Anda di halaman 1dari 4

BELLS PALSY

No. Dokumen :

No. Revisi :

Tanggal Terbit :

Halaman :

Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.

1. Pengertian Bellspalsy adalah paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab tersering


dari paralisis fasialis unilateral. Bells palsy bersifat akut, unilateral, paralisis
saraf fasial type LMN (perifer), yang secara gradual mengalami perbaikan.
Penyebab Bells palsy tidak diketahui, diduga penyakit ini bentuk
polineuritis dengan kemungkinan virus, inflamasi, auto imun dan etiologi
iskemik. Peningkatan kejadian berimplikasi pada kemungkinan infeksi HSV
type I dan reaktivasi herpes zoster dari ganglia nervus kranialis.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :

1. Untuk menegakkan diagnose Bells Palsy


2. Untuk melakukan penatalaksanaan penyakit Bells Palsy

3. Kebijakan

4. Referensi 1. Permenkes no 5 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan primer

5. Prosedur /Langkah- 1. Petugas melakukan anamnesa


langkah
Keluhan terjadi mendadak, puncaknya kurang dari 48 jam, berupa
paralisis otot fasialis atas dan bawah unilateral, nyeri auricular
posterior, enurunan produksi air mata, hiperakusis, gangguan
pengecapan, dan nyeri telinga. Biasa terjadi di pagi hari.

2.Petugas melakukan Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang teliti pada kepala, telinga, mata, hidung dan mulut
harus dilakukan pada semua pasien dengan paralisis fasial.

Pemeriksaan Fisik patognomonis

Kelemahan atau paralisis yang melibatkan saraf fasial (N VII)


melibatkan kelemahan wajah satu sisi (atas dan bawah). Inspeksi
awal pasien memperlihatkan lipatan datar pada dahi dan lipatan
nasolabial pada sisi kelumpuhan, distorsi dan lateralisasi pada sisi
berlawanan dengan kelumpuhan saat tersenyum, sisi dahi mendatar
saat mengangkat alis, peningkatan salivasi pada sisi yang lumpuh,
dan tidak mampu menutup mata secara total.

3. Pemeriksaan Penunjang

Gula darah sewaktu

4. Petugas merujuk pasien untuk pemeriksaan: -

5. Petugas menegakkan diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik


umum dan neurologis (saraf kranialis, motorik, sensorik, serebelum).
Bedakan dari penyebab lain paralisis fasialis yaitu onset mendadak,
sifatnya unilateral, dan ketiadaan gejala serta tanda pada susunan
saraf pusat, telinga, dan penyakit cerebellopontin angle. Pikirkan
penyakit lain jika terdapat keterlibatan saraf kranial lain dan
gangguan sensorik, misalnya stroke, meningitis, tumor, dan
sebagainya.

Sistem grading untuk Bells Palsy dikembangkan oleh House and


Brackmann dengan skala I sampai VI.
a. Grade I adalah fungsi fasial normal.
b. Grade II disfungsi ringan. Karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Kelemahan ringan saat diinspeksi mendetil.
2. Sinkinesis ringan dapat terjadi.
3. Simetris normal saat istirahat.
4. Gerakan dahi sedikit sampai baik.
5. Menutup mata sempurna dapat dilakukan dengan sedikit usaha.
6. Sedikit asimetri mulut dapat ditemukan.
c. Grade III adalah disfungsi moderat, dengan karekteristik:
1. Asimetri kedua sisi terlihat jelas, kelemahan minimal.
2. Adanya sinkinesis, kontraktur atau spasme hemifasial dapat
ditemukan.
3. Simetris normal saat istirahat.
4. Gerakan dahi sedikit sampai moderat.
5. Menutup mata sempurna dapat dilakukan dengan usaha.
6. Sedikit lemah gerakan mulut dengan usaha maksimal.
d. Grade IV adalah disfungsi moderat sampai berat, dengan tandanya
sebagai berikut:
1. Kelemahan dan asimetri jelas terlihat.
2. Simetris normal saat istirahat.
3. Tidak terdapat gerakan dahi.
4. Mata tidak menutup sempurna.
5. Asimetris mulut dilakukan dengan usaha maksimal.
e. Grade V adalah disfungsi berat. Karakteristiknya adalah sebagai
berikut:
1. Hanya sedikit gerakan yang dapat dilakukan.
2. Asimetris juga terdapat pada saat istirahat.
3. Tidak terdapat gerakan pada dahi.
4. Mata menutup tidak sempurna.
5. Gerakan mulut hanya sedikit.
f. Grade VI adalah paralisis total. Kondisinya yaitu:
1. Asimetris luas.
2. Tidak ada gerakan.
Dengan sistem ini, grade I dan II menunjukkan hasil yang baik, grade III
dan IV terdapat disfungsi moderat, dan grade V dan VI menunjukkan hasil
yang buruk. Grade VI disebut dengan paralisis fasialis komplit. Grade yang
lain disebut inkomplit.

6. Petugas melakukan rencana penatalaksanaan pasien Bells Palsy

Non Medikamentosa

Fisioterapi dan akupunktur mempercepat perbaikan dan menurunkan


gejala sisa.

Medikamentosa

Tujuannya untuk memperbaiki fungsi saraf VII, yaitu:

a. Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day


selama 6 hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10
hari.

b. Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5


kali sehari selama 10 hari. Jika virus varicella zoster
dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.

c. Air mata artifisial pada siang hari untuk lubrikasi mata.

6. Hal-hal yang perlu Kriteria Rujukan


a. Bila dicurigai kelainan supranuklear
diperhatikan b. Tidak menunjukkan perbaikan

7. Unit Terkait 1. Apotek


2. RSUD

3. Klinik GIZI

4. Laboratorium

8. Dokumen Terkait 1. Rekam medis

2. Formularium obat di puskesmas

3. Blanko rujukan antar program

4. Blanko pemeriksaan laboratorium.

5. Blanko rujukan.

9. Rekaman historis
perubahan

Anda mungkin juga menyukai