BAB I
ARTI KEPUTUSAN ETIS
Didalam sejarah gereja sampai abad ini ada dua teori utama tentang bagaimana
mengerti kehendak Tuhan, yaitu etika akibat, yang mengutamakan nilai-nilai
kristen dan tujuan-tujuan perbuatan kita, dan etika kewajiban, yang
mengutamakan hukum-hukum dan norma-norma yan kristen.
1. Etika akibat.
Menurut penganut etika akibat kehendak Tuhan dinyatakan dalam
maksudNya, rencanaNya dan tujuanNya.
Menurut Etika akibat, kehidupan etis sama dengan proses membuat sesuatu.
2. Etika kewajiban.
Menurut pengertian Eika kewajiban kehendak Tuhan dunyatakan dalam
hukumNya, perintahNya dan kaidahNya.
Istilah teknis untuk teori kewajiban ini adalah etika deotologis dari kata Yunani
yang berarti pemngetahuan tentang keharusan atau kewajiban (deon -wajib-
logos - pengetahuan).
Menurut aliran ini perbuatan pokok lambang hidup kita bukan penciptaan
melaikan politik yaitu kehidupan menurut hukum.
Dalam bab ini kita akan melihat empat unsur iman. Pertama, iman sebgai
kepercayaam dan kesetiaan kepada hal yang dianggap terpenting. Kedua, iman
sebagai hubungan pereorangan dengan Allah. ketiga, iman sebagai pengikut
sertaan dengan pekerjaan Allah. keempat, iman sebagai pendirian tentang apa
yang benar iman mengandung unsur menyadarkan kehidupan kepada Allah, unsur
mengasihi dan memuji Allah, unsur kerjasama dengan Allah, dan unsur megerti
Allah serta ciptaanNya.
I. Iman sebagai kepercayaan dan kesetian kepada hal yang dianggap
terpentingnya Iman adalah kesetian kepada hal yang kita anggap paling pokok
dalam kehidupan kita, pusat yang memberi arti dalam kehidupan kita. Iman
selalu mengandung kepercayaan, beriman kepada Allah berarti
mempercayaiNya lebih dari pada segala sesuatu yang lain. Iman adalah
kepercayaan dan kesetiaan kepada hal yang dianggap terpentinya atu nilai-
nilai tertinggi.
II. Iman sebagai hubungan perorangan dengan Allah. iman kristen berarti
persekutuan dengan Allah, persekutuan dengan Dia, menyerahkan diri
kedalam tanganNya. Iman adalah hibungan yang akrab antara Allah dengan
manusia, sesuatu percakapan dengan Dia suatu persekutua denganNya.
Beriman berarti hidup bersama dengan Allah, mengasihi Allah dan
memujiNya.
Kerena Allah adalah bersifat pribadi, bukan benda, iman kita kepadaNya
menyangkut kedua jurusan yang satu ialah pemeliharaan Allah kepada kita
jurusan yang lain ialah kepercayaan kita kepada Dia.
Karena Allah bersifat ilahi iman kita kepadaNya mengadung perasaan
terpesona dan kagum. Allah adalah ajaib, sangat berlainan dengan kita dan
dunia yang biasa.
Ibadah dan pelayanan sosial bersama-sama berakar dalam persekutuan dengan
Allah dan mengeutamakan kasih kepada Allah.
Ibadah dan pelayanan sosial Kristen keduanya hanya bisa hidup dalam
suasana pengabdian kepada Tuhan. Iman sebagai hubungan peporangan
dengan Allah menpengaruhi sikap orang terhadap diri sendiri dan terhadap
dunia. Seperti dikatakan iman berarti membuka diri kepada Allah.
pembuakaan diri kepada Allah itu sering disebit penyerahan diri atau
penyaliban diri. Persekutuan kita dengan Allah bukan hubungan pasif dengan
zar yang tidak pribadi melaikan hubungan kasih dengan Allah
Bapa.penyerahan diri memungkinkan pekerjaan kita untuk Allah. karena itu
penyerahan diri berarti bukan pelenyapan diri melaikan penyempurnaan diri
untuk pelayanan kepada Allah dan seksama.
Persekutuan dengan Allah menyebabkan peneguhan diri. Persekutuan dengan
Allah membawa penguatan diri.
1. Arti tabiat.
Tabiat dapat difenisikan sebagai susunan batin seseorang yang memberi arah
dan ketertiban kepada keinginan, kesukaan dan perbuatan orang itu. Tabiat dapat
juga didefinisikan sebagai keselurahan sifat-sifat yang merupakan suatu kesatuan.
Tabiat terdiri dari sifat-sifat kita seperti kejujuran, kebenaran, dan kemurahan hati.
Tabiat tidak sama dengan watak, watak merupakan bahan mentah tabiat kita.
Tabiat juga berbeda dengan kepribadian, kepribadian sering dianggap sebagai
sifat-sifat baik, sifat-sifat lahirih maupun batiniah yang memberikan kesan
tertentu bagi orang lain.
2. Penting tabiat dalam etika Kristen.
Menurut Alkitab, Tuhan terus menerus bekerja untuk mengubah dan
memperbaiki diri manusia. Melalui roh kudus Allah dapat membentuk kehendak
manusia yang lebih sama dengan kehendak Allah sendiri. Maka, karangan-
karangan yang hanya membicarakan perintah Allah tampa memperhatikan usaha
Allah untuk membentuk tabiat manusia mengabaikan unsur etika kristen yang
penting.
3. Hubungan tabiat dengan hukum dalam ajaran Yesus.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk mengerti ajaran-ajaran Yesus
yaitu :
a. Tekanan Yesus terhadap hati manusia tidak mengasilkan moralitas yang
lebih lemah dari pada moralitas yang berdasarkan penyesuaian lahiriah
dengan hukum-hukum.
b. Meskipun Yesus menekankan tabiat dan hati yang murni, Dia tidak
meniadakan kepatuhan lahiriah kepada hukum-hukum Allah.
c. Perlu diperhatkan bahwa perkataan-perkataan Yesus tentang hati dan tabiat
sering diucapkan dalam bentuk perintah atau hukum.
4. Apakah perhatian pada tabiat diri sendiri patut :
Orang dapat menjadikan tabiatnya sebagai fukos utama dalam pertimbagannya
tentang kehidupan etis. Sikap itu berbahaya : bahaya yang pertama yaitu lebih
memperhatiakan tabiat diri sendiri dari pada Allah. bahaya yang kedua yaitu
lebih memperhatikan tabiat diri sendiri dari pada pemberitaan sesama kita dan
kebutuhan dunia. Perhatian kita tentang perkembangan tabiat jangan
menghambat kesanggupan kita untuk memngambil resiko dan bertindak.
5. Pengaruh-pengaruh yang membentuk tabiat.
- Tabiat kita dipergaruhi oleh pembawaan kita, oleh sifat-sifat yang kita
warisi sari ibu bapa dan nenek moyang kita.
- Tabiat kita dipengaruhi oleh sosial kita, oleh keluarga dan kebudayaan
kita.
- Tabiat kita dibentuk oleh pengalaman-pengalaman dan hubungan-
hubungan kita dengan orang-orang lain.
- Tabiat kita dibentuk oleh keputusan dan perbuatan kita sendiri, serta motif
perbuatan itu.
- Tabiat kita dipengaruhi oleh iman kita oleh hubungan kita dengan Allah.
6. Pekembangan tabiat kristen.
Didalam perkembangan tabiat harus ada pembongkaran dan pembangunan
artinya bagian hidup kita yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan harus
disesali dan dijauhi.
Bagian hidup kita yang berakar dalam Allah dengan berpusat kepada Nya
harus dihidupkan dan dikembangkan.
7. Ciri-ciri tabiat kristen.
- Intergeritas indentitas yang utuh, dan hati yang bulat.
Intergeritas berarti juga kejujuran kepada orang lain dan juga berati
kesungguhan dan kebulatan dalam diri sendiri.
- Pengertian tentang kehendak Allah dan kepekaan kepada apa yang baik.
Mengerti tentang apa yang baik dan apa yang buruk dlam kasus tertentu,
dan mengerti juga akan kehendak Allah.
- Kebajikan-kebajikan.
kebajikan-kebajikan kristen bukan kumpulan sifat-sifat yang berbeda-beda
melaikan merupakan suatu kesatuan. Semuanya berakar dalam kehidupan
yang dipusatkan kepada Tuhan.
- Serupa dengan Kristus..
Menjadi serupa dengan Yesus tidak berarti meniru-niru setiap
perbuatanNya.
1. Mengikut Yesus berarti mentaatiNya sebagai Tuhan.
2. Mengikut Yesus berarti berjalan dalam jalan yang dirintisNya.
3. Mengikuti Yesus berarti menjadi serupa denganpola kehidupanNya.
Pengikut Kristus menerima kedudukan, harta dan kuasa sebagai
karunia bukan untuk dipertahankan tetapi untuk digunakan bagi orang
lain.
BAB VI
LINGKUNGAN SOSIAL.
A. Sumber-sumbe bantuan.
- Doa, ibadah, dan Roh Kudus.
- Gereja dan orang-orang lain.
- Alkitab.
- Bahan bacaan.
B. Dari pertimbangan menuju tindakan.
Kita tidak dapat belajar, berpikir, dan berbicara terus menerus tampa
bertindak. Kita menyadari bahwa pandangan kita tidak selalu disetujui oleh semua
orang kristen, termasuk orang-orang yang saleh dan bijaksana. Namun kita harus
mengambil keputusan dan tidak bertindak.
Ada dua unsur dalam iman kita yang dapat menambah keberanian kita untuk
mengambil keputusan dan bertindak.
1. Kita yakin bhawa Allah mengampuni kesalahan kita, walapun kepuusan kita
kurang tepat.
2. Kita yakin bahwa Allah memerinah dunia, Ia berkuasa atas segala perbuatan
manusia. Ia bekerja terus menerus untuk mencapai maksudNya didunia.
Akhirnya perlu ditambah bahwa tindakan-tindakan etis merupakan cara
penting untuk menambah pengertian kita tentang bagaimana mengambil
keputusan yang tepat. Karena demikian pelajaran etis dan perbuatan etis saling
menguatkan. Dengan bertindak dan mempertimbangkan tindakan kita,
pengetahuan dan kemampuan etis ditingkatkan.
KESIMPULAN
Dari mempelajari etika kristen ini, maka kita akan menjadi tahu bagaimana
menyelasaikan masalah yang telah kita hadapi dengan adanya etika kristen maka
kita akan semangkin mudah dalam mengambil keputusan, dan menentukan
keputusan.
TANGGAPAN
Dengan mempelajari etika kristen kita akan menjadi tahu bagaimana cara
bersikap dan bertingkah laku yang benar yang sesuai dengan ajaran kristen.
Dengan mempelajari etika kristen kita dimampukan untuk memikirkan
pertimbangan-pertimbangan yang kita akan ambil dalam kita menghadapi suatu
masalah. Jadi, dengan mempelajari etika kristen kita dapat menilai sesuatu yang
salah dan yang benar menurut pandangan etika kristen itu sendiri.
PERAWATAN PASIEN PESERTA ASKES PNS GOL III DI KELAS I.
I.
3. Tindakan Kecil
5. O2 (Oksigen)
DAFTAR ISI.
BAB I : PENDAHULUAN...................................................... I.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Kita hidup tidak perlu melihat kepada nabi-nabi untuk mendapat bentuk
harapan israel mengenai kerajaan akhir jaman. Sejak pengalaman-pengalaman
mereka yang penting awal dengan Allah, mereka telah belajae mempercayai-Nya
untuk membawa mereka ketanah yang telah dijanjikan kepada Abraham (Kejadian
12:1-3) jadi, bagi asrael pengharapan selalu mempunyai aspek yang amat kontret
dan nyata.
Sarana yang dipakai Allah untuk memimpin umat-Nya ketempat penghentian
tersebut, kadang-kadang terlihat melibatkan pembinasaan dan penghukuman,
kadang-kadang pembangunan dan pertumbuhan.
Sejak semula insrael mengerti bahwa Allah harus berperang untuk mereka dan
mengalahkan musuh-musuh mereka. Dari sumber ini berkembang gagasan bahwa
Allah adalah pejuang perkasa yang akan berperang untuk umat-Nya.
BAB II
PEMBAHASAN.
1. Eskatologi.
Eskatologi berasal dari bahasa yunani ekhatos (terakhir) namun pnulis lebih
suka mengunakan masa yang akan datang karena kata eskatologi telah
dugunakan dengan pengertian yang bermacam-macam.
Israel sejak awal sudah memiliki harapan akan masa depan. Hal ini nyata dari
bagian-bagian tertentu dalam perjanjian lama seperti kejadian 12 : 1-3; 49:
Keluaran 3:8; Bilangan 24;Ulangan 33 ; II Samuel 7:23;3-5; Amos 5:18 dan
mazmur 2 ;45;68 ; 110. Zimmerli (1968) telah menjelaskan secara terperinci
harapan manusia dalam PL dan Ia menujuk tujuh contoh pengharapan manusia
akan masa depan dalam riwayat zaman permulaan (Kej 1:26;2:17;3:14-20;4:11-
15;6:5-8 ; 8 :21-22). Pada umumnya pengharapan disini merupakan pandangan
yang optimis tentang masa depan, yang mengharapkan berkat-berkat jasmani dan
rohani baik dalam dunia politik maupun keluarga.
Jelaslah bahwa eskatologi PL mempunyai dasar karena keyakinan dasar yang
dianut dalam PL ialah bahwa Allah berkarya dalam sejarah israel. Jadi harapan-
harapan akan masa depan dalam PL didasarkan pada :
- Kepastian bahwa Allah tetap berkarya walaupun kehidupan bisa saja sulit.
- Ketegangan antara kehadiran Allah dan ketersembunyian-Nya, yang
menimbulkan pengharapan akan kehadiran Allah secara sempurna pasa masa
depan.
- Penmahaman tentang dosa dan ketidakpercayaan Israel yang hanya dapat
diatasi oleh anugrah Allah.
- Keyakinan para nabi bahwa Allah akan berkarya pada masa depan,
sebagaimana Ia pada masa lalu, walaupun dengan cara yang benar-benar baru.
Semua hal yang telah Allah lakukan bangsa israel yakin bahwa Allah akan
menyelamatkan mereka di masa datang. Firman Allah memberi kepastian bahwa
meskipun terjadi hal-hal yang bertentangan, Allah akan memberikan kemenangan
yang pasti bagi umat-Nya.
2. Apokaliptik.
Menjenlang akhir zaman Perjanjian Lama apokaliptik mulai menggantikan
peranan nubuat. Hal ini mula-mula dapat dilihat dalam Yesaya 24 27 dan 56
66, Daniel, Yoel dan Zahkaria 9 14; dan banyak kitab apokaliptik ditulis selama
zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Von Rad ( 1960 : Hlm. 301-
308;1970: Hlm 263-282) berpendapat bahwa pemikiran apokaliptik berasar dari
tradisi hikmat ( lihat Bauckham `1978; P.D. Hanson 1983).
Perkembangan ini pertama-tama didorong oleh kekecawaan yang dialami oleh
orang-orang Yehuda yang pulang dari pembuangan ketanah perjanjian. Mereka
pulang dengan harapan-harapan besar, namun kemudian mereka menyadari bahwa
negeri mereka tetap dijajah oleh kekuasaan asing dan hampir tidak mungkin
menjadi negara yang merdeka kembali. Propinsi Yehuda dalam kemaharajaan
Persia hanya tinggal bayangan kejayaan kerajaan Israel dulu. Keadaan ini sangat
mengecewakan mereka yang mengandalkan janji-janji Allah tentang pemulihan
yang gilang-gemilang. Bagaimana eskatologi para nabi dapat dikawinkan dengan
kenyataan hidup yang pahit sesudah pembuangan ?
Ada dua ciri eksakologi apokaliptik ini yang patut diperhatikan secara khusus
ialah tokoh Anak Manusia (Dan 7) dan gambaran tentang kebangkitan orang
mati (Yes 26:19 ; Dan 12). Kedua-duanya menjadi sangat penting dalam
pemikiran Yahudi dan Kristen pada kemudian hari.
KESIMPULAN.
Dari keterangan-keterangan yangtelah kita bahas, tidak ada keraguan bahwa
Yesus sendiri bernubuatkan kedatangan-Nya yang kedua kali pada masa yang
akan datang dan hal itu tidak dapat disangkal, tetapi tidaklah mungkin untuk
memiliki gambaran yang tepat mengenai kejadian-kejadian yang akan terjadi
secara terperinci kapan saat kedatangan itu tidak diketahui. Namun sebagai orang
kristen kita harus percaya bahwa Allah pasti akan mengutus orang yang dipilihnya
untuk menebus dosa kita sebagai umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA.
- Baker, David. L., Satu Alkitab Dua Perjanjian ; PT. BPK Gunung Mulia :
Jakarta, 2001.
- Guthrei, Donald :, Teologi Perjanjian Baru 3 : PT. BPK Gunung Mulia ;
Jakarta, 2006.
Analisis :
Sakramen pengurapan orang sakit ini merupakan swuatu sakramen
pengobatan yang dilakukan dengan memberikan menyak kepada orang-orang
yang menderita sakit. Dalam PL orang yang mengalami skit adalah orang yang
memiliki perbuatan yang salah. Sakramen pengurapan orang sakit ini pada
awalnya hanya diberikan kepada orang yang mau mneinggal namun itu telah
diperbaharui, sakramen pengurapan ini akan diberikan kepada orang yang
mengalami sakit.
Sakramen pengurapan ini tidak hanya melakukan pengolesan minyak kepada
orang yang sakit tetapi juga memberikan pemahaman bahwa orang yang sakit itu
tidak hanya membutuhkan pengibatan secara fisik tetapi juga membutuhkan
pengobatan secara rohani.
Kesimpulan :
Sebagai orang yang memiliki iman, kita harus memandang bahwa sakrameb
pengurapan ini bukan semata-mata dilakukan hanya untuk menyembuhkan sakit
yang diderita, tetapi kita memandang harus lebih kepada tujuna rohaninya. Sakit
bukanlah suatu hal yang harus kita takutkan, karena jika kta selalu bersama
dengan Tuhan maka kehidupan kita akan terasa aman walaupun kita banyak
mengalami penderitaan.
Jadi, sakramen pengurapan ini bukan hanya membantu memberikan
kesembukan kepada fisik kita, tatapi juga membantu memberikan kesembuhan
kepada rohani kita.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Sebagai masa transisi, remaja/pemuda berupaya untuk mencari indentitas diri
guna mempersiapkan diri memasuko masa dewasa. Banyak hal yang dilakukakan
oleh remaja/pemuda agar berhasil menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
dengan cara mempersiapakan diri melalui kegiatan yang mengarah pengembangan
pontensi, kepentensi dan skill yang meningkatkan kehidupan pada masa depan,
sehingga dirinya berguna bagi kehidupan masyarakat luas. Ini karena merekalah
yang unjung tombak yang diharapkan oleh bangsa dan negara yang memimpin
negara ini. Keterlibatan dalam penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu
bentuk cerminan awal kegagalan remaja/pemuda dalam melalui masa-masa
transisi yang dianggap cukup sulit, karena remaja/pemuda tak mampu mencpai
tujuan mewujudkan indentias diri yang bertanggung jawab. Perilaku
remaja/pemuda tak mampu mencapai tujuan mewujudkan indentitas diri yang
bertanggung jawab. Perilaku remaja/pemuda dalam mengunakan atau
menyalahgunakan narkoba dapat dikatakan sudah idak sehat. Remaja/pemuda tak
mampu memelihara hidupnya dengan baik. Apa yang mereka kosumsi cenderung
akan merusak kehidupan mereka.
B. RUMUSAN MASALAH.
Sebagaimana dari penjelasan latar belakang masalah diatas, masa masalah inti
yang akan dibahas adalah
- apa penyebab sehingga remaja/pemuda mengunakan obat-obatan.
- bagaimana cara mencegahnya.
C. BATASAN MASALAH.
Sebagimana topik yang akan dibahas adalah tentang pengunaan narkoba oleh
remaja/pemuda, maka penulis membatasinya hanya pada masalah pengunaan
narkoba pada remaja/pemuda.
Jadi, yang dibahas hanya mengenai pengunaan narkoba dikalangan
pemuda/remaja.
D. TUJUAN.
Untuk memberikan pengatahuan kepada kita tentang bertapa bahayanya
narkoba bagi kehidupan terutama bagi remaja/pemuda.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan remaja/pemuda.
Remaja adalah mereka yang mengalami masa trasisi (peralihan) dari masa
kanak-kanak menuju pada dewasa yaitu usia 12-13 tahun hinga usia 20-an.
Pertumbuhan fisik yang sangat pesat, yang ditandai ciri-ciri perkembangan pada
masa pubertas. Hubungan pemuda/remaja dengan orang tuanya mulai berpindah
keteman sebaya, teman sebaya merupakan tempat untuk berbagi perasaan dan
pengalaman mereka. Mereka juga merupakan bagian dari proses pembentukan
indentitas diri muncul juga suatu gejala konfermitas, yaitu tekanan dari kelompok
sebaya, baik nyata maupun tidak sehingga mereka mengadopsi sikap atau prilaku
orang lain. Jika itu fositif remaja akan mengadopsi ha-hal yang positif pula yang
sangat mempergaruhi masa pembentukan indentitasnya. Sebaliknya, jika bersifat
negatif remaja dapat dengan mudah terbawa pada perilaku kurang baik dan
tentunya menurut para ahli perkembangan (Santrock dan Thornburg) menurut
mereka ada beberapa alasan yang menyebabkan perkembangan remaja/pemuda
melakukan penyalahgunaan narkoba :
BAB III
KESIMPULAN.
- Gunarsa, Singgih D dari anak sampai usia lanjut : Jakarta : Gunung Mulia,
2004.
- Pencengahan Penyalahgunaan Narkoba untuk pelajar dan mahasiswa, Badan
Narkotika Nasional (BNN).