Anda di halaman 1dari 51

Bab I

Teknik Reservoir

1.1. Karakteristik Batuan Reservoir


Reservoir merupakan batuan yang berpori dan permeable yang
mengandung fluida (minyak dan gas). Komponen reservoir terdiri dari:
1. Wadah, yang berupa batuan reservoir
2. Isi, yang berupa fluida reservoir
3. Kondisi reservoir, yang berupa tekanan reservoir dan temperature
reservoir.
Umumnya batuan reservoir terdiri dari batuan sedimen yang berupa
batupasir, batuan karbonat dan batuan shale atau kadang-kadang batuan vulkanik.
Masing-masing batuan memiliki komposisi kimia yang berbeda-beda dan sifat
fisik yang berbeda-beda pula.

1.1.1. Komposisi kimia batuan reservoir


1.1.1.1.Batu Pasir
Batupasir (sandstone) merupakan batuan yang paling sering dijumpai di
lapangan sebagai batuan reservoir. Batupasir merupakan hasil dari proses
sedimentasi mekanik, yaitu berasal dari proses pelapukan dan disintegrasi, yang
kemudian tertransportasi serta mengalami proses kompaksi dan pengendapan.

1.1.1.2.Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah limestone (batugamping), dolomite dan yang
bersifat antara keduanya. Limestone adalah istilah yang biasa dipakai untuk
kelompok batuan yang mengandung paling sedikit 80% kalsium karbonat atau
magnesium. Pada limestone fraksi disusun terutama oleh mineral kalsit,
sedangkan pada dolomite mineral penyusun utamanya adalah mineral dolomite.
Dolomite adalah jenis batuan yang merupakan variasi dari limestone yang
mengandung unsur karbonat lebih besar dari 50%, sedangkan untuk batuan-batuan
yang mempunyai komposisi pertengahan antara limestone dan dolomite akan

1
mempunyai nama yang bermacam-macam tergantung dari unsur yang
dikandungnya. Untuk batuan yang unsur kalsitnya melebihi dolomite disebut
dolomite limestone dan yang unsur dolomite-nya melebihi kalsit disebut dengan
limy, calcitic, calciferous atau calcitic dolomite.

1.1.1.3.Batuan Shale
Batuan shale adalah batuan serpih berbutir halus dengan permeabilitas
yang mendekati nol (impermeable). Batuan ini dapat berlaku sebagai batuan
reservoir apabila permeabilitasnya besar sebagai akibat perekahan.
Pada umumnya unsur penyusun shale ini terdiri dari lebih kurang 58%
silikon dioksida (SiO2), 15% aluminium oksida (Al2O3), 6% besi oksida (FeO)
dan Fe2O3, 2% magnesium oksida (MgO), 3% kalsium oksida (CaO), 3%
potassium oksida (K2), 1% sodium oksida (Na2) dan 5% air (H2O) dan sisanya
adalah oksida metal dan anion.

1.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir


Sifat fisik batuan reservoir perlu diketahui agar memudahkan dalam
memprediksikan banyaknya akumulasi hidrokarbon di dalam reservoir.

1.1.2.1.Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume ruang pori-
pori terhadap volume batuan total (bulk volume). Besar-kecilnya porositas suatu
batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Secara
matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

= 100% = 100% ................................................... (1.1)

Dimana:
= Porositas, %
Vb = Volume batuan total (bulk volume), cm3
Vg = Volume padatan batuan total (volume grain), cm3
Vp = Volume ruang pori-pori batuan, cm3

2
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Porositas absolute adalah persen volume pori-pori total terhadap
volume batuan total (bulk volume).

= 100% .............................................. (1.2)

2. Porositas efektif adalah persen volume pori-pori yang saling


berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume).

= 100% ................................. (1.3)

Gambar 1.1. Skema Perbandingan Porositas Efektif, Non-Efektif Dan Porositas


Absolut 2)
Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Porositas primer adalah porositas yang terbentuk pada waktu batuan
sedimen diendapkan.
2. Porositas sekunder adalah porositas batuan yang terbentuk sesudah
batuan sedimen terendapkan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran
butir, susunan butir, kompaksi dan sementasi.

3
90 o
90 o
90 o

a. Cubic (porosity = 47,6 %)

o 90 o
90
o
90

b. Rhombohedral (porosity = 25,96 %)

Gambar 1.2. Pengaruh susunan butiran terhadap porositas batuan 2)

1.1.2.2.Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai kemampuan batuan reservoir untuk
dapat melewatkan fluida melalui pori-pori yang saling berhubungan tanpa
merusak partikel pembentuk batuan terdsebut. Definisi permeabilitas pertama kali
dikembangkan oleh Henry darcy (1856) dalam hubungan empiris dengan bentuk
differensial sebagai berikut:

= .................................................................................... (1.4)

Dimana:
V = Kecepatan aliran fluida, cm/sec
= Viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL = Gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k = Permeabilitas media berpori, darcy
Tanda negatif dalam persamaan tersebut menunjukkan apabila tekanan
bertambah dalam satu arah, maka arah aliran berlawanan dengan arah
pertambahan tekanan tersebut. Beberapa anggapan yang digunakan oleh darcy
dalam persamaan (1.4) adalah:
1. Alirannya mantap (steady state)
2. Fluida yang mengalir satu fasa
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan
4. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal

4
5. Fluidanya incompressible
6. Tidak ada reaksi antara fluida yang mengalir dengan batuan yang
dialirinya
7. Kondisi aliran isothermal atau temperaturnya konstan
Dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Permeabilitas absolute adalah permeabilitas dimana fluida yang
mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu fasa, misalnya
hanya minyak atau gas saja.
2. Permeabilitas efektif adalah permeabilitas batuan dimana fluida yang
mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan gas,
gas dan minyak atau ketiga-tiganya.
3. Permeabilitas relative adalah perbandingan antara permeabilitas
efektif dengan permeabilitas absolute.
Dasar penentuan permeabilitas batuan adalah hasil percobaan yang
dilakukan oleh Henry Darcy. Dalam percobaan ini, Henry Darcy menggunakan
batupasir tidak kompak yang dialiri air. Batupasir silindris yang porous ini 100%
dijenuhi cairan dengan viskostas (), dengan luas penampang (A) dan panjangnya
(L). Kemudian dengan memberikan tekanan P1 pada salah satu ujungnya maka
terjadi aliran dengan laju sebesar Q, sedangkan P2 adalah tekanan keluar.dari
percobaan dapat ditunjukkan bahwa (1 2 ) adalah konstan dan
akan sama dengan harga permeabilitas batuan yang tidak tergantung dari cairan,
perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang digunakan. Dengan mengatur laju Q
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi aliran turbulen, maka diperoleh harga
permeabilitas absolute batuan.

5
Gambar 1.3. Diagram Percobaan Permeabilitas 4)

Satuan permeabilitas dalam percobaan ini adalah:


(3 ) ()()
() = ......................................... (1.5)
(2 )(1 2 )()

Dari persamaan (1.5) dapat dikembangkan untuk berbagai kondisi aliran


yaitu aliran linier dan radial, masing-masing untuk fluida yang compressible dan
incompressible.
Pada praktenya di reservoir, jarang sekali terjadi aliran satu fasa,
kemungkinan terdiri dari dua fasa atau tiga fasa. Untuk itu dikembangkan pula
konsep mengenai permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif. Harga
permeabilitas efektif dinyatakan sebagai Ko, Kg, dan Kw dimana masing-masing
untuk minyak, gas dan air. Sedangkan permeabilitas relative dinyatakan sebagai
berikut:
0
= ; = ; = .................................................................. (1.6)

Besarnya permeabilitas efektif dapat dinyatakan dengan persamaan berikut


ini:

= ( ;
= ( ; = ( ............................................ (1.7)
2 1 ) 2 1 ) 2 1 )

Harga-harga ko dan kw pada Persamaan (1.7) jika diplot terhadap So dan Sw


akan diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.4 yang

6
menunjukkan bahwa ko pada Sw = 0 dan pada So = 1 akan sama dengan k absolut,
demikian juga untuk harga k absolutnya (titik A dan B).
Ada tiga hal penting untuk kurva permeabilitas efektif sistem minyak-air
(Gambar 1.4), yaitu:
1. ko akan turun dengan cepat jika S w bertambah dari nol, demikian juga
kw akan turun dengan cepat jika Sw berkurang dari satu, sehingga
dapat dikatakan untuk So yang kecil akan mengurangi laju aliran
minyak karena ko-nya yang kecil, demikian pula untuk air.
2. ko akan turun menjadi nol, dimana masih ada saturasi minyak dalam
batuan (titik C) atau disebut Residual Oil Saturation (Sor), demikian
juga untuk air yaitu (Swr).
3. Harga ko dan kw selalu lebih kecil dari harga k, kecuali pada titik A
dan B, sehingga diperoleh persamaan:
+ 1 ................................................................................ (1.8)

1 1
Effective Permeability to Water, kw

B A
Effective Permeability to Oil, k o

0 C D 0
0 Oil Saturation, So 1
1 Water Saturation, Sw 0

Gambar 1.4. Kurva permeabilitas untuk system minyak dan air 2)

Jika harga kro dan krw diplot terhadap saturasi fluida So dan Sw, maka akan
didapat kurva seperti Gambar 1.5.

Harga kro dan krw berkisar antara 0 sampai 1, sehingga diperoleh persamaan:
+ 1 ............................................................................... (1.9)

7
Untuk sistem gas dan air, harga Krg dan Krw selalu lebih kecil dari satu atau:
+ 1 ............................................................................... (1.10)

1 1

Effective Permeability to Water, kw

Effective Permeability to Oil, ko


kro
wa

oil
te
kr r
w

0 0
0 Oil Saturation, So 1

Gambar 1.5. Kurva krelatif sistem Air-Minyak 2)

1.1.2.3.Saturasi
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
poripori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori
pori total pada suatu batuan berpori.
Saturasi minyak (So) adalah:

= ................................................... (1.11)

Saturasi air (Sw) adalah:



= ....................................................... (1.12)

Saturasi gas ( Sg ) adalah:



= ....................................................... (1.13)

Jika poripori batuan diisi oleh gasminyakair maka berlaku hubungan:


Sg + So + Sw = 1 ............................................................................. (1.14)

8
Jika diisi oleh minyak dan air saja maka:
So + Sw = 1 ...................................................................................... (1.15)
Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan dalam mempelajari saturasi
fluida antara lain adalah:
1. Saturasi fluida akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dalam
reservoir, saturasi air cenderung untuk lebih besar dalam bagian
batuan yang kurang porous. Bagian struktur reservoir yang lebih
rendah relatif akan mempunyai Sw yang tinggi dan Sg yang relatip
rendah, demikian juga untuk bagian atas dari struktur reservoir
berlaku sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan
densitas dari masing-masing fluida.
2. Saturasi fluida akan bervariasi dengan kumulatip produksi minyak.
Jika minyak diproduksikan maka tempatnya di reservoir akan
digantikan oleh air dan atau gas bebas, sehingga pada lapangan yang
memproduksikan minyak, saturasi fluida berubah secara kontinyu.
3. Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah pori-
pori yang diisi oleh hidrokarbon. Jika volume batuan adalah V, ruang
pori-porinya adalah .V, maka ruang pori-pori yang diisi oleh
hidrokarbon adalah:
+ = (1 ) .................................. (1.16)
1.1.2.4.Wettabilitas
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk
dibasahi oleh fasa fluida, jika diberikan dua fluida yang tak saling campur
(immisible). Pada bidang antar muka cairan dengan benda padat terjadi gaya tarik-
menarik antara cairan dengan benda padat (gaya adhesi), yang merupakan faktor
dari tegangan permukaan antara fluida dan batuan.
Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak (atau gas)
yang ada diantara matrik batuan.

9
wo
so sw
cos
wo

so sw

Oil Water Solid

Gambar 1.6. Kesetimbangan Gaya-gaya pada Batas Air-Minyak-Padatan 2)

Gambar 1.6. memperlihatkan sistem air minyak yang kontak dengan benda
padat, dengan sudut kontak sebesar o. Sudut kontak diukur antara fluida yang
lebih ringan terhadap fluida yang lebih berat, yang berharga 0o - 180o, yaitu antara
air dengan padatan, sehingga tegangan adhesi (AT) dapat dinyatakan dengan
persamaan:
= = ................................................... (1.17)
Dimana:
so = Tegangan permukaan benda padat-minyak, dyne/cm
sw = Tegangan permukaan benda padat-air, dyne/cm
wo = Tegangan permukaan air-minyak, dyne/cm
wo = Sudut kontak air-minyak.
Suatu cairan dapat dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya
positip ( < 75o), yang berarti batuan bersifat water wet. Apabila sudut kontak
antara cairan dengan benda padat antara 75 - 105, maka batuan tersebut bersifat
intermediet. Apabila air tidak membasahi zat padat maka tegangan adhesinya
negatip ( > 105o), berarti batuan bersifat oil wet.

10
a. Oil Wet b. Water Wet
Pore space occupied by H O
Rock matrix
Pore space occupied by Oil

Gambar 1.7. Pembasahan Fluida dalam Pori-pori Batuan 2)


1.1.2.5.Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) adalah perbedaan tekanan antara permukaan dua
fluida yang tidak tercampur. Perbedaan tekanan dua fluida yang dimaksud adalah
perbedaan tekanan antara fluida non-wetting phase (Pnw) dengan fluida wetting
phase (Pw) atau dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut:
= ............................................................................... (1.18)
Tekanan permukaan fluida yang lebih rendah terjadi pada sisi pertemuan
permukaan fluida immiscible yang cembung. Di reservoir biasanya air sebagai
fasa yang membasahi (wetting fasa), sedangkan minyak dan gas sebagai non-
wetting fasa atau tidak membasahi.
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori dan
macam fluidanya, yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam hubungan
sebagai berikut:
2
= = ................................................................... (1.19)

Dimana:
Pc = Tekanan kapiler, dyne/cm2
= Tegangan permukaan antara dua fluida, dyne/cm
cos = Sudut kontak permukaan antara dua fluida, derajat
r = Jari-jari kelengkungan pori-pori, cm
= Perbedaan densitas dua fluida, gr/cc
g = Percepatan gravitasi, cm/dt2
h = Tinggi kolom, cm

11
Dari Persamaan (1.19) dapat dilihat bahwa tekanan kapiler berhubungan
dengan ketinggian di atas permukaan air bebas (oil-water contact), sehingga data
tekanan kapiler dapat dinyatakan menjadi plot antara h versus saturasi air (Sw),
Persamaan (1.19) menunjukkan bahwa h bertambah jika perbedaan
densitas fluida berkurang, sementara faktor lainnya tetap. Hal ini berarti pada
reservoir gas yang terdapat kontak gas-air, perbedaan densitas fluidanya
bertambah besar sehingga mempunyai zona transisi minimum. Demikian juga
pada reservoir minyak yang mempunyai API gravity rendah, kontak minyak-air
akan mempunyai zona transisi yang panjang. Ukuran pori-pori batuan reservoir
sering dihubungkan dengan besaran permeabilitas yang besar akan mempunyai
tekanan kapiler yang rendah dan ketebalan zona transisinya lebih tipis daripada
reservoir dengan permeabilitas yang rendah.

Gambar 1.8. Variasi Pc terhadap Sw 4)


Keterangan gambar:
a) Untuk Sistem Batuan yang Sama b) Untuk Sistem Fluida yang Sama
dengan Fluida yang Berbeda. dengan Batuan yang Berbeda.

1.1.2.6.Kompressibilitas
Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang bekerja
padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya (overburden) dan gaya yang
timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan tersebut.
Pada keadaan statik, kedua gaya berada dalam keadaan setimbang. Bila tekanan

12
reservoir berkurang akibat pengosongan fluida, maka kesetimbangan gaya ini
terganggu, akibatnya terjadi penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori,
perubahan batuan dan
Menurut Geerstma (1957)2), mengemukakan tiga konsep mengenai
kompressibilitas batuan, yaitu:
1. Kompressibilitas matriks batuan, yaitu fraksi perubahan volume
material padatan (grains) terhadap satuan perubahan tekanan.
2. Kompressibilitas total batuan, yaitu fraksi perubahan volume total
batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
3. Kompressibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksi perubahan volume
pori-pori batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami dua macam
tekanan, antara lain:
1. Tekanan hidrostatik fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan.
2. Tekanan-luar (external stress) yang disebabkan oleh berat batuan yang
ada diatasnya (overburden pressure).
Pengosongan fluida dari ruang pori-pori batuan reservoir akan
mengakibatkan perubahan tekanan-dalam dari batuan, sehingga resultan tekanan
pada batuan akan mengalami perubahan pula. Adanya perubahan tekanan ini akan
mengakibatkan perubahan pada butir-butir batuan, pori-pori dan volume total
(bulk) batuan reservoir.
Untuk padatan (grains) akan mengalami perubahan yang serupa apabila
mendapat tekanan hidrostatik fluida yang dikandungnya.
Perubahan bentuk volume bulk batuan dapat dinyatakan sebagai
kompressibilitas Cr atau:
1
= ................................................................................. (1.20)

Sedangkan perubahan bentuk volume pori-pori batuan dapat dinyatakan


sebagai kompressibilitas Cp atau:
1
= ................................................................................. (1.21)

13
Dimana:
Vr = Volume padatan batuan (grains)
Vp = Volume pori-pori batuan
P = Tekanan hidrostatik fluida di dalam batuan
P* = Tekanan luar (tekanan overburden)

1.2. Karakteristik Fluida Reservoir


Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir pada
tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan campuran yang sangat
kompleks dalam susunan atau komposisi kimianya. Sifat-sifat dari fluida
hidrokarbon perlu dipelajari untuk memperkirakan cadangan akumulasi
hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak atau gas dari reservoir menuju dasar
sumur, mengontrol gerakan fluida dalam reservoir dan lain-lain.

1.2.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon


Bentuk dari senyawa hidrokarbon merupakan senyawa alamiah, dapat
berupa gas, cair atau padatan tergantung dari komposisinya yang khusus serta
tekanan dan temperatur yang mempengaruhinya. Endapan hidrokarbon yang
berbentuk cair dikenal sebagai minyak bumi, sedangkan yang berbentuk gas
dikenal sebagai gas bumi.
Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen.
Senyawa karbon dan hidrogen mempunyai banyak variasi, yang berdasarkan jenis
rantai ikatannya dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1.2.1.1.Golongan Asiklik
Golongan asiklis atau alifat disebut juga alkan atau parafin. Golongan
asilklis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan hidrokarbon jenuh dan
tak jenuh.
Golongan hidrokarbon jenuh mempunyai rumus umum CnH2n+2 dan
mempunyai ciri dimana atom-atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan
masing-masing atom dihubungkan oleh ikatan tunggal, dimana tiap-tiap valensi

14
dari satu atom C berhubungan dengan atom C disebelahnya. Contoh dari senyawa
hidrokarbon golongan alkana:
Nama Rumus Molekul Rumus Bangun

H H
Etana C2H6 HCCH
H H

H H H
Propana C3H8 HCCCH
H H H
dan seterusnya.

Hidrokarbon ada yang mempunyai ikatan rangkap dua ataupun rangkap


tiga (triple), yang digunakan untuk mengikat dua atom C yang berdekatan. Oleh
karena itu, valensi yang semula tersedia untuk mengikat atom hidrokarbon telah
digunakan untuk mengikat atom C yang berdekatan, dengan cara ikatan rangkap
dua yang mengikat dua atom C, maka hidrokarbon seperti ini disebut hidrokarbon
tak jenuh atau disebut juga sebagai keluarga alkena (Inggris: alkene).
Senyawa hidrokarbon tak jenuh juga ada yang mempunyai ikatan rangkap
tiga, yang sering disebut sebagai seri asetilen. Rumus umumnya adalah CnH2n-2,
dimana terdapat ikatan rangkap tiga yang mengikat dua atom karbon yang
berdekatan. Pemberian nama sama dengan deret alkena dengan memberikan
akhiran una. Sifat deret asetilen hampir sama dengan alkena, sedangkan sifat
kimianya hampir sama dengan alkena dimana keduanya lebih reaktif dari alkana.

1.2.1.2.Golongan Siklik
Golongan siklik dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan naftena dan
golongan aromatik.

15
1.2.1.2.1. Golongan Naftena
Golongan naftena sering disebut golongan sikloparafin, atau golongan
sikloalkana, yang mempunyai nrumus umum CnH2n.. Golongan ini dicirikan oleh
adanya atom C yang diatur menurut rantai tertutup (berbentuk cincin) dan masing-
masing atom dihubungkan dengan ikatan tunggal. Contoh dari senyawa
hidrokarbon golongan naftena adalah:
CH2

CH2 CH2
CH2 CH2

CH2 CH2
CH2 CH2

CH2
CH2

Siklo-heksana Siklo-pentana

1.2.1.2.2. Golongan Aromatik


Pada deret ini hanya terdiri dari benzena dan senyawa-senyawa
hidrokarbon lainnya yang mengandung benzena. Rumus umum dari golongan ini
adalah CnH2n-6, dimana cincin benzena merupakan bentuk segi enam dengan tiga
ikatan tunggal dan tiga ikatan rangkap dua secara berselang-seling, sebagai
berikut:
CH

CH CH

CH CH

CH

n Benzena

16
1.2.2. Komposisi Kimia Non-Hidrokarbon
Selain mengandung unsur hidrogen dan karbon (HC), pada minyak bumi
juga terdapat komposisi unsur belerang, nitrogen, oksigen serta unsur lain dengan
prosentase yang sedikit.
1.2.2.1. Senyawa Belerang
Kadar belerang dalam minyak bumi bervariasi antara 4% sampai 6%
beratnya. Kandungan minyak bumi yang terdapat di Indonesia merupakan minyak
bumi yang mempunyai kadar belerang relatif rendah, yaitu rata-rata 1%.
Distribusi belerang dalam fraksi-fraksi minyak bumi akan bertambah sesuai
dengan bertambahnya berat fraksi.
Kandungan senyawa belerang dalam minyak bumi dapat menyebabkan
pencemaran udara dan korosi. Pencemaran udara tersebut disebabkan oleh bau
yang tidak enak dari jenis-jenis belerang yang mempunyai titik didih yang rendah,
seperti hidrogen sulfit, belerang dioksit dan merkaptan. Disamping menimbulkan
bau, jenis belerang tersebut juga beracun. Sedangkan pembentukan korosi oleh
belerang dapat terjadi pada temperatur diatas 300 oF. Jenis-jenis belerang dengan
titik didih rendah, pada kondisi udara lembab akan merubah besi menjadi besi
sulfit yang rapuh.

1.2.2.2. Senyawa Oksigen


Kadar oksigen dalam minyak bumi bervariasi antara 1% sampai 2%
beratnya. Peningkatan kadar oksigen dalam minyak bumi dapat terjadi karena
kontak minyak bumi dan udara. Hal ini disebabkan adanya proses oksidasi
minyak bumi dengan oksigen dari udara.
Dalam minyak bumi, oksigen terdapat sebagai asam organik yang
terdistribusi dalam semua fraksi, dengan konsentrasi tertinggi pada fraksi gas.
Asam organik tersebut biasanya berupa asam naftenat dan sebagian kecil lainnya
berupa asam alifatik. Asam naftenat mempunyai bau yang tidak enak dan bersifat
korosif.

17
1.2.2.3. Senyawa Nitrogen
Kadar nitrogen dalam minyak bumi pada umumnya rendah dan bervariasi
pada kisaran 0.1% sampai 2 % beratnya. Senyawa nitrogen terdapat dalam semua
fraksi minyak bumi, dengan konsentrasi yang semakin tinggi pada fraksi-fraksi
yang mempunyai titik didih yang lebih tinggi.
Senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam minyak bumi antara lain
adalah piridin, qinoloin, indol dan karbosol.

1.2.3. Komposisi Kimia Air Formasi


Air formasi atau disebut connate water mempunyai komposisi kimia
yang berbeda-beda antara reservoir yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena
itu analisa kimia pada air formasi perlu sekali dilakukan untuk menentukan jenis
dan sifat-sifatnya. Dibandingkan dengan air laut, maka air formasi ini rata-rata
memiliki kadar garam yang lebih tinggi, sehingga studi mengenai ion-ion air
formasi dan sifat-sifat fisiknya ini menjadi penting artinya karena kedua hal
tersebut sangat berhubungan dengan terjadinya penyumbatan pada formasi dan
korosi pada peralatan di bawah dan di atas permukaan.
Air formasi tersebut terdiri dari bahan-bahan mineral, misalnya kombinasi
metal-metal alkali dan alkali tanah, belerang, oksida besi, dan aluminium serta
bahan-bahan organis seperti asam nafta dan asam gemuk.
Sedangkan komposisi ion-ion penyusun air formasi terdiri dari kation-
kation Ca, Mg, Fe, Ba, dan anion-anion chlorida, CO3, HCO3, dan SO4. Tabel 1.1.
memperlihatkan contoh hasil analisa air formasi suatu reservoir.

18
Tabel 1.1. Komposisi Kimia Air Formasi 7)
Connate Water
From well # 23 Sea Water
Compoition Ion Stover Faria, Parts per million
McKean Country, Pa.
(Parts per million, ppm)
Ca++ 13,260 420
Mg++ 1,940 1,300
Na+ 31,950 10,710
K+ 650 -
SO4- 730 2,700
Cl 77,340 19,410
Br- 320 -
I- 10 -
Total 126,200 34,540

1.2.4. Sifat Fisik Fluida Reservoir


Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi.
Hidrokarbon sendiri terdiri dari fasa cair (minyak bumi) maupun fasa gas, yang
tergantung pada kondisi (tekanan dan temperatur) reservoir yang ditempati.
Perubahan kondisi reservoir akan mengakibatkan perubahan fasa serta sifat fisik
fluida reservoir.

1.2.4.1. Sifat Fisik Minyak


Fluida minyak bumi dijumpai dalam bentuk cair, sehingga sesuai dengan
sifat cairan pada umumnya, pada fasa cair jarak antara molekul-molekulnya relatif
lebih kecil daripada gas. Sifat-sifat minyak bumi yang akan dibahas adalah
densitas, viskositas, faktor volume formasi dan kompressibilitas.
1.2.4.1.1. Densitas Minyak
Berat jenis minyak (densitas minyak) sering dinyatakan dalam Specific
gravity. Hubungan antara berat jenis minyak dengan Specific gravity didasarkan

19
pada berat jenis air. Berat jenis minyak adalah perbandingan antara berat minyak
dengan volume minyak tersebut. Sedangkan specific gravity (SG) minyak adalah
perbandingan antara densitas minyak dengan densitas air, dengan persamaan yang
dapat dituliskan sebagai berikut:

= .......................................................................... (1.22)

Dimana:
o = Densitas minyak, gr/cc
w = Densitas air, gr/cc
Di dalam dunia perminyakan, specific gravity minyak sering dinyatakan
dalam satuan 0API. Hubungan antara SG minyak dengan 0API dapat dirumuskan
sebagai berikut:
141.5
= 131.5 ..................................................................... (1.23)

Harga-harga untuk beberapa jenis minyak:


1. Minyak ringan (light crude) 300API
2. Minyak sedang, berkisar 20 300API
3. Minyak berat, berkisar 10 200API

1.2.4.1.2. Viskositas Minyak


Viskositas minyak (o) didefinisikan sebagai ukuran ketahanan minyak
terhadap aliran, atau dengan kata lain viskositas minyak adalah suatu ukuran
tentang besarnya keengganan minyak untuk mengalir, dengan satuan centi poise
(cp) atau gr/100 detik/1 cm.
Viskositas minyak dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan jumlah gas
yang terlarut dalam minyak tersebut. Kenaikan temperatur akan menurunkan
viskositas minyak, dan dengan bertambahnya gas yang terlarut dalam minyak
maka viskositas minyak juga akan turun. Hubungan antara viskositas minyak
dengan tekanan ditunjukkan pada Gambar 1.15.

20
7

6
A
B.P
5

Viscosity, cp
4

3
B
B.P
2

B.P C
1

D B.P
0 1000 2000 3000
Pressure, psig

Gambar 1.9. Hubungan Viskositas terhadap Tekanan 3)

Gambar 1.9. menunjukkan bahwa tekanan mula-mula berada di atas


tekanan gelembung (Pb), dengan penurunan tekanan sampai (Pb), mengakibatkan
viskositas minyak berkurang, hal ini akibat adanya pengembangan volume
minyak. Kemudian bila tekanan turun dari Pb sampai pada harga tekanan tertentu,
maka akan menaikkan viskositas minyak, karena pada kondisi tersebut terjadi
pembebasan gas dari larutan minyak. Secara matematis, besarnya viskositas dapat
dinyatakan dengan persamaan:

= .................................................................................... (1.24)

Dimana:
= Viskositas, gr/(cm.sec)
F = Shear stress
A = Luas bidang paralel terhadap aliran, cm2
y / v = Gradient kecepatan, cm/(sec.cm)

1.2.4.1.3. Faktor Volume Formasi Minyak


Faktor volume formasi minyak (Bo) didefinisikan sebagai volume minyak
dalam barrel pada kondisi standar yang ditempati oleh satu stock tank barrel
minyak termasuk gas yang terlarut. Atau dengan kata lain sebagai perbandingan
antara volume minyak termasuk gas yang terlarut pada kondisi reservoir dengan

21
volume minyak pada kondisi standard (14.7 psi; 60F). Satuan yang digunakan
adalah bbl/stb. Perhitungan Bo secara empiris (Standing) dinyatakan dengan
persamaan:
= 0.972 + (0.000147 1.175 ) ................................................ (1.25)

= ( ) + 1.25 ................................................................... (1.26)

Dimana:
Rs = Kelarutan gas dalam minyak, scf/stb
o = Specific gravity minyak, lb/cuft
g = Specific gravity gas, lb/cuft
T = Temperatur, oF

1.2.4.1.4. Kelarutan Gas dalam Minyak


Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya SCF gas yang terlarut dalam satu
STB minyak pada kondisi standar 14.7 psi dan 60F, ketika minyak dan gas masih
berada dalam tekanan dan temperatur reservoir.
Kelarutan gas dalam minyak (Rs) dipengaruhi oleh tekanan, temperatur
dan komposisi minyak dan gas. Pada temperatur minyak yang tetap, kelarutan gas
tertentu akan bertambah pada setiap penambahan tekanan. Pada tekanan yang
tetap kelarutan gas akan berkurang terhadap kenaikan temperatur.

1.2.4.1.5. Kompressibilitas Minyak


Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak
akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
1
= ( ) ............................................................................... (1.27)

Persamaan (1.27) dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih mudah


dipahami, sesuai dengan aplikasi di lapangan, yaitu:

= ............................................................................. (1.28)
( )

Dimana:

22
Bob = Faktor volume formasi pada tekanan bubble point
Boi = Faktor volume formasi pada tekanan reservoir
Pi = Tekanan reservoir
Pb = Tekanan bubble point

1.2.4.2. Sifat Fisik Gas

Sifat fisik gas yang akan dibahas antara lain adalah densitas, viskositas,
faktor volume formasi serta kompresibilitas gas.
1.2.4.2.1. Densitas Gas
Densitas didefinisikan sebagai massa tiap satuan volume dan dalam hal ini
massa dapat diganti oleh berat gas. Sesuai dengan persamaan gas ideal, maka
rumus densitas untuk gas ideal adalah:

= = ............................................................................... (1.29)

Dimana:
m = Berat gas, lb
V = Volume gas, cuft
M = Berat molekul gas, lb/lb mole
P = Tekanan reservoir, psia
T = Temperatur, oR
R = Konstanta gas = 10.73 psia cuft/lbmole oR
Rumus di atas hanya berlaku untuk gas berkomponen tunggal. Sedangkan
untuk gas campuran digunakan rumus sebagai berikut:

= ...................................................................................... (1.30)

Dimana:
z = Faktor kompresibilitas gas
Ma = Berat molekul tampak = yi Mi
yi = Braksi mol komponen ke-i dalam suatu campuran gas
Mi = Berat molekul untuk komponen ke-i dalam suatu campuran gas.

23
1.2.4.2.2. Viscositas Gas
Viskositas gas akan naik dengan bertambahnya suhu, dalam hal ini tabiat
gas akan berlainan dengan cairan, untuk gas sempurna viskositasnya tergantung
dari tekanan. Gas sempurna berubah menjadi gas tidak sempurna bila tekanannya
dinaikkan dan tabiatnya mendekati tabiat zat cair.
Salah satu cara untuk menentukan viskositas gas yaitu dengan korelasi
grafis (Carretal), dimana cara ini untuk menentukan viskositas gas campuran pada
sembarang tekanan maupun suhu dengan memperhatikan adanya gas-gas ikutan,
seperti H2S, CO2, dan N2. Adanya gas-gas non-hidrokarbon tersebut akan
memperbesar viskositas gas campuran.

1.2.4.2.3. Faktor Volume Formasi Gas


Faktor volume formasi gas adalah perbandingan volume dari sejumlah gas
pada kondisi reservoir dengan kondisi standard, dapat dituliskan:

= ........................................................................................ (1.31)

Dimana:
Bg Faktor volume formasi gas, Cuft/SCF
Vr Volume gas pada kondisi reservoir, Cuft
Vsc Volume gas pada kondisi standar, SCF
Volume n mol gas pada kondisi standar adalah:

= ................................................................................. (1.32)

Sedangkan volume n mol gas pada kondisi reservoir adalah:



= .................................................................................... (1.33)

Substitusikan persamaan (1.32) dan (1.33) ke dalam persamaan (1.31), maka akan
diperoleh harga Bg, yaitu:

= 0.0282 , / ....................................................... (1.34)


= 0.00504 , / ....................................................... (1.35)

Dimana:
Zr = Faktor kompressibilitas gas pada kondisi reservoir.

24
Zsc = Faktor kompressibilitas gas pada kondisi standard (1)
Tr = Temperatur pada kondisi reservoir, R
Tsc = Temperatur pada kondisi standard = 60F = 520R
Psc = tekanan pada kondisi standard = 14.7 psia

1.2.4.2.4. Kompresibilitas Gas


Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas yang
disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya.
Kompressibilitas Gas dapat dinyatakan dengan:
1
= ( ) ............................................................................... (1.36)

Dalam pembahasan mengenai kompressibilitas gas terdapat dua


kemungkinan penyelesaian, yaitu: kompressibilitas gas ideal dan kompressibilitas
gas nyata.
1. Kompressibilitas gas ideal
Persamaan gas ideal adalah:

= = .............................................. (1.37)


( ) = .......................................................................... (1.38)
2

Kombinasi antara persamaan (1.36) dan (1.38) sebagai berikut:


1 1
= ( ) ( ) = .......................................................... (1.39)
2

2. Kompressibilitas gas nyata


Pada gas nyata, faktor kompressibilitas diperhitungkan. Persamaan
tersebut adalah sebagai berikut:

= ............................................................................. (1.40)

Bila dianggap konstan, penurunan persamaan tersebut menghasilkan


persamaan sebagai berikut:



( ) = 2

1
= ( ) ( )

= ( )
2

25
1 1
= ..................................................................... (1.41)

Cara lain untuk menentukan kompressibilitas gas adalah dengan


menggunakan hukum keadaan berhubungan yaitu:

= ................................................................................. (1.42)

Dimana:
Cpr = Pseudo-reduced compressibility
Ppc = Pseudo-critical pressure

1.2.4.3. Sifat Fisik Air Formasi


1.2.4.3.1. Berat Jenis Air Formasi
Berat jenis air formasi sangat dipengaruhi oleh kadar garam terlarut yang
terdapat didalamnya. Susunan kimia zat terlarut sangat mempengaruhi berat jenis
air. Berat jenis air formasi berkisar antara 1.0 untuk air yang sangat tawar, sampai
1.140 untuk air formasi yang mengandung 210,000 ppm garam. Kita mengenal
berat jenis air pada kondisi standart (14.7 psi dan 600 F ) adalah:
1. 0.99010 gr/cc 4. 350 lb/bbl
2. 8.334 lb/gal 5. 0.01604 cuft/lb
3. 62.34 lb/cuft
Hubungan antara berat jenis air, spesific volume dan specific gravity
adalah sebagai berikut:
1
= 62.34 = 62.34 = 0.01604 .............................................. (1.43)

0.01604
= .................................................................................... (1.44)

Dimana:
f = Specific gravity (SG)
w = Berat jenis air, lb/cuft
Vw = Spesific volume, cuft/lb

26
1.2.4.3.2. Viskositas Air Formasi
Viscositas air formasi (w) merupakan fungsi dari temperature, tekanan
dan kadar garam. Kekentalan air formasi akan naik seiring dengan turunnya
temperature, kenaikan tekanan dan kadar garam juga adanya penambahan garam
ke dalam air menyebabkan kenaikan kekentalan air. Pengaruh adanya gas
hidrokarbon dalam larutan air formasi, ternyata bahwa mengurangi sebagian kecil
atau sedikit sekali pengaruhnya di dalam kekentalan air formasi.

1.2.4.3.3. Faktor Volume Formasi Air Formasi


Besarnya harga faktor volume air formasi (Bw) sangat dipengaruhi oleh
tekanan dan temperature. Dengan kenaikan tekanan dan temperature yang tetap
maka harga Bw akan turun, tetapi pada tekanan dan temperature yang tetap harga
Bw akan naik dengan kenaikan suhu.

= + ( ) ( ) .................................... (1.45)

1.2.4.3.4. Kelarutan Air Formasi dalam Gas


Kelarutan air dalam gas adalah penting bagi sifat fisik sejak mulai treating,
proses dan transportasi gas. Kelarutan air dalam gas tergantung pada tekanan,
temperature dan komposisi keduanya (air dan gas alam).

1.2.4.3.5. Kelarutan Air Formasi dalam Cairan Minyak


Pada kelarutan air dalam cairan minyak bumi ini. Reaksi yang ditunjukkan
antara air dan minyak adalah sangat kecil. Karena itu, kelarutan air formasi dalam
cairan minyak sangat terbatas. Data yang ditunjukkan tidak cukup untuk
mengembangkan suatu korelasi dari kelarutan air formasi dalam cairan minyak
pada temperature dan tekanan reservoir.

27
1.3. Kondisi Reservoir
Tekanan dan temperatur merupakan besaranbesaran yang sangat penting
dan berpengaruh terhadap keadaan reservoir, baik pada batuan maupun fluidanya
(air, minyak, dan gas).

1.3.1. Tekanan Reservoir


Konsep tekanan adalah gaya persatuan luas yang diterapkan oleh suatu
fluida, hal ini adalah konsep mekanik dari tekanan. Tekanan merupakan sumber
energi yang menyebabkan fluida dapat bergerak. Sumber energi atau tekanan
tersebut pada prinsipnya berasal dari:
1. Pendesakan oleh air formasi yang diakibatkan oleh adanya beban
formasi diatasnya (overburden).
2. Timbulnya tekanan akibat adanya gaya kapiler yang besarnya
dipengaruhi oleh tegangan permukaan dan sifat-sifat kebasahan
batuan.
Tekanan yang bekerja di dalam reservoir pada dasarnya disebabkan oleh:
1. Tekanan hidrostatik
Tekanan ini disebabkan oleh fluida (terutama air) yang mengisi pori-
pori batuan diatasnya. Secara matematis tekanan hidrostatik dapat
dituliskan sebagai berikut:
= 0.052 ..................................................................... (1.46)
atau

= (10) ..................................................................... (1.47)

Dimana:
= Densitas fluida, ppg atau gr/cc
Ph = Tekanan hidrostatik, psi atau ksc
h = Tinggi kolom fluida, ft atau meter
Gradien hidrostatik untuk air murni adalah 0.433 psi/ft, sedangkan air
asin adalah 0.465 psi/ft. Penyimpangan dari harga tersebut disebut tekanan
abnormal.

28
2. Tekanan Overburden
Tekanan overburden adalah tekanan yang diderita oleh formasi karena
beban (berat) batuan diatasnya atau besarnya tekanan yang diakibatkan
oleh berat seluruh beban yang berada di atas suatu kedalaman tertentu tiap
satuan luas.
+
= ........................................... (1.48)

Gradien tekanan overburden adalah menyatakan tekanan overburden


dan tiap kedalaman.

= ............................................................................... (1.49)

Dimana :
Gob = Gradien tekanan overburden, psi/ft
Pob = Tekanan overburden, psi
D = Kedalaman, ft
Pada prinsipnya tekanan reservoir adalah bervariasi terhadap
kedalaman. Hubungan antara tekanan dengan kedalaman ini disebut
dengan gradien tekanan. Gradien tekanan hidrostatik air murni adalah
0.433 psi/ft sampai 0.465 psi/ft, disebut tekanan normal. Tetapi gradien
tekanan lebih besar dari 0.465 psi/ft, disebut tekanan subnormal. Gradien
tekanan overburden sebesar 1.0 psi/ft, sedangkan untuk kedalaman yang
dangkal gradien tekanan overburdennya lebih kecil dari 1.0 psi/ft.
Setelah akumulasi hidrokarbon didapat, maka salah satu test yang
harus dilakukan adalah test untuk menentukan tekanan reservoir, yaitu
tekanan awal reservoir, tekanan statik sumur, tekanan alir dasar sumur, dan
gradien tekanan reservoir. Tekanan awal reservoir adalah tekanan reservoir
pada saat pertama kali diketemukan. Tekanan dasar sumur pada sumur
yang sedang berproduksi disebut tekanan aliran (flowing) sumur.
Kemudian jika sumur tersebut ditutup maka selang waktu tertentu akan
didapat tekanan statik sumur.

29
1.3.2. Temperatur Reservoir
Temperatur reservoir akan bertambah terhadap kedalamannya, yang sering
disebut dengan gradien geothermal. Gradien geothermis yang tinggi sekitar
4oF/100 ft, sedangkan yang terendah 0.5oF/100 ft. Besarnya gradien
geothermal/temperatur tersebut bervariasi dari satu tempat dengan tempat yang
lainnya dan tergantung pada sifat daya hantar panas batuannya, tetapi umumnya
harga tersebut adalah 2 0F/100 ft.
Pengukuran temperatur formasi dilakukan setelah completion dan
temperatur formasi ini dapat dianggap konstan selama kehidupan reservoir,
kecuali bila dilakukan proses stimulasi.
Hubungan antara temperatur versus kedalaman merupakan fungsi linier,
yang secara matematis dapat juga ditulis dengan persamaan sebagai berikut:
= + .......................................................................... (1.50)
dimana:
Td = Temperatur formasi pada kedalaman tertentu D ft, 0F
Ta = Temperatur rata-rata di permukaan, 0F
Gt = Gradien temperatur, 0F / 100 ft
D = Kedalaman, ft

1.4. Jenis-jenis Reservoir


Reservoir dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan perangkap
reservoir, fasa fluida reservoir dan mekanisme pendorong.

1.4.1. Jenis Reservoir Berdasarkan Perangkap


Pada prinsipnya, suatu perangkap adalah suatu kondisi geologi yang
memungkinkan fluida mudah memasuki tetapi sulit untuk keluar darinya. Dan
berdasarkan hasil studi geologi terhadap reservoir maka perangkap hidrokarbon
dapat diklasifikasikan menjadi: perangkap stratigrafi, perangkap struktur,
perangkap kombinasi.

30
1.4.1.1. Perangkap Stratigrafi
Perangkap stratigrafi adalah perangkap yang terbentuk sebagai akibat dari
bentuk tubuh batuan atau sifat hubungan stratigrafi suatu tubuh batuan dengan
tubuh batuan sekitarnya. Sifat hubungan stratigrafi secara lateral dapat berupa
bentuk lensa, pinch oil, dan fingering. Sedangkan secara vertikal dapat berupa
keselarasan dan ketidakselarasan.
Prinsip perangkap stratigrafi ialah minyak dan gas terjebak dalam
perjalanannya ke atas, terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan
pinggir, karena batuan reservoir menghilang atau berubah fasies menjadi batuan
lain atau batuan yang karakteristik reservoir menghilang sehingga merupakan
penghalang permeabilitasnya.
Beberapa unsur yang menyebabkan perangkap dikategorikan sebagai
perangkap stratigrafi adalah:
1. Adanya perubahan sifat lithologi dengan beberapa sifat reservoir ke
satu atau beberapa arah sehingga merupakan penghalang
permeabilitas.
2. Adanya lapisan penutup/penyekat yang menghimpit lapisan reservoir
tersebut ke arah atas atau ke pinggir.
3. Kedudukan struktur lapisan reservoir yang sedemikian rupa sehingga
dapat menjebak minyak yang mengalir ke atas/naik.
Perubahan sifat litologi / sifat reservoir ke suatu arah daripada lapisan
reservoir dapat disebabkan:
1. Pembajian, dimana lapisan reservoir yang dihimpit di antara lapisan
penyekat menipis dan menghilang.

Gambar 1.10. Bentuk Perangkap Stratigrafi Akibat Pembajian 5)

31
2. Penyerpihan (shale-out), dimana ketebalan lapisan tetap, akan
tetapi sifat lithologi berubah.

Gambar 1.11. Bentuk Perangkap Stratigrafi Akibat Penyerpihan 5)

3. Persentuhan dengan bidang erosi yang diakibatkan oleh adanya


erosi pada lapisan batuan permeabel yang miring, kemudian terjadi
proses pengendapan di atasnya dan menjadi lapisan penyekat di
atas bidang ketidakselarasan, ditunjukan pada Gambar 1.12.

Gambar 1.12. Bentuk Perangkap Stratigrafi Akibat Bidang Ketidakselarasan 5)

1.4.1.2. Perangkap Struktur


Perangkap struktur merupakan perangkap yang terbentuk sebagai akibat
peristiwa deformasi pada lapisan batuan, dan sampai dewasa ini merupakan
perangkap yang paling penting. Jelas di sini berbagai unsur perangkap yang
membentuk lapisan penyekat dan lapisan reservoir sehingga dapat menangkap
minyak, disebabkan gejala tektonik atau struktur, misalnya perlipatan dan
patahan.

32
1.4.1.2.1. Perangkap Struktur Lipatan
Perangkap struktur lipatan merupakan perangkap struktur yang terbentuk
akibat peristiwa perlipatan pada lapisan penyekat dan batuan reservoirnya, yang
biasanya berbentuk antiklin. Bentuk lapisan penyekat yang terdapat di bagian
atasnya harus berbentuk sedemikian rupa sehingga fluida hidrokarbon tidak bisa
mengalir ke mana-mana, baik dari arah atas maupun dari semua arah horizontal.

Gambar 1.13. Perangkap Struktur Lipatan 5)

1.4.1.2.2. Perangkap Struktur Patahan


Perangkap struktur patahan adalah perangkap yang terbentuk oleh
peristiwa patahan pada batuan porous dan permeabel yang berada di bawah
lapisan tidak permeabel. Perangkap ini memiliki penyekat berupa bidang sesar
pada salah satu sisinya maupun lebih.
Ada beberapa unsur lain yang harus dipenuhi untuk terjadinya suatu
perangkap yang betul-betul hanya disebabkan karena patahan, yaitu:
1. Adanya kemiringan wilayah
Lapisan yang sejajar atau tidak miring tidak dapat membentuk
perangkap karena walaupun minyak tersekat pada arah pematahan, tetapi
pada arah lain tidak tersekat, kecuali kalau ketiga arah lainnya tertutup
oleh berbagai macam patahan.
2. Paling sedikit harus ada dua patahan yang berpotongan
Jika hanya terdapat suatu kemiringan wilayah dan suatu patahan di
satu pihak, maka dalam suatu penampang kelihatannya sudah terjadi

33
perangkap, tetapi harus dipenuhi juga syarat bahwa perangkap atau
penutup itu terjadi dalam tiga dimensi, maka dalam dimensi lainnya harus
terjadi juga pematahan atau menutup ke arah tersebut.

Gambar 1.14. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Kemiringan Wilayah Dan
Dua Patahan Yang Berpotongan 5)
3. Adanya suatu pelengkungan lapisan penyekatnya atau suatu perlipatan
Dalam hal ini, patahan merupakan penyekat ke suatu arah sedangkan
pada arah lainnya tertutup oleh adanya pelengkungan dari perlapisan
ataupun bagian dari perlipatan.

Gambar 1.15. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Pelengkungan


Lapisan Penyekatnya 5)

4. Pelengkungan dari patahan itu sendiri dan kemiringan wilayah dari


lapisan penyekatnya. Di suatu arah mungkin lapisan itu miring tetapi
di pihak lainnya terdapat patahan yang melengkung sehingga semua
arah tertutup oleh patahan.

34
Gambar 1.16. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan
Pelengkungan Patahannya 5)

1.4.1.2.3. Perangkap Struktur Kubah Garam


Perangkap struktur kubah garam (Gambar 1.17) merupakan perangkap
struktur yang terbentuk akibat peristiwa intrusi lapisan garam. Beberapa lapisan
yang terintrusi biasanya ikut terangkat dan seolah-olah membagi terhadap kolom
garam dan sering merupakan jebakan minyak yang baik. Lapisan garam sendiri
tidak selalu membentuk perangkap, tetapi biasanya justru deformasi lapisan
batuan dan patahan yang ditimbulkan oleh intrusi garam yang membentuk
perangkap struktur.

Gambar 1.17. Bentuk Perangkap Struktur Patahan Kubah Garam 5)

1.4.1.3. Perangkap Kombinasi


Perangkap reservoir kebanyakan merupakan kombinasi perangkap struktur
dan perangkap stratigrafi dimana setiap unsur struktur merupakan faktor bersama
dalam membatasi bergeraknya minyak dan gas. Beberapa kombinasi antara unsur
stratigrafi dan unsur struktur adalah sebagai berikut:

35
1. Kombinasi antara lipatan dengan pembajian
Perangkap jenis ini terjadi setelah proses pembajian lapisan terbentuk,
baru kemudian diikuti dengan proses pengangkatan atau intrusi batuan
bawahnya. Gambar 1.18. menunjukkan kombinasi lipatan dengan
pembajian dapat terjadi karena salah satu pihak pasir menghilang dan di
lain pihak hidung/puncak lapisan bawah antiklin menutup arah lainnya.

Gambar 1.18. Bentuk Perangkap Kombinasi Lipatan-Pembajian 5)

2. Kombinasi antara patahan dan pembajian


Pembajian yang berkombinasi dengan patahan jauh lebih biasa
daripada pembajian yang berdiri sendiri. Kombinasi ini dapat terjadi
karena terdapat suatu kemiringan wilayah yang membatasi bergeraknya
minyak ke suatu arah tertentu, yang kemudian ditahan oleh adanya suatu
patahan, dimana akan berfungsi sebagai penahan/penyekat di arah lain.
Sedangkan di arah lainnya lagi ditahan oleh pembajian.

Gambar 1.19. Bentuk Perangkap Kombinasi Patahan-Pembajian 5)

36
1.4.2. Jenis Reservoir Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon
Untuk jenis-jenis reservoir berdasarkan sifat fasa fluida hidrokarbon maka
reservoir terdiri dari: reservoir minyak, reservoir gas dan reservoir kondensat.
1.4.2.1. Reservoir Minyak
Reservoir minyak terbagi menjadi reservoir minyak jenuh dan reservoir
minyak tak jenuh.

1.4.2.1.1. Reservoir Minyak Jenuh

Reservoir minyak jenuh adalah reservoir dimana cairan (minyak) dan gas
terdapat bersama-sama dalam keseimbangan. Keadaan ini bisa terjadi pada P dan
T reservoir terdapat di bawah garis gelembung.
Ciri-ciri reservoir minyak jenuh, antara lain:
1. Tekanan awal reservoir lebih kecil dari tekanan gelembung dan
temperatur reservoir lebih rendah dari temperatur kritisnya.
2. Fluida reservoir berupa dua fasa, zona gas berada di atas zona minyak,
zona gas tersebut biasanya disebut gas cap.
3. Specific gravity minyak bervariasi antara 0.75 sampai 1.01.

Gambar 1.20. Diagram Fasa Minyak Jenuh 7)

37
1.4.2.1.2. Reservoir Minyak Tak Jenuh
Reservoir minyak tak jenuh adalah reservoir yang hanya mengandung satu
macam fasa saja yaitu cairan (minyak). Keadaan ini dapat terjadi bila tekanan
reservoirnya lebih tinggi dari tekanan gelembungnya.
Ciri-ciri reservoir minyak tak jenuh, antara lain:
1. Pada kondisi mula-mula tidak ada kontak langsung antara zona
minyak dengan fasa gas bebas, dengan kata lain gas cap tidak
terbentuk.
2. Selama penurunan tekanan awal sampai tekanan saturasi (Pb) faktor
volume formasi minyak akan naik sedang kekentalannya akan turun.
3. Umumnya temperatur reservoir kurang dari 150 0F, specific gravity
kurang dari 35 0API.

Gambar 1.21. Diagram Fasa Minyak Tak Jenuh 7)

1.4.2.2. Reservoir Gas


Reservoir gas mempunyai temperatur awal di atas krikondenterm. Pada
kondisi awal ini reservoir hanya terdiri dari satu fasa. Apabila gas tersebut
diproduksikan dari reservoir ke permukaan pada tekanan dan temperatur yang
semakin berkurang sepanjang A-A1, maka fluidanya tetap satu fasa yaitu fasa gas,

38
baik di reservoir maupun di permukaan. Gas ini biasanya disebut gas kering atau
dry gas.
1.4.2.2.1. Reservoir Gas Kering
Untuk campuran ini (Gambar 1.12), baik kondisi reservoirnya maupun
kondisi separator terletak di luar daerah dua fasa. Tidak ada cairan yang dapat
dibentuk dalam reservoir atau di permukaan dan gasnya disebut gas alam.
Gas kering biasanya terdiri atas metana, dan hanya sedikit mengandung
etana serta kemungkinan mengandung propana.
Kata kering menunjukkan bahwa fluida tidak cukup mengandung molekul
hidrokarbon berat untuk membentuk cairan di permukaan. Tetapi perbedaan
antara gas kering dan gas basah tidak tetap, biasanya sistem yang gas oil ratio-nya
lebih dari 100,000 scf/stb dipertimbangkan sebagai gas kering.

Gambar 1.22. Diagram Fasa Gas Kering 7)

Ciri-ciri gas kering, antara lain:


1. Temperatur kritik dan temperatur krikondenterm fluida relatif lebih
rendah, sehingga biasanya berharga jauh di bawah temperatur
reservoir.
2. Sedikit sekali (hampir tidak ada) cairan yang diperoleh dari separator
di permukaan.
3. GOR produksi biasanya lebih besar dari 100,000 scf/stb, hal ini yang
membedakannya dari gas basah.

39
1.4.2.2.2. Reservoir Gas Basah
Gas basah merupakan fluida hidrokarbon yang dominan mengandung
senyawa-senyawa hidrokarbon ringan. Diagram fasa dari campuran hidrokarbon
terutama mengandung molekul lebih kecil, umumnya terletak di bawah
temperatur reservoir.
Dalam kasus ini fluida berbentuk gas secara keseluruhan dalam
pengurangan tekanan reservoir. Karena kondisi separator terletak di dalam daerah
dua fasa, maka cairan akan terbentuk di permukaan. Cairan ini umumnya dikenal
sebagai kondensat atau gas yang dihasilkan disebut gas kondensat.
Kata basah menunjukkan bahwa gas mengandung molekul-molekul
hidrokarbon ringan yang pada kondisi permukaan membentuk fasa cair. Pada
kondisi separator, gas biasanya mengandung lebih banyak hidrokarbon menengah.
Kadang-kadang gas ini diproses untuk dipisahkan cairan butana dan propananya.

Gambar 1.23. Diagram Fasa Gas Basah 7)


Ciri-ciri gas basah, antara lain:
1. Temperatur hidrokarbon lebih besar dari temperatur krikondenterm
fluida hidrokarbonnya.
2. Fluida hidrokarbon yang keluar dari separator terdiri atas 10%
cairan dan 90% mol gas.
3. Cairan dari separator mempunyai gravity 50 0API.
4. GOR produksi dapat mencapai 100,000 scf/stb.
5. Warna cairan yang terproduksi adalah terang atau jernih seperti air.

40
1.4.2.3. Reservoir Kondensat
Adakalanya temperatur reservoir terletak di antara titik kritis dengan
krikondenterm dari fluida reservoir seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.24.
Sekitar 25% fluida produksi tetap sebagai cairan di permukaan. Cairan yang
diproduksikan dari campuran hidrokarbon ini disebut gas kondensat. Gas
kondensat mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon berat lebih sedikit
daripada senyawa-senyawa ringannya, dan mengandung senyawa-senyawa
hidrokarbon ringan relatif lebih banyak daripada minyak ringan, sehingga
temperatur kritik fluidanya lebih kecil dari temperatur kritik minyak ringan.

Gambar 1.24. Diagram Fasa Gas Kondensat 7)

Berdasarkan Gambar 1.24. di atas dapat dijelaskan bahwa pada titik A,


reservoir hanya terdiri dari satu fasa dan dengan turunnya tekanan reservoir
selama produksi berlangsung, terjadi kondensasi retrograde dalam reservoir. Pada
titik A (titik embun), cairan mulai terbentuk dan dengan turunnya tekanan dari
titik B ke titik C, jumlah cairan dalam reservoir bertambah. Pada titik C ini masih
terdapat cairan yang bisa terjadi. Penurunan selanjutnya menyebabkan cairan
menguap.
Ciri-ciri gas kondensat, antara lain:
1. Temperatur reservoir lebih besar dari temperatur kritik, tetapi lebih
kecil dari temperatur krikondenterm fluida hidrokarbonnya.
2. Fluida hidrokarbon yang keluar dari separator terdiri atas 25% mol
cairan dan 75% mol gas.

41
3. Cairan hidrokarbon dari separator mempunyai gravity 600API.
4. GOR produksi dapat mencapai 70,000 scf/stb.
5. Warna cairan yang terproduksi adalah terang atau jernih seperti air.

1.4.3. Jenis Reservoir Berdasarkan Mekanisme Pendorong


Jenis-jenis reservoir berdasarkan mekanisme pendorong terbagi menjadi
lima, yaitu:
1. Solution Gas Drive atau Depletion Drive Reservoir
2. Gas Cap Drive Reservoir
3. Water drive Reservoir
4. Segregation Drive Reservoir
5. Combination Drive Reservoir

1.4.3.1. Solution Gas Drive


Reservoir solution gas drive atau reservoir depletion drive merupakan
jenis reseroir yang tenaga pendorongnya berasal dari gas yang terbebaskan dari
minyak karena adanya perubahan fasa pada hidrokarbon-hidrokarbon ringannya
yang semula merupakan fasa cair menjadi fasa gas selama penurunan tekanan
reservoir, serta tidak adanya tudung gas mula-mula. Gas yang semula larut dalam
zona minyak kemudian terbebaskan lalu mengembang dan kemudian akan
mendesak minyak dan terproduksi secara bersamaan.
Setelah sumur selesai dibor menembus reservoir dan produksi minyak
dimulai, maka akan terjadi suatu penurunan tekanan di sekitar lubang bor.
Penurunan tekanan ini akan menyebabkan fluida mengalir dari reservoir menuju
lubang bor melalui pori-pori batuan. Penurunan tekanan di sekitar sumur bor akan
menimbulkan terjadinya fasa gas. Pada saat awal, karena saturasi gas tersebut
masih kecil (belum membentuk fasa yang kontinyu), maka gas tersebut
terperangkap pada ruang antar butiran reservoirnya. Tetapi setelah tekanan
reservoir tersebut cukup kecil dan gas sudah terbentuk banyak, maka gas tersebut
turut serta terproduksi ke permukaan.

42
Gambar 1.25. Solution Gas Drive Reservoir 3)
Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih
terperangkap pada sela-sela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan lebih
kecil jika dibandingkan dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil ratio produksi akan
bertambah besar bila gas pada saluran pori-pori tersebut mulai bisa mengalir dan
hal ini akan terus-menerus berlanjut hingga tekanan menjadi rendah. Bila tekanan
telah cukup rendah, maka gas oil ratio akan menjadi berkurang sebab volume gas
di dalam reservoir tinggal sedikit. Dalam hal ini gas oil ratio dan gas oil produksi
reservoirnya harganya hampir sama (Gambar 1.26.). Reservoir jenis ini pada tahap
teknik produksi primernya akan meninggalkan residual oil yang cukup besar.
Produksi air hampir tidak ada karena reservoirnya terisolir, sehingga meskipun
terdapat connate water tetapi hampir-hampir tidak dapat diproduksikan.
Perfomance reservoir atau perilaku reservoir adalah kelakuan reservoir
yang dicirikan oleh data di permukaan, sehubungan dengan masa produksi di
permukaan, dimana data tersebut diplot terhadap waktu, meliputi:
1. Laju produksi minyak (qo), gas (qg) dan air (qw)
2. Tekanan reservoir (Pr)
3. Perbandingan produksi air terhadap minyak (WOR)
4. Perbandingan produksi gas terhadap minyak (GOR)
5. Produksi kumulatif minyak (Np), air (Wp) dan gas (Gp)

43
Reservoir solution gas drive memiliki karakteristik, yaitu:
1. Penurunan tekanan reservoir yang cepat. Tidak ada fluida ekstra atau
tudung gas bebas yang besar yang akan menempati ruang pori yang
dikosongkan oleh minyak yang diproduksi.
2. Produksi minyak bebas air. Tidak ada water drive, sehingga sedikit
atau bahkan tidak ada air yang diproduksi bersama minyak selama
umur produksi.
3. Productivity Index juga turun dengan cepat.
4. Gas oil ratio mula-mula rendah kemudian naik dengan cepat akibat
terbebaskannya sejumlah gas dari minyak sampai maksimum,
kemudian turun akibat adanya ekspansi gas dalam reservoir.
5. Recovery factor rendah. Produksi minyak dengan solution gas drive
ini biasanya merupakan recovery yang tidak efisien, harga RF berkisar
5% - 30%. Hubungan permeabilitas relatif (Kg/Ko) menentukan
besarnya RF dari reservoir ini. Selain itu, jika viskositas minyak
bertambah, maka RF akan berkurang.

Gambar 1.26. Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR


pada Solution Gas Drive Reservoir 4)

1.4.3.2. Gas Cap Drive Reservoir


Dalam beberapa tempat dimana terakumulasinya minyak bumi, kadang-
kadang pada kondisi reservoirnya komponen-komponen ringan dan menengah
dari minyak bumi tersebut membentuk suatu fasa gas. Gas bebas ini kemudian

44
melepaskan diri dari minyaknya dan menempati bagian atas dari reservoir itu
membentuk suatu tudung. Hal ini bisa merupakan suatu energi pendesak untuk
mendorong minyak bumi dari reservoir ke lubang sumur dan mengangkatnya ke
permukaan.
Bila reservoir ini dikelilingi suatu batuan yang merupakan perangkap,
maka energi ilmiah yang menggerakkan minyak ini berasal dari dua sumber, yaitu
ekspansi gas cap dan ekspansi gas yang terlarut lalu melepaskan diri.
Mekanisme yang terjadi pada gas cap reservoir ini adalah minyak pertama
kali diproduksikan, permukaan minyak dan gas akan turun, gas cap akan
berkembang ke bawah selama produksi berlangsung. Untuk jenis reservoir ini,
umumnya akan lebih konstan jika dibandingkan dengan solution gas drive.
Reservoir gas cap drive memiliki karakteristik, yaitu:
1. Penurunan tekanan relatif cepat serta tidak adanya fluida ekstra atau
tudung gas bebas yang akan menempati ruang pori yang dikosongkan
oleh minyak yang diproduksi.
2. GOR naik dengan cepat hingga maksimum kemudian turun secara
kontinyu.
3. Produksi air sangat kecil bahkan diabaikan.
4. Recovery sekitar 20 - 60%.

Gambar 1.27. Gas Cap Drive Reservoir 3)

45
Gambar 1.28. Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR pada Gas Cap Drive Reservoir 4)

Kenaikan gas oil ratio juga sejalan dengan pergerakan permukaan ke


bawah, air hampir-hampir tidak diproduksikan sama sekali. Karena tekanan
reservoir relatip kecil penurunannya, juga minyak berada di dalam reservoirnya
akan terus semakin ringan dan mengalir dengan baik, maka untuk reservoir jenis
ini akan mempunyai umur dan recovery sekitar 20 - 60%, yang lebih besar jika
dibandingkan dengan jenis solution gas drive. Sehingga residual oil yang masih
tertinggal di dalam reservoir ketika lapangan ini ditutup adalah lebih kecil jika
dibandingkan dengan jenis solution gas drive.

1.4.3.3. Water drive Reservoir


Untuk reservoir jenis water drive ini, energi pendesakan yang mendorong
minyak untuk mengalir adalah berasal dari air yang terperangkap bersama-sama
dengan minyak pada batuan reservoirnya. Efisisensi pendesakan air biasanya lebih
besar dibandingkan dengan pendesakan oleh gas.
Apabila dilihat dari terbentuknya batuan reservoir water drive, maka air
merupakan fluida pertama yang menempati pori-pori reservoir. Tetapi dengan
adanya migrasi minyak bumi maka air yang berada disana tersingkir dan
digantikan oleh minyak. Dengan demikian karena volume minyak ini terbatas,
maka bila dibandingkan dengan volume air yang merupakan fluida pendesaknya
akan jauh lebih kecil.

46
Reservoir dengan jenis mekanisme pendorong water drive memiliki
karakteristik, yaitu:
1. Penurunan tekanan sangat pelan atau relative stabil. Penurunan
tekanan yang kecil pada reservoir adalah karena volume produksi
yang ditinggalkan langsung digantikan oleh sejumlah air yang masuk
ke zona minyak.
2. Perubahan GOR selama produksi kecil, sehingga dapat dikatakan
bahwa GOR reservoir adalah konstan.
3. Harga WOR naik tajam karena mobilitas air yang besar.
4. Perolehan minyak bisa mencapai 60 80%.
Produksi air pada awal produksi sedikit, tetapi apabila permukaan air telah
mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi yang semakin
lama semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut ditinggalkan karena
produksi minyaknya tidak ekonomis lagi.
Untuk reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak
yang terproduksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan
lainnya, yaitu antara 35 75% dari volume minyak yang ada. Sehingga minyak
sisa (residual oil) yang masih tertinggal didalam reservoir akan lebih sedikit.
Reservoir minyak dengan tenaga pendorong water drive dapat dibagi atas
tiga tipe yaitu: kuat (strong), sedang (moderat) dan lemah (weak).

Gambar 1.29. Water drive Reservoir 3)

47
1.4.3.4. Segregation Drive Reservoir
Segregation drive reservoir atau gravity drainage merupakan energi
pendorong minyak bumi yang berasal dari kecenderungan gas, minyak, dan air
membuat suatu keadaan yang sesuai dengan massa jenisnya (karena gaya
gravitasi). Mekanisme pendorong ini sering ditemui pada reservoir dengan relief
struktur geologi yang tinggi, dimana zona minyak ditutupi oleh suatu gas cap.
Tenaga pendorong jenis ini disebut juga gravity drive atau external gas
drive, yang mempunyai karakteristik, yaitu:
1. Penurunan tekanan kurang tajam dibandingkan dengan depletion
drive.
2. Kenaikkan GOR cukup cepat, hal ini disebabkan karena mobilitas gas
yang lebih lebih besar dari mobilitas minyak sehingga produksi gas
naik naik dengan cepat.
3. Produksi air dianggap tidak ada atau diabaikan.
4. Recovery faktor yang didapat 20 60 %.
Gravity drainage mempunyai peranan yang penting dalam memproduksi
minyak dari suatu reservoir. Sebagai contoh bila kondisinya cocok, maka recovery
dari solution gas drive reservoir bisa ditingkatkan dengan adanya gravity drainage
ini. Demikian pula dengan reservoir-reservoir yang mempunyai energi pendorong
lainnya.
Seandainya dalam reservoir itu terdapat tudung gas primer (primary gas
cap) maka tudung gas ini akan mengembang sebagai proses gravity drainage
tersebut. Reservoir yang tidak mempunyai tudung gas primer segera akan
mengadakan penentuan tudung gas sekunder (secondary gas cap).
Pada awal dari reservoir ini, gas oil ratio dari sumur-sumur yang terletak
pada struktur yang lebih tinggi akan cepat meningkat sehingga diperlukan suatu
program penutupan sumur-sumur tersebut. Diharapkan dengan adanya program
ini perolehannya minyaknya dapat mencapai maksimum.
Besarnya gravity drainage dipengaruhi oleh gravity minyak, permeabilitas
zona produktif, dan juga dari kemiringan formasinya. Faktor-faktor kombinasi
seperti misalnya, viskositas rendah, specific gravity rendah, mengalir pada atau

48
sepanjang zona dengan permeabilitas tinggi dengan kemiringan lapisan cukup
curam, ini semuanya akan menyebabkan perbesaran dalam pergerakan minyak
dalam struktur lapisannya (Gambar 1.30.).
Dalam reservoir gravity drainage perembesan airnya kecil atau hampir
tidak ada produksi air. Laju penurunan tekanan tergantung pada jumlah gas yang
ada. Jika produksi semata-mata hanya karena gas gravitasi, maka penurunan
tekanan dengan berjalannya produksi akan cepat. Hal ini disebabkan karena gas
yang terbebaskan dari larutannya terproduksi pada sumur struktur sehingga
tekanan cepat akan habis. Karakteristik segregation drive reservoir ditunjukkan
oleh Gambar 1.31.

Gambar 1.30. Gravity drainage Drive Reservoir 3)

Gambar 1.31. Kelakuan Gravity drainage Reservoir 3)

1.4.3.5. Combination Gas Drive


Sebelumnya telah dijelaskan bahwa reservoir minyak dapat dibagi dalam
beberapa jenis sesuai dengan jenis energi pendorongnya. Tidak jarang dalam
keadaan sebenarnya energi-energi pendorong ini bekerja bersamaan dan simultan.

49
Bila demikian, maka energi pendorong yang bekerja pada reservoir itu merupakan
kombinasi beberapa energi pendorong, sehingga dikenal dengan nama
combination drive reservoir. Kombinasi yang umum dijumpai adalah antara gas
cap drive dengan water drive. Sehingga sifat-sifat reservoirnya jadi lebih
kompleks jika dibandingkan dengan energi pendorong tunggal.
Suatu reservoir dengan jenis mekanisme pendorong combination drive ini
memiliki karakteristik, yaitu:
1. Penurunan tekanan relatif cepat, karena perembesan air dan
pengembangan gas tidak cukup untuk mempertahankan reservoir.
2. Perembesan air secara perlahan masuk di bagian bawah reservoir.
3. Bila adanya gas cap yang kecil, akan meningkatkan kenaikkan GOR
apabila gas tersebut mengembang.
4. Recovery factor lebih besar daripada depletion drive, tetapi lebih
rendah dari water drive dan gas drive.

Gambar 1.32. Combination Drive Reservoir 3)


Untuk reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas cap
akan mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan air yang berada
pada bagian bawah dari reservoir tersebut. Pada saat produksi minyak tidak
sempat berubah fasa menjadi gas sebab tekanan reservoir masih cukup tinggi
karena dikontrol oleh tekanan gas dari atas dan air dari bawah. Dengan demikian
peristiwa depletion untuk reservoir jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak

50
yang masih tersisa di dalam reservoir semakin kecil karena recovery minyaknya
tinggi dan efesiensi produksinya lebih tinggi.
Gambar 1.33. merupakan salah satu contoh kelakuan dari combination
drive dengan water drive yang lemah dan tidak ada tudung gas pada reservoirnya.
Gas oil ratio yang konstan pada awal produksi dimungkinkan bahwa tekanan
reservoir masih di atas tekanan jenuh. Di bawah tekanan jenuh, gas akan bebas
sehingga gas oil ratio akan naik.

Gambar 1.33. Kelakuan Combination Drive Reservoir 3)

51

Anda mungkin juga menyukai