BAB II
SISTEM PROSES
b. Sifat kimia
Merupakan senyawa disakarida
Senyawa K2O
Senyawa P2O3
5. Sabut
Sabut merupakan ampas dari gilingan tebu yang berupa serabut dan
tidak dapat larut dalam nira. Sabut dapat dimanfaatkan untuk bahan
bakar serta bahan baku pembuatan kertas.
6. Air
Air merupakan komponen terbesar yang terkandung di dalam tebu.
Untuk menghilangkan kandungan air dapat menggunakan metode
penggilingan, akan tetapi pada proses penggilingan tebu diperlukan
tambahan air sekitar 25% dari berat tebu yang digiling. Penambahan
air dilakukan untuk melarutkan gula yang masih terkandung di dalam
ampas. Jika kandungan air dalam ampas kurang dari 50% maka akan
sulit untuk memerah tebu dalam proses gilingan.
Tebu yang bersih mengandung air (73 76 %), zat padat terlarut
(10 16 %) dan sabut (11 16 %). Setelah tebu dicacah dan diperah pada
mesin penggilingan, maka akan menghasilkan nira dan ampas. Nira tebu
pada dasarnya terdiri dari dua zat, yaitu zat padat terlarut dan air. Zat padat
yang terlarut ini terdiri dari dua zat lagi yaitu gula dan bukan gula.
Zat padat terlarut atau yang biasa disebut dengan Brix mengandung
gula, pati, garam-garam dan zat organik. Bagus atau tidaknya kualitas nira
tergantung dari banyaknya jumlah gula yang terkandung dalam nira tersebut.
Untuk mengetahui banyaknya gula yang terkandung dalam gula umumnya
dilakukan dengan analisa Brix dan Pol. Kadar Pol menunjukkan resultante
dari gula (sukrosa dan gula reduksi) yang terkandung dalam nira.
Brix adalah zat kering terlarut (semu) dalam satu larutan sakarosa
murni yang penentuannya dipergunakan (didapat) dengan alat penimbang
brix atau diperhitungkan dari berat jenis menurut cara yang sudah
ditentukan. Sedangkan % brix adalah berapa bagian zat kering (gula dalam
kotoran) terlarut dalam 100 bagian larutan yang penentuannya didasarkan
atas berat jenis larutan dengan alat penimbang brix.
4. Belerang
Belerang adalah kristal padat berwarna kuning, namun
keberadaannya di alam dapat berupa elemen murni atau sebagai sulfida
dan mineral sulfat. Belerang ditambahkan dalam bentuk gas SO2 pada
proses sulfitasi. Gas SO2 berfungsi sebagai bleacher atau pemucat warna.
Gas SO2 berperan sebagai reduktor ion ferri sehingga warna nira menjadi
lebih pucat dan viskositas akan berkurang.
Belerang padat mula-mula dimasukkan ke dalam tobong belerang
kemudian dilelehkan dengan steam pemanas lalu dibakar dengan O2 pada
suhu 200C. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
S(s) S(l) + panas
S(l) S(g)
S(g) + O2 SO2(g) + panas
5. Flokulan
Flokulan berfungsi untuk mengikat partikel-partikel pengotor/
impurities pada nira agar membentuk flok-flok yang berukuran lebih
besar sehingga lebih mudah mengendap. Flokulan akan ditambahkan ke
dalam flocculator tank setelah dilarutkan dengan air.
6. Fondan
Fondan adalah bahan baku penunjang proses produksi yang
berguna untuk membentuk kristal pada proses pemasakan. Fondan dibuat
dari gula berkualitas tinggi.
7. Kaporit
9. Sodaflake
Penggunaan soda flake bertujuan untuk melunakkan kerak-kerak
yang ada pada evaporator. Kebutuhan untuk tiap pembersihan evaporator
adalah 150 kg, jumlah tersebut juga tergantung pada kondisi kerak yang
terbentuk.
Proses :
Pada stasiun persiapan terdapat tiga pos, yaitu :
a. Pos Penerimaan atau Pos Pantau
b. Pos Penimbangan
Pada pos penimbangan, truk yang bermuatan tebu di
timbang terlebih dahulu, setelah muatan truk diturunkan, truk
kemudian ditimbang kembali. Berat muatan yang diperoleh
merupakan selisih dari berat truk bermuatan dan berat truk kosong.
c. Pos Pembongkaran
Pada pos pembongkaran, tebu dari truk dipindahkan ke lori
menggunakan cane crane kemudian dipindahkan ke meja tebu
sebelum masuk ke dalam stasiun gilingan. Dengan bantuan cane
leveler dan pisau perata, tebu dimasukkan ke dalam cane carrier.
d. Pos persiapan akhir
Dari cane carrier tebu kemudian dipotong-potong menjadi
bagian kecil oleh cane cutter untuk memudahkan proses
penggilingan. Setelah itu, tebu dimasukkan ke unigrator sehingga
tebu dapat dicacah menjadi serabut yang lebih mudah diekstrak.
Proses :
Tebu yang telah dicacah oleh unigrator dibawa dengan rol
pnegumpan (feeding roll) menuju gilingan I. Sebelum serabut tebu
masuk ke dalam penggilingan dilakukan proses preliming, yaitu
penambahan susu kapur pada tebu. Penambahan susu kapur
bertujuan untuk menaikkan pH nira dari 4 menjadi 6. Hal ini
dilakukan karena pada pH yang terlalu asam, nira akan mudah
terkontaminasi oleh bakteri.
Serabut yang telah bercampur dengan susu kapur masuk ke
gilingan I. Nira perahan pertama langsung menuju saringan Dutch
States Mines Screen (DSM screen) untuk dipisahkan antara nira dan
ampas yang masih terbawa dan ditampung dalam bak nira
tertimbang. Ampas dari gilingan I dibawa oleh intermediate carrier
menuju gilingan II, pada gilingan dua terjadi penambahan air
imbibisi. Nira hasil gilingan II menuju penampung II yang
Proses :
Nira yang telah disaring oleh DSM screen dan ditampung pada
bak nira tertimbang, ditambahkan asam fosfat hingga kadar fosfat
dalam nira mentah sebesar 300-350 ppm. Nira kemudian dialirkan
menuju juice heater I atau pemanas pendahuluan I dan dipanaskan
hingga suhu 70-80C. Pemanas yang digunakan adalah uap bekas
dari evaporator II. Pemanasan pendahuluan ini bertujuan untuk
mempercepat reaksi pengendapan kalsium fosfat dan membunuh
bakteri dalam nira, sehingga tidak mengganggu proses pembentukan
kristal gula. Kalsium fosfat berfungsi sebagai agen penyerap dan
pengikat kotoran pada nira. Jika kandungan kapur masih rendah,
maka pengendapan komponen selain gula menjadi tidak sempurna.
Sebaliknya jika terlalu tinggi, maka akan terjadi pelarutan kembali
protein dan menambah jumlah nitrogen dalam nira. Serta terjadinya
inversi gula reduksi yang menyebabkan gelapnya warna nira.
Nira dari juice heater I masuk ke dalam tabung Ca-sakarat untuk
dicampur dengan susu kapur dan nira kental guna menyempurnakan
pembentukan flok, sehingga pH sakarat naik menjadi naik menjadi
8,6. Nira dari tabung sakarat dialirkan menuju sulfur tower untuk
dicampurkan dengan gas SO2 atau biasa disebut sebagai proses
sulfitasi. Gas SO2 berfungsi untuk mereduksi ion Ferri menjadi Ferro
sebagai pemucat warna dan menurunkan viskositas larutan.
Pembentukan CaSO3 dari reaksi Ca(OH)2 dan gas SO2 berfungsi
sebagai penyerap kotoran. Indikator yang digunakan adalah Phtalein
Alpha Naphtol (PAN) dan Brom Tymol Blue (BTB). Saat diteteskan
PAN, maka sampel nira tidak berubah warna (kuning kecoklatan).
Dan saat diteteskan BTB, warna sampel berubah menjadi hijau.
Proses sulfitasi menghasilkan kisaran pH nira dari 7-7,2 yakni pH
optimum untuk menghilangkan protein. Gas SO2 dari sulfur burner
masuk melewati bawah sulfur tower, sedangkan nira masuk melalui
atas sulfur tower.
Nira dari tangka sulfitasi dipompa menuju juice heater II, nira
dipanaskan hingga mencapai suhu 105-110C. Pemanasan ini
bertujuan untuk menyempurnakan reaksi pengendapan, membunuh
mikroba yang resisten pada suhu 75-85C dan menguapkan gas-gas
yang terlarut yang dapat menguap, sehingga tidak mengganggu
proses pengendapan. Kemudian nira dialirkan ke expander atau flash
tank untuk melepaskan uap gas (gas yang mengganggu/gas amonia).
Nira dari flash tank masuk ke dalam Single Tray Clarifier.
Penambahan flokulan dilakukan agar molekul-molekul yang
terbentuk saling berikatan satu sama lain membentuk partikel yang
lebih besar (flok-flok), sehingga kotoran yang membentuk flok lebih
mudah mengendap. Nira jernih dari single tray disaring terlebih
dahulu sebelum masuk ke bak penampung nira jernih. Sedangkan
nira yang keluar bersama flok disebut nira kotor, selanjutnya
ditambahkan susu kapur untuk kemudian dipompa menuju rotary
vacuum filter.
Rotary vacuum filter adalah silinder berpori yang berfungsi
untuk menyaring nira kotor. Cara kerjanya adalah silinder yang
dicelupkan sebagian dalam nira kotor. Silinder ini terbagi dalam 18
bgaian dan tiap bagian terhubung dengan pipa yang berakhir pada
pengatur mekanik vacuum. Ada 3 sektor berbeda pada pengatur
mekanik vacuum ini, yaitu unit low vacuum (15-30 cmHg), unit
high vacuum (40-50 cmHg) dan unit no vacuum. Alat vacuum yang
digunakan adalah kondensor yang dilengkapi dengan pompa
hampa udara dan air injeksi. Bagian silinder yang tercelup dalam nira
adalah bagian yang berhubungan dengan unit low vacuum. Sehingga
menyebabkan nira tertarik masuk dan padatan yang terkandung
tertahan di pori-pori silinder. Padatan ini akan membentuk lapisan
tipis yang disebut blotong. Lapisan ini terdiri dari ampas halus
(bagacillo) yang sengaja ditambahkan agar menjadi media
penyaring tambahan. Nira hasil penyaringan ini disebut filter kotor.
Proses
Bahan baku untuk poses penguapan berupa nira jernih hasil dari
stasiun pemurnian. Pada pabrik PG Candi Baru menggunakan
evaporator multiple effect dengan 5 efek. Tekanan dan suhu pada
evaporator I hingga evaporator V semakin kecil. Hal ini dikarenakan
uap nira yang diambil dari evaporator sebelumnya semakin sedikit.
Tekanan yang semakin kecil menyebabkan nira dapat mengalir dari
satu evaporator ke evaporator lain tanpa membutuhkan pompa.
Proses ini dilakukan dalam kondisi vakum untuk mengurangi
kerusakan gula karena suhu tinggi.
Fungsi evaporator, selain mengentalkan nira juga untuk
menghasilkan air kondensat. Air kondensasi dari evaporator I, II, III
masuk ke ketel, sementara air kondensasi evaporator IV dan V
digunakan untuk proses masakan dan puteran. Nira jernih dipompa
menuju evaporator I, diuapkan dengan uap bekas yang memiliki
suhu 120C. Digunakan suhu 120C agar tidak terjadi kerusakan
nira, kerusakan tersebut berupa terjadinya karamelisasi dam
terbentuknya asam asam organik. Uap bekas ini masuk lewat pipa
dan memanaskan nira yang mengalir pada pipa calandria. Dengan
adanya perbedaan suhu antara steam dan nira, maka steam akan
terkondensasi menjadi air kondensat dan larutan nira akan menguap.
Ketinggian nira pada evaporator harus diperhatikan, karena jika
Proses
Pada pan masakan, terdapat 4 tahapan proses yang terjadi :
1. Tahap Pemekatan Nira
Proses
Pada stasiun putaran, kristal gula dipisahkan dari cairannya
dengan gaya sentrifugal, dengan bantuan air kondensat dari tandon
II. Air kondensat ini berfungsi untuk mencuci kotoran dan
melarutkan stroop yang masih menempel. Kristal gula akan tertahan,
melekat pada dinding putaran, sedangkan cairannya akan turun
keluar melalui saringan yang berbentuk tromol berputar.
Proses
Pada stasiun penyelesaian ini gula SHS yang keluar dari putaran
SHS dibawa menuju talang goyang. Pada talang goyang tersebut
terdapat 2 jenis ayakan yang mempunyai ukuran yang berbeda. Yang
pertama berukuran 8 mesh, berfungsi untuk menyaring gula kasar.
Dan yang kedua berukuran 23 mesh, berfungsi untuk menyaring gula
halus.
Dari talang goyang, gula yang lolos dari ayakan 23 mesh tersebut
(disebut gula normal) diangkut ke atas ke tempat penampungan gula
(sugar bin) yang akan dikemas. Pengemasan dilakukan dengan
memasukkan gula ke karung, ditimbang tiap 50 kg kemudian dijahit.
Selain itu, terdapat produk gula yang dikemas menggunakan
kemasan plastik dengan berat bersih 1 kg. Selanjutnya gula yang
telah dikemas, disimpan dalam gudang penyimpanan dan siap
dipasarkan.