Anda di halaman 1dari 4

Pada saat sebelum masa reproduksi, system imun lelaki dan perempuan adalah

sama, tetapi ketika sudah memasuki masa reproduksi, system imun antara
keduanya sangatlah berbeda. Hal ini disebabkan mulai adanya beberapa hormone
yang muncul. Pada wanita telah diproduksi hormone estrogen yang
mempengaruhi sintesis IgG dan IgA menjadi lebih banyak (meningkat). Dan
peningkatan produksi IgG dan IgA menyebabkan wanita lebih kebal terhadap
infeksi. Sedangkan pada pria telah diproduksi hormone androgen yang bersifat
imunosupresan sehingga memperkecil resiko penyakit autoimun tetapi tidak
membuat lebih kebal terhadap infeksi. Oleh karenanya, wanita lebih banyak
terserang penyakit autoimun dan pria lebih sering terinfeksi.
Pengembangan metode untuk melihat adanya hubungan nutrisi dengan fungsi sistem imun.

JENIS NUTRIEN
Nutrien Untuk Sistem Imun
MAKRONUTRIEN
KARBOHIDRAT
PROTEIN
Poli Asam Lemak Tak Jenuh Rantai Panjang (Long Chain Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA)
MIKRONUTRIEN
Vitamin A
Vitamin C
Vitamin E dan Selenium
Besi
Zink
Nukleotida

MAKRONUTRIEN
1. Karbohidrat
suplai sistem imun dengan energi untuk melawan patogen
ditingkatkan karbohidrat kompleks
dibatasi gula sederhana
dibatasi karbohidrat olahan
2. Protein
membuat enzim untuk eliminasi patogen, menjaga saluran cerna, menjaga sistem imun
dipilih daging tidak berlemak
dipilih protein nabati
dibatasi konsumsi daging berlemak
3. Poli Asam Lemak Tak Jenuh Rantai Panjang (Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA)
Asam lemak essensial, seperti Asam Linoleat dan Asam -Linolenat tidak bisa disintesis dalam
sel mamalia sehingga harus diperoleh dari makanan.
Asam linoleat (-6) terkandung dalam minyak jagung, minyak bunga matahari, minyak sawit,
margarin, dan lemak hewani.
Asam linolenat (-3) terkandung dalam kacang kedelai dan minyak kanola.
PUFA rantai panjang seperti asam eikosapentanoat (eicosapentanoic acid, EPA) dan asam
dokosaheksanoat (docosahexanoic acid, DHA) dapat disintesis dalam tubuh dengan prekursor
asam -linolenat atau dapat diperoleh dari minyak ikan laut.
Poli Asam Lemak Tak Jenuh Rantai Panjang (Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA)
Konsumsi EPA dan DHA terbukti memiliki fungsi modulasi spesifik pada imunitas alami dan
dapatan.
Konsumsi asam linolenat dalam jumlah tinggi (>10% dari lemak total) dapat menekan
kemampuan limfosit dalam merespon terhadap stimulasi mitogen, aktivitas sel NK, dan reaksi
hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV).
Konsumsi EPA dan DHA setelah stimulasi mitogen menurunkan produksi interleukin (IL)-1, IL-
6, Tumor Necrosis Factor (TNF)- oleh sel mononuklear pada pembuluh darah perifer dan
makrofag peritoneal.
Poli Asam Lemak Tak Jenuh Rantai Panjang (Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA)
Konsumsi PUFA n-3 dalam jumlah sedang (<1gr EPA + DHA/hari) setelah stimulasi mitogen
tidak bersifat imunosupresif bahkan dapat meningkatkan fungsi imun seperti proliferasi dan
aktivasi sel limfosit, aktivitas sel NK, aktivasi makrofag, produksi IL-1, IL-2, TNF-.
Penambahan dalam jumlah kecil DHA dan asam arakhidonat dalam formula untuk bayi mampu
merubah maturasi sel T (ekspresi antigen CD45RO+ pada sel CD4+)
Poli Asam Lemak Tak Jenuh Rantai Panjang (Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA)
Mekanisme n-3 PUFA memodulasi fungsi sistem imun.

MIKRONUTRIEN
1. Vitamin A
Apakah Vitamin A itu ?
Vitamin A salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh meningkatkan daya tahan
tubuh (imunitas) dan kesehatan mata.
Fungsi utama vitamin zat pengatur.
Mengonsumsi vitamin yang cukup metabolisme lancar
Guna vitamin A :
Bantu pertumbuhan dan perkembangan kerangka dan jaringan tubuh. "Sebab vitamin A
membantu sintesis protein tubuh dan diferensiasi sel-sel tulang (memperbaiki proses pembuatan
tulang),
Vitamin anti-infeksi dapat mempertahankan integritas membran mucous (supaya sel-sel di
dalam tubuh khususnya mata tidak mudah rapuh).
Kekurangan vitamin A menyebabkan meningkatnya kerentanan tubuh terhadap infeksi bakteri
dan virus.
Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan:
Gangguan pada imunitas humoral
Menghambat stimulasi mitogen
Menghambat proliferasi sel T
Menghambat produksi antibodi spesifik antigen seperti IgA, IgG
Menurunkan kemampuan sel CD4 untuk menginduksi respon sel B dalam memproduksi IgG1
untuk antigen yang spesifik
Menurunkan kemampuan neutrofil untuk memfagosit infektor (Pseudomonas aeruginosa)

Kelebihan asupan Vitamin A menyebabkan:


Supresi hematopoiesis
Supresi proliferasi Sel T yang diinduksi oleh mitogen
Supresi produksi antibodi spesifik antigen
Lebih rentan terhadap infeksi
Menurunkan transkripsi dan ekspresi gen untuk beberapa molekul sistem imun seperti sitokin.
Mekanisme vitamin A untuk sistem imun

2. Vitamin C
Vitamin C berada dalam konsentrasi tinggi dalam sel leukosit.
Selama terjadi infeksi, sel leukosit menggunakan Vit. C dalam jumlah banyak untuk mencegah
kerusakan oksidatif.
Konsumsi 1 gr Vit. C (dan 200 mg Vit. E) setiap hari selama 16 minggu akan meningkatkan
proliferasi limfosit, dan peningkatan fungsi fagositik dari neutrofil pada pembuluh darah perifer.
Tubuh menyimpan dan memanfaatkan vitamin C secara berfluktuasi tergantung berapa banyak
yang diperlukan untuk menunjang sistem imunitas, mengatur metabolisme kolesterol, mengikat
radikal bebas, menyembuhkan luka, dan lain-lain.
Asupan dosis tinggi vitamin C tidak hanya berguna bagi penyakit flu, melainkan juga dapat
mencegah terjadinya infeksi sekunder yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada penderita
influenza. Untuk mencegah penyakit tersebut, direkombinasikan penggunaan vitamin C
sebanyak 1.000 mg/hari atau lebih.
Defisiensi vitamin C menyebabkan:
Sariawan
Lebih rentan terkena infeksi gigi dan gusi
Abnormalitas mukopolisakarida sel basal

3. Vitamin E dan Selenium


Dalam jaringan, Vitamin E (-tokoferol) dan elemen Selenium (Se) fungsinya sinergis untuk
mengurangi kerusakan membran lipid dengan cara membentuk spesi oksigen reaktif (ROS)
selama infeksi.
Defisiensi Vit. E dan Se menyebabkan:
Vit. E Meningkatnya kerusakan membran sel darah merah karena induksi radikal bebas
Se penurunan produksi radikal bebas, penurunan aktivitas fagositik neutrofil, penurunan
ekspresi gen untuk IL-2 dan afinitasnya pada sel T, penurunan diferensiasi dan proliferasi sel T,
penurunan sitotoksisitas limfosit.

4. Besi
Defisiensi besi terjadi pada 20-50% populasi dunia.
Elemen besi mengatur fungsi sel T limfosit.
Kebutuhan Fe sel limfosit akan meningkat pada saat proliferasi dan kondisi lain
Imunitas humoral tidak dipengaruhi oleh keberadaan besi karena produksi antibodi dalam tubuh
dapat terjadi pada kadar besi yang rendah.
Defisiensi besi menyebabkan:
Menghambat perkembangan imunitas selular
Penurunan aktivitas myeloperoksidase dan bakterisidal dari neutrofil
Penurunan aktivitas sel NK
Peningkatan risiko infeksi
Kelebihan besi menyebabkan:
Penurunan aktivitas fagositosis yang distimulasi mitogen dan imunitas humoral pada sel monosit
dan makrofag.
Penurunan migrasi/ mobilisasi neutrofil
Perubahan subset sel T limfosit
Supresi sistem komplemen
Lebih mudah terkena infeksi

5. Zink
Zink dibutuhkan dalam aktivasi > dari 100 enzim yang terlibat dalam metabolisme energi dan
karbohidrat, sintesis dan degradasi protein, sintesis asam nukleat, biosintesis hemoglobin dan
transpor CO2.
Keberadaan zink dapat memengaruhi sistem imun mencakup pembentukan oksigen radikal,
pembentukan limfosit dan sitokin, serta regulasi apoptosis dan ekspresi gen.
Defisiensi zink dapat menyebabkan :
Terganggunya sistem pertahanan tubuh
Respon poliferasi sel Th berkurang
Defisiensi aktivitas hormon timus
Merusak respon DTH (delayed type hypersensitivity), produksi Ig G dan aktifitas litik dari NK
cell yang rendah
Kelebihan Zn dalam darah menyebabkan:
Memblokade proses apoptosis antigen dengan mencegah aktivasi dari endonukleus yang terlibat
dalam fragmentasi DNA
Menghambat pembentukan ikatan steroid dengan sistein di reseptor binding site glukokortikoid.

6. Nukleotida
Nukleotida dapat diperoleh dari makanan yang kaya akan nukleoprotein seperti ikan, daging, dan
ASI.
Konsumsi nukleotida pada kadar normal, sekitar < 5% ( 1-2 g / hari ) dapat meningkatkan sistem
imun humoral

Anda mungkin juga menyukai