PENDAHULUAN
dasar. Salah satu program pokok puskesmas adalah upaya pencegahan dan
menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002.
regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari
seluruh kasus TB di dunia, bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus
strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000
lain :
1
2. Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit
infeksi.
bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000
penduduk;
b) Wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000
penduduk;
sekitar 30%.
TB setelah India dan Cina, telah berkomitmen mencapai target dunia dalam
2
telah diimplementasikan dan diekspansi secara bertahap keseluruh unit pelayanan
menjadikan program yang saat ini sedang dilakukan ekspansi akan menghadapi
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Salah satu upaya kesehatan
indikator tersebut adalah angka penemuan pasien baru TB BTA positif (Case
Detection Rate = CDR). Secara nasional CDR tahun 2010 triwulan I baru
mencapai 18,2%. Provinsi dengan CDR tertinggi adalah Sulawesi Utara 20,7%
dan yang terendah adalah provinsi Lampung 3,2%. Sementara itu CDR provinsi
pencapaian penemuan pasien baru BTA positif (CDR) tahun 2008 yaitu 18,75 %,
tahun 2009 mencapai 22% dan di tahun 2010 meningkat menjadi 38%. Sementara
tahun 2011, terjadi penurunan pada pencapaian CDR yaitu 29% yang tentunya
masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 70%. Untuk itu penulis merasa perlu
3
membuat Plan of Action dalam upaya meningkatkan penemuan pasien baru BTA
Kuranji.
Kuranji?
1.3 Tujuan
Kuranji.
Ambacang Kuranji.
4
1.4 Manfaat
penemuan pasien baru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang Kuranji. Selain itu proses penulisan Plan of Action ini
BAB II
GAMBARAN UMUM
PUSKESMAS AMBACANG KURANJI
5
2.1 Sejarah Puskesmas
Puskesmas Ambacang terletak di salah satu Kelurahan di Kecamatan Kuranji
Kota Padang yaitu Kelurahan Pasar Ambacang. Oleh karena terletak di
kelurahan tersebutlah maka nama puskesmas diberikan dengan nama yang
sama yaitu Puskesmas Ambacang yang untuk selanjutnya sesuai dengan
masukan dari berbagai pihak antara lain dari Kepala Dinas Kesehatan Kota
Padang disebut dengan Puskesmas Ambacang saja. Puskesmas ini pada
awalnya merupakan bagian dari Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
terbatas dalam bentuk Puskesmas Pembantu yang berinduk ke Puskesmas
Kuranji dan sejak 5 Juli 2006 dikembangkan menjadi Pusat Kesehatan
Masyarakat dengan pelayanan penuh dan terlepas dari Puskesmas Kuranji
sendiri.
6
Gambar 2.1. Wilayah kerja Puskesmas berdasarkan Google Satelit
2.3 Demografi
Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas
Ambacang selama tahun 2011 adalah 46.900 jiwa dengan distribusi
kependudukan menurut kelurahan sebagai berikut:
Kelurahan Pasar ambacang : 16.818 jiwa
Kelurahan anduring : 13.412 jiwa
Kelurahan lubuk lintah : 9.737 jiwa
Kelurahan ampang : 6.933 jiwa
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah 43.114
jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata dengan rincian sebagai berikut:
Kelurahan Pasar Ambacang :15.461 Jiwa
7
Kelurahan Anduring : 12.329 Jiwa
Kelurahan Ampang : 6.373 Jiwa
Kelurahan Lubuk Lintah : 8.951 Jiwa
Tabel 2.1. Daftar sasaran kesehatan Puskesmas Ambacang tahun 2011
2.5 Ketenagaan
Sarana tenaga Puskesmas Ambacang berjumlah 49 orang, terdiri dari :
a. Dokter Umum : 4 orang
b. Dokter Gigi : 3 orang
c. SKM : 2 orang
d. Perawat ( Akper ) : 6 orang
e. Perawat SPK : 1 orang
f. Bidan D III : 10 orang
g. Bidan D I : 7 orang
8
h. Kesling/AKL : 3 orang
i. Analis D III : 1 orang
j. Perawat gigi : 2 orang
k. Asisten Apoteker : 3 orang
l. SLTA : 2 orang
m. Sopir : 1 orang
n. Tenaga Sukarela : 4 orang
9
2.8 Struktur Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2012
f.
Kepala Puskesmas
Dr. Hj. May Happy
Kepala Puskesmas
Dr. Hj. May Happy
10
BAB lll
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Tuberkulosis
3.1.1. Definisi
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya seperti otak,
3.1.2. Epidemiologi
di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun
2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO
jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus
TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per
100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu
juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar
kematian akibat TB terdapat di Asia Tenggara yaitu 625.000 orang atau angka
11
mortalitas sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortalitas tertinggi
terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang
setelah India dan China. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar
satu di antara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan
usia.
dunia
12
3.1.3 Etiologi
Bakteri ini berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan
Mycobacterium terdiri dari lapisan lemak yang cukup tinggi (60%). Penyusun
utama dinding sel bakteri adalah asam mikolat, complex waxes, trehalosa
dimicolat dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Unsur lain
yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti
menyebabkan bakteri bersifat tahan asam. Kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant atau tertidur lama
3.1.4 Patogenesiss
a) Tuberkulosis Primer
di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumonia yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin akan timbul di bagian
mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
13
disebut dengan kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi
kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila
tidak terdapat imunitas yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan
dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya misalnya tulang, ginjal,
primer dimulai dengan sarang dini yang umumnya terletak di segmen apikal lobus
superior maupun lobus inferior. Sarang ini awalnya berbentuk suatu sarang
pneumoni kecil, yang akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut:
14
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan
(kaviti sklerotik).
15
Gambar 3.3. Patogenesis Tuberkulosis
3.1.5. Diagnosis
a) Gambaran klinis
Sesak nafas
Nyeri dada
Gejala gejala diatas sangat bervariasi, mulai dari tidak ada gejala
16
2. Gejala sistemik seperti:
Malaise
Anoreksia
b) Pemeriksaan Fisik
struktur paru. Pada awal perkembangan penyakit umumnya sulit untuk ditemukan
Perkusi : Tergantung dari beratnya TB, bisa dari pekak sampai redup
Auskultasi : Suara nafas bronkial, amforik, suara nafas lemah, ronkhi basah
c) Pemeriksaan Bakteriologis
yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berturutan berupa Sewaktu
17
S (sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
d) Pemeriksaan Radiologis
pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun
pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan
18
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptosis
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi aktif akan tampak bayangan
berawan di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior
lobus bawah, ditemukan kavitas atau bayangan bercak milier. Pada lesi TB inaktif
19
Gambar 3.4 Alur Diagnosis TB Paru
3.1.6. Klasifikasi
1. Tuberkulosis paru
paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
20
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain lain.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
1. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
21
2. Kasus kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumya pernah
kultur).
3. Kasus setelah putus berobat (default) adalah pasien yang telah berobat dan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau
5. Kasus pindahan (transfer in) adalah pasien yang dipindahkan dari UPK
6. Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.
Dalam kasus ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
3.1.7. Pengobatan
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah yang cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
22
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
bulan.
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
23
Pasien TB paru BTA negative foto toraks positif.
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
Pasien kambuh.
Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk tahap intensif
3.1.8. Komplikasi
1. Batuk darah
2. Pneumotoraks
4. Gagal nafas
5. Gagal jantung
6. Efusi pleura
24
Pada awal tahun 1990 an WHO dan IUATLD telah mengembangkan
dikembangkan dari berbagai studi, uji coba klinik (clinical trials), pengalaman
diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan
1. Komitmen politisi.
25
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian
sebagai berikut:
swasta.
masyarakat.
26
Penemuan suspek tuberkulosis dilakukan secara pasif di tempat pelayanan
Balai Pengobatan (BP) untuk pasien dewasa dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
untuk pasien anak-anak. Jika ada pasien dengan gejala batuk-batuk lebih 3
BTA positif oleh petugas pengelola program TB. Kalau ada tanda-tanda dengan
juga melibatkan petugas sanitasi untuk melakukan inspeksi sanitasi ke rumah dan
dan lingkungan penderita tuberkulosis memiliki higienis yang jelek dan kotor,
ventilasi rumah kurang baik, penghuni yang padat dengan ekonomi yang lemah.
Jika pasien tidak mengantarkan dahak pagi maka tidak dilakukan penjemputan ke
rumah pasien.
3.3.2 Faktor Budaya, Dana dan Kemitraan dalam Penemuan Pasien Baru TB
27
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa gejala penyakit tuberkulosis
karena penyakit kutukan, termakan racun atau kena guna-guna oleh perbuatan
secara nasional ada 2 yaitu angka penemuan kasus (Case Detection Rate = CDR)
CDR) adalah persentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan
diobati dibanding jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam
positif pada wilayah tersebut. Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif
28
Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk mencapai indikator
pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk
penduduk, misalnya rumah sakit, BP4 atau dokter praktek swasta, indikator ini
b. Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara Suspek yang diperiksa dahaknya
suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari proses
29
Angka ini sekitar 5 - 15%. Bila angka ini terlalu kecil ( < 5 % )
kemungkinan disebabkan :
30
Gambar 3.5 Jejaring laboratorium TB Par
31
BAB IV
PEMBAHASAN
wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang orang yang
menjalankan program serta analisis laporan tahunan puskesmas. Proses ini juga
1. Rendahnya penemuan kasus baru TB Paru BTA positif (Case Detection Rate =
penemuan pasien baru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) tahun 2009
mencapai 38,67%. Sementara tahun 2010 pencapaian CDR tidak jauh berbeda
dari tahun sebelumnya yaitu 39%, sedangkan tahun 2011 terjadi penurunan
menjadi 29%, yang tentunya masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 70%.
2. Belum tercapainya target pemberian ASI eksklusif.
32
Berdasarkan data cakupan ASI eksklusif di 4 kelurahan wilayah kerja
berupa reumatik, hipertensi, gastritis, dan penyakit kulit alergi. Pada tahun 2010
jumlah penderita PTM mencapai 40,19 %, sedangkan pada tahun 2011 angka ini
meningkat menjadi 43,13%. Pada semester I tahun 2012 PTM masih sebagai
Posbindu sebagai upaya promotif dan preventif dalam menangani masalah PTM.
sampai saat ini karena sulit kerjasama lintas sektoral serta pembiayaan dalam
pembentukan Posbindu..
dengan 3 kematian diakibatkan oleh BBLR. Pada pertengahan tahun 2012 angka
33
4.2. Prioritas Masalah
hal ini metode yang kami gunakan adalah teknik scoring, yaitu :
d. Nilai 4 = Penting
2. Kemungkinan intervensi
d. Nilai 4 = Mudah
3. Biaya
b. Nilai 2 = Mahal
d. Nilai 4 = Murah
34
4. Kemungkinan meningkatkan mutu
b. Nilai 2 = Rendah
c. Nilai 3 = Sedang
d. Nilai 4 = Tinggi
3 Belum tercapainya 4 4 3 4 15 II
target pemberian ASI
eksklusif
5 Belum terbentuknya 4 2 2 4 12 IV
Posbindu di wilayah
kerja puskesmas
ambacang kuranji
Berdasarkan prioritas masalah dan diskusi lebih lanjut dengan kepala dan staf
puskesmas, maka yang menjadi prioritas utama adalah Rendahnya penemuan pasien
baru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) di Wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji pada tahun 2011, dan Tingginya angka kematian neonatus akibat BBLR.
35
Oleh karena itu kami mengangkat masalah Upaya peningkatan penemuan pasien
baru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) di Wilayah kerja Puskesmas Ambacang
36
penyakit TB paru program promkes umum untuk
di tempat-tempat serta wawancara menginformasikan
umum. dengan kepada masyarakat
masyarakat tentang pentingnya
setempat. mengetahui gejala
penyakit TB paru dan
berobat ke pusat
pelayanan kesehatan
yang ada.
37
penanggulangan optimal.
TB Paru di
puskesmas.
38
tidak ingin diketahui
orang lain apabila
menderita penyakit
TB
39
Gambar 4.1 Diagram Ischikawa Rendahnya peningkatan penemuan kasus baru TB di
Manusia
wilayahkerjaPuskesmasAmbacangKuranji pada tahunMetode
2011
Kader P2 TB Kurangnya penyuluhan luar gedung
Tidakadanyakader yang yang bertanggung mengenai penyakit TB Paru, cara
jawab terhadap P2TB pengambilan sampel dahak yang benar,
sehinggatidakoptimalnyapenemuankasus di dan program penanggulangan TB Paru
lapangan. di Puskesmas.
Kurangnya pelaporan dari layanan
Masyarakat kesehatan lain yang menangani pasien
Masih rendahnya pengetahuan masyarakat TB Paru kepada Puskesmas.
tentang penanganan TBdi puskesmas Tidak terlaksananya penjaringan kontak
TB ke rumah penderita TB BTA +
Rendahnya
penemuan kasus
baru TB Paru di
Wilayah kerja
Puskesmas
Ambacang Kuranji
Material
Lingkungan
Kurangnyapemanfaatan media informasi
Adanyastigma dimasyarakat bahwa
seperti papan informasi, poster, pamflet, dan
leaflet tentang penyakit TB paru di tempat- TB adalah penyakityang memalukan
tempat umum.
Kurang optimalnya alokasi dana pemerintah
untuk pelaksanaan kegiatan penemuan dini
kasus baru TB
Kurangnyasarana di laboratorium yang ada di
Puskesmas.
40
4.4. Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan berbagai masalah yang berasal dari berbagai bidang yang
diadakan sebuah event yang mencakup keseluruhan penyelesaian masalah, yaitu Gerakan
Puskesmas Ambacang Kuranji Peduli TB. Dalam event ini, Puskesmas Ambacang Kuranji
penyelenggaraan event dan penggalangan dana untuk pembentukan Kas TB; yaitu kas yang
digunakan untuk biaya reward kader yang menemukan kasus TB di wilayah kerja masing-
Tahap pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data, berupa data cakupan Case
Detection Rate, jumlah kader tiap posyandu, dan jumlah bidan serta dokter praktek swasta di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji. Data ini didapatkan dari laporan promkes dan
P2TB. Data aparatur dan tokoh masyarakat masing-masing kelurahan juga dibutuhkan, yang
bisa didapatkan dari kantor lurah pada keempat kelurahan di wilayah kerja Puskesmas
Setelah data didapatkan, dilakukan diskusi pada minggu II bulan September 2012
dilakukan koordinasi dengan pemegang program dan pegawai puskesmas pada minggu III
September 2012 .
41
4.4.2 Tahap Pelaksanaan
a. Tujuan
1. Menbentuk kader yang bertanggung jawab atas penemuan kasus TB.
2. Menbentuk kader yang bertanggung jawab atas pendataan kasus TB dari bidan
dan dokter praktek swasta serta berkoordinasi dengan P2TB dan kesling dalam
Ambacang Kuranji.
e. Target
Terbentuk dan dilatihnya Kader Plus dari masing-masing kelurahan.
f. Pelaksanaan
Mengadakan pemilihan kader P2TB yang diberi pelatihan selama 2 hari. Kader ini
Tiap penemuan satu kasus, kader akan diberi reward Rp 5.000,- lalu ikut turun ke
TB.
Setiap 3 bulan sekali, kader melakukan pendataan penderita TB yang berobat ke
bidan dan dokter praktek swasta yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang Kuranji.
mungkin.
Mempromosikan Gerakan Puskesmas Ambacang Kuranji Peduli TB untuk
42
b. Waktu dan Tempat
Waktu : 19 November 2012
Tempat : Tempat-tempat umum seperti sekolah, mesjid, pasar.
c. Pelaksana
Petugas promkes bekerjasama dengan CIMSA.
d. Sasaran
Warga di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji.
e. Target
10 poster dan 20 pamflet tersebar di 4 kelurahan wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji.
f. Pelaksanaan
Penempelan poster dan penyebaran pamflet dilakukan pada tanggal 19 November
a. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB Paru, gejala serta
penderita TB.
b. Waktu dan Tempat
Waktu : 25 November 2012, pukul 07.00 11.00 WIB
Tempat : Lapangan Puskesmas Ambacang Kuranji
c. Pelaksana
Petugas promkes bekerjasama dengan CIMSA.
d. Target
Warga di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji.
e. Pelaksanaan
Mengadakan Jalan Sehat Peduli TB untuk mengawali acara yang diikuti oleh
petugas puskesmas, kader, dan masyarakat setempat melalui rute yang disepakati
43
pihak puskesmas dan CIMSA, serta pemberian kupon doorprize yang nantinya
Mengadakan sesi tanya jawab bersama pemateri dan berbagi pengalaman bersama
Melakukan penggalangan dana melalui sponsor, relawan dan partisipan untuk dana
Kas TB.
masyarakat.
a. Tujuan
Mengumpulkan dana untuk Kas TB; yaitu kas yang digunakan untuk hal-hal yang
berkaitan dengan TB,seperti reward kader dan penyediaan sarana laboratorium yang
partisipan, atau pihak dari luar yang ingin memberikan sumbangan. Dana ini
merupakan dana awal Kas TB yang digunakan untuk reward Kader Plus.
4.4.3 Tahap Lanjutan
a. Melakukan penjaringan kontak TB
a. Tujuan
Terjaringnya pasien TB dari kontak pasien TB dengan BTA+
44
b. Waktu dan Tempat
Waktu : Setiap ditemukan pasien TB dengan BTA+, dimulai dari bulan
Oktober 2012
Tempat : Wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
c. Pelaksana
Petugas pemberantasan penyakit TB (P2TB) dan petugas Kesehatan Lingkungan
d. Sasaran
Kontak serumah pasien TB dengan BTA +
e. Target
Terlaksananya penjaringan kontak dari setiap pasien TB dengan BTA+
f. Pelaksanaan
Petugas pemberantasan penyakit TB (P2TB) dan petugas Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Kota
a. Tujuan
Melengkapi sarana di laboratorium berupa pot sputum untuk pemeriksaan BTA
puskesmas
a. Tujuan
45
Digunakannya metode yang benar untuk pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu
metode SPS.
b. Waktu dan Tempat
Waktu : Saat staff meeting puskesmas di bulan Oktober
Tempat : Puskesmas Ambacang Kuranji
c. Pelaksana
Kepala Puskesmas
d. Target
Terlaksananya sosialisasi SOP pemeriksaan dahak mikroskopis dan terealisasinya
e. Pelaksanaan
Kepala Puskesmas mensosialisasikan mengenai pelaksanaan pemeriksaan dahak
mikroskopis yang harus dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu Sewaktu, Pagi, Sewaktu.
lainnya. Monitoring dilakukan rutin setiap bulan setelah pelaksanaan program. Selanjutnya
pelaksanaan kegiatan tersebut dan mencari solusinya. Evaluasi cakupan pencapaian CDR TB
46
47
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
(CDR) TB paru pada tahun 2008 yaitu 18,75 %, tahun 2009 mencapai 22% dan di tahun
2010 meningkat menjadi 38%. Sementara tahun 2011, terjadi penurunan pada pencapaian
CDR yaitu 29% yang tentunya masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 70%.
Hal-hal yang dapat menyebabkan Case Detection Rate (CDR) TB paru belum
mencapai target adalah tidak adanya kader yang khusus untuk program P2TB sehingga tidak
optimalnya penemuan kasus P2TB di lapangan, masih rendahnya pengetahuan dan kemauan
masyarakat agar segera mendatangi petugas kesehatan untuk memeriksakan diri sesegera
khususnya mengenai cara pengambilan sampel dahak yang benar juga berpengaruh terhadap
hasil pemeriksaan. Selain itu, dokter di balai pengobatan lebih sering merujuk pasien yang
dicurigai menderita TB ke layanan kesehatan lain daripada ke labor puskesmas. Hal yang
seperti ini tidak didukung dengan kerjasama lintas program yang baik antara petugas
pencatatan dan pelaporan P2TB dengan layanan kesehatan rujukan, sehingga banyak kasus
yang tidak terdata dengan baik dalam pencatatan dan pelaporan kasus TB Paru di Puskesmas
Ambacang Kuranji
informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit TB paru. Hal ini didukung dengan
hasil survey yang telah dilakukan bahwa masyarakat lebih banyak mendapatkan informasi
tentang TB Paru melalui iklan di televisi daripada promosi kesehatan yang langsung
48
dilakukan oleh petugas puskesmas, yang pada akhirnya akan mengurangi pengetahuan
5.2 Saran
Promosi kesehatan :
1. Melakukan pembinaan Kader Plus, yaitu kader yang bertanggungjawab dalam
petugas P2TB
2. Melakukan penempelan poster dan penyebaran pamphlet mengenai TB di tempat-
mahasiswa seperti CIMSA dan untuk selanjutnya bisa bekerja sama dengan LSM
Lingkungan
Kepala Puskesmas :
1. Melakukan penggalangan dana untuk kas TB; yaitu kas yang digunakan untuk
organisasi mahasiswa
2. Sosialisasi SOP pemeriksaan dahak mikroskopis kasus TB Paru pada petugas
puskesmas
Petugas bagian inventaris
1. Membuat surat permintaan peralatan puskesmas berupa pot sputum ke Dinas
49
50
Lampiran 1
Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan dari
siapapun.
Responden,
()
51
Lampiran 2
KUESIONER
Upaya Meningkatkan Angka Case Detection Rate (CDR) Penderita Tuberkulosis Paru
Identitas
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
52
Pertanyaan
a. Guna-guna
c. Tidak tahu
a. Melalui makanan
b. Darah
c. Keringat
c. Tidak tahu
53
6. Apakah akibat dari penyakit tuberkulosis ?
c. Tidak tahu
a. Bisa
b. Tidak
c. Ragu-ragu
a. Berobat ke Puskesmas
puskesmas?
b. Pengukuran tensi.
c. Pemeriksaan dahak.
54
11. Bagaimana sikap anda jika dokter mendiagnosis bahwa anda menderita TB ?
a. Tidak ingin orang lain mengetahui
b. Tidak peduli
c. Mengajak anggota keluarga yang lain untuk memeriksakan diri ke puskesmas
a. Bayar
b. Gratis
b. Iklan di TV
Dari kuesioner diatas, dapat disimpulkan tingkat pengetahuan masyarakat dari jumlah
Setiap jawaban pertanyaan yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah di beri
nilai 0 dan semuanya di jumlahkan serta dikelompokan dengan criteria sebagai berikut :
55
Pertanyaan No. 9-11 meliputi pengetahuan masyarakat tentang pemeriksaan untuk penyakit
Tuberkulosis :
Tuberkulosis :
56
Lampiran 3
57
Diagram 1.3. Pengetahuan masyarakat tentang cara penularan TB Paru
58
Diagram 1.5. Pengetahuan masyarakat tentang gejala dan tanda penyakit TB Paru
59
Diagram 1.7. Pengetahuan masyarakat tentang kemungkinan sembuh penderita TB Paru
Persentase rata-rata jawaban benar : 70% + 77% + 77% + 80% +70% + 30% + 83% + 77% :
8 = 70%
60
B. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pemeriksaan Penyakit TB
Paru
Diagram 1.9. Pengetahuan masyarakat tentang usaha masyarakat untuk mencari pengobatan
61
Diagram 1.11. Sikap masyarakat dalam menghadapi penyakit TB
Pertanyaan No. 9-11 meliputi pengetahuan masyarakat tentang pemeriksaan untuk penyakit
Tuberkulosis :
62
C. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pelayanan Pemeriksaan
dan Pengobatan Penyakit TB Paru
63
D. Tingkat Promosi Kesehatan yang Telah Dilakukan Puskesmas
Ambacang Kuranji tentang Penyakit TB Paru
64
Lampiran 4
termasuk dalam wilayah kerja puskesmas Ambacang kuranji, berdasarkan hasil survey
TB Paru
Pengobatan TB Paru
65
Lampiran 7
Poster
66