ANALISIS KASUS
32
Kemudian dari pemeriksaan fisik thorax, pemeriksaan paru didapatkan
sela iga yang melebar dan barrel chest positif. Pada perkusi didapatkan hipersonor
dikedua hemithorax, dan batas paru hepar menurun pada ICS VII, hal ini
menandakan terjadinya penekanan diagfragma akibat PPOK. Auskultasi
didapatkan suara nafas pokok vesikuler menurun pada kedua hemithorax, ronkhi
basah halus pada kedua basal paru, ekspirasi memanjang, dan suara nafas
tambahan berupa wheezing ekspirasi di seluruh lapang paru. Pada foto rontgen
thorax PA, didapatkan gambaran hiperaerasi dan sela iga melebar yang merupakan
tanda tanda terjadinya PPOK. Pada kasus ini didapatkan keluhan batuk dahak
purulen yang disertai dengan leukositosis, hal ini menandakan terjadinya
kemungkinan terjadinya ISPA.
Tatalaksana pada pasien ini dengan pemberian oksigen 3 l/m, nebulisasi
farbivent yang mengandung salbutamol yang merupakan SABA dan ipratroprium
bromide 1 ampul setiap 8 jam. Drip aminofilin 2 ampul dalam infus D5% 500cc
gtt XV, injeksi dexametason 3x1 ampul IV, injeksi ceftriaxone 2x1 gr IV sebagai
antibiotik untuk ISPA dan diberikan juga N asetil sistein dan ambroxol untuk
membantu pengeluaran dahak agar mempermudah proses napas dan berguna
untuk pemeriksaan sputum. Untuk hipertensi stage 2 diberikan kombinasi ace
inhibitor dan calsium channel blocker yaitu captopril 2x25 mg dan amlodipin
1x5mg. Namun, dari semua terapi diatas, berhenti merokok merupakan terapi
yang paling efektif pada pasien PPOK. Proses berhenti merokok harus melibatkan
beberapa intervensi dan harus didukung oleh diri sendiri, kelompok, dokter,
tempat kerja, dan masyarakat. Os juga harus menghindari menghirup polutan
seperti asap rokok dan polusi udara karena dapat terkena ISPA yang memicu
PPOK eksaserbasi. Os juga harus memiliki pola hidup yang baik, sering
berolahraga dan mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung
garam. Os juga harus rutin mengonsumsi obat antihipertensi.
33