Disusun Oleh :
1. DENI SETYAWATI
2. LINDA LESTARI
3. LITA SISWANTI
JURUSAN IPA
KABUPATEN WONOGIRI
2007/2008
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr,wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya karya
ilmiah ini yang berjudul FERMENTASI URINE SAPI SEBAGAI PUPUK CAIR
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN.
Dalam penulisan dan penyusunannya kami tidak mengalami kendala yang berarti. Hal ini
tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada :
Wassalamualaikum wr,wb.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Kesimpulan................................................................................................... 11
B. Saran.............................................................................................................. 11
DAFTAR LAMPIRAN
5. Foto Pengemasan
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk memenfaatkan urine sapi sebagai pupuk cair
untuk meningkatkan produksi pertanian. Penelitan ini dilaksanakan selama bulan
Desember 2007, bertempat di Laboratorium Biologi SMA Pancasila 1 Wonogiri.
Komposisi bahan yang digunakan adalah: urine sapi, lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe,
kencur, butrowali, tetes tebu. Dari hasil penelitian yang dipoeroleh kesimpulan bahwa
urine sapi bisa dibuat pupuk cair dengan menambahkan bahan - bahan tambahan seperti
lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, butrowali. Bahan - bahan tadi berfungsi untuk
menghilangkan bau urine sapi. Sedangkan untuk tetes tebu berfungsi untuk fermentasi
dan memenyuburkan mikroorhanisme yang ada didalam tanah, tetes tebu ini sendiri
mengandung bakteri Sacharomyces Sereviceae yang berfungsi untuk fermentasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa urine sapi bisa dibuat pupuk cair
yang sangat menyuburkan tanaman pertanian.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
SOEJADI, BcHk
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini sangatlah
mudah dan tidak membutuhkan waktu lama serta baik untuk tanaman dibandingkan
dengan pupuk buatan pabrik. Bahan yang digunakan untuk membuat pupuk cair ini
juga mudah di dapat dan biayanya relatif murah. Dengan adanya pembuatan pupuk
cair ini masyarakat diharapkan mau mencoba membuat dan memakinya.
B. Pembatasan masalah
C. Permasalahan
Apakah urine sapi (Bison benasus L) bisa dijadikan pupuk cair untuk meningkatkan
produksi pertanian?
D. Tujuan Penelitian
Untuk memanfaatkan urine sapi (Bison benasus L) untuk dibuat pupuk cair untuk
meningkatkan produksi pertanian
E. Manfaat Penelitian
LANDASAN TEORI
Kunyit sudah lama dikenal sebagai tanaman untuk bumbu dapur. Selain
itu, kunyit juga sudah turun temurun digunakan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit. Akhir-akhir ini, kunyit juga sudah diolah secara modern dalam skla industri
sebagai bahan baku obat, kosmetik, dan pewarna tekstil. Ramuan obat berbahan
kunyit dijelaskan dalam buku ini dengan tujuan agar pembaca dapat mengolah sendiri
resep-resep tersebut ( Winarto, 2004).
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Order : Zingiberales
Famili : Zingiberacea sp
( Wikipeda.Org, 2007)
Infeksi cacing tidak selalu menimpa anak-anak. Siapa pun bisa terinfeksi
bila pola hidupnya kurang higienis. Untuk mengusir cacing dari saluran pencernaan
kita itu bisa digunakan bahan-bahan alami di sekitar kita. Di antaranya temu ireng
(hitam) atau temu giring ( Aliadi, 1996).
Tetes atau ampas tebu adalah cairan kental sisa kristalisasi dari pabrik
gula. Badek adalah bibit fermentasi ciu yang diambil dari sisa penyulingan ciu
sebelumnya. Setelah diaduk, pada permukaan campuran bahan dasar ciu akan keluar
buih. Campuran bahan dibiarkan sampai tujuh hari sampai buih menghilang, baru
siap dimasak, Bagi pembuat ciu, kalau badek habis atau tak sanggup menghasilkan
buih pada campuran bahan ciu, berarti produksi mandek. Hasil sulingan tetes tebu
biasanya mengandung alkohol 30-45 persen. Produsen ciu di Bekonang umumnya
juga memproduksi alkohol 90 persen. Alkohol itu campuran tetes tebu yang disuling
dua kali. Setelah jadi ciu, dimasak lagi, ditambah zat kimia kostik. Jadinya alkohol 90
persen,.Dari 200 liter campuran bahan akan menghasilkan 30 liter ciu setelah
melewati tiga jam penyulingan. Kalau tetesnya bagus uapnya keluar cepat. Kalau
jelek bisa empat jam baru selesai, Ciu paling jelek kandungan alkoholnya berkisar 25
persen. Hasil sulingan ciu berwarna agak keruh ( Taman Kembang Pete, 2006)
Wibowo (1989) menyatakan bahwa fermentasi sering didefinisikan
sebagai proses pemecahan karbohidrat dari asam amino secara anaerobik yaitu tanpa
memerlukan oksigen. Karbohidrat terlebih dahulu akan dipecah menjadi unit - unit
glukosa dengan bantuan enzim amilase dan enzim glukosidose, dengan adanya
kedua enzim tersebut maka pati akan segera terdegradasi menjadi glukosa, kemudian
glukosa tersebut oleh khamir akan diubah menjadi alkhohol.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
1. Tempat
2. Waktu
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Urine sapi (Bison benasus L) di tampung dan dimasukkna ke dalam drum plastik
2. Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, ditumbuk sampai halus
kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik, maksud penambahan bahan-bahan
ini untuk menghilangkan bau urine ternak dan memberikan rasa yang tidak
disukai hama.
3. Setelah itu tetes tebu dimasukkan kedalam drum plastik, lalu dimasukkan starter
Sacharomyces cereviceae. Tetes tebu dan starter Sacharomyces cereviceae ini
berguna untuk fermentasi dan nantinya setelah jadi pupuk cair bisa menambah
jumlah mikroba menguntungkan yang ada didalam tanaah.
4. Fermentasi urine didiamkan selama 14 hari dan diaduk setiap setiap hari.
6. Setelah 14 hari pupuk cair sudah jadi kemudian disaring dan dikemas.
Setelah pembuatan pupuk cair selesai hasilnya bagus. Urine sapi (Bison
benasus L) sebelum difermentasi warnanya coklat kekuning-kuningan, baunya masih
berbau urine, tetapi setelah difermentasi warnanya berubah menjadi coklat kehitam-
hitaman, dan sudah tidak berbau urine. Penulis sudah mencobakan pada tanaman
sayur dan bunga ternyata bagus. Tanaman sayuran dan bunga yang telah diberi pupuk
cair ini menjadi lebih subur, daunnuya kelihatan segar dan hijau serta ulat yang
menghinggapinya hilang. Pupuk cair ini juga dapat meningkatkan keuntungan
pertanian serta memberikan keuntungan bagi kita.
1.Pengeluaran
Harga
NO Uraian Jumlah
Per satuan Total
A Bahan
1 Urine sapi (Bison benasus L) 10 Liter Rp. 1000 Rp. 10.000
2 Lengkuas 2 Ons Rp. 750 Rp. 1.500
3 Kunyit 2 Ons Rp. 750 Rp. 1.500
4 Temu ireng 2 Ons Rp. 750 Rp. 1.500
5 Jahe 2 Ons Rp. 750 Rp. 1.500
6 Kencur 2 Ons Rp. 750 Rp. 1.500
Harga
NO Uraian Jumlah
Per satuan Total
7 Butrowali 2 Ons Rp. 500 Rp. 1.000
8 Tetes/starter Sacharomyces cereviceae 0,5 Liter Rp. 2.000 Rp . 1.000
Total Bahan Rp. 19.500
B Alat
1 Drum Plastik 1 buah Rp. 10.000 Rp. 10.000
2 Saringan 1 buah Rp. 2.000 Rp. 2.000
3 Botol bekas 5 buah Rp. 100 Rp. 500
4 Ember 1 buah Rp. 3.000 Rp. 3.000
Total Alat Rp. 15.500
Pengeluaran Total
Pemasukan
F. Sasaran Pemasaran
Dalam pembuatan pupuk cair yang bahan dasarnya urine sapi (Bison benasus L) ini yang
menjadi sasaran adalah masyarakat khususnya petani dan pengusaha peternakan,
karena pupuk cair ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Limbah cair peternakan khususnya urine sapi (Bison benasus L) dapat digunakan
sebagai pupuk cair dengan menambahkan bahan tambahan didalamnya seperti
lengkuas, kunyit, temuireng, jahe, kencur, brotowali, tetes tebu dan starter
Sacharomyces cereviceae.
2. Dengan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini mesyarakat dapat
memanfaatkan limbah urine sapi (Bison benasus L) dari peternakan sapi (Bison
benasus L).
3. Dengan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini masyarakat dapat
meningkatkan penghasilan dan dapat berwirausaha
B. Saran
2. Harus ada pembinaan Karya Ilmiah Remaja di SMA Pancasila 1 Wonogiri secara
berkelanjutan, untuk meningkatkan Ilmu pengetahuan.
3. Fasilitas LAB IPA khususnya Biologi perlu dilengkapi, sehinggha dalam praktek
bisa berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Muhlisah, Fauziah. 1999. Temu-temuan dan Empon- Empon Budi Daya dan Manfaatnya.
Kanisius. Yogyakarta.
Winarto, Ir. 2004. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka. Jakarta