Stasiun Masakan
Stasiun Puteran
Kelistrikan
Listrik
PT. PG Candi Sidoarjo menggunakan listrik yang berasal dari tiga sumber, yaitu:
a. Turbin generator
Boiler menghasilkan uap bertekanan (steam) dengan cara membakar ampas pada suhu
800C, dimana energi uap tersebut digunakan untuk menghasilkan tenaga mekanik, tenaga
listrik dan juga digunakan energi panasnya untuk kegunaan pengolahan gula di bagian
proses. Energi uap yang menghasilkan tenaga mekanik, misalnya untuk menggerakkan turbin
pada penggerak gilingan (mill), shredder, cane cutter dan pompa-pompa pengisi air boiler.
Energi uap yang digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik adalah untuk menggerakkan
turbin generator. Sementara uap bekas (exhaust steam) dari energi uap yang telah digunakan
untuk penggerak, masih digunakan lagi energi panasnya untuk di bagian proses.
Prinsip kerja turbin uap yaitu: Turbin uap yang terdiri dari sebuah cakram, dikelilingi
oleh daun-daun cakram yang disebut sudu-sudu. Sudu-sudu ini berputar karena tiupan dari
uap bertekanan yang berasal dari ketel uap, yang telah dipanasi terdahulu dengan
menggunakan bahan bakar padat, cair dan gas. Uap tersebut kemudian dibagi dengan
menggunakan control valve yang akan dipakai untuk memutar turbin yang dikopelkan
langsung dengan pompa dan juga sama halnya dikopel dengan sebuah generator singkron
untuk menghasilkan energi listrik. Setelah melewati turbin uap, uap yang bertekanan dan
bertemperatur tinggi tadi muncul menjadi uap bertekanan rendah. Panas yang sudah diserap
oleh kondensor menyebabkan uap berubah menjadi air yang kemudian dipompakan kembali
menuju boiler. Sisa panas dibuang oleh kondensor mencapai setengah jumlah panas semula
yang masuk.
b. Diesel
Spesifikasi alat Diesel Deutz
- Seri/type = BA6M816AU
- No. = 6973580A
- Daya = 350 KVA
- N1 = 298 KW
- Putaran = 1500 rpm
- N2 = 328 KW
- Putaran = 1488 rpm
- Temperatur uap masuk = 325C
c. PLN
Setiap bulannya PT. PG. Candi Baru Sidoarjo membayar PLN sebesar satu milyar rupiah
untuk suplai listrik ke pabrik.
Stasiun Masakan
Pada pan masakan, terdapat 3 tahapan proses yang terjadi :
2. Tahap Pembibitan
Yaitu penambahan bibit ke dalam nira sebagai inti kristal. Pembuatan bibit berasal dari
gula berkualitas tinggi. Apabila tidak menggunakan bibit, maka kristal yang dihasilkan
tidak bisa keluar dan membutuhkan waktu yang lama.
Masakan D
Bahannya adalah nira kental, stroop A, stroop C, fondan dan babonan D. Mula-mula
nira kental sebanyak + 100 hl, dimasukan kedalam pan I, dipanaskan sampai terbentuk benangan,
diusahakan jangan sampai terbentuk kristal gula. Kemudian fondan dimasukkan sebanyak 500-
600 cc, sebagai bibit, kemudian ditambahkan stroop A sampai dengan 200 hl . Larutan gula ini
dipanaskan, selama pemanasan (pembentukan inti kristal), bentuk kristal dikontrol agar diperoleh
bentuk inti kristal yang dikehendaki. Untuk mengurangi kistal palsu yang terbentuk, dilakukan
penyiraman air. Kemudian masakan seluruhnya dipindahkan seluruhnya ke pan II.
Di pan II, masakan ditambah lagi dengan klare D dan stroop C, untuk menurunkan
harga HK. Pada pelaksanaan di lapangan, umumnya jumlah stroop C dan klare D sama, masing-
masing 100 hl. Setelah itu, masakan di pan I sebagian dipindah ke pan II ( 200 hl), dan ke
vacum trog ( 80 hl). Sisa di pan I ( 120 hl), ditambah stroop C dan klare D hingga 400 hl,
dipanaskan hingga diperoleh bentuk kristal yang diinginkan, lalu turun ke palung
pendingin. Masakan di pan II, dipanaskan, kemudian turun ke palung pendingin. Sedangkan
masakan di vacuum trog, akan dipindah ke pan I atau II, untuk dimasak lagi.
Hasil masakan pada pan I dan II, disebut masakan D, ditampung pada palung
pendingin yang berjumlah 5 buah, kemudian ditarik ke rapid cooler (stasiun putaran) untuk
diproses menjadi gula D1, gula D2, tetes, dan klare D.
Masakan A
Bahannya adalah nira kental, babonan C, dan klare SHS. Mula-mula, nira kental
dari peti tarik nira kental dialirkan ke pan masakan V dan diuapkan sampai timbul benangan,
kemudian gula babonan C ditambahkan sebagai bibit. Proses pembibitan dikontrol agar tidak
terbentuk inti kristal palsu. Setelah terbentuk inti kristal dengan ukuran yang diinginkan,
masakan dipindahkan seluruhnya ke pan IV atau pan VI. Proses pembesaran kristal dilanjutkan
dengan penambahan nira kental tersulfitir atau klare SHS sampai pembesaran memenuhi syarat.
Proses masakan A dilakukan sampai diperoleh HK diatas 80, brix sebesar 94-96 dan BJB sebesar
(1 mm). Kemudian diturunkan ke palung pendingin dan dipompa ke putaran gula A.
Masakan C
Bahannya adalah babonan DII, stroop A, dan nira kental. Masakan C sebagian
dipindahkan ke pan III ( 100 hl), dan dipanaskan sampai kristal cukup besar, kemudian
ditambah stroop A (200 hl), dan dipanaskan lagi sehingga ukuran kristal tertentu. Pada
pemasakan di pan III ini juga dilakukan pengontrolan ukuran kristal dan ada tidaknya kristal
palsu dengan penambahan air. Pada proses masakan C harga kemurnian sebesar 73-75 dan harga
brix 95-96. Gula dari masakan C setelah itu diturunkan ke palung pendingin, dan dipompa ke
putaran gula C.
Stasiun Puteran
Pada stasiun putaran, kristal gula dipisahkan dari cairannya dengan gaya sentrifugal,
dengan bantuan air kondensat dari tandon II. Air kondensat ini berfungsi untuk mencuci kotoran
dan melarutkan stroop yang masih menempel. Kristal gula akan tertahan, melekat pada dinding
putaran, sedangkan cairannya akan turun keluar melalui saringan yang berbentuk tromol
berputar.
Dari rapid cooler, masakan D dipompa ke talang U, yang terletak di atas putaran BMA D1.
Proses selanjutnya adalah Putaran BMA D2.Putaran BMA D2 terdiri atas 2 unit. Dengan proses
yang sama pada putaran BMA D1, akan diperoleh cairan yang disebut dengan klare D dan kristal
gula disebut gula D2. Klare D kemudian dialirkan ke peti tunggu klare D. Gula D2 juga disebut
kristal bibitan D2, ditampung di talang penampung D2, kemudian dialirkan ke peti babonan,
digunakan untuk bibitan kristal pada masakan.