis IC Regulator seri
7805 dan 7812 terjadi penurunan tegangan pada Vout, sedangkan pada jenis IC
Regulator yang lain yaitu seri 7912 terjadi kenaikan pada Vout. Hal tersebut
kemungkinan dikarenakan kurangnya ketelitian dalam percobaan.

1.7 Pertanyaan
1. Dari percobaan karakteristik V I (dengan multimeter) buatlah grafik Id
terhadap Vd dan bandingkan dengan gambar dari osiloskop, dan
bandingkan pula dengan karakteristik diode ideal. Jelaskan komentar anda
dan beri alasannya!
2 Bagaimana cara untuk mengetahui baik buruknya diode ,(diode si,Ge, dan
Zener)?
3 Untuk percobaan setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh
hitunglah factor rippelnya untuk masing masing harga RL?
4 Jelaskan cara kerja rangkaian Diode penyearah gelombang penuh dengan
4 diode?
5 Bandingkan semua hasil pengukuran dengan hasil perhitungan, dan
terangkan menurut analisa anda?

Jawaban Pertanyaan
1. Berikut merupakan hasil percobaan karakteristik V I (dengan multimeter).
Tabel 1.27 Pengukuran diode pada karakteristik V-I dengan multimeter
Bias Forward Voltage (Volt) Bias Reverse Voltage (Volt)
VD ID
No. Dioda Dioda Dioda Dioda Ket.
(V) (mA) LED LED
Penyearah Zener Penyearah Zener
1 0.5 0.005 0.7 V 2.9 mV 0.18 V 0.22 V 3.1 mV 0.16 V
2 1 0.01 0.8 V 3 mV 0.02 V 0.24 V 2.7 mV 0.02 V
3 1.5 0.015 0.7 V 3.1 mV 0.50 V 0.21 V 2.8 mV 0.53 V

Dari tabel pengukuran diode pada karakteristik V-I dengan multimeter di


atas, maka dapat dibuatkan suatu grafik hubungan antara VD dengan ID. Grafik ID
terhadap VD adalah sebagai berikut :
Grafik 1.1 ID terhadap VD

Karena pada percobaan ini tidak menggunakan osiloskop, maka hasil


pengukuran tidak bisa dibandingkan dengan hasil pengukuran osiloskop. Jika

hasil pengukuran dibandingkan dengan karakteristik diode ideal dapat dilihat


pada grafik di bawah :
Grafik 1.2 Karakteristik diode ideal

Setelah dibandingkan antara hasil pengukuran dengan karakteristik diode


ideal, maka hasil yang didapat adalah :
Untuk karakteristik diode ideal didapat perhitungan sebagai berikut :
Jadi selama ID=0A, maka untuk tegangan diode bernilai sama dengan tegangan
sumber. Sedangkan untuk VD = 0V, didapat perhitungan sebagai berikut :

Karena dalam modul Vs tidak ditentukan maka dari itu kesalahan dalam hasil
percobaan dikarenakan kurangnya ketelitian praktikan dan kondisi alat yang
kurang memadai.

2. Cara untuk mengetahui baik-buruknya diode (silicon, germanium, dan zener)


adalah dengan cara menggunakan alat ukur multimeter untuk memeriksa
diode-diode yang ada. Pada saat pengukuran R maju gunakan range yang
paling kecil (ohm) dan range yang besar untuk R mundur (10 K ohm), untuk
multimeter analog. Pada multimeter digital gunakan range untuk mengukur.

3. Pengukuran faktor rippel (Riffle Factor) untuk masing-masing RL pada


rangkaian penyearah setengah gelombang dan gelombang penuh dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Karena kapasitor penyearah tidak digunakan dalam rangkaian sehingga


dapat diabaikan. Jadi rumus untuk mencari tegangan rippel adalah :

Selain itu untuk mencari faktor rippel diperlukan adanya tegangan DC (Vdc)
yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

Sehingga faktor rippel dapat di cari dengan rumus :


a) Faktor rippel untuk penyearah setengah gelombang dan gelombang
penuh dengan RL = 10 dan Vac = 18Volt, maka :

b) Faktor rippel untuk penyearah setengah gelombang dan gelombang


penuh dengan RL = 100 dan Vac = 18Volt, maka :

c) Faktor rippel untuk penyearah setengah gelombang dan gelombang


penuh dengan RL = 100 dan Vac = 25volt, maka :
d) Faktor rippel untuk penyearah setengah gelombang dan gelombang
penuh dengan RL = 10 dan Vac = 25volt, maka :

4. Penyearah gelombang penuh model jembatan memerlukan empat


buah diode. Duadiode akan berkondusi saat isyarat positif dan dua diode
akan berkonduksi saat isyarat negatif. Untuk model penyearah jembatan ini
kita tidak memerlukan transformator yang memiliki center-tap. Seperti
ditunjukkan pada gambar 8.4, bagian masukan AC dihubungkan pada
sambungan D1 -D2 dan yang lainnya pada D3 -D4. Katode D1 dan D3
dihubungkan degan keluaran positif dan anode D2 dan D4 dihubungkan
dengan keluaran negatif (tanah). Misalkan masukan AC pada titik A berharga
positif dan B berharga negatif, maka diode D1 akan berpanjar maju dan D2
akan berpanjar mundur. Pada sambungan bawah D4 berpanjar maju dan D3
berpanjar mundur. Pada keadaan ini elektron akan mengalir dari titik B melalui
D4 ke beban , melalaui D1 dan kembali ke titik A. Pada setengah periode
berikutnya titik A menjadi negatif dan titik B menjadi positif. Pada kondisi ini D2
dan D3 akan berpanjar maju sedangkan D1 dan D4 akan berpanjar mundur.
Aliran arus dimulai dari titik A melalui D2, ke beban, melalui D3 dan kembali
ke titik B. Perlu dicatat di sini bahwa apapun polaritas titik A atau B, arus yang
mengalir ke beban tetap pada arah yang sama.

Gambar 1.33 Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan 4 dioda


5. Pembandingan antara hasil pengukuran dan perhitungan telah
dilakukan pada tahap analisa hasil percobaan dan berikut merupakan garis
besar perbandingan tersebut :
a) Pemeriksaan Keadaan Dioda
Untuk pemeriksaan keadaan dioda pada dioda baik dioda penyearah
maupun dioda zener memiliki resistansi reverse dioda yang terukur melalui
multimeter digital sebesar 1K. Hal tersebut disebabkan karena pada saat bias
mundur/reverse bias nilai tahanannya sangat besar, sehingga multimeter hanya
dapat menampilkan nilai seperti yang tertera pada tabel. Keadaan dioda yang
diuji pada percobaan ini masing-masing baik dari dioda penyearah ataupun dioda
zener dalam keadaan baik, sehingga dalam perhitungan menggunakan
multimeter digital didapatkan hasil seperti di atas hal tersebut kemungkinan
disebabkan karena kondisinya yang masih baru ataupun pemberian tegangan
yang tidak berlebihan atau dalam arti tegangan yang diberikan dalam keadaan
yang sesuai/benar.
b) Karakteristik V-I (dengan multimeter)
Tabel 1.28 Perhitungan prosentase kesalahan pada karakteristik V-I

VD ID ID Persentase
No
(V) (mA)(pengukuran) (mA)(perhitungan) kesalahan(%)

1 0.5 0.005 -2 Diatas 100


2 1 0.01 3 99.6
3 1.5 0.015 8 99.8
Sesuai analisa yang telah dilakukan di atas, maka didapat hasil
prosentase kesalahan pada karakteristik V-I tersebut. Disini terlihat prosentase
kesalahan memiliki nilai yang cukup tinggi.
c) Penyearah Setengah Gelombang dengan 1 Diode
Tabel 1.29 Tabel Hasil Prosentase kesalahan pada IRL dan VRL
IRL(A) VRL (V)
Keterangan
10:20W 4.7K:10W 10:20W 4.7K:10W
Pengukuran 0.511 0.019 5.11 1.9
Perhitungan 1,8 0,0053 18 25
% kesalahan 71.6% Diatas 100% 71.6% 92.4%

Tabel di atas merupakan hasil prosentase kesalahan rangkaian


penyearah setengah gelombang dengan 1 diode pada IRL dan VRL yang telah
disesuaikan dengan hasil analisis yang dilakukan pada subbab di atas.
d) Penyearah Setengah Gelombang dengan 2 Diode
Tabel 1.30 Tabel Hasil Prosentase kesalahan pada IRL dan VRL
IRL(A) VRL (V) PRL (W)
Keterangan
10:20W 4.7K:10W 10:20W 4.7K:10W 10:20W 4.7K:10W
Pengukuran 0.478 0.078 4.78 7.8 1.434 0.234
Perhitungan 1.8 0.25 18 25 32.4 6.25
%
73.4% 68.8% 73.4% 68.8% 95.5% 96.2%
kesalahan
Tabel di atas merupakan hasil prosentase kesalahan rangkaian
penyearah setengah gelombang dengan 2 diode pada IRL dan VRL yang telah
disesuaikan dengan hasil analisis yang dilakukan pada subbab di atas.
e) Penyearah Gelombang Penuh dengan 2 Diode
Perbandingan VRL dari pengukuran dan perhitungan saat RL = 10
adalah 9.7 : 18, sedangkan perbandingan VRL saat RL = 470 adalah 15.7 : 18.
Perbandingan PRL dari pengukuran dan perhitungan saat RL = 10 adalah 51.9 :
32.4, sedangkan PRL dari pengukuran dan perhitungan saat RL = 470 adalah
51.9 : 0.752.
f) Penyearah Gelombang Penuh dengan 4 Diode
Perbandingan VRL dari pengukuran dan perhitungan saat RL = 10
adalah 9.1 : 18, sedangkan perbandingan VRL saat RL = 470 adalah 15.4 : 18.
Perbandingan PRL dari pengukuran dan perhitungan saat RL = 10 adalah 52.8 :
32.4, sedangkan PRL dari pengukuran dan perhitungan saat RL = 470 adalah
55.8 : 0.752.
g) Percobaan Pengenalan IC Regulator pada Power Supply
Dari tabel analisa pada subbab di atas dapat disimpulkan bahwa pada 2
jenis IC Regulator seri 7805 dan 7812 terjadi penurunan tegangan pada Vout,
sedangkan pada jenis IC Regulator yang lain yaitu seri 7912 terjadi kenaikan
pada Vout.

1.8 Kesimpulan
Dioda adalah komponen yang memiliki 2 terminal dan terbuat dari
sambungan 2 jenis semikonduktor P dan N.Dioda adalah jenis vacuum tube
yang memiliki dua buah elektroda. Dioda tabung pertama kali diciptakan oleh
seorang ilmuwan dari Inggris yang bernama Sir J.A. Fleming (1849-1945) pada
tahun 1904.
Dari percobaan dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil percobaan tidak sesuai dengan teori. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya ketelitian praktikan serta kondisi alat yang kurang
memadai.
Daftar Pustaka

http://www.scribd.com/document_downloads/direct/17670206?
extension=pdf&ft=1287985367&lt=1287988977&uahk=+iLOmOo7eRxF/5j6R3sv
m2bsE7U
http://www.electroniclab.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=12:thyristor&catid=6:elkadasar&Itemid=7
http://tk.unikom.ac.id/tkfiles/download/modul%20praktikum%20eldas/modul
%20IV.pdf
http://labdasar.ee.itb.ac.id/lab/Kuliah/Percobaan%203.pdf
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/33212330?
extension=pdf&ft=1287986147&lt=1287989757&uahk=O45MILEPPfgLWuR8Ud9
2oq5PLgI
http://cnt121.files.wordpress.com/2007/11/dioda.pdf

Anda mungkin juga menyukai