Anda di halaman 1dari 38

sPartus Macet

dan
Serotinus

Ker

11.2012.107

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
PERIODE 16 SEPTEMBER 2013 - 23 NOVEMBER 2013

OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
PERIODE 16 SEPTEMBER 2013 - 23 NOVEMBER 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI & GYNECOLOGI
Kasus Partus Macet dan Serotinus`
SMF OBSGYN RS MARDI RAHAYU KUDUS

Nama : Vinia Halim Kumala Tanda tangan


NIM : 11.2012.107
Dr pembimbing / penguji : dr. Wahyu Jatmika, Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny. R Nama : Tn. S
Umur : 30 tahun Umur : 36 tahun
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Peganjaran RT 01 RW 04 Alamat : Peganjaran RT 01 RW 04
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
Masuk RS : 14 Oktober 2013
No. RM : 352434

A. ANAMNESIS :
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 14 Oktober 2013 jam 08.05 WIB

Keluhan utama :
Mules-mules sejak 8 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :


8 jam SMRS pasien mengatakan bahwa perutnya mules-mules dan terasa
kencang-kencang. Mules dirasakan makin bertambah sering dan teratur, awalnya tiap 10
menit sekali disertai keluarnya cairan lendir bercampur darah dari kemaluan. Ini
merupakan kehamilan pertama Os. Selama kehamilan pasien mengaku tidak mengeluh
apa-apa. Selama ini pasien mengontrolkan kehamilannya di bidan.
Os memutuskan untuk datang ke bidan dan dari bidan dirujuk ke RS Mardi
Rahayu, lalu dirawat karena serotinus, dimana usia kehamilannya telah melebihi taksiran
persalinan yaitu tanggal 24 September 2013.

Riwayat Haid
Menarche : 10 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : gelas aqua dan encer
Haid terakhir (HPHT) : 17 Desember 2012
Taksiran partus (HPL) : 24 September 2013

Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali pada usia 28 tahun, selama 2 tahun

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Anak Tahun Jenis Umur Jenis Hidup Riwayat Menetek
Penolong
ke Persalinan Kelamin Kehamilan Persalinan / Mati Nifas s/d umur
I 2013 HAMIL
INI

Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)


( ) Pil KB ( ) Suntik KB 3 bulanan ( ) IUD
( ) Susuk KB ( ) Lain-lain

Penyakit Dahulu
( ) Cacar ( ) Malaria ( ) Batu ginjal/saluran kemih
( ) Cacar air ( ) Disentri ( ) Burut ( hernia )
( ) Difteri ( ) Hepatitis ( ) Batuk rejan
( ) Tifus abdominalis ( ) Wasir ( ) Campak
( ) Diabetes ( ) Sifilis ( ) Alergi
( ) Tonsilitis ( ) Gonore ( ) Tumor
( ) Hipertensi ( ) Penyakit pembuluh ( ) Demam rematik akut
( ) Ulkus ventrikuli ( ) Pendarahan otak ( ) Pneumonia
( ) Ulkus duodeni ( ) Psikosis ( ) Gastritis
( ) Neurosis ( ) Tuberkulosis ( ) Batu empedu
( ) Jantung ( ) Operasi ( ) Kecelakaan

Riwayat keluarga
Hubungan Umur Jenis kelamin Keadaan Penyebab
kesehatan meninggal
Ayah 65 tahun Laki-laki Hidup -
Ibu 57 tahun Perempuan Hidup -
Suami 36 tahun Laki-laki Hidup -

Ada kerabat yang menderita :


Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi -
Asma -
Tuberkulosis -
HIV -
Hepatitis B -
Hepatitis C -
Hipertensi -
Cacat bawaan -
Lain lain -

Riwayat Operasi
Tidak ada

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit ( kuat angkat, teratur)
Suhu : 36,80C
Pernafasaan : 20 x/ menit, abdominal-torakal
Tinggi Badan : 165 cm
Berat badan sebelum hamil : 62 kg
Berat badan selama hamil : 78 kg

Kulit
Warna : sawo matang
Effloresensi : tidak ada
Jaringan parut : tidak ada
Pigmentasi : tidak ada
Pembuluh darah : tidak menonjol dan melebar
Suhu raba : normal, kulit lembab
Keringat : setempat yaitu di kepala dan leher
Turgor : baik
Ikterus : tidak ada
Edema : tidak ada

Kelenjar getah bening


Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesaran

Aspek kejiwaan
Tingkah laku : tenang
Alam perasaan : biasa
Proses pikir : wajar
Kepala
Normocephali, rambut hitam, distribusi merata

Mata
Pupil isokor 3mm, reflek cahaya (+/+), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), odem
palpebra (-/-)

Telinga
Selaput pendengaran utuh, serumen (-), perdarahan (-)

Hidung
Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)

Mulut
Lidah dalam batas normal, pursed lips breathing (-)

Leher
Tiroid dan KGB tidak teraba, deviasi trakea (-), hipertrofi otot pernapasan tambahan (-),
retraksi suprasternal (-), JVP 5-2 cm H2O

Dada (Thorax)
Bentuk : simetris baik statis maupun dinamis, tidak tampak scar, warna kulit
sawo matang
Buah dada : simetris, tidak ada massa

Paru - paru (Pulmo)


Depan Belakang
Inspeksi Kiri Pergerakan statis dan dinamis Bentuk punggung simetris
retraksi sela iga (-) Pergerakan statis dan dinamis
Sela iga tidak melebar
Kanan Pergerakan statis dan dinamis Bentuk punggung simetris
retraksi sela iga (-) Pergerakan statis dan dinamis
Sela iga tidak melebar
Palpasi Kiri dan Sela iga tidak melebar Sela iga tidak melebar
kanan Fremitus simetris Fremitus simetris
Perkusi Kiri Sonor Sonor
Kanan Sonor Sonor
Auskultasi Kiri Suara dasar vesikuler, ronkhi (-), Suara dasar vesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-) wheezing (-)
Kanan Suara dasar vesikuler, ronkhi (-), Suara dasar vesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-) wheezing (-)

Jantung (Cor)
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga V,
2 cm medial dari linea midclavicularis sinistra
Perkusi
Batas atas : pada sela iga II garis parasternal kiri
Batas kiri : pada sela iga V, 2 cm medial dari garis
midclavicularis kiri
Batas kanan : pada sela iga V, pada garis parasternal kanan
Auskultasi
Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke 4 katup
jantung

Perut (Abdomen)
Inspeksi
Bentuk : membuncit, simetris
Luka bekas operasi (-)
Palpasi
Nyeri tekan ( - ), massa ( - ), defans muscular (-)
Hati : tidak dapat dinilai
Limpa : tidak dapat dinilai
Ginjal : ballotement ( - ), CVA (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal

Anggota gerak
Lengan Kanan Kiri
Otot
Tonus : Normotonus Normotonus
Massa : Eutrofi Eutrofi
Sendi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Gerakan : Aktif Aktif
Kekuatan : +5 +5
Odem : Tidak ada Tidak ada
Tangan
Warna : Sawo matang Sawo matang
Tremor : Tidak ada Tidak ada
Kelainan jari: Tidak ada Tidak ada

Tungkai dan Kaki Kanan Kiri


Luka : Tidak ada Tidak ada
Otot
Tonus : Normotonus Normotonus
Massa : Eutrofi Eutrofi
Sendi : Normal Normal
Gerakan : Aktif Aktif
Kekuatan : +5 +5
Odema : Tidak ada Tidak ada
Ikterus : - -

I. Pemeriksaan Obstetri & Ginekologi


Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mamae (+), puting susu
menonjol, cairan dari mammae (-)
Abdomen : membesar memanjang
linea nigra (+)
striae livide (-)
striae albicans (+)
bekas operasi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Leopold I : Bulat, kenyal (bokong)
TFU = 3 jari bawah proc. xyphoideus
Leopold II : Keras memanjang pada bagian kiri (PUKI)
Leopold III : Bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV : bagian terendah sudah masuk Pintu Atas Panggul
DJJ : 11-12-12 = 140x/menit
PPV : darah dan lendir (+)

Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher
VT = 2 cm, KK (+), Eff 25%
Bagian bawah kepala janin, Hodge I
POD : Ubun-ubun kecil
Dx = GIP0A0 , 30 tahun hamil 43 minggu
Janin tunggal hidup intrauterine
Letak kepala , puki
Inpartu kala I

B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
o 14 Oktober 2013 (jam 09.12 WIB)
Darah rutin:
Hemoglobin 11,5 g/dL (N: 11,7 15,5)
Leukosit 10,20 (N: 3.600 11.000)
Eosinofil% 3,4 % H (N: 1-3)
Basofil% 0,2 % (N: 0-1)
Neutrofil segmen% 67,1% (N: 50-70)
Limfosit% 20,1 (N: 25-40)
Monosit% 7,1 (N: 2-8)
MCV 79,3 L (N: 80-100)
MCH 23,9 pg L (N: 26-34)
MCHC 35,7 g/dL (N: 32-36)
Hematokrit 32,5 % (N: 30-43)
Trombosit 367.000 (N: 150.000-440.000)
Eritrosit 4,21 juta (N: 3,8 5,2)
RDW 11,8 % (N: 11,5 - 14,5)
PDW 10,7 % L (N: 10-18)
MPV 8,4 (N: 6,8 10)
LED 65/90 H (N: 0 20 )
Golongan darah B/+
Waktu perdarahan/BT 1.30 menit (N: 1-3)
Waktu pembekuan/CT 3.30 menit (N: 2-6)

C. RINGKASAN (RESUME)
Ny.R hamil 43 minggu. Sejak 8 jam SMRS pasien mengatakan bahwa perutnya
mules-mules dan terasa kencang-kencang. Mules dirasakan makin bertambah sering dan
teratur, awalnya tiap 10 menit sekali disertai keluarnya cairan lendir bercampur darah dari
kemaluan yang berjumlah softex. Os datang ke bidan dan dari bidan dirujuk ke RS.
Ini merupakan kehamilan pertama. Selama kehamilan pasien mengaku tidak
mengeluh apa-apa. Selama ini pasien mengontrolkan kehamilannya di bidan.

HPHT : 17 Desember 2012


HPL : 24 September 2013

TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit

T : 36,80C

RR : 20x/menit

Pemeriksaan Obstetri

Pemeriksaan Luar

Inspeksi

Payudara: pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mammae (+), puting susu
menonjol (+)

Abdomen: Linea nigra (+), striae albicans (+)

Palpasi

Abdomen: TFU 3 jari di bawah proc. xyphoideus

Leopold I : bokong

Leopold II : punggung kiri

Leopold III : kepala

Leopold IV : bagian terendah sudah masuk PAP

Pemeriksaan Dalam Vagina

VT = 2 cm, KK (+), Eff 25%


Bagian bawah kepala janin, Hodge I
Ubun-Ubun Kecil
Dx = GIP0A0 , 30 tahun hamil 43 minggu
Janin tunggal hidup intrauterine
Letak kepala , puki
Inpartu kala I
Serotinus

D. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja dan dasar diagnosis
Diagnosis kerja :
GIP0A0 , 30 tahun hamil 43 minggu
Janin tunggal hidup intrauterine
Letak kepala , puki
Inpartu kala I
Serotinus

a. Dasar diagnosis :
HPHT : 17 Desember 2012
b. Pemeriksaan yang dianjurkan
1. USG kandungan
c. Rencana Pengelolaan:
Medikamentosa:
D5% RL 20 tetes/menit
Non Medikamentosa:
Tirah baring
Tindakan:
VT
Evaluasi 4 jam
Pengawasan 10

E. PROGNOSIS
Power : dubia
Passage : dubia
Passenger : dubia

14 Oktober 2013, 12.00


S: perut mulas dan terasa kencang-kencang
O:
TD: 120/80 mmHg
N: 86x/menit
RR: 20x/menit
S: 360C
Mata: CA -/-, SI -/-, RC +/+, pupil isokor 3mm/3mm
Cor: BJ I & II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen: buncit, bising usus (+)
Ekstremitas: akral hangat, edema (-)

LI: TFU 3 jari di bawah px


LII: Puki
LIII: Kepala
LIV: Kepala sudah masuk PAP

DJJ: (12-12-11) 140x/menit, teratur


His: (+)
PPV: darah dan lendir (+)

VT 4 cm, KK (+)
Bagian bawah kepala janin, Hodge II
Ubun-ubun kecil kiri depan
A:
Dx/ GIP0A0, 30 tahun, H 43 minggu
Anak 1 hidup intrauterine
Presentasi kepala bagian terendah sudah masuk PAP, puki
Serotinus
Inpartu kala I
Sikap: Tunggu dan evaluasi

14 Oktober 2013, 16.00


S: perut mulas dan terasa kencang-kencang
O:
TD: 130/80 mmHg
N: 92x/menit
RR: 20x/menit
S: 360C
Mata: CA -/-, SI -/-, RC +/+, pupil isokor 3mm/3mm
Cor: BJ I & II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen: buncit, bising usus (+)
Ekstremitas: akral hangat, edema (-)

LI: TFU 3 jari di bawah px


LII: Puki
LIII: Kepala
LIV: Kepala sudah masuk PAP

DJJ: (12-12-12) 144x/menit, teratur


His: (+)
PPV: darah dan lendir (+)
VT 7 cm, KK (+)
Bagian bawah kepala janin, Hodge II, Ubun-ubun kecil kiri depan
Dx/ GIP0A0, 30 tahun, H 43 minggu
Anak 1 hidup intrauterine
Presentasi kepala bagian terendah sudah masuk PAP, puki
Serotinus
Inpartu kala I

Sikap: Tunggu dan evaluasi

14 Oktober 2013, 20.35


S: perut mulas dan terasa kencang-kencang
O:
TD: 110/70 mmHg
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,50C
Mata: CA -/-, SI -/-, RC +/+, pupil isokor 3mm/3mm
Cor: BJ I & II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen: buncit, bising usus (+)
Ekstremitas: akral hangat, edema (-)

LI: TFU 3 jari di bawah px


LII: Puki
LIII: Kepala
LIV: Kepala sudah masuk PAP

DJJ: (13-13-12) 152x/menit, teratur


His: (+)
PPV: air ketuban, darah, dan lendir (+)
VT lengkap, KK (-)
Bagian bawah kepala janin, Hodge II, Ubun-ubun kecil kiri depan
Dx/ GIP0A0, 30 tahun, H 43 minggu
Anak 1 hidup intrauterine
Presentasi kepala bagian terendah sudah masuk PAP, puki
Serotinus
Inpartu kala II

Sikap: Pimpin mengejan

14 Oktober 2013, 22.40


S: perut mulas dan terasa kencang-kencang
O:
TD: 100/60x/menit
N: 118x/menit
RR: 22x/menit
S: 36,40C
Mata: CA -/-, SI -/-, RC +/+, pupil isokor 3mm/3mm
Cor: BJ I & II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen: buncit, bising usus (+)
Ekstremitas: akral hangat, edema (-)

LI: TFU 3 jari di bawah px


LII: Puki
LIII: Kepala
LIV: Kepala sudah masuk PAP

DJJ: (13-12-12) 148x/menit, teratur


His: (+)
PPV: air ketuban, darah, dan lendir (+)
VT lengkap, KK (-)
Bagian bawah kepala janin, Hodge II, Ubun-ubun kecil kiri depan
Dx/ GIP0A0, 30 tahun, H 43 minggu
Anak1 hidup intrauterine
Presentasi kepala bagian terendah sudah masuk PAP, puki
Serotinus
Inpartu kala II

Sikap : Ambil tindakan akhiri persalinan (sectio cessarea)

Tanggal 14 Oktober 2013, Jam 23.15 WIB


Dilakukan operasi Sectio Cessarea
Laporan Operasi :
- Insisi linea mediana 10 cm dari 2 jari diatas simpisis pubis kearah pusat
- Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai peritoneum terbuka
- Tampak uterus hamil aterm
- Plica vesikouterina dibuka dengan insisi semilunar
- Insisi semilunar 10cm dari segmen bawah rahim
- Kepala bayi diluksir, lahir bayi perempuan dengan 2300gram, APGAR score (menit 1 = 9,
menit 5 = 10, menit 10 = 10)
- Plasenta dilahirkan secara manual, kotiledon lengkap
- Kontrol perdarahan, perdarahan (-)
- Jahit segmen bawah rahim dengan benang Chromic catgut no 2
- Jahit overhecting dengan benang Chromic catgut no 2
- Jahit peritoneum dengan benang plain catgut no 1-0
- Jahit otot dengan benang plain catgut no 1-0
- Jahit fascia dengan benang safil no 1
- Jahit subkutan dengan benang plain catgut no 1-0
- Jahit kulit dengan nylon no 2-0
- Perdarahan selama operasi 200 cc
- Tindakan selesai
Pemeriksaan Fisik Post Operasi :
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 78 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu : 370C

Diagnosis Post Operasi :


PIAO
Post operasi SC hari I atas indikasi partus macet & serotinus

Pengobatan post Operasi :


IVFD D5% / RL / NaCl dengan novalgin 1 ampul 30 tpm
Taxegram 2 x 1 ampul iv
Alinamin 2 x 1 ampul iv
Vitamin C 1 x 1 ampul iv

FOLLOW UP
Tanggal 15 Oktober 2013, jam 07.30 WIB
S : Pasien merasa nyeri pada luka operasi di perutnya, kentut (-)
O : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,6C
CA : -/-
C/P : T.A.K
ASI : (+), puting menonjol
BU :+
TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik
PPV : lochea (+)
Extremitas : edem di kaki (-)
A : Post SC hari ke I atas indikasi partus macet & serotinus
P : Puasa, tirah baring
Tanggal 16 Oktober 2013, jam 07.30 WIB
S : Pasien masih merasa nyeri pada luka operasi di perutnya, kentut (+)
O : Tekanan darah : 130/70 mmHg
Suhu : 36,4C
CA : -/-
C/P : T.A.K
ASI : (+), puting menonjol
BU :+
TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik
PPV : lochea (+)
Extremitas : edem di kaki (-)
A : Post SC hari ke II atas indikasi partus macet & serotinus
P : mobilisasi dini, DC aff

Tanggal 17 Oktober 2013, jam 07.30 WIB


S : Pasien masih merasa nyeri pada luka operasi di perutnya tapi sudah << dari kemarin
O : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36C
CA : -/-
C/P : T.A.K
ASI : (+), puting menonjol
BU :+
TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik
PPV : lochea (+)
Extremitas : edem di kaki (-)
A : Post SC hari ke III atas indikasi partus macet & serotinus
P : Ganti verban, pulang
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan Serotinus

Pengertian
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid
terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan
periode dimana terjadi persalinan normal. Menurut American College of Obstetricians and
Gynecologist, adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap
disebut sebagai post term atau kehamilan lewat waktu. Nama lain kehamilan lewat waktu adalah
kehamilan serotinus, prolonged pregnancy atau post term pregnancy.1

Epidemiologi
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 3,5-14%.
Perbedaan yang lebar disebabkan perbedaan dalam menentukan usia kehamilan. Disamping itu
perlu diingat bahwa para ibu sebanyak 10% lupa akan tanggal haid terakhir disamping sukar
menentukan secara tepat saat ovulasi.

Etiologi
Penyebab kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Akan
tetapi, terdapat beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan post maturitas, adalah faktor
herediter, hormonal, kesalahan penentuan HPHT, kurangnya stimulus pada serviks dan siklus
haid yang tidak teratur.1,2,3

Postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu sehingga diduga mempunyai
hubungan dengan faktor herediter.1,2,3

Faktor hormonal juga turut memegang peranan dalam terjadinya kehamilan lewat waktu.
Hormon-hormon yang turut berperan dalam persalinan normal adalah progesterone, oksitosin,
estrogen dan prostaglandin.2
Pengaruh progesterone
Penurunan hormone progesterone dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian
perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan
dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis
menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya
pengaruh progesterone.1
Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi kesan
atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam
menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang
kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan
postterm.1
Teori kortisol / ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya persalinan
adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol
janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesterone berkurang dan
memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan
tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.1
Saraf uterus
Tekanan pada ganglion sevikalis dari pleksus frankenhauser akan membangkitkan
kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada
kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi, semuanya diduga
sebagai penyebab terjadinya kehamilan post term.1
Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan post term
mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya.
Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu
mengalami kehamilan post term saat melahirkan anak perempuan, maka besar
kemungkinan anak perempuannya akan mengalami post term.
Gangguan dalam produksi maupun metabolisme hormon-hormon tersebut di atas dapat
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan pematangan serviks sehingga ikut berperan dalam
terjadinya kehamilan lewat waktu.2

Kesalahan dalam menentukan tanggal haid terakhir merupakan penyebab yang paling
sering ditemukan. Bahkan dapat terjadi kesalahan perhitungan siklus haid yang disebabkan
akibat penggunaan kontrasepsi hormonal.1

Penyebab lainnya adalah kurangnya stimulus pada serviks akibat kelainan letak janin,
misalnya pada letak sungsang. Pada letak sungsang tidak terjadi penekanan pada ganglion
servikale dari pleksus Frankenhauser yang terletak di belakang serviks. Bila ganglion ini
tertekan, kontraksi uterus dapat dibangkitkan.1,2,3

Penyebab lain yang turut berperan dalam terjadinya kehamilan lewat waktu adalah
ovulasi yang tidak teratur atau fase folikuler yang memanjang/ memendek. Ovulasi atau
fertilisasi diduga terjadi pada 2 minggu sebelum hari haid pertama siklus berikutnya karena
setiap fase sekresi selalu tetap, yaitu 14 hari setelah terjadi ovulasi, akan tetapi fase folikuler
berbeda-beda pada individu yang berbeda. Fase folikuler yang memanjang ataupun memendek
akan mengakibatkan perkiraan yang melewati masa gestasi yang sebenarnya.2

Risiko Kehamilan Serotinus


Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan pertumbuhan janin, gawat
janin, sampai kematian janin dalam rahim. Hal ini disebabkan oleh plasenta (uri) yang
memberikan asupan nutrisi dan oksigen pada janin akan menua mulai sekitar usia kehamilan 37
minggu, yang dapat dilihat dengan sonografi (USG) sebagai perkapuran plasenta. Makin banyak
perkapuran plasenta, semakin sedikit makanan dan oksigen yang diberikan pada janin, sehingga
suatu saat janin akan kekurangan makanan dan oksigen. Sirkulasi utero-plasenta akan berkurang
sampai dengan 50% menjadi 250 ml/menit. Hal ini juga disebabkan oleh adanya insufisiensi
arteri spiralis. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin
dengan resiko 3 kali.1,2
Kematian janin akibat kehamilan lewat waktu ialah terjadi pada 30 % sebelum persalinan,
55 % dalam persalinan dan 15 % post natal. Penyebab utama kematian perinatal ialah hipoksia
dan aspirasi mekonium. Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir adalah suhu yang
tidak stabil, hipoglikemi, polisitemia dan kelainan neurologik.

Jayazeri dkk melakukan penelitian terhadap kadar eritropoetin plasma tali pusat, pada 124
neonatus yang dilahirkan dari usia gestasi 37-43 minggu. Mereka ingin menilai apakah
oksigenisasi janin terganggu akibat penuaan plasenta pada kehamilan lewat waktu. Disimpulkan
bahwa terdapat penurunan oksigen janin pada sejumlah kehamilan lewat waktu.1

Penurunan volume cairan amnion, penurunan aliran darah ginjal dan penurunan produksi
urin janin terjadi pada kehamilan diatas 42 minggu. Hal ini mengakibatkan terjadinya
oligohidramnion. Veille dkk melakukan pemeriksaan pada 50 wanita hamil dengan usia gestasi
40 minggu atau lebih. Dengan menggunakan bentuk-bentuk gelombang Doppler berdenyut,
melaporkan bahwa aliran darah ginjal berkurang pada kehamilan lewat waktu.1,2,3,4

Leveno dan rekan-rekan melaporkan bahwa gawat janin pada kehamilan lewat waktu
merupakan konsekuensi dari kompresi tali pusat. Terjepitnya tali pusat dapat menyebabkan
stimulasi vagus yang menimbulkan peningkatan peristaltik janin dan menyebabkan keluarnya
mekonium. Selain itu pengeluaran mekonium bisa disebabkan juga karena hipoksia janin, pada
keadaan tersebut menyebabkan terjadinya relaksasi otot sfingter ani. Dengan keluarnya
mekonium di dalam uterus dengan keadaan oligohidramnion maka akan menimbulkan terjadinya
mekonium yang kental. Keadaan ini membuktikan adanya gawat janin yang baru terjadi dan bisa
menetap serta bisa pula tidak. Keadaan ini akan menjadi berbahaya karena aspirasi mekonium
dapat mengganggu sistem pernapasan pada bayi (Meconium Aspiration Syndrome). Cairan
amnion yang diwarnai oleh mekonium yang kental mempunyai nilai pH yang lebih rendah serta
lebih bermakna daripada pH cairan amnion dengan mekonium yang encer.1,2,9

Lingkungan intrauterine menjadi tidak optimal sehingga pertumbuhan janin lebih lanjut
akan terhenti dan janin post term mengalami retardasi pertumbuhan. Bayi postmatur
menunjukkan gambaran yang unik dan khas. Pada saat lahir, bayi telah kehilangan berat yang
cukup banyak akibat hilangnya lemak subkutan dan masa otot. Gambarannya dapat berupa kulit
keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus, sigap dan kuku yang biasanya cukup panjang.2
Komplikasi
Komplikasi dapat mengenai ibu dan janin. Komplikasi pada ibu meliputi rasa takut akibat
terlambat lahir dan rasa takut menjalani operasi. Sedangkan komplikasi pada janin meliputi:5,6,7
Oligohidramnion
Air ketuban normal usia 34 37 minggu adalah 1000 cc, aterm adalah amnion kental,
mekonium diaspirasi oleh janin, asfiksia, gawat janin intrauterine. Pada inpartu, aspirasi
air ketuban, nilai apgar rendah, terjadi sindrom gawat janin, dan bronkus paru tersumbat
yang menimbulkan atelektasis.
Janin diwarnai mekonium
Mekonium keluar karena refleks vagus terhadap usus. Peristaltik usus dan terbukanya
sfingter ani membuat mekonium keluar. Aspirasi air ketuban serta mekonium dapat
menimbulkan gangguan pernafasan bayi- janin, gangguan sirkulasi bayi setelah lahir dan
hipoksia intrauterine sampai kematian janin.
Makrosemia
Dengan plasenta masih baik terjadi tumbuh-kembang janin dengan berat 4500 gram
disebut makrosemia. Akibat kondisi ini pada persalinan (tindakan operasi seksio sesarea,
trauma persalinan operasi vaginal karena distosia bahu) dapat menimbulkan kematian
bayi dan trauma jalan lahir ibu.
Dismaturitas bayi
Usia kehamilan 37 minggu luas plasentanya 11 m2, selanjutnya terjadi penurunan fungsi
akibat tidak berkembangnya atau terjadinya kalsifikasi dan aterosklerosis pembuluh
darah. Penurunan kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan perubahan metabolisme
menuju anaerob. Pada keadaan ini terjadi badan keton dan asidosis, otot makin lemah,
dan berwarna mekonium. Kuku tampak tajam dan kulit keriput. Tali pusat lembek,
mudah tertekan dengan disertai oligohidramnion.

Bahaya yang dikemukakan adalah:


Kemungkinan bahaya kematian anak di dalam rahim bertambah.
Besarnya anak yang berlebihan dapat menimbulkan kesukaran pada persalinan.
Sebaliknya anak kecil disebabkan penurunan fungsi plasenta.
Penentuan Taksiran Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan:
variasi siklus haid
kesalahan perhitungan oleh ibu, dan sebagainya
Perhitungan usia kehamilan umumnya memakai rumus Naegele, tetapi selain pengaruh
faktor diatas masih ada faktor siklus haid dan kesalahan perhitungan. Sebaliknya Boyce
mengatakan dapat terjadi kehamilan lewat waktu yang tidak diketahui akibat masa proliferasi
yang pendek.
Kini dengan adanya USG maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih tepat terutama bila
dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11 minggu sehingga penyimpangan hanya 1
minggu. Tapi masih juga merupakan masalah pada kehamilan multipel/ kembar, karena masing-
masing janin akan berukuran lebih kecil daripada pada kehamilan tunggal yang normal.
Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu ialah meningkatnya resiko
kematian dan kesakitan perinatal. Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu dapat
menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan aterm. Disamping itu ada pula komplikasi yang lebih
sering menyertainya seperti letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan perdarahan
post partum.

Manifestasi Klinis
Keadaan klinis pada ibu yang dapat ditemukan ialah dirasakan gerakan janin yang jarang,
yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/ menit atau secara obyektif dengan KTG
(kardiotokografi) kurang dari 10 kali/ menit. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu
yaitu:1
Tidak ada lanugo
Kuku panjang
Rambut kepala banyak dan tebal
Kulit berkeriput, mengelupas dan berwarna kekuningan
Kadang-kadang anak agak kurus
Air ketuban sedikit dan mengandung mekonium
Biasanya lebih berat dari bayi matur.
Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur.
Diagnosis
Kadang sulit untuk menentukan post datisme karena:
Siklus haid yang tidak teratur atau adanya variasi siklus haid.
Dalam masa laktasi, pemakaian kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan atau susuk) yang
mengalami kehamilan.
Pemeriksaan umur kehamilan dengan:8
Anamnesa dihitung dari hari pertama haid terakhir, dengan menggunakan
rumus Naegele (kalau perlu disesuaikan dengan lama daur haid, kalau kurang/
lebih 28 hari)
USG BPD dan panjang femur secara serial, evaluasi air ketuban dan keadaan
plasenta.

Pencegahan
Kehamilan lewat waktu dapat berulang. Kemungkinan terjadinya lebih besar pada
mereka yang sudah pernah mengalaminya. Pencegahan dapat dilakukan dengan:1
Melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali
pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13
minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu).
Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai
usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 8 bulan dan seminggu sekali pada
bulan terakhir.

Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan
mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.

Penilaian Keadaan Janin


Yang terpenting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah pemantauan keadaan
janin karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penilaian keadaan janin
dapat dilakukan dengan:
melakukan pr ofil biofisik yakni gabungan antara pemeriksaan USG (melihat keadaan
janin, jumlah cairan amnion, gerakan pernapasan janin dan denyut jantung janin).
dikombinasikan dengan pemeriksaan KTG (kardiotokografi), yakni pemantauan
kesejahteraan janin. Bila KTG menunjukkan pencatatan jantung janin yang reaktif, janin
masih baik dan masih boleh tinggal di dalam rahim ibu satu minggu.

Pada kehamilan normal, apabila 1 minggu setelah tanggal taksiran kehamilan belum ada
tanda -tanda mulai persalinan, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG lagi. Hal-hal yang
dinilai pada dasarnya sama dengan pemeriksaan pada usia kehamilan 32-36 minggu yaitu
kesejahteraan janin (beserta keadaan cairan ketuban), grading plasenta dan keadaan tali pusat.
Disini kepentingannya lebih kearah apakah saat itu sudah diperlukan terminasi/ pengakhiran
kehamilan lebih dini sebelum kehamilan memasuki masa lewat bulan (serotinus). Misalnya pada
keadaan skor kesejahteraan janin yang berkurang, volume cairan amnion sedikit, atau grading
plasenta derajat III.
Pemeriksaan USG pada usia kehamilan 41 minggu juga dapat digunakan untuk
menentukan cara persalinan yang terbaik, apakah masih bisa secara per vaginam (persalinan
normal) atau harus melalui bedah cessarea, misalnya pada keadaan kesejahteraan janin yang
jelek (non-reassuring fetal status), air ketuban habis (indeks cairan amnion kurang dari 3),
dengan pertimbangan apabila dilakukan induksi persalinan akan lebih memperparah kondisi
hipoksia janin yang sudah terjadi.

Tes kesejahteraan janin


Kejadian kehamilan post term tidak dapat diprediksi. Sekali terdiagnosa, kehamilan dapat
diterminasi dengan induksi persalinan atau manajemen konservatif sampai dimulainya persalinan
normal. Jika dipilih untuk menunggu sampai terjadinya persalinan, kesejahteraan janin harus
dimonitor dengan pemeriksaan yang tersedia.

a. Metode biokimia
Untuk mendapatkan interpretasi hasil yang tepat, periode kehamilan harus diketahui.
Lebih jauh, pemeriksaan serial dibutuhkan untuk menggambarkan kesimpulan
bermakna, karena rentang nilai normal yang luas. Hasil meliputi status janin terkini
dari beberapa hari sebelumnya dan tidak prognostik untuk kesehatan janin, kecuali
secara sangat tidak langsung. Hasil biasanya belum tersedia sampai beberapa jam
setelah pengiriman sampel tes. Nilai estriol rendah dalam hal kesehatan janin harus
dipikirkan keadaan defisiensi sulfatase plasenta.9

b. Kurva pergerakan janin


Aktivitas janin dinilai sebagai pergerakan janin, telah ditemukan berhubungan
dengan kesejahteraan janin. Teknik monitoring yang telah diperkenalkan secara luas
bahwa hitung 10 gerakan janin dimana 10 episode aktivitas janin diperkirakan dalam
periode 12 jam. Ibu-ibu hamil yang sibuk atau kurang pengetahuan, kadang-kadang
tidak menaruh perhatian atau datang terlambat saat tidak ada gerakan janin,demikian
mencegah tindakan apapun yang mungkin diambil untuk menurunkan resiko hasil
akhir janin yang jelek. Sementara ibu hamil lainnya tidak dapat merasakan gerakan
janin sama sekali dan untuk mereka metode ini sangat tidak cocok.9

c. Persepsi ibu terhadap gerakan janin yang diprovokasi suara (mp- SPFM)
Janin normal menunjukkan fleksi-ekstensi gerakan extremitas atau refleks positif
terhadap respon stimulus vibroakustik. Hal tersebut mengindikasikan SSP dan jalur
sensori somatomotorik yang intak. Persepsi ibu tersebut berhubungan dengan NST
(non stress test) reaktif dan mungkin lebih berarti dirumah sakit-rumah sakit dimana
fasilitas untuk menampilkan NST terbatas.9

d. NST (non stress test)


NST adalah rekaman DJJ (denyut jantung janin) antepartum secara kontinyu pada
KTG (kardiotokografi) selama 20-40 menit untuk mengevaluasi kesejahteraan janin.
Definisi DJJ yang normal, suspisius dan abnormal telah dideskripsikan oleh FIGO
(Federation International of Obstetricians).

Normal reaktif DJJ yaitu dalam 10 menit, BSL antara 110 dan 180 bpm, variabilitas
10-25 bpm, tidak ada deselerasi dan 2 akselerasi 15 bpm diatas BSL selama 15
detik. Jika akselerasi tidak terjadi dalam 10 menit pertama, kurva harus dilanjutkan
minimal 40 menit sejak konfirmasi kurva tersebut adalah non-reaktif.

Pada kurva reaktif dengan variabilitas BSL yang bagus, deselerasi terisolasi yang
<15 bpm dari BSL dan berakhir <15 detik atau <30 detik mengikuti akselerasi, tidak
signifikan terhadap fetal compromise. Kalau janin tidak reaktif, walaupun dengan
stimulasi janin atau jika menunjukkan deselerasi >15 bpm, merupakan indikasi
kemungkinan compromise dan ini merupakan indikasi untuk mengakhiri kehamilan.

e. Contraction Stress Test (CST) atau FAST


FAST (Fetal Acoustic Stimulation Test) adalah stimulasi vibroakuistik yang
digunakan untuk merangsang akselerasi DJJ, suatu jalan yang berguna untuk
menurunkan jumlah kurva non-reaktif dan untuk memperpendek waktu test.
Pemeriksaan ini bersifat invasif, mengharuskan pemeriksaan terbatas di tempat tidur
dan membutuhkan waktu sebentar untuk opname. FAST tidak menampilkan tekanan
kontraksi uterus dan begitu juga tidak memperlihatkan situasi yang potensial
compromise dalam persalinan tetapi menghasilkan kurva reaktif yang dapat
dibandingkan dengan NST dan hasil akhir perinatal yang mirip antara kurva yang
reaktif secara spontan atau hasil akhir FAST.3

f. Pemeriksaan volume cairan amnion


Urin janin memberi pengaruh signifikan terhadap cairan amnion. Oligohidramnion
berat sering ditemukan pada agenesis renal bilateral. Dengan menurunnya fungsi
plasenta, perfusi ke otak dan jantung dihubungkan dengan penurunan perfusi ke
sistem organ lain meliputi ginjal. Ini mengarah pada reduksi pembentukan urin janin
dan demikianlah oligohidramnion menimbulkan komplikasi retardasi pertumbuhan
intrauterin yang berat. Fetal compromise karena penurunan fungsi plasenta secara
gradual dapat dimonitor dengan penilaian volume cairan amnion. Pada kehamilan
post term, mekanisme umum terjadinya fetal compromise tampak pada penekanan
tali pusat. Evaluasi volume dengan palpasi tidak dapat dipercaya sepenuhnya
sehingga pemeriksaan dengan ultrasound menjadi lebih objektif.3

g. Biophysical profile (BPP)

BPP terdiri dari pemeriksaan ultrasound untuk mengevaluasi gerakan janin, tonus
janin, gerakan nafas janin dan kedalaman kantong vertikal cairan amnion terbesar,
digabungkan dengan NST. Masing-masing variabel diberi nilai 0 atau 2, tidak ada
nilai tengah 1.Skor 8 atau 10 merupakan indikasi kondisi janin yang baik. Tes ulang
pada kehamilan postterm sebaiknya 2 kali per minggu. Jika skor 6, maka perlu
dilakukan pemeriksaan ulang 4-6 jam kemudian dan keputusan berdasarkan skor
terakhir.Skor 4 atau kurang adalah indikasi untuk persalinan.

Modified BPP (mBPP) dimana hanya parameter ultrasound yang dievaluasi (tanpa
NST) sama-sama dapat dipercaya. Indikasi untuk terminasi adalah AFI< 6, NST
non-reaktif walaupun dengan pemeriksaan FAST dan test ulang, deselerasi >15 bpm
yang berakhir >15 detik atau >30 detik jika diikuti dengan akselerasi.3

Tabel 1. Kriteria BPP


Komponen Skor 2 Skor 0

volume cairan amnion Kantong cairan amnion kantong cairan amnion


vertikal tunggal >2 cm vertikal terbesar < 2 cm

gerakan nafas janin 1 atau lebih episode ritmis abnormal, tidak ada atau
gerakan nafas janin 30 atau gerakan nafas tidak efisien
lebih dari 30

gerakan janin 3 gerakan tubuh yang abnormal, tidak ada atau


terpisah atau extrimitas gerakan yang tidak efisien
dalam 30 detik

tonus janin Minimal 1 ekstensi abnormal, tidak ada atau


extrimitas janin dengan tonus janin tidak efisien
kembali ke flexi atau
membuka menutup tangan

NST Reaktif non-reaktif

Sumber: American Family Physician, 2005.


Tabel 2. Kriteria NST

Hasil Kriteria

Reaktif (normal) Selama 20 detik 2 akselerasi DJJ pada minimal 15 bpm


diatas BSL, masing-masing akselerasi berakhir minimal 15
detik. Gerakan bayi dapat/tidak dapat dibedakan oleh pasien

Non reaktif (abnormal) Tidak terjadi akselerasi pada lebih dari periode 40 menit

Sumber: American Family Physician, 2005.

Tabel 3. Perkiraan Volume Cairan Amnion Berdasarkan Pemeriksaan Ultrasound


Tehnik pemeriksaan Oligohidramnion Normal Polihidramnion

AFI 0-5 cm 5,1-25 cm >25 cm

Kantong terdalam tunggal 0-2 cm 2,1-8 cm >8 cm

Kantong diameter 2 0-15 cm 15,1-50 cm >50 cm

Sumber: American Family Physician, 2005.

Penanganan
a. Ibu dirawat di rumah sakit, bila:
1. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
2. Terdapat hipertensi dan preeklampsia.
3. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
4. Pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat di rumah sakit.
Pada post datisme prinsipnya harus dilakukan terminasi kehamilan.
b. Tindakan operasi sectio cessarea dapat dipertimbangkan pada:
a) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.
b) Makrosemia, riwayat obstetrik buruk, induksi gagal, ibu dengan penyakit tertentu.
c) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat janin.
d) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, preeklampsia, hipertensi
menahun, anak berharga (infertilitas) dan kelainan letak janin.
e) Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi: janin post matur kadang-kadang besar dan kemungkinan disproporsi
sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur
lebih peka terhadap sedatif dan narkose. Jadi pakailah anestesi spinal. Jangan lupa,
perawatan neonatus postmaturitas perlu dibawah pengawasan dokter anak.
Partus Macet

Definisi
Keadaan dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama
sehingga timbul komplikasi ibu maupun janin (anak). Partus macet merupakan persalinan yang
berjalan lebih dari 2 jam untuk primigravida dan 1 jam untuk multigravida pada kala II dimana
pembukaan sudah lengkap sehingga bayi tak kunjung lahir.10

Etiologi
Penyebab persalinan lama dikarenakan 3 faktor yaitu:10
- Power
Ibu kurang kuat mengejan
- Passage
Kelainan panggul, terjadi ketidakseimbangan sefalopelfik (Cephalo Pelvic
Disproportion)
- Passenger
Kelainan letak janin

Diagnosis
Dalam mendiagnosis suatu proses persalinan merupakan partus macet dapat dilihat dari:
1. Keadaan umum ibu
- Dehidrasi, panas
- Meteorismus, shock
- Anemia, oliguri
2. Palpasi
- His lemah
- Gerak janin tidak ada
- Janin mudah diraba
3. Auskultasi
Denyut jantung janin, takikardia, irreguler, negatif (jika janin sudah mati)
4. Pemeriksaan dalam
- Keluar air ketuban yang keruh dan berbau bercampur dengan mekonium
- Bagian terendah anak sukar digerakkan, mudah didorong jika sudah terjadi
rupture uteri
- Suhu rectal lebih tinggi 37,50C

Gejala klinis
1. Tandatanda kelelahan dan intake yang kurang
- Dehidrasi, nadi cepat dan lemah
- Meteorismus
- Febris
- His yang hilang/ melemah
2. Tandatanda rahim pecah (ruptur uteri)
- Perdarahan melalui orifisium eksternum
- His yang hilang
- Bagian janin yang mudah teraba
- Robekan dapat meluas sampai cervix dan vagina
3. Tanda infeksi intra uteri
- Keluar air ketuban berwarna keruh kehijauan dan berbau, kadang bercampur dengan
meconium
- Suhu rectal > 37,50 c
4. Tanda gawat janin
- Air ketuban bercampur dengan mekonium
- Denyut jantung janin irreguler
- Gerak anak berkurang atau hiperaktif (gerak konvulsif)

Komplikasi
Ibu:
1. Infeksi sampai sepsis
2. Asidosis dengan gangguan elektrolit
3. Dehidrasi, syock, kegagalan fungsi organ-organ
4. Robekan jalan lahir
5. Fistula buli-buli, vagina, rahim dan rectum
Janin:
1. Gawat janin dalam rahim sampai meninggal
2. Lahir dalam asfiksia berat sehingga dapat menimbulkan cacat otak menetap
3. Trauma persalinan, fraktur clavicula, humerus, femur
KESIMPULAN

Kehamilan serotinus adalah kehamilan lewat waktu berarti kehamilan yang melampaui
usia 294 hari (42 minggu) dengan gejala kemungkinan komplikasinya yaitu oligohidramnion,
janin diwarnai mekonium, makrosemia, dan dismaturitas bayi.

Penyebabnya mungkin adalah faktor herediter, hormonal (progesterone, oksitosin,


estrogen dan prostaglandin), kesalahan penentuan HPHT (ovulasi yang tidak teratur atau fase
folikuler yang memanjang/ memendek), kelainan letak janin (penekanan pada ganglion servikale
dari pleksus Frankenhauser), kurangnya stimulus pada serviks dan siklus haid yang tidak teratur.

Masalah yang dihadapi pada kehamilan lewat waktu meliputi:


Identifikasi resiko pada janin
Waktu yang tepat untuk melakukan persalinan
Menentukan persalinan pervagina versus per abdomen

Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan pertumbuhan janin, gawat
janin, sampai kematian janin dalam rahim. Hal ini disebabkan oleh plasenta (uri) yang
memberikan asupan nutrisi dan oksigen pada janin akan menua mulai sekitar usia kehamilan 37
minggu.

Komplikasi dapat mengenai ibu dan janin. Komplikasi pada ibu meliputi rasa takut akibat
terlambat lahir dan rasa takut menjalani operasi sedangkan komplikasi pada janin meliputi:
Oligohidramnion
Janin diwarnai mekonium
Makrosemia
Dismaturitas bayi

Pada kehamilan serotinus bahaya yang dikemukakan adalah kemungkinan bahaya


kematian anak di dalam rahim bertambah dan besarnya anak yang berlebihan dapat
menimbulkan kesukaran pada persalinan. Sebaliknya anak kecil disebabkan penurunan fungsi
plasenta.
Diagnosis kehamilan serotinus berdasarkan:
Penentuan taksiran persalinan
Penilaian janin

Kehamilan lewat waktu dapat berulang dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan
kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama, 1 kali
pada trimester ke dua, dan 2 kali trimester ketiga. Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan
kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 8
bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir.

Tindakan operasi sectio cessarea dapat dipertimbangkan pada kehamilan serotinus jika
terdapat:
Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.
Makrosemia, riwayat obstetrik buruk, induksi gagal, ibu dengan penyakit tertentu.
Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat janin.
Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, preeklampsia, hipertensi
menahun, anak berharga (infertilitas) dan kelainan letak janin.

Partus macet merupakan persalinan yang berjalan lebih dari 2 jam untuk primigravida
dan 1 jam untuk multigravida pada kala II dimana pembukaan sudah lengkap sehingga bayi tak
kunjung lahir.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008.hal.685-95.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Postterm
Pregnancy. In: Williams Obstetrics. 22nd ed. New York: McGraw-Hill companies;
2005.p.881-90.
3. Pernoll ML. Benson & Pernoll handbook of obstetric and gynecology. 10th ed. Boston:
McGraw-Hill companies; 2001.p.360-3.
4. Standar pelayanan medik Obstetri dan Ginekologi. POGI, 2006.
5. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D, dkk. Buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2001.
6. Drife J, Magowan BA, dkk. Clinical obstetrics and gynecology: Prolonged Pregnancy.
London: Saunders; 2004.hal.317-8.
7. James DK, Mahomed K, Stone P, Wijngaarden W, Hill LM. Evidence based obstetrics:
Prolonged Pregnancy. London: Elsevier science; 2003.p.348.
8. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obsetri dan Ginekologi RS Dr. Hasan Sadikin. Bagian Obsetri
dan Ginekologi FK UNPAD. Bandung; 2005.hal.18-19.
9. Serotinus. Diunduh dari www.scribd.com. 30 November 2013.
10. Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008.hal.574-5.

Anda mungkin juga menyukai