Bahan Tambahan Pangan adalah bahan/campuran bahan yang secara alami bukan
merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan
untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Sesuai dengan PERMENKES No.
33 Tahun 2012 penggolangan BTP adalah sebagai berikut :
Bahan pewarna makanan dibagi menjadi 2 jenis yaitu pewarna alami dan
pewarna sintetis.
Pewarna alami adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstraksi, isolasi,
atau derivatisasi (sintesis parsial) dari tanaman, hewan, mineral atau sumber
alami lain termasuk pewarna identik alami.
Contoh : Tartrazin Cl. No. 19140; Kuning kuinolin Cl. No. 47005;
Kuning FCF Cl. No. 15985 (sunset yellow FCF); Karmoisin Cl. No.
14720; Eritrosin Cl. No. 45430; Biru berlian FCF Cl. No. 42090; dan
Hijau FCF Cl. No. 42053.
Bahan pewarna yang telah disebutkan diatas adalah BTP yang diperbolehkan
untuk digunakan pada makanan, akan tetapi ada beberapa pewarna terlarang
dan berbahaya yang sering ditemukan pada pangan/jajanan, yang sebenarnya
bukan BTP melainkan pewarna tekstil yaitu Metanil Yellow (kuning metanil)
yang berwarna kuning, Auramin berwarna kuning dan Rhodamin B yang
berwarna merah. Bahaya ketiga perwarna ini telah di buktikan menyebabkan
kanker yang gejalanya tidak dapat terlihat langsung setelah dikonsumsi
melainkan jangka panjang.
Pemanis alami adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam
meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi.
Pemanis buatan adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa
tersebut tidak terdapat di alam. Pemanis buatan sering ditambahkan ke dalam
makanan dan minuman sebagai pengganti gula karena mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan pemanis alami (gula tebu/sukrosa), yaitu :
Pada saat ini masih banyak ditemukan penggunaan bahan pengawet yang
dilarang namun digunakan dalam makanan dan berbahaya bagi kesehatan,
misalnya boraks dan formalin. Boraks dan formalin bukan pengawet untuk
pangan.
Boraks atau pijer atau bleng (bahasa jawa) adalah campuran garam mineral
konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan
tradisional, seperti karak dan gendar, sinonimnya natrium biborat, natrium
piroborat, natrium tetraborat. Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks,
sementara asam borat murni buatan industri farmasi lebih dikenal dengan
nama boraks. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan
pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pembasmi kecoa.
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di
dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya
ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin biasa
digunakan pada industri plastik, anti busa, bahan konstruksi, kertas, karpet,
tekstil, cat, mebel serta pengawet mayat dan organ tubuh.
Makanan yang sering ditambahkan boraks adalah kerupuk karak, baso, mie
basah, pisang molen, lemper, siomay, lontong, ketupat, dan pangsit.
Sedangkan yang ditambahkan formalin adalah tahu, mie basah, ikan segar dan
hasil laut, tempura, dan gula jawa.
Ikan segar yang menggunakan formalin tidak rusak sampai 3 hari pada
suhu kamar, insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, dan
memiliki bau menyengat khas formalin.
Mie basah yang menggunakan formalin biasanya lebih awet sampai 2 hari
pada suhu kamar (25 derajat celcius), berbau menyengat, kenyal, tidak
lengket dan agak mengkilap.
a. Bahaya akut:
o Badan berasa tidak enak (malaise), mual nyeri hebat pada perut
bagian atas (epigastric), pendarahan gastro-enteritis disertai
muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan sakit kepala
b. Bahaya kronis/jangka panjang:
o Hilangnya nafsu makan (anorexia), turunnya berat badan, iritasi
ringan disertai gangguan pencernaan, kulit ruam dan merah-merah,
kulit kering dan mukosa membran dan bibir pecah-pecah, lidah
merah, radang selaput mata, anemia, kerusakan ginjal, kegagalan
sistem sirkulasi akut, dan bahkan kematian
a. Bahaya akut:
o Iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar,
sakit perut dan pusing
b. Bahaya kronis/jangka panjang:
o Iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing,
rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa
gatal di dada, Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung,
otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Bila
dikonsumsi menahun dapat menyebabkan kanker