Anda di halaman 1dari 35

RESUME ETIKA KRISTEN

BAB I
ARTI KEPUTUSAN ETIS

Etika didefinisikan secara sederhana sebagai penyelidikan tentang apa yang


baik atau benar atau luhur dan apa yang buruk atau slah atau jahat dalam kelakuan
manusia.
Arti etika dan Etis hampir sama dengan Moralitas dan moral moralitas
menyangkut kebaikan atau keburukan kelakuan lahir yang sebenarnya erjasi,
sedangkan etika menyangkut pemikiran yang sistimatis tentang kelakuan itu.
Kata kesusilaan terdiri dari kata-kata sanskera sila yang berarti norma
kehidupan atau sikap kehidupan dan su yang berarti baik.
Ciri-ciri keputusan etis
1. Pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
2. Menyangkut pilihan yang sukar.
3. Tidak mungkin dilakukan.
4. Dipergaruhi oleh norma-norma yang dipertimbangkan dan pengertian kita
tentang situasi, tetapi juga oleh kepercayaan kita, ytabiat dan lingkungan
sosial kita.
BAB II
TIGA JALAN DALAM ETIKA KRISTEN : ETIKA AKIBAT, ETIKA
KEWAJIBAN DAN ETIKA TANGGUNG JAWAB.

I. Persamaan dalam Etika Kristen.


Orang kristen sependapat bahwa Allah adalah pusat dan sumber dari semua yang
baik.
Semua etika Kristen berdasarkan iman kepada Allah yang dinyatakan
dalam Yesus Kristus.
Kewibawaan Yesus Kristus diakui oleh semua etika kristen.
Kasih merupakan ciri semua etika kristen.
Orang kristen sependapat bahwa Alkitab berwenang bagi perbuatan
maupun iman.
Semua etika kristen berkenan dengan persekutuan orang-orang kristen.
Etika kristen berlaku untuk seluruh kehidupan manusia.

Didalam sejarah gereja sampai abad ini ada dua teori utama tentang bagaimana
mengerti kehendak Tuhan, yaitu etika akibat, yang mengutamakan nilai-nilai
kristen dan tujuan-tujuan perbuatan kita, dan etika kewajiban, yang
mengutamakan hukum-hukum dan norma-norma yan kristen.

1. Etika akibat.
Menurut penganut etika akibat kehendak Tuhan dinyatakan dalam
maksudNya, rencanaNya dan tujuanNya.
Menurut Etika akibat, kehidupan etis sama dengan proses membuat sesuatu.

2. Etika kewajiban.
Menurut pengertian Eika kewajiban kehendak Tuhan dunyatakan dalam
hukumNya, perintahNya dan kaidahNya.
Istilah teknis untuk teori kewajiban ini adalah etika deotologis dari kata Yunani
yang berarti pemngetahuan tentang keharusan atau kewajiban (deon -wajib-
logos - pengetahuan).
Menurut aliran ini perbuatan pokok lambang hidup kita bukan penciptaan
melaikan politik yaitu kehidupan menurut hukum.

3. Etika tanggung jawab.


Menurut penganut etika tanggung jawa kehendak Tuhan dinyatakan terutama
bukan dalam rencanaNya, pekerjaanNya dan kegiatanNya.
Menurut etika tanggung jawab dalam kehidupan etis manusia bukan sebagai
pencipta atau warga negara, melaikan sebagai penjawab.
Meskipun terjadi ketegangan antara ketiganya teori ini namun mereka juga salng
melengkapi :
1. Thelogia, kristen katagori-katogori hukum dan kewajiban untuk
menerangkan keadaan manusia.
Menurut pandangan ini keselamatan adalah pembenaran manusia yang jahat.
2. Menurut etika akibat, kehendak Allah dilihat dalam maksudnya,
rencanaNya, dan tujuanNya. Etika akibat melihat dosa sebagai hattth dan
amartia, yang artinya adalah tidak mengenai sasaran atau menyimpang
dari jalan yang benar. Menurut pandangan ini akibat dosa ialah
kebigungan dan kesesatan.
3. Menurut etika tanggung jawab Allah menyatakan kehendakNya dalam
perbuatanNya dalam sejarah.
Menurut pandangan ini , penyelamatan berarti penyelamatan berarti
pelepasan dari ketidak percayaan kepada Allah dan penciptaan
kepercayaan baru.
BAB III
1 KORINTUS 10 :23 11 : 1 SEBAGAI POLA PERTIMBANGAN ETIS

Kegunaan dalam kebebasan.


Latar belakang yang dibahas dalam 1 Kor 10 : 23 11 : 1 adalah kenyataan bahwa
di Korintus dan koa-kota yang lain pada abad pertama kebanyakan daging yang
dijual dipasar pernah dipersembahkan kepada berhala. Dalam jemaat Kristen
diKorinus ada dua golongan yang bertentangan mengenai masalah ini.
Yang pertama golongan antinomian yang berpendapat pertama bahwa segala
hukum tidak berlaku lagi untuk orang kristen.
Golongan kedua yaitu orang-orang legalis, mereka berpendapat behwa hukum-
hukum tradisional menentukan jalan bagi orang kristen-kristen. Hukum-hukum ini
diterapkan secara kaku sehingga membatasi kebebasan orang kristen untuk
mencara jawaban yang tepat untuk masalah-masalah baru.
Pengangan-pengangan yang mempengaruhi etika kita.
Faktor-faktor yang mempemgaruhi keputusan etis tersusun dalam lima pokok
yang pertama iman, yaitu kepercayaan dan kesetiaan kita kepada Tuhan atai
kepada kedua pengambilan keputusan etis dipergaruhi oleh tabiat atau sifat-sifat
batin, perbuatan lahiriah beraakar dalam batin seseorang juga mempengaruhi
perkembangan batinya.
Ketiga, pengambilan keputusan etis dipengaruhi oleh orang-orang lain atau
lingkungan sosial.
Keempat norma-norma atau hukum-hukum moral yang dapat diterapkan kepada
masalah etis yang dihadapi.
Kelima unsur-unsur situasi perlu diperhatikan kalau situasi kurang dimehgerti
perbuatan kita mungkin tidak berfaedah melaikan merugikan.
BAB IV
IMAN.

Dalam bab ini kita akan melihat empat unsur iman. Pertama, iman sebgai
kepercayaam dan kesetiaan kepada hal yang dianggap terpenting. Kedua, iman
sebagai hubungan pereorangan dengan Allah. ketiga, iman sebagai pengikut
sertaan dengan pekerjaan Allah. keempat, iman sebagai pendirian tentang apa
yang benar iman mengandung unsur menyadarkan kehidupan kepada Allah, unsur
mengasihi dan memuji Allah, unsur kerjasama dengan Allah, dan unsur megerti
Allah serta ciptaanNya.
I. Iman sebagai kepercayaan dan kesetian kepada hal yang dianggap
terpentingnya Iman adalah kesetian kepada hal yang kita anggap paling pokok
dalam kehidupan kita, pusat yang memberi arti dalam kehidupan kita. Iman
selalu mengandung kepercayaan, beriman kepada Allah berarti
mempercayaiNya lebih dari pada segala sesuatu yang lain. Iman adalah
kepercayaan dan kesetiaan kepada hal yang dianggap terpentinya atu nilai-
nilai tertinggi.
II. Iman sebagai hubungan perorangan dengan Allah. iman kristen berarti
persekutuan dengan Allah, persekutuan dengan Dia, menyerahkan diri
kedalam tanganNya. Iman adalah hibungan yang akrab antara Allah dengan
manusia, sesuatu percakapan dengan Dia suatu persekutua denganNya.
Beriman berarti hidup bersama dengan Allah, mengasihi Allah dan
memujiNya.

Kerena Allah adalah bersifat pribadi, bukan benda, iman kita kepadaNya
menyangkut kedua jurusan yang satu ialah pemeliharaan Allah kepada kita
jurusan yang lain ialah kepercayaan kita kepada Dia.
Karena Allah bersifat ilahi iman kita kepadaNya mengadung perasaan
terpesona dan kagum. Allah adalah ajaib, sangat berlainan dengan kita dan
dunia yang biasa.
Ibadah dan pelayanan sosial bersama-sama berakar dalam persekutuan dengan
Allah dan mengeutamakan kasih kepada Allah.
Ibadah dan pelayanan sosial Kristen keduanya hanya bisa hidup dalam
suasana pengabdian kepada Tuhan. Iman sebagai hubungan peporangan
dengan Allah menpengaruhi sikap orang terhadap diri sendiri dan terhadap
dunia. Seperti dikatakan iman berarti membuka diri kepada Allah.
pembuakaan diri kepada Allah itu sering disebit penyerahan diri atau
penyaliban diri. Persekutuan kita dengan Allah bukan hubungan pasif dengan
zar yang tidak pribadi melaikan hubungan kasih dengan Allah
Bapa.penyerahan diri memungkinkan pekerjaan kita untuk Allah. karena itu
penyerahan diri berarti bukan pelenyapan diri melaikan penyempurnaan diri
untuk pelayanan kepada Allah dan seksama.
Persekutuan dengan Allah menyebabkan peneguhan diri. Persekutuan dengan
Allah membawa penguatan diri.

III. Iman sebagai pengikutsertaan dalam pekerjaan Allah.


Dapatkan manusia mengerti apa yang dikerjakan Allah. pertama, pekerjaan
Allah bersifat tersembunyi. Dia tidak mengiklankan perbuatanNya. Kedua
bukan Allah saja yang bekerja dalam dunia. Manusia dan kuasa-kuasa gelap
juga bekerja.
Ada beberapa cara dan tempat pekerjaan Allah terjadi :
1. orang-orang sering menbicarakan pekerjaan Allah dalam kehidupan
perorangan.
2. Allah bekerja dalam dan melalui kehidupan gereja.
3. Allah berkerja dalam peristiwa-peristiwa sosial, politik dan ekonomi.

IV. Iman sebagai pendirian apa yang benar.


Ada tiga ajaran kristen yang pokok mengenai Kristus :
A. Ajaran tentang Inkarnasi Kristus ajaran bahwa anak Allah menjadi manusia.
1. dalam inkarnasi dinyatakan pentingnya hal-hal materi.
2. Inkarnasi juga menyatakan arti kesalehan yang wajar.
B. Membahas tentang penyaliban Yesus :
1. Penyaliban menyatakan kedahsyatan dosa.
2. Tetapi berita yang terutama dari penyaliban bukanlah bahwa kita dihakimi,
melaikan bahwa kita diampuni.
C. Kehidupan orang kristen dipengaruhi oleh kebangkitan Yesus Kristus.
1. Karena Yesus Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, Dia hidup
sekarang dan ada disini dengan kita.
2. Kebangkitan menyatakan bahwa orde baru telah memasuki dunia dan
sedang berkembang disini.
3. Maka, dunia tempat kebangkitan Kristus ialah dunia yang penuh harapan.
Ajaran-ajaran ini mendidikan dan menjadi ukuran iman kita dalam
kepercayaan, persekutuan dan tanggapan kepada Allah.
BAB V
TABIAT

1. Arti tabiat.
Tabiat dapat difenisikan sebagai susunan batin seseorang yang memberi arah
dan ketertiban kepada keinginan, kesukaan dan perbuatan orang itu. Tabiat dapat
juga didefinisikan sebagai keselurahan sifat-sifat yang merupakan suatu kesatuan.
Tabiat terdiri dari sifat-sifat kita seperti kejujuran, kebenaran, dan kemurahan hati.
Tabiat tidak sama dengan watak, watak merupakan bahan mentah tabiat kita.
Tabiat juga berbeda dengan kepribadian, kepribadian sering dianggap sebagai
sifat-sifat baik, sifat-sifat lahirih maupun batiniah yang memberikan kesan
tertentu bagi orang lain.
2. Penting tabiat dalam etika Kristen.
Menurut Alkitab, Tuhan terus menerus bekerja untuk mengubah dan
memperbaiki diri manusia. Melalui roh kudus Allah dapat membentuk kehendak
manusia yang lebih sama dengan kehendak Allah sendiri. Maka, karangan-
karangan yang hanya membicarakan perintah Allah tampa memperhatikan usaha
Allah untuk membentuk tabiat manusia mengabaikan unsur etika kristen yang
penting.
3. Hubungan tabiat dengan hukum dalam ajaran Yesus.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk mengerti ajaran-ajaran Yesus
yaitu :
a. Tekanan Yesus terhadap hati manusia tidak mengasilkan moralitas yang
lebih lemah dari pada moralitas yang berdasarkan penyesuaian lahiriah
dengan hukum-hukum.
b. Meskipun Yesus menekankan tabiat dan hati yang murni, Dia tidak
meniadakan kepatuhan lahiriah kepada hukum-hukum Allah.
c. Perlu diperhatkan bahwa perkataan-perkataan Yesus tentang hati dan tabiat
sering diucapkan dalam bentuk perintah atau hukum.
4. Apakah perhatian pada tabiat diri sendiri patut :
Orang dapat menjadikan tabiatnya sebagai fukos utama dalam pertimbagannya
tentang kehidupan etis. Sikap itu berbahaya : bahaya yang pertama yaitu lebih
memperhatiakan tabiat diri sendiri dari pada Allah. bahaya yang kedua yaitu
lebih memperhatikan tabiat diri sendiri dari pada pemberitaan sesama kita dan
kebutuhan dunia. Perhatian kita tentang perkembangan tabiat jangan
menghambat kesanggupan kita untuk memngambil resiko dan bertindak.
5. Pengaruh-pengaruh yang membentuk tabiat.
- Tabiat kita dipergaruhi oleh pembawaan kita, oleh sifat-sifat yang kita
warisi sari ibu bapa dan nenek moyang kita.
- Tabiat kita dipengaruhi oleh sosial kita, oleh keluarga dan kebudayaan
kita.
- Tabiat kita dibentuk oleh pengalaman-pengalaman dan hubungan-
hubungan kita dengan orang-orang lain.
- Tabiat kita dibentuk oleh keputusan dan perbuatan kita sendiri, serta motif
perbuatan itu.
- Tabiat kita dipengaruhi oleh iman kita oleh hubungan kita dengan Allah.
6. Pekembangan tabiat kristen.
Didalam perkembangan tabiat harus ada pembongkaran dan pembangunan
artinya bagian hidup kita yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan harus
disesali dan dijauhi.
Bagian hidup kita yang berakar dalam Allah dengan berpusat kepada Nya
harus dihidupkan dan dikembangkan.
7. Ciri-ciri tabiat kristen.
- Intergeritas indentitas yang utuh, dan hati yang bulat.
Intergeritas berarti juga kejujuran kepada orang lain dan juga berati
kesungguhan dan kebulatan dalam diri sendiri.
- Pengertian tentang kehendak Allah dan kepekaan kepada apa yang baik.
Mengerti tentang apa yang baik dan apa yang buruk dlam kasus tertentu,
dan mengerti juga akan kehendak Allah.
- Kebajikan-kebajikan.
kebajikan-kebajikan kristen bukan kumpulan sifat-sifat yang berbeda-beda
melaikan merupakan suatu kesatuan. Semuanya berakar dalam kehidupan
yang dipusatkan kepada Tuhan.
- Serupa dengan Kristus..
Menjadi serupa dengan Yesus tidak berarti meniru-niru setiap
perbuatanNya.
1. Mengikut Yesus berarti mentaatiNya sebagai Tuhan.
2. Mengikut Yesus berarti berjalan dalam jalan yang dirintisNya.
3. Mengikuti Yesus berarti menjadi serupa denganpola kehidupanNya.
Pengikut Kristus menerima kedudukan, harta dan kuasa sebagai
karunia bukan untuk dipertahankan tetapi untuk digunakan bagi orang
lain.
BAB VI
LINGKUNGAN SOSIAL.

A. Pengaruh masyarakat atas kehidupan moral.


- Manusia dalam masyarakat, mempunyai adat yang terdiri dari nilai-nilai,
norma-norma, sistim hukum dan aturan-aturan.
- Masyarakat dalam manusia. Masyarakat dalam manusia, memandang
masyarakat sebagai peyertaan lahir yang mempengaruhi manusia dari
luar dirinya.
- Pengaruh lingkungan sebagai karunia Allah.
- Unsur dosa dalam pengaruh lingkungan.
B. Gereja sebagai lingkungan Kristen.
Gereja sebagai lingkungan kristen yang berpengaruh. Halangan utama ialah
kurangnya kesetiana dan ketaatan gereja kepada Allah.
Kadang-kadang gereja lebih mencerminkan nilai-nilai masyarakat umum
dari pada nilai-nilai kerajaan Allah. kalau hal itu terjadi gereja kurang bisa
menolong anggotanya untuk menolong tekanan-tekanan masyarakat yang
kurang baik. Gereja sendiri mesih perlu diperbaharui.
Ada 7 fungsi gereja yaitu :
1. Gereja sebagai jemaat pertanggungan jawab etis.
2. Gereja sebagai jemaat pengampunan.
3. Gereja sebagai jemaat pendidikan moral.
4. Gereja sebagai pembentuk tabiat moral.
5. Gereja sebagai jemaat dukungan moral.
6. Gereja sebagai jemaat diskusi moral.
7. Gereja sebagai jemaat perbuatan moral.
Harus diakuai bahwa gereja sering kurang melakukan fungsi-fungsinya,
padahal seharusnya fungsi-fungsi harus dilakukan oleh gereja.
BAB VII
NORMA-NORMA.

Norma-norma ialah merupakan patokan-patokan yang dipakai untuk menilai


perbuatan manusia dan menolong orang mengambil keputusan yang benar.
Lima masalah.
a. Norma-norma dan kasih karunia Allah.
Dasar etika kristen kasih karunia yaitu kesediannya untuk menerima kita
sebagai anak-anakNya yang terkasih apapun juga jasa dan kebajikan kita.
b. Norma-norma dan kedaulatan Tuhan.
Tidak ada norma yang mempunyai kewibawaan yang mutlak. Kita tidak
hidup dibawah hukum-hukum tetapi dibawah kewibawaan Allah.
c. Norma-norma dan situasi.
Etika situasi menolak pandangan bahwa ada peraturan-peraturan yang
berlaku dalam setiap situasi.
d. Kasih dan norma-norma yang lebih terperinci :
- Kasih orang kristen selalu sebagai tangapan terhadap kasih Allah.
- Kasih kristen adalah kasih didalam persekutuan.
- Kasih kristen adalah perhatian kepada orang lain.
- kasih kristen berarti memberikan diri terhadap orang lain.
- Kasih kristen tidak berdasarkan jasa, kelas sosial, suku atau keluarga
orang yang dikasihi.
- Kasih kristen timbul dari batin seseorang dan diwujudkan didalam
perbuatan-perbuatan yang konkrit.
- Kasih kristen universal untuk semua orang. Namun kasih itu diuji oleh
setiap orang yang kita jumpai. Norma-norma memerlukan kasih
supaya bisa dipakai secara terbuka menurut kebutuhan-kebutuhan
orang-orang, begitu juga kasih memerlukan norma-norma yang lain.
e. Norma-norma batin.
Kepatuhan kepada norma-norma batin perlu disertai dengan doa dan
keterbukaan pada bimbingan roh kudus. Norma-norma batin perlu disertai
oleh sikap kasih dan kepekaan kepada kebutuhan sesama kita.
BAB VIII
SITUASI.

I. Mengapa kita perlu mengerti situasi ?


a. Kita perlu mengerti situasi supaya bisa menerapkan norma-norma dan
nilai-nilai etis kepada situasi itu.
b. Kita perlu mengerti situasi supaya kita dapat melakukan perbuatan yang
tepat dan berguna dalam situasi itu.
c. Kita perlu mengerti situasi supaya kita dapat mengetahui masalah-masalah
yang memerlukan perhatian.

II. Kesulitan-kesulitan dalam megerti situasi.


1. Kekusutan situasi serta keterbatasan pengetahuan kita .
2. Pengertian kita tentang situasi dipergaruhi oleh nilai-nilai kita, kepetingan
kita, pengalaman kita, prasangka kita, danfaktor-faktor subejektif lainnya.
Setiap situasi terdiri dari delapan unsur yaitu :
1. Tempat, yaitu gedung atau lapangan.
2. Waktu, yaitu jam, hari dan abad.
3. Benda, bahan alam termasik tanaman dan binatang.
4. Orang-orang yang bertindak dalam situasi itu.
5. Struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial.
6. Gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran.
7. Kejaiban atau kejadian-kejadian.
8. Tuhan, yang menyertai setiap situasi dan setiap kejadian.
III. Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi ?
1. Penyelidikan yang memadai.
2. Pengunaan bahan ilmiah dan keterangan ahli-ahli.
3. Memperluas pengluhatan tentang situasi.
4. Kepekaan kepada pekerjaan dan kehendak Allah.
5. Kepekaan kepada kebutuhan orang lain.
IV. Norma-norma serta pengertian tentang situasi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa baik norma-norma dan nilai-nilai
etis maupun pengertian tentang situasi perlu dalam pengambilan keputusan
etis.
BAB IX.
CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS.

A. Sumber-sumbe bantuan.
- Doa, ibadah, dan Roh Kudus.
- Gereja dan orang-orang lain.
- Alkitab.
- Bahan bacaan.
B. Dari pertimbangan menuju tindakan.
Kita tidak dapat belajar, berpikir, dan berbicara terus menerus tampa
bertindak. Kita menyadari bahwa pandangan kita tidak selalu disetujui oleh semua
orang kristen, termasuk orang-orang yang saleh dan bijaksana. Namun kita harus
mengambil keputusan dan tidak bertindak.
Ada dua unsur dalam iman kita yang dapat menambah keberanian kita untuk
mengambil keputusan dan bertindak.
1. Kita yakin bhawa Allah mengampuni kesalahan kita, walapun kepuusan kita
kurang tepat.
2. Kita yakin bahwa Allah memerinah dunia, Ia berkuasa atas segala perbuatan
manusia. Ia bekerja terus menerus untuk mencapai maksudNya didunia.
Akhirnya perlu ditambah bahwa tindakan-tindakan etis merupakan cara
penting untuk menambah pengertian kita tentang bagaimana mengambil
keputusan yang tepat. Karena demikian pelajaran etis dan perbuatan etis saling
menguatkan. Dengan bertindak dan mempertimbangkan tindakan kita,
pengetahuan dan kemampuan etis ditingkatkan.
KESIMPULAN

Dari mempelajari etika kristen ini, maka kita akan menjadi tahu bagaimana
menyelasaikan masalah yang telah kita hadapi dengan adanya etika kristen maka
kita akan semangkin mudah dalam mengambil keputusan, dan menentukan
keputusan.

TANGGAPAN

Dengan mempelajari etika kristen kita akan menjadi tahu bagaimana cara
bersikap dan bertingkah laku yang benar yang sesuai dengan ajaran kristen.
Dengan mempelajari etika kristen kita dimampukan untuk memikirkan
pertimbangan-pertimbangan yang kita akan ambil dalam kita menghadapi suatu
masalah. Jadi, dengan mempelajari etika kristen kita dapat menilai sesuatu yang
salah dan yang benar menurut pandangan etika kristen itu sendiri.
PERAWATAN PASIEN PESERTA ASKES PNS GOL III DI KELAS I.

I.

No Keterangan Dijamin Tidak dijamin


1 Perawatan dan Akomondasi

2. Visite Dokter Spesialis/Umum

3. Tindakan Kecil

4. Pelayanan Rehab Medis

5. O2 (Oksigen)

II. Hak Peserta Askes

DAFTAR ISI.
BAB I : PENDAHULUAN...................................................... I.

BAB II : PEMBAHASAN......................................................... II.

BAB III : KESIMPULAN........................................................... III.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.

Kita hidup tidak perlu melihat kepada nabi-nabi untuk mendapat bentuk
harapan israel mengenai kerajaan akhir jaman. Sejak pengalaman-pengalaman
mereka yang penting awal dengan Allah, mereka telah belajae mempercayai-Nya
untuk membawa mereka ketanah yang telah dijanjikan kepada Abraham (Kejadian
12:1-3) jadi, bagi asrael pengharapan selalu mempunyai aspek yang amat kontret
dan nyata.
Sarana yang dipakai Allah untuk memimpin umat-Nya ketempat penghentian
tersebut, kadang-kadang terlihat melibatkan pembinasaan dan penghukuman,
kadang-kadang pembangunan dan pertumbuhan.
Sejak semula insrael mengerti bahwa Allah harus berperang untuk mereka dan
mengalahkan musuh-musuh mereka. Dari sumber ini berkembang gagasan bahwa
Allah adalah pejuang perkasa yang akan berperang untuk umat-Nya.

BAB II
PEMBAHASAN.
1. Eskatologi.
Eskatologi berasal dari bahasa yunani ekhatos (terakhir) namun pnulis lebih
suka mengunakan masa yang akan datang karena kata eskatologi telah
dugunakan dengan pengertian yang bermacam-macam.
Israel sejak awal sudah memiliki harapan akan masa depan. Hal ini nyata dari
bagian-bagian tertentu dalam perjanjian lama seperti kejadian 12 : 1-3; 49:
Keluaran 3:8; Bilangan 24;Ulangan 33 ; II Samuel 7:23;3-5; Amos 5:18 dan
mazmur 2 ;45;68 ; 110. Zimmerli (1968) telah menjelaskan secara terperinci
harapan manusia dalam PL dan Ia menujuk tujuh contoh pengharapan manusia
akan masa depan dalam riwayat zaman permulaan (Kej 1:26;2:17;3:14-20;4:11-
15;6:5-8 ; 8 :21-22). Pada umumnya pengharapan disini merupakan pandangan
yang optimis tentang masa depan, yang mengharapkan berkat-berkat jasmani dan
rohani baik dalam dunia politik maupun keluarga.
Jelaslah bahwa eskatologi PL mempunyai dasar karena keyakinan dasar yang
dianut dalam PL ialah bahwa Allah berkarya dalam sejarah israel. Jadi harapan-
harapan akan masa depan dalam PL didasarkan pada :
- Kepastian bahwa Allah tetap berkarya walaupun kehidupan bisa saja sulit.
- Ketegangan antara kehadiran Allah dan ketersembunyian-Nya, yang
menimbulkan pengharapan akan kehadiran Allah secara sempurna pasa masa
depan.
- Penmahaman tentang dosa dan ketidakpercayaan Israel yang hanya dapat
diatasi oleh anugrah Allah.
- Keyakinan para nabi bahwa Allah akan berkarya pada masa depan,
sebagaimana Ia pada masa lalu, walaupun dengan cara yang benar-benar baru.
Semua hal yang telah Allah lakukan bangsa israel yakin bahwa Allah akan
menyelamatkan mereka di masa datang. Firman Allah memberi kepastian bahwa
meskipun terjadi hal-hal yang bertentangan, Allah akan memberikan kemenangan
yang pasti bagi umat-Nya.

2. Apokaliptik.
Menjenlang akhir zaman Perjanjian Lama apokaliptik mulai menggantikan
peranan nubuat. Hal ini mula-mula dapat dilihat dalam Yesaya 24 27 dan 56
66, Daniel, Yoel dan Zahkaria 9 14; dan banyak kitab apokaliptik ditulis selama
zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Von Rad ( 1960 : Hlm. 301-
308;1970: Hlm 263-282) berpendapat bahwa pemikiran apokaliptik berasar dari
tradisi hikmat ( lihat Bauckham `1978; P.D. Hanson 1983).
Perkembangan ini pertama-tama didorong oleh kekecawaan yang dialami oleh
orang-orang Yehuda yang pulang dari pembuangan ketanah perjanjian. Mereka
pulang dengan harapan-harapan besar, namun kemudian mereka menyadari bahwa
negeri mereka tetap dijajah oleh kekuasaan asing dan hampir tidak mungkin
menjadi negara yang merdeka kembali. Propinsi Yehuda dalam kemaharajaan
Persia hanya tinggal bayangan kejayaan kerajaan Israel dulu. Keadaan ini sangat
mengecewakan mereka yang mengandalkan janji-janji Allah tentang pemulihan
yang gilang-gemilang. Bagaimana eskatologi para nabi dapat dikawinkan dengan
kenyataan hidup yang pahit sesudah pembuangan ?
Ada dua ciri eksakologi apokaliptik ini yang patut diperhatikan secara khusus
ialah tokoh Anak Manusia (Dan 7) dan gambaran tentang kebangkitan orang
mati (Yes 26:19 ; Dan 12). Kedua-duanya menjadi sangat penting dalam
pemikiran Yahudi dan Kristen pada kemudian hari.

KESIMPULAN.
Dari keterangan-keterangan yangtelah kita bahas, tidak ada keraguan bahwa
Yesus sendiri bernubuatkan kedatangan-Nya yang kedua kali pada masa yang
akan datang dan hal itu tidak dapat disangkal, tetapi tidaklah mungkin untuk
memiliki gambaran yang tepat mengenai kejadian-kejadian yang akan terjadi
secara terperinci kapan saat kedatangan itu tidak diketahui. Namun sebagai orang
kristen kita harus percaya bahwa Allah pasti akan mengutus orang yang dipilihnya
untuk menebus dosa kita sebagai umat manusia.

DAFTAR PUSTAKA.
- Baker, David. L., Satu Alkitab Dua Perjanjian ; PT. BPK Gunung Mulia :
Jakarta, 2001.
- Guthrei, Donald :, Teologi Perjanjian Baru 3 : PT. BPK Gunung Mulia ;
Jakarta, 2006.

SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT.


Pada abad ke XII hingga abad ke XX sakramen pengurapan orang sakit pernah
disebut sebagai sakramen peringatan terakhir. Dengan sebutan Perminyakan
terakhir sakramen ini hanya diberikan kepada orang yang menjelang ajal. Konsili
Pantikan II telah memperbaharui pemahaman mengenai sakramen ini dengan
menyebutnya sakramen pengurapan orang sakit. Penyakit dan penderitaan fisik
tidak pernah dapat dilepaskan dari keseluruhan segi kehidupan manusia. Pada
keyakinan lama di Israel, penderitaaan dan sakit akibat dari perbuatan salah
ataupun dosa ( Maz 1 dan 37 ). Tetapi keyakinan ini diguggat dalam kitab Ayub
dan juga kata-kata Yesus ( Ayub 42 : 7-9; Luk 1 : 4;Yoh 9:1-3). Menurut
perjanjian baru kehadiran Yesus Kristus adalah kehadiran penyelamatan dan
penyembuhan yang dilakukan oleh Allah atas umatNya. Yesus tidah hanya
mewartakan atau berbicara saja, tapi membuat banyak mujizat, termasuk
menyembuhkan orang sakit. Semua mujizat dan tindakan penyembuhan yang Ia
buat itu bukan demi mujizat atau demi sembuhnya orang sakit itu sendiri,
melainkan demi pernyataan bahwa kerajaan Allah telah hadir ditengah kita
( bandingkan Lukas 11:20). Jadi kehadiran Yesus demi membawa dunia baru, satu
jaman kerajaan Allah yang ditandai pembebasan orang tertindas, kegembiraan
orang miskin, sembuhnya orang dari berbagai penyakit. Pangilan para murid oleh
Yesus dimaksudkan untuk menyertai Dia dan diutusNya memberitakan Injil dan
diberikan kuasa untuk mengusir setan ( Markus 3:14-15). Misi atau perutusan para
murid ialah melanjutkan misi atau perutusan Yesus, oleh karena itulah para murid
pergi menjalankan pergutusan Yesus.
Dalam kitab suci sakit dipahami sebagai hal yang menyebabkan orang masuk
dalam situasi yang tidak enak, susah, terancam, merasa sepi dan ditinggalkan,
bencana dan musibah. Jadi pengertian sakit merangkum keseluruhan demensi
hidup manusia, yang bukan sekedar sakit dlam arti fisik, tetapi yang merangkup
segi-segi fisikologis dan batin yang ikut mengalami penderitaan. Oleh
karenanya,penyebuhan yang dimohan melalui doa dan pengurapan minyak itu
juga merangkum keseluruhan segi kehidupan orang sakit, yakni diselamatkan dan
kembali bangun ( Mrk 1 : 31; Mrk 9 : 27; Kis 3 : 7).
Perkembangkan perayaan pengurapan orang sakit dari gereja abad-abad I
kurang begitu jelas. Yang pertama-tama adalah teks-teks doa pemberkatan atas
menyak untuk pengurapan orang sakit. Berdasarkan doa-doa yang kita temukan
itu, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai praktek pengurapan orang sakit
pada jaman Patristik :
Penerimanya adalah semua orang sakit, entah sakit ringat maupun berat,
entah fisikis, fisik, atau halangan apapun.
Dengan pengurapan orang sakit ini, orang menharapkan suatu pertolongan,
dan peringatan dari deritanya.
Dari waktu ke waktu pemberkatan atas minyak untuk pengurapan orang
sakit itu menjadi tugas dan wewenang uskup.
Pada awal abad pertengahan beda Penerabilis mengomentari teks Markus dan
surat Yakobus, ia melihat pengurapan orang sakit memiliki daya guna yang
bersifat jasmaniah, menyembuhkan dan harus digenapi dengan upacara
pertobatan. Perkembangan paling mencolok pada abad pertengahan ialah
perubahan dan pengeseran istilah dan demikian juga paham dan praktis
dibaliknya : dari pengurapan orang sakit kepada perminyakan terakhir.
Pengeseran sakramen ini keakhir hidup seseorang disebabkan oleh bebarapa
faktor kemungkinan :
1. Tata liturgi sakramen ini dihubungkan dengan pengakuan dosa dari orang
sakit keras dan mau meninggal, dan juga komoni sebagai bekal suci bagi
perjalanan hidup yang abadi.
2. Sakramen juga dirayakan lebih meriah denganpengurapan minyak pada
tujuh tempat yang berbeda ditubuh. Akibatnya, perayaan sakramen ini
menjadi lebih mahal.
3. Sesudah menerima sakramen ini, orang sakit masih dibebani dengan
pratek penetensi dalam hidup seperti tidak dapat makan daging lagi, tidak
boleh berhubungan suami istri, tidak boleh manari lagi. Akibatnya
penerimaan sakramen ini terasa berat, padahal secara fisik tidak sangat
menentukan bagi penyembuhan.
Pada abad IX muncul larangan bagi awam menrerima sakramen ini. Akibatnya
jelas, orang mengeser penerimaan sakramen ini keakhir hidup atau menjelang
kematian saja. Petrus lobardus merepliksikan sakramen ini sebagai sakramen
penyataan terakhir yang diberikan kepada orang berada dalam bahaya mati, dan
minyaknya harus diberkati oleh uskup. Tomas aquinas juga menyebutkan
sakramen ini sebagai penyataan terakhir yang sifapnya untuk mempersiapkan
orang memasuki hidup yang abadi. Ia berpikir pertama-tama akan penyebuhan
rohani atau batin, yakni untuk mengatasi dosa dan akibat-akibatnya, meskipun ia
tidak menutup kemungkinan akan kemungkinan sembuh secara jasmani.
Dalam hal ini sakramen pengurapan orang sakit ini, Martin Luther dan Cavin
menolak pengurapan orang sakit sebagai sakramen. Bagi mereka sakramen ini
hanyalah rekaan dan temuan dari para teolog. Teks ini hanya nasihat yang baik
dati Yakubos, tetapi bukan sakramen, demikian pendapat Luther. Beberapa ajaran
Trente mengenai sakramen pengurapan orang sakit :
Sakramen perminyakan terakhir adalah sungguh-sungguh sakramen
yang diterapkan oleh Kristus dan disampaikan oleh Santo Yakubos Rasul
( DS 1716/NR 700).
Sakramen ini menganugrahkan rahmat dan memberikan pengampunan
dosa (DS 1717/NR 701).
Pelayanan sakramen perminyakan terakhir hanyalah iman ( DS 1719/
NR 703).

Dengan demikian, istila sakramen ini sebagai sakramen perminyakkan


terakhir bertahan hingga abad XX. Melalui study insentif dari gerakan
pembaharuan teologi dan liturgi dalam gereja, disadari bahwa utama sakramen ini.
Maka, diusulkan suatu pembaharuan atas teologi dan perayaan sakramen ini yang
kemudian diterima dan diajarkan dengan resmi oleh Konsili Vantikan II.
Dengan demikian Sakremen pengurapan orang sakit memang tidak
dipandang oleh Vatikan II sebagai sebutan yang lebih tepat. Pada tahun 1972
Kongregasi ibadat mengeluarkan pendoman umum liturgi orang sakit yang
berjudul Ordo Unctionis Infitmorum eorumaque Pastoralis Curae. Didalam
pedoman tersebut terdapat juga surat apostolik Paus Paulus VI mengenai
Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Dalam pedoman yang baru ini, ditatapkan
suatu pengaturan perayaan yang baru. Pedoman ini juga menyatakan bahwa
minyak yang digunakan adalah minyak yang telah diberkati oleh uskup yaitu
Oleum Infirmorum (OI) tertapi dalam keadaan darurat meyak ( harus nabati) yang
diberkati oleh iman sendiri.
Sakit merupakan suatu keadaan yang kompleks. Yang mencakup aneka macam
segi dan faktor.lebih dari itu, derita yang paling berat yang dialami oleh orang
sakit adalah rasa kesepian, perasaan yang ditinggalkan dan dilupakan orang. Dari
sini kita kembali ke pengalaman dasar setiap manusia yang selalu merindukan
kebersamaan dengan Tuhan dan sesama.
Sakramen pengurapan orang sakit menjawab dengan baik kebutuhan dasar
setiap orang akan kebersamaan itu.kehadiran iman dan sesama yang ikut hadir
dalam perayaan sakramen minyak suci atau pengurapan orang sakit itu sendiri
memberi kekuaran dan harapan dan membersarkan hatinya. Hal ini tentu kan
meringankan sakitnya. Melalui perayaan pengurapan orang sakit itu, dan juga
melalui kehadiran umat beriman di sekitarnya itu (paling tidak pada diri iman),
sisakit merasa dicintai dan disertai oleh Allah sendiri. Allah tidak meninggalkan
dia dan tetap memilihara serta mencintainya. Sakramen oengurapan orang sakit
mempersatukan orang yang sakit itu dengan seluruh peristiwa hidup Yesus Kristus
terutama dalam wafat dan kebangkitan-Nya. Yesus telah wafat untuk kita dan
telah membebaskan kita dari maut. Apabila kita menggambungkan diri dengan
derita Kristus, maka kitapun akan mengalami kemuliaan-Nya.
Dengan sakramen pengurapan orang sakit ini, orang sakit bisa belajar untuk
menjadi tidak puas dan tidak merasa sia-sia. Sebab, dengan mempersembahkan
rasa sakit dan seluruh penderitaannya kepada Tuhan, orang sakit itu memperoleh
kekuatan dan harapannya kembali. Sakramen pengurapan orang sakit sebagai
sakramen Gereja merupakan iman seluruh Gereja. Berapa pun jumlah umat yang
hadir dalam perayaan itu, sakramen minyak suci itu mengungkapkan dengan baik
kasih dan perhatian gereja. Pertama-tama Allah menolong si skit itu dengan
rahmat Roh Kudus, selanjutnya Roh Kudus itu juga mengnungrahkan kepada
sisakit pengampunan dosa, keselamatan, dan ketabahan hati. Dengan demikian,
orang yang menerima pengurapan orang sakit dibantu oleh Allah melalui karunia
Roh Kudus sendiri.
Secara khusus ramuan pengurapan minyak suci juga menyebutkan karunia
ketabahan hati disini terutama menunjuk daya kekuatan Roh Kudus yang
memampukan orang untuk tetap mampu bertahan dalam iman, harapan dan cinta
sehingga sakitnya tidak membuatnya hilang atau hancur dalananeka seginya.
Persoalan personal yang dihadapi dilapangan adalah paham banyak umat beriman
yang msih memandang sakramen minyak sicu sebagai sakramen perminyakkan
terakhir. Dikalangan umat beriman, masi berear keyakinan dan paham lama
bahwa sakramen ini diberikan untuk orang yang akan meninggal. Itulah aebabnya
suatu ketekese yang tepat mengenai makna sakremen pengurapan orang sakit
yang diperkukan dewasa ini. Orang perlu dibawa kepada kesadaran bahwa
sakramen ini pertama-tama untuk membantu dan memberikan kekuatan iman pada
setiap umat beriman yang merasa lemah dan rapuh, entah karena sakit atau usia
lanjut. Kehadiran umat disekitar pembaringan orang sakit itu mengungkapkan
dengan bagus persekutuan seluruh Gereja dan makna dasar perayaan seluruh
Gereja.
Gereja reformasi memang menolah orang sakit ini sebgai sakramen.Luther,
misalnya menolak pratek pengurapanorang sakit ini sebagai sakramen, tetapi ia
membiarkan atau menerima pratek pengurpan ini sebagai kebiasaan yang
mempunyai arti bagi hidup iman.

Analisis :
Sakramen pengurapan orang sakit ini merupakan swuatu sakramen
pengobatan yang dilakukan dengan memberikan menyak kepada orang-orang
yang menderita sakit. Dalam PL orang yang mengalami skit adalah orang yang
memiliki perbuatan yang salah. Sakramen pengurapan orang sakit ini pada
awalnya hanya diberikan kepada orang yang mau mneinggal namun itu telah
diperbaharui, sakramen pengurapan ini akan diberikan kepada orang yang
mengalami sakit.
Sakramen pengurapan ini tidak hanya melakukan pengolesan minyak kepada
orang yang sakit tetapi juga memberikan pemahaman bahwa orang yang sakit itu
tidak hanya membutuhkan pengibatan secara fisik tetapi juga membutuhkan
pengobatan secara rohani.
Kesimpulan :
Sebagai orang yang memiliki iman, kita harus memandang bahwa sakrameb
pengurapan ini bukan semata-mata dilakukan hanya untuk menyembuhkan sakit
yang diderita, tetapi kita memandang harus lebih kepada tujuna rohaninya. Sakit
bukanlah suatu hal yang harus kita takutkan, karena jika kta selalu bersama
dengan Tuhan maka kehidupan kita akan terasa aman walaupun kita banyak
mengalami penderitaan.
Jadi, sakramen pengurapan ini bukan hanya membantu memberikan
kesembukan kepada fisik kita, tatapi juga membantu memberikan kesembuhan
kepada rohani kita.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.
Sebagai masa transisi, remaja/pemuda berupaya untuk mencari indentitas diri
guna mempersiapkan diri memasuko masa dewasa. Banyak hal yang dilakukakan
oleh remaja/pemuda agar berhasil menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
dengan cara mempersiapakan diri melalui kegiatan yang mengarah pengembangan
pontensi, kepentensi dan skill yang meningkatkan kehidupan pada masa depan,
sehingga dirinya berguna bagi kehidupan masyarakat luas. Ini karena merekalah
yang unjung tombak yang diharapkan oleh bangsa dan negara yang memimpin
negara ini. Keterlibatan dalam penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu
bentuk cerminan awal kegagalan remaja/pemuda dalam melalui masa-masa
transisi yang dianggap cukup sulit, karena remaja/pemuda tak mampu mencpai
tujuan mewujudkan indentias diri yang bertanggung jawab. Perilaku
remaja/pemuda tak mampu mencapai tujuan mewujudkan indentitas diri yang
bertanggung jawab. Perilaku remaja/pemuda dalam mengunakan atau
menyalahgunakan narkoba dapat dikatakan sudah idak sehat. Remaja/pemuda tak
mampu memelihara hidupnya dengan baik. Apa yang mereka kosumsi cenderung
akan merusak kehidupan mereka.

B. RUMUSAN MASALAH.
Sebagaimana dari penjelasan latar belakang masalah diatas, masa masalah inti
yang akan dibahas adalah
- apa penyebab sehingga remaja/pemuda mengunakan obat-obatan.
- bagaimana cara mencegahnya.

C. BATASAN MASALAH.
Sebagimana topik yang akan dibahas adalah tentang pengunaan narkoba oleh
remaja/pemuda, maka penulis membatasinya hanya pada masalah pengunaan
narkoba pada remaja/pemuda.
Jadi, yang dibahas hanya mengenai pengunaan narkoba dikalangan
pemuda/remaja.

D. TUJUAN.
Untuk memberikan pengatahuan kepada kita tentang bertapa bahayanya
narkoba bagi kehidupan terutama bagi remaja/pemuda.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan remaja/pemuda.
Remaja adalah mereka yang mengalami masa trasisi (peralihan) dari masa
kanak-kanak menuju pada dewasa yaitu usia 12-13 tahun hinga usia 20-an.
Pertumbuhan fisik yang sangat pesat, yang ditandai ciri-ciri perkembangan pada
masa pubertas. Hubungan pemuda/remaja dengan orang tuanya mulai berpindah
keteman sebaya, teman sebaya merupakan tempat untuk berbagi perasaan dan
pengalaman mereka. Mereka juga merupakan bagian dari proses pembentukan
indentitas diri muncul juga suatu gejala konfermitas, yaitu tekanan dari kelompok
sebaya, baik nyata maupun tidak sehingga mereka mengadopsi sikap atau prilaku
orang lain. Jika itu fositif remaja akan mengadopsi ha-hal yang positif pula yang
sangat mempergaruhi masa pembentukan indentitasnya. Sebaliknya, jika bersifat
negatif remaja dapat dengan mudah terbawa pada perilaku kurang baik dan
tentunya menurut para ahli perkembangan (Santrock dan Thornburg) menurut
mereka ada beberapa alasan yang menyebabkan perkembangan remaja/pemuda
melakukan penyalahgunaan narkoba :

1. Keperbadian yang belum matang.


Pada masa remaja/pemuda memasuk masa pencarian dan pembentukan
indentitas diri. Dalam hal ini keperbadian remaja/pemuda belum mencapai
kematangan, sehingga remaja akan terjerumus pada tindakan yang
negatif,misalnya ikut keterlibatan dalam penyalahgunaan obat-obatan
terlarang.
2. Keturunan.
Orang tua yang pencandu alkohol, obat-obatan cenderung melahirkan anak-
anak tumbuh dan berkembang sebagai pencandu di kemudian hari
dibadingankan anak-anak yang dari orang tua yang buakan pencandu narkoba.
3. Kondisi kehidupan keluarga yang tidak stabil.
Kehidupan keluarga yang tidak stabil, cenderung membuat remaja/pemuda
merasa tidak betah untuk tinggal dirumah. Akibatnya, mereka mencari cara
untuk melarikan diri, dengan mengunakan narkoba bahkan sampai
menimbulkan ketergantungan.
B. Dampak penyalahgunaan Narkoba.
- ketergantungan psikologis, ditandai oleh ketergantungan pada aspek-aspek
pemikiran dan emosi perasaan untuk selalu tertuju pada narkoba serta
berusaha sungguh-sungguh untuk mengkonsumsinya.
- Ketergantungan fisiologis, ialah ketergantungan yang ditandai oleh
kencenderungan sakaw dimana sensasi rasa lapar atau haus tersebut
mendorong individual untuk segera mengkonsumsi narkoba. Kondisi sakaw
seringkali tidak bisa dihambat atau dihalangi oleh pencandu sehingga mau tak
mau harus memenuhinya. Tidak terpenuhinya rasa sakaw akan menyebabkan
suatu penderitaan. Dengan demikian orang yang mengalami ketergantungan
secara fisikologis terhadap narkoba akan sulit dihentikan atau dilarang untuk
mengkonsumsi.
C. Pencegahan penyalahgunaan Narkoba pada remaja/pemuda.
Upaya penyembuhan pengunaan zat psikoaktif sangat sulit disembuhkan, oleh
karena itu sangat penting untuk menanggulanginya.
a. Membangun kehidupan rohani.
Individu, sebelum terkena narkoba, sejak awal dapat disarankan agar
membangun benteng pertahanan yang kuat, sehingga mampu untuk
menjaga diri agar tidak terpengaruh lingkungan yang tidak sehat.
Salah satu cara yang paling efektif adalah memperkuat iman.
b. Memberi bekal pengetahuan Narkoba dan akibat-akibatnya.
Remaja/pemuda diberi bekal dengan pengetahuan tersebut, remaja/pemuda
diharapkan memiliki sikap negatif terhadap pengunaan narkoba; artinya
remaja/pemuda dapat memahami akibat negatif pengunaan narkoba,
sehingga remaja/pemuda akan menolak dan tidak menggunakan narkoba.

BAB III
KESIMPULAN.

Remaja/pemuda merupakan generasi penerus bangsa oleh karena itu mereka


harus selalu dijaga dengan baik oleh keluarganya karena juka salah dalam
menjaga dan mendidik mereka kan merusak harapan dan masa depan mereka.
Oleh karena itu, sebagai keluarga yang selalu ada didekat mereka kita harus selalu
menjaga dan mengawasi mereka tampa harus membuat mereka merasa terkekang
oleh peraturan-peraturan yang kita buat. Jadi, kita sebagai orang yang selalu ada
buat mereka harus selalu mendukung apa yang mereka inginkan selama itu hal
yang positif.
DAFTAR PUSTAKA

- Gunarsa, Singgih D dari anak sampai usia lanjut : Jakarta : Gunung Mulia,
2004.
- Pencengahan Penyalahgunaan Narkoba untuk pelajar dan mahasiswa, Badan
Narkotika Nasional (BNN).

Anda mungkin juga menyukai