Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan makalah ini dapat di gunakan sebagai
acuan untuk bahan pembelajaran, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca
dalam profesi bidang teknik sipil.

Harapan kami makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan dalam bentuk maupun
isi dari makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami haraplan bagi para pembaca
untuk memberi masukkan-masukkan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 16 April 2017

Eva Siska Siregar

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar1
Daftar Isi.2
BAB I PENDAHULUAN..3
1.1 Latar Belakang....3
1.2 Rumusan Masalah..4
1.3 Tujuan Masalah...5
1.4 Batasan Masalah..5
1.5 Manfaat6

BAB II PEMBAHASAN..7
2.1 Pengertian VE ..7
2.2 Komponen Sistem VE.....10
2.3 Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan VE..21

BAB III PENUTUP.24


3.1 Kesimpulan24
3.2 Saran.. 24
DAFTAR PUSTAKA.25

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Value Engineering (VE) atau dalam Bahasa Indonesia disebut rekayasa

nilai adalah sebuah teknik dalam manajemen menggunakan pendekatan sistematis

untuk mencari keseimbangan fungsi terbaik antara biaya, keandalan dan kinerja

sebuah proyek (DellIsola, 1982). Nilai rekayasa mengacu pada proses sistemik,

tujuannya adalah untuk memaksimalkan nilai indeks proyek. Indeks nilai mengacu

pada rasio nilai bahan atau metode yang diperlukan untuk memberikan fungsi

terhadap biaya (Mustansir Hussain Raj, 2002). VE dikembangkan pertama kali di

industri manufaktur pada masa setelah Perang Dunia II dengan melakukan

perubahan metode dan pencarian alternatif produk atau komponen lain dilakukan

pada saat itu sebagai akibat dari kurangnya sumber daya selama Perang Dunia II.

Usaha perubahan ini dilakukan untuk melakukan peningkatan nilai suatu produk

dengan memfokuskan pada fungsi produk tersebut (Mcgeorge dan Palmer, 1997).

Penerapan VE pada bidang konstruksi merupakan suatu pendekatan yang

dilakukan secara sistematis oleh tim dari banyak disiplin ilmu yang melakukan

focus pada nilai dan fungsi. Penerapa VE pada proyek konstruksi mempunyai

potensi penghematan yang cukup besar dari anggaran biaya proyek. Dari

penelitian yang dilakukan di Amerika oleh Palmer, Kelly, dan Male (1996)

3
menunjukkan penghematan yang dicapai dalam penerapan VE pada proyek

konstruksi cukup besar, yang mencapai 34-36 % dari total anggaran biaya proyek.

Penerapan VE yang dilakukan pada proyek konstruksi, teknik dan

alternatif yang dipakai berbeda-beda, hal ini disebabkan karena pendekatan yang

dipakai, kondisi budaya, dan sistem procurement yang berbeda. Sistem VE yang

dipakai di Amerika berbeda dengan yang dipakai di Inggris dan Jepang

(Mcgeorge dan Palmer, 1997).

VE mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1986. Namun, sejak

tahun 1990_an sampai dengan awal tahun 2003, perkembangan VE di Indonesia

tidak banyak diketahui. Karena kurangnya regulasi dari pemerintah yang

menyinggung penerapan program VE. Baru mulai pada tahun 2007 perkembangan

VE kembali mulai terasa. Departemen Pekerjaan Umum (DPU) telah

mengeluarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bagi

tenaga ahli VE. Pada saat itu juga penerapan VE pada proyek-proyek konstruksi

mulai tampak meskipun umumnya dilakukan oleh proyek-proyek swasta

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi praktik VE di Indonesia,

mengkaji faktor sukses dalam praktik tersebut, pengetahuan dan pengalaman

tentang VE, dan kendala-kendala yang sering dihadapi dalam praktik VE.

1.2. Perumusan Masalah

Dari penulisan latar belakang diatas maka :

1. Bagaimana praktik VE di Indonesia ?

2. Apa saja faktor sukses dalam praktik VE di Indonesia ?

4
3. Bagaimana pengetahuan kontraktor dan konsultan mengenai VE ?

4. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan VE pada proyek

konstruksi di Indonesia ?

5. Bagaimana penerapan VE secara keseluruhan pada sebuah proyek konstruksi ?

1.3. Tujuan Masalah

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk :

1. Identifikasi praktik VE pada industri konstruksi di Indonesia

2. Identifikasi faktor sukses dalam praktik VE pada industri konstruksi di

Indonesia

3. Mengkaji perbedaan tingkat pengetahuan kontraktor dan konsultan di

Indonesia mengenai VE

4. Mengkaji perbedaan kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam

pelaksanaan VE oleh para pelaksana proyek konstruksi (kontraktor dan

konsultan) di Indonesia

5. Untuk mengetahui penerapan VE secara keseluruhan pada sebuah proyek

konstruksi

1.4. Batasan Masalah

Dalam penulisan Tesis ini dengan mempertimbangkan luasnya faktor-

faktor yang berpengaruh, maka dalam penelitian ini digunakan batasan-batasan

masalah sebagai berikut :

5
1. Penelitian dilakukan pada kontraktor dan konsultan yang mengetahui atau

terlibat dalam penerapan VE pada proyek konstruksi di Indonesia.

2. Lokasi penelitian dilakukan pada perusahaan kontraktor dan konsultan di

Jakarta.

1.5. Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti. Penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

penerapan VE pada proyek konstruksi di Indonesia.

2. Praktisi. Diharapkan penelitian ini dapat berguna di bidang konstruksi

terutama untuk memberikan informasi mengenai hambatan-hambatan dalam

penerapan VE agar dikemudian hari dapat diantisipasi lebih awal dan dapat

meningkatkan penerapan VE pada proyek konstruksi.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Value Engineering

Definisi VE menurut Wikipedia adalah suatu metoda yang sistematis

untuk meningkatkan nilai dari jasa dan produk atau barang-barang dengan

menggunakan suatu pengujian dari fungsi.

Sedangkan VE menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. VE adalah usaha yang terorganisasi secara sistematis dan

mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui, yaitu teknik

mengidentifikasikan fungsi produk atau jasa yang bertujuan memenuhi

fungsi yang diperlukan dengan harga yang terendah (paling ekonomis).

(Imam Soeharto, 1995 yang dikutip dari Society Of American Value

Engineers).

2. VE adalah evaluasi sistematis atas desain engineering suatu proyek

untuk mendapatkan nilai yang paling tinggi bagi setiap dolar yang

dikeluarkan. Selanjutnya Rekayasa Nilai mengkaji dan memikirkan

berbagai komponen kegiatan seperti pengadaan, pabrikasi, dan

konstruksi serta kegiatan-kegiatan lain dalam kaitannya antara biaya

terhadap fungsinya, dengan tujuan mendapatkan penurunan biaya

proyek secara keseluruhan. (E.R. Fisk 1982)

7
3. VE adalah sebuah teknik dalam manajemen menggunakan pendekatan

sistematis untuk mencari keseimbangan fungsi terbaik antara biaya,

keandalan dan kinerja sebuah proyek. (DellIsola)

4. VE adalah suatu pendekatan yang terorganisasi dan kreatif yang

bertujuan untuk mengadakan pengidentifikasian biaya yang tidak perlu.

Biaya yang tidak perlu ini adalah biaya yang tidak memberikan

kualitas, kegunaan, sesuatu yang menghidupkan penampilan yang baik

ataupun sifat yang diinginkan oleh konsumen. ( Miles 1971 dalam

Barrie dan Poulson 1984)

5. VE adalah penerapan sistematis dari sejumlah teknik untuk

mengidentifikasikan fungsi-fungsi suatu benda dan jasa dengan

memberi nilai terhadap masing-masing fungsi yang ada serta

mengembangkan sejumlah alternatif yang memungkinkan tercapainya

fungsi tersebut dengan biaya total minim. (Heller 1971 dan Hutabarat

1995)

6. VE adalah suatu metode evaluasi yang menganalisa teknik dan nilai

dari suatu proyek atau produk yang melibatkan pemilik, perencana dan

para ahli yang berpengalaman dibidangnya masing-masing dengan

pendekatan sistematis dan kreatif yang bertujuan untuk menghasilkan

mutu dan biaya serendah-rendahnya, yaitu dengan batasan fungsional

dan tahapan rencana tugas yang dapat mengidentifikasi dan

menghilangkan biaya-biaya dan usaha-usaha yang tidak diperlukan

atau tidak mendukung. (Donomartono 1999)

8
7. VE adalah sebuah pendekatan yang bersifat kreatif dan sistematis

dengan tujuan untuk mengurangi/ menghilangkan biaya-biaya yang

tidak diperlukan. (Zimmerman dan hart, 1982)

Menurut Zimmerman dan Hart (1982), VE bukanlah :

1. A Design Review

Yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh perencana, atau

melakukan perhitungan ulang yang sudah dibuat oleh perencana

2. A Cost Cutting Process

Yaitu proses menurunkan biaya dengan mengurangi biaya satuan serta

mengorbankan mutu, keandalan dan penampilan dari hasil produk yang

dihasilkan

3. A Requirement Done All Design

Yaitu ketentuan yang harus ada pada setiap desain, akan tetapi lebih

berorientasi pada biaya yang sesungguhnya dan analisa fungsi

4. Quality Control

Yaitu kontrol kualitas dari suatu produk karena lebih dari sekedar meninjau

ulang status keandalan sebuah desain

Beberapa hal yang mendasari VE sangat penting dipahami oleh setiap

perencana dan pelaksana proyek sehingga dapat menyebabkan biaya-biaya yang

tidak perlu muncul setiap kegiatan proyek berlangsung, hal-hal tersebut antara

lain:

1. Kekurangan waktu (lack of time)

2. Kekurangan informasi (lack of information)

9
3. Kekurangan ide/ gagasan (lack of idea)

4. Kesalahan konsep (misconceptions)

5. Keadaan sementara yang tidak disengaja namun menjadi ketetapan

(temporary circumstances that inadvertently become permanent)

6. Kebiasaan (habits)

7. Sikap (attitude)

8. Politik (politic)

9. Kekurangan (fee)

2.2. Komponen Sistem VE

Penerapan VE dilakukan dengan cara yang berbeda sesuai dengan yang

dianggap cocok dengan kondisi masing-masing. Dalam sistem VE terdapat

beberapa alternatif dari setiap komponen yang ada, kemudian komponen-

komponen tersebut digabungkan dan menjadi sebuah system VE. Komponen

system VE dapat dilihat pada Tabel 2.1.

10
Tabel 2.1. Komponen Sistem VE (Mcgeorge dan Palmer, 1997)

VE System VE Component
Function Definition Based on Project Function
Based on Space Function
Based on Elemental Function
Function Evaluation Lowest Cost to Perform Function
FAST Diagram Use
Dont Use
Allocated Cost to Function Yes
No
Callculated Worth Yes
No
Generation of Alternative Brainstorming
Other Creative Techniques
Organisation of The Study Group External Team
Approach Design Mix
Mixture of Two
Value Engineering Facilitator Independent
In House
Format of The Value Engineering 40 Hours Workshop
The Two Days
Charette
Japanese Compact Study
Contractor Change Proposal
Other as Aplicable to the Project
Location Outsite Work Environment
Inside Work Environment
The Timing of Study Inception
Brief
Sketch Design
Construction Stage
Combination of Above
Continuous Process
Evaluation of Alternative Weightmatrix
Other Mathematical Technique
Voting
Subjective Evaluation

11
2.2.1. Definisi Fungsi (Function Definition)

Langkah awal dalam penerapan VE adalah melakukan definisi fungsi

untuk mengetahui identifikasi fungsi secara tepat dalam proyek konstruksi.

Klarifikasi dilakukan menggunakan 1 kata benda dan 1 kata kerja (1 noun and 1

verb).

2.2.1.1.Definisi fungsi proyek (Project function)

Definisi fungsi proyek yang dilakukan dengan cara melihat proyek itu

secara umum/keseluruhan, untuk apa proyek konstruksi itu dibuat. Contohnya

adalah gedung sekolah yang mempunyai fungsi untuk mendidik anak.

2.2.1.2.Definisi fungsi ruang (Space function)

Definisi fungsi proyek yang dilakukan dengan cara melihat proyek itu

secara ruang-ruang yang dibutuhkan dan yang akan terbentuk dalam proyek,

untuk mendapatkan fungsi ruang yang diperlukan dalam proyek konstruksi, yang

dapat dilihat pada contoh ruang kelas yang berfungsi sebagai tempat pengajaran

dilakukan.

2.2.1.3.Definisi fungsi elemen (Elemental function)

Definisi fungsi proyek yang dilakukan dengan cara melihat proyek itu

secara elemental yang dibutuhkan dan yang akan terbentuk dalam proyek

konstruksi, yang dapat dilihat pada contoh pintu ruangan untuk membuka akses

atau menutup akses.

12
2.2.2. Evaluasi Fungsi

Tahapan evaluasi fungsi dilakukan untuk mendapatkan alternatif yang

digunakan. Penentuan alternatif yang dipakai sesuai dengan fungsi yang

diharapkan dan biaya yang terendah.

2.2.3. FAST Diagram

FAST diagram dilakukan untuk melihat identifikasi fungsi dasar dan

fungsi pelengkap. Cara kerja diagram ini berawal dari penentuan fungsi utama dan

bagaimana cara pencapainnya (how), dan akan dijelaskan mengana hal tersebut

dilakukan (why). Diagram ini juga melakukan pembagian antara lingkup design

dan lingkup konstruksi untuk tercapainya analisa yang dibuat.

Pada FAST diagram dijelaskan konsep pemikiran pada fase desain and fase

konstruksi. Pada fase desain menjelaskan bagaimana cara yang dilakukan untuk

memecahkan masalah yang akan timbul. Sedangkan pada masa konstruksi

dijelaskan bagaimana cara yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang

timbul.

2.2.4. Alokasi Biaya Terhadap Fungsi (Allocated Cost of Function)

Beberapa ahli melakukan alokasi biaya terhadap fungsi dalam fungsi

definisi ini. Seperti contoh, rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai berikut :

Merawat Pasien

Mendiagnosa pasien

Merawat inap pasien

13
Penentuan biaya (cost) dilakukan berdasarkan fungsi dari sumah sakit.,

sehingga dapat melihat biaya yang dihasilkan berdasarkan setiap fungsi.

Perhitungan ini dilakukan dengan membandingkan beberapa alternatif yang dapat

dilakukan untuk mencapai tujuan dan fungi yang sama. Tabel 2.2 memberikan

contoh cara alokasi biaya terhadap fungsi.

Tabel 2.2. Contoh Allocated Cost to Function (Mcgeorge dan Palmer, 1997)

Cheapest Mean of Lowest to Achieve


No Verb Noun
Achieving Function Function ($)
1 Exclude Substance Sheet Metal 0.15
2 Allow Ventilation Holes in Metal 0.15
3 Facilitate Maintenance Spring Clip 0.10
4 Please Customer Paint Metal 0.10
Total Lowest Cost to Achieve Function 0.50

2.2.5. Calculate Worth

Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara biaya

dengan kelayakan dari setiap komponen yang dipakai. Tabel 2.3. memberikan

contoh cara perhitungan calculated worth.

14
Tabel 2.3. Contoh Calculated Worth (Johnny Johan, 2004)

Function Function
Component Kind Cost worth
Verb Marks
Pencil Make Marks $0.14
Eraser Remove Marks $0.02
Ferrule Hold Eraser $0.01
Wood Hold Lead $0.05
Paint Protect Wood $0.01
Provide Beauty
Markings Identify Product $0.01
Graphite Makes marks $0.40 0.04
Cost/Worth 0.14/0.04
3.5

2.2.6. Pengembangan Alternatif

Alternatif sangat perlu untuk dilakukan pengembangan. Usaha yang biasa

dipakai adalah teknik Brainstorming yang merupakan cara untuk pemecahan

masalah yang terdiri dari beberapa orang dengan disiplin ilmu pengetahuan yang

berbeda, yang secara spontan mengutarakan ide-ide mereka untuk berfikir secara

stimulasi sehingga mendapatkan sebanyak mungkin kemungkinan alternatif lain.

2.2.7. Organisation of Study

VE mengikuti suatu metodologi berupa langkah yang tersusun secara

sistematis yang dikenal dengan rencana kerja rekayasa nilai (value engineering

job plan). Prosedur yang digunakan adalah :

15
1. Fase informasi

Pada fase ini meliputi pencarian informasi sebanyak-banyaknya yang dapat

digunakan sebagai perencanaan proyek pada tahap selanjutnya.

2. Fase kreatif

Pada fase ini dilakukan identifikasi sejumlah alternatif ide-ide baru, metode

konstruksi baru, perencanaan baru. Hasil yang dapat dicapai adalah

kemungkinan-kemungkinan alternatif lain yang dapat dipakai dalam

pemenuhan fungsi.

3. Fase analisa

Tahapan ini bertujuan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada dan

melakukan analisa terhadap alternatif di atas untuk mendapatkan yang terbaik.

Melakukan analisa ekonomi terhadap life-cycle costing proyek yang akan

dikerjakan.

4. Fase pengembangan

Tahapan ini membuat perbandingan perencanaan yang direncanakan, sehingga

dapat melihat perbandingan dari tiap-tiap life-cycle cost sehingga dapat

melihat keuntungan maupun kerugian perencanaan yang dibuat.

5. Fase presentasi

Tahapan ini palig penting karena komunikasi yang kurang baik akan menjadi

hambatan terhadap respon dari tim perencana. Keberhasilan tahap ini banyak

tergantung pada keahlian mempresentasikan untuk mencapai pesan-pesan

yang benar.

16
2.2.8. Pendekatan Group (Group Approach)

Tim yang melakukan analisa VE terhadap proyek konstruksi dapat

menggunakan external team atau internal team maupun kedua-duanya.

Penggunaan tim diatas mempunyai keuntungan maupun kerugian, yang

memerlukan pengorganisasian yang baik untuk tercapainya hasil yang diinginkan.

2.2.9. Fasilitator VE (VE Facilitator)

Fasilitator sangat penting peranannya yang mempunyai kemampuan

pengetahuan yang baik dalam menjembatani antara tim yang melakukan analisa

dengan kebutuhan dari proyek.

2.2.10. Format Studi VE (Format of The VE Study)

Dalam perkembangan pembelajaran VM, terdapat beberapa cara

pendekatan yang dipakai. Berikut ini adalah pendekatan-pendekatan yang

digunakan :

1. The 40 Hour Workshop

Pendekatan ini sering digunakan dalam penerapan VE, yang meliputi

evaluasi dari pra rencana (sketch design) oleh tim perencana kedua yang

didalamnya dipimpin oleh value manager selama 1 minggu (Kelly dan Male,

1998). Tabel 2.4. memberikan cara kerja The 40 Hour Workshop.

17
Tabel 2.4. The 40 Hour Workshop (Kelly dan Male 1993)

Monday morning-phase 1 (information) Client and design team architect present


scope of project to VM team
Monday afternoon-phase 2 (creativity) Brainstorming session to search for
alternatives
Tuesday morning Creativity continues
Tuesday afternoon-phase 3 (evaluation) Selection the best idea from phase 2
Wednesday-phase 4 (development) Best idea from phase 3 development
into feasible cost technical alternatives
Friday afternoon-phase 5 (presentation) Above alternatives presented to client
and design team architect. VM team
disperses.

2. The Charette

Metode ini dilakukan pertama kali oleh ahli VE yang bernama Bob

Charette yang merumuskan arahan melalui identifikasi fungsi dari ruang yang

direncanakan. Pendekatan ini dilakukan pada akhir perumusan arahan pemilik

(setelah tim perencana ditunjuk tetapi sebelum perencanaan dimulai).

Koordinator tim VE memimpin tim perencana dan pemilik melaksanakan VE

selama satu atau dua hari pertemuan.

3. The Contractor Change proposal

Pelaksanaan VE ini dilakukan atas dasar inisiatif kontraktor yang

mengusulkan perubahan desain setelah pelelangan atau pada tahapan

kontruksi, yang sering disebut VECP (Value Engineering Change Proposal).

18
Hal ini dapat dilakukan oleh kontraktor yang ditujukan kepada pemilik yang

mengajukan proposal terhadap penghematan biaya yang dapat dihasilkan.

4. Japanese 3 Hours Compact VE Program

Pelaksanaan VE yang dilakukan selama 3 jam yang dilakukan pada lingkup

operasional lapangan dan cocok untuk proyek yang tidak terlalu besar,

sehingga biaya VE rendah.

Tabel 2.5. memberikan perbandingan format pembelajaran VE.

Tabel 2.5. Format Pembelajaran VE

VE Approach Duratin of Study Time of Study


40 hours workshop 5 days, 40 hour After sketc design
Charette 2-3 hari Briefing stage
Japanese compact study 3 hari Site operation
Contractor change proposal Not regular Site operation

2.2.11. Lokasi Studi

Pelaksanaan pembelajaran ini dapat dilakukan pada lingkungan kerja

proyek maupun diluar lingkungan kerja proyek. Tidak adanya peraturan yang

mengatur mengenai lokasi tempat pembelajaran dilakukan. Namun ada yang

menganggap perlunya lokasi yang berbeda dengan lingkungan kerja, yang dapat

dilakukan dihotel atau fasilitas lainnya.

19
2.2.12. Waktu Studi

Waktu pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan kondisi dan yang

dianggap cocok. Waktu yang dipakai dalam pembelajaran VE antara lain :

1. Inception

Dilakukan pada sat awal dengan memutuskan apakah benar-benar

diperlukannya pembangunan suatu proyek tertentu.

2. Brief

Pembelajaran yang memerlukan definisi dari fungsi ruang dalam proyek, hal

ini lebih pada alternatif yang dilakukan.

3. Sketch design

Melakukan proses pembelajaran mulai design pertama itu dibuat, dengan

memperhatikan hal-hal yang penting untuk dilakukan.

4. Construction stage

Proses pembelajaran yang dilakukan pada saat konstruksi dan dilakukan oleh

kontraktor yang ditujukan kepada owner untuk melakukan perubahan dalam

evaluasi penghematan yang dapat dilakukan, biasa disebut dengan VECP

(Value Engineering Change Proposal).

5. Combination of above

Proses pembelajaran yang dilakukan dengan mengkombinasikan dari cara

yang dapat dilakukan seperti diatas.

6. Continuous process

Proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus mulai dari tahap

desain, tahap konstruksi sampai proyek tersebut selesai.

20
2.2.13. Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternative)

Evaluasi sangat penting dilakukan untuk melihat alternatif mana yang

terbaik dilakukan. Teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan evaluasi

alternatif adalah :

1. Weight matrix

Evaluasi dari alternatif yang dihasilkan dengan menggunakan pembobotan

pada setiap komponen.

2. Other mathematical techniques

Teknik matematika yang dapat digunakan dalam penentuan evaluasi alternatif

yang dapat dilakukan

3. Voting

Melakukan suara terbanyak (voting) yang dapat dilakukan untuk mendapatkan

alternatif yang dipakai

4. Subjective evaluation

Evaluasi yang dilakukan secara subyektif yang dipakai untuk menentukan

alternatif yang dipakai.

2.3. Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan VE

Menurut majalah konstruksi (Februari 1992) dan penelitian yang

dilakukan oleh Cheah dan Ting (2004) dalam Chandra (2006), dapat dilihat

beberapa hambatan dalam aplikasi VE antara lain :

21
1. Definisi yang salah tentang VE

VE bukan semata-mata hanya untuk pemotongan biaya, namun lebih kearah

pendekatan yang sistematis untuk menghilangkan biaya yang tidak perlu

dengan mempertimbangkan fungsi proyek tersebut.

2. Kontribusi VE yang kurang terukur

VE tidak hanya memberikan konstribusi pada penghematan biaya tetapi masih

ada kontribusi lainnya yang dapat disumbangkan, namun hanya saja masih

sulit untuk diukur dan belum banyak diketahui oleh penerima jasa. Informasi

tentang keberhasilannya umumnya sampai batas penyelenggara proyek saja,

tidak sempat untuk direkam dan disebarluaskan sebagai suatu prestasi.

3. Kurangnya pengetahuan tentang VE

Pelaksanaan VE di Indonesia tergolong baru apabila dibandingkan dengan

Negara-negara lain (Jepang, Amerika Serikat), sehingga dalam pelaksanaannya

mengalami kendala pengetahuan yang mendalam mengenai pelaksanaan VE.

Hal tersebut dapat mengakibatkan kurang maksimalnya hasil yang diperoleh

dari pelaksanaannya.

4. Kurangnya sikap tegas atau inisiatif dari owner untuk melakukan VE,

sehingga para perencana, kontraktor dan pihak lain yang tergabung tidak

melakukan VE.

5. Tidak adanya insentif dari penghematan yang dihasilkan sehingga kurang

menarik bagi pelaksana VE, karena tidak adanya hasil yang didapat dalam

melakukan VE pada suatu proyek karena hanya menguntungkan pihak owner

saja.

22
6. Terbatasnya waktu dan biaya

Terbatasnya waktu dan biaya untuk melakukan VE sehingga kurangnya

kesadaran pelaku proyek untuk melakukan VE

7. Kurangnya profesionalisme

Tidak adanya keberadaan asosiasi praktisi VE bagi penerapan VE di Indonesia.

Lain halnya dengan di Negara Amerika Serikat dan Jepang yang memiliki

asosiasi praktisi VE yang melakukan dukungan terhadap pelaksanaan dan

pengembangan VE.

8. Konflik yang terjadi antara pada Stakeholder

9. Kurangnya komunikasi

10. Wewenang pengambilan keputusan yang terbagi

11. Kurangnya dukungan dari pihak lain yang terkait

12. Kurangnya fleksibilitas dalam kontrak dalam mengatur VE

13. Budaya dan proses pelaksanaan VE yang berbeda-beda

23
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Value Engineering sangat penting dipahami oleh setiap perencana dan


pelaksana proyek sehingga dapat menyebabkan biaya-biaya yang tidak perlu
muncul setiap kegiatan proyek berlangsung, hal-hal tersebut antara lain:
Kekurangan waktu (lack of time) , Kekurangan informasi (lack of information) ,
Kekurangan ide/ gagasan (lack of idea), Kesalahan konsep (misconceptions),
Keadaan sementara yang tidak disengaja namun menjadi ketetapan (temporary
circumstances that inadvertently become permanent), Kebiasaan (habits), Sikap
(attitude), Politik (politic), Kekurangan (fee). Tidak adanya keberadaan asosiasi
praktisi VE bagi penerapan VE di Indonesia. Lain halnya dengan di Negara
Amerika Serikat dan Jepang yang memiliki asosiasi praktisi VE yang melakukan
dukungan terhadap pelaksanaan dan pengembangan VE.

3.2 SARAN
Saran terhadap makalah ini adalah sekiranya dapat memberikan masukan
dan kritik demi kesempurnaan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi mahasiswa
dan masyarakat tentang konstruksi Jalan Raya terutama di bidang teknik sipil.

24
DAFTAR PUSTAKA

Prastowo EB (2012), e-journal.uajy.ac.id/446/3/2MTS01363.pdf

www.google.co.id

25

Anda mungkin juga menyukai