Anda di halaman 1dari 3

A.

Marasmus
Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih
kekurangan kalori daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai berikut :
1. Intake kalori yang sedikit.
2. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
3. Kelainan struktur bawaan.
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates.
5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
6. Gangguan metabolism.
7. Tumor hipotalamus.
8. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang.
9. Urbanisasi.

Patologi : yang mencolok pada keadaan nutritional marasmus ialah pertumbuhan yang
berkurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak bawah kulit. Pada
permulaan kelainan demikian merupakan proses fisiologik. Untuk berlangsungnya hidup
jaringan, maka tubuh memerlukan energi yang tidak dapat dipenuhi oleh makanan yang
diberikan, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein dipakai juga
untuk memnuhi energi.
Gejala klinis pada marasmus : kehilangan berat badan dan lesu hingga sangat kurus, kulit
keriput dan longgar akibat kehilangan lemak subkutan, abdomen membesar atau flat dengan pola
usus terlihat, atrofi otot, hambatan pertumbuhan yang nyata, tinggal tulang, perut sering dipenuhi
cacing, kepala lebih besar dari badan, anemia normokromik normositik, defisiensi multivitamin,
wajah seperti orang tua, tidak edema, baggy pant dan suhu tubuh bisa rendah.
Karena tidak ada edema, maka marasmus sering disebut non edematous protein calorie
malnutrition.

B. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah
besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Penyebabnya adalah :
1. Intake protein yang buruk.
2. Infeksi suatu penyakit.
3. Masalah penyapihan.

Patologi : pada kwashiorkor klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel menyebabkan
edema dan perlemakan hepar. Kelainan ini merupakan gejala yang mencolok. Pada penderita
defisiensi protein tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan, oleh sebab
persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dari dietnya. Namun, kekurangan protein
dalam diet menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial untuk sintesis.
Gejala klinis pada kwashiorkor : pitting edema, pertumbuhan tidak memadai, kurangnya
stamina, kehilangan massa atau jaringan otot, rambut menjadi jarang, tipis, berubah waran dan
tidak rontok, flaky paint, perut buncit, hepatomegali, crazy pavement dermatosis, perut buncit,
hipoalbuminemia, anemia, wajah sembab, defisiensi multivitamin, anoreksia, cengeng,
kegagalan adapasi, stress, dan biasanya terjadi pada anak yang lebih besar.
Dari sekian banyak gejala klinis, tetapi ada beberapa gejala klinis tersebut khas pada
penderita kwashiorkor. Tanpa gejala klinis yang khas ini, penegakkan diagnosis kwashiorkor
tidak dapat ditegakkan. Gejala yang khas tersebut adalah pitting edema, hipoalbuminemia,
rambut yang tidak hitam, mudah rontok, jarang dan tipis, perut buncit karena hepatomegali, dan
crazy pavement dermatosis. Karena adanaya edema, maka kwashiorkor bisa disebut edematous
protein calorie malnutrition.

C. Marasmik Kwashiorkor
Marasmik kwashiorkor adalah suatu sindrom protein calorie malnutrition di mana
ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga terdapat gejala-gejala kwashiorkor. Jadi, marasmik
kwashiorkor merupakan sindrom perpaduan dari marasmus dan kwashiorkor.

D. Penyebab Gizi Buruk


Sindrom protein calorie malnutrition dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan
etiologinya yaitu :
1. Protein calorie malnutrition primer atau eksogen. PCM primer terjadi karena intake yang
inadekuat. Hal ini dikarenakan kemiskinan, komposisi makanan yang tidak tepat,
alkoholisme, drug addiction, alergi makanan, tidak makan, idiosyncrasy (pantang makan
makanan tertentu ), fad diet (makanan yang tidak sehat), dan lain sebagainya yang bisa
membuat intakenya inadekuat.
2. Protein calorie malnutrition sekunder atau endogen. PCM sekunder yang terjadi tidak
dikarenakan intake yang inadekuat, tetapi lebih dikarenankan oleh faktor lain seperti
peningkatan kebutuhan nutrisi. Pada intinya adanya gangguan metabolisme atau
malabsorpsi.

E. Metabolisme Karbohidrat, Protein, dan Lemak


Makanan yang masuk ke saluran pencernaan tentunya akan diabsorpsi oleh tubuh.
Karbohidrat dalam makanan yang masuk awalnya akan dicerna di mulut oleh enzim ptyalin.
Setelah menjadi bolus di mulut, bolus tersebut masuk ke lambung lalu ke usus halus. Di usus
halus, bolus tersebut dirombak menjadi glukosa agar dapat diserap oleh villi usus halus. Enzim
yang merombaknya adalah enzim amylase dari pancreas. Setelah diserap, lalu diedarkan ke sel-
sel yang membutuhkan. Metabolismenya terdiri dari pelepasan energi dari molekul glukosa
melalui jalur glikolisis, pembebasan energy dari glukosa melalui jalur pentosa fosfat,
pembebasan energi secara anaerobik, penyimpanan glikogen di dalam hati dan otot dan
glukoneogenesis.
Untuk protein, setelah protein dicerna oleh enzim-enzim protein, seperti pepsin, menjadi
asam amino, maka akan diserap oleh usus halus. Metabolism protein terdiri dari sintesis asam
amino, oksidasi dan deaminasi asam amino,dan glukoneogenesis dan ketogenesis.
Lemak merupakan penghasil kalori yang terbesar. Pencernaan lemak dipengaruhi oleh
enzim lipase. Setelah menjadi asam lemak dan gliserol, baru bisa diserap. Selain itu, ada
esterifikasi kolesterol dan fosfolipid. Kolesterol ini diedarkan oleh lipoprotein tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai