Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan

Gonore (GO) didefinisikan sebagai infeksi bakteri yang disebabkan oleh

kuman Neisseria gonorrhoea, suatu diplokokus gram negatif. Infeksi umumnya

terjadi pada aktivitas seksual secara genito-genital, namun dapat juga kontak seksual

secara oro-genital dan ano-genital. Pada laki-laki umumnya menyebabkan uretritis

akut, sementara pada perempuan menyebabkan servisitis yang mungkin saja

asimtomatik (Malik, Amin, Anwar, 2004)

Gonokokus termasuk golongan diplokokus berbentuk biji kopi dengan lebar

0,8 , panjang 1,6 dan bersifat tahan asam. 2 Kuman ini bersifat gram negatif, yang

terlihat di luar atau di dalam sel polimorfonuklear (leukosit), tidak tahan lama di

udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 C dan tidak

tahan terhadap zat desinfektan. Afinitas kuman sangat baik pada mukosa yang

dilapisi epitel silindris seperti pada vagina atau epitel lapis gepeng yang belum

berkembang (imatur, pada wanita prepubertas) sedangkan epitel transisional dan

berlapis pipih lebih resisten terhadap kuman gonokokus ini. (Daili, 2010).

1.2 . Definisi

Gonoroe adalah suatu penyakit menular seksual yang bersifat akut,

disebebabkan oleh Neisseria gonorroeae suatu kuman gram negatif, berbentuk biji

kopi (Pedoman Diagnosis dan Terapi, 2005).

1
2

Gonore adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae,

sebuah Diplococcus gram ngatif yang reservoirnya adalah manusia. infeksi ini

hampir selalu dikontrak selama aktifitas seksual (Freedberg, 2003)

1.3 Epidemiologi

Hanya sedikit negara-negara di dunia yang melaporkan estimasi insidensi

penyakit ini secara akurat. Kejadian gonore mengalami penurunan sejak tahun 1980-

an, terutama pada negara berkembang (termasuk Amerika Serikat), dan hal ini

dikaitkan dengan meningkatnya kampanye tentang risiko PMS.1,6 Angka kejadian

gonore di Amerika Serikat terus menurun sebesar 73,8% selama periode tahun 1975

1999, dan angka kejadiannya tetap stabil sampai pada tahun 2005 dilaporkan terjadi

339.593 kasus, di mana angka ini menunjukkan terjadinya peningkatan (CDC, 2015)

Di Amerika, insidensi terbanyak terjadi pada usia 1524 tahun, hal ini

diaitkan dengan bertambahnya jumlah pasangan seksual dan makin menurunnya

kesadaran untuk menggunakan kontrasepsi barier (Wolff, Johnson, Saavedra, 2013).

1.4 Etiologi

Penyebab penyakit gonore adalah Gonokokus yang ditemukan oleh Neissr

pada tahun 1879, dan kemudian baru diumumkan pada tahun 1982. Setelah

ditemukan kemudian kuman tersebut dimasukka dalam grup Neisseria dan pada grup

ini dikenal 4 spesies dan diantaranya adalah N. gonorrhoeae, N. meningitidis dimana

kedua spesies ini bersifat patogen. Kemudian 2 spesies lainnya yang bersifat

komensal diantaranya adalah N. catarrhalis dan N. pharyngis sicca. Keempat spesies

dari grup neisseria ini sukar untuk dibedakan kecuai dengan menggunakan tes

fermentasi. Gonokokus termasuk golongan bakteri diplokok berbentuk seperti biji


3

kopi yang bersifat tahan terhadap asam dan mempunyai ukuran lebar 0,8 dan

mempunyai panjang 1,6. dalam sediaan langsung yang diwarnai dengan pewarnaan

gram, kuman tersebut bersifat gram negatif, tampak diluar dan didalam leukosit,

kuman ini tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak

tahan terhadap suhu diatas 39oc, dan kuman ini tidak tahan terhadap zat desinfektan

(Daili, 2010).

Secara morfologik Gonokokus ini terdiri atas 4 tipe yaitu tipe 1 dan 2 yang

mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili

dan bersifat nonvirulen. Pili tersebut akan melekat pada mukosa epitel dan akan

menimbulkan suatu peradangan. Daerah yang mudah terinfeksi adalah daerah dengan

epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada

vagina wanita sebelum pubertas (Daili, 2010).

1.5 Patofisiologi

Patofisiologi N. gonorrhoeae dan virulen lainnya berbeda subtipe tergantung

pada karateristik antigen pada permukaan protein masing-masing. Beberapa subtipe

dapat menghindari respon serum imun dan dapat mengarahkan ke infeksi diseminata

(sitemik) (Wong , 2015). Pasien yang mengalami penyakit ini biasanya mempunyai

masa inkubasi 2-7 hari, tapi bisa lebih (Chandra, 2013).

Karateristik plasmid baik biasanya membawa gen resisten antibiotik, yang

paling banyak ditemukan adalah penicillin. Gen plasmid dan nonplasmid

ditransmisikan secara bebas diantara subtipe berbeda. Perubahan gen protein

permukaan menghasilkan tempat infeksi yang baik. perubahan gen resisten antibiotik

telah mengarahkan ke resisten antibiotik beta lactam. Resisten Fluoroquinolone telah


4

didokumentasikan pada beberapa pulau dan tersebar pada populasi di amerika serikat

(Wong, 2015).

Gonococcus mempunyai afinitas untuk epitelium columnar.Epitelium berlapis

dan pipih lebih resisten terhadap serangan. Gonococcus mempenetrasi diantara sel

epitelial, menyebabkan inflamasi submucosa dengan reaksi leukosit

polymorphonuclear (PMN) dengan pengeluaran purulen. Rantai gonococcus yang

menyebabkan infeksi diseminata biasanya menyebabkan sedikit inflamasi genital dan

biasanya tidak ditemukan saat di deteksi. Kebanyakan tanda dan gejala infeksi

diseminata adalah manifestasi pembentukan dan penyimpanan imun kompleks.

Banyak infeksi yang tersebar biasanya dengan abnormalitas faktor utama komponen

komplemen (Wolff, Johnson, Saavedra, 2013).

Infeksi gonore Diseminata (DGI/IGD) muncul diikuti sekitar 1% dari infeksi

genital. Pasien dengan DGI biasanya akan ada panas, arthralgias, ruam, migratory

polyarthritis, septic arthritis, tendonitis, tenosynovitis, endocarditis dan meningitis.

Organisme N. Gonorrhoeae menyebar dari tempat awal seperti endocerviks, uretra,

faring atau rectum dan diseminata pada darah untuk menginfeksi organ lain.

Biasanya, beberapa tempat masuk, seperti kulit dan sendi telah terinfeksi. Organisme

neisseria diseminata pada darah karena beberapa faktor predisposisi seperti perubahan

fisiologi host, faktor virulen organisme sendiri, dan kegagalan pertahanan imun host.

Contohnya perubahan pH vagina selama menstruasi, kehamilan dan periode

puerperium membuat lingkungan vagina lebih mudah untuk pertumbuhan organisme

dan menyediakan akses tambahan ke pembuluh darah (3 dari 4 kasus DGI muncul
5

pada wanita, mudahnya terinfeksi bertambah ketika infeksi primer mukosa muncul

selama menstruasi dan kehamilan (Wong, 2015).

Gangguan pada imun tubuh juga dapat mempengaruhi patofisiologi, dengan

beberapa pasien akan mengembangkan bakterimia. Khusunya, pasien dengan

defisiensi komponen komplemen terminal yang tidak mampu melawan infeksi,

sebagai komplemen berperan penting dalam membunuh organisme neisseria.

Sebanyak 13% pasien dengan DGI mempunyai defisiensi komplemen (Wong , 2015).

1.6 Manifestasi Klinis

Masa inkubasi pada 90% laki-laki berkembang menjadi uretritis paling tidak

setelah 5 hari paparan. Sedangkan pada wanita biasanya >14 hari ketika gejala,

namun hingga 75% diantaranya asimtomatik (Wolff, Johnson, Saavedra, 2013).

Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari,

kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati

diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga

tidak diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena

pada umumnya asimtomatik (Daili, 2010).

Pada pria yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuata dan

dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens,

dan diseminata. Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra di

sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh

tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan

nyeri saat ereksi (Daili, 2010).


6

Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa,

dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen, dan pada beberapa kasus

dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral

(Daili, 2010).

Gambar 1.1 Gonore duh purulen dan kental dari orifficium uretra eksterna

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria.

Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita.

Pada wanita, baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang

ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya

wanita datang kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada

waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana (Daili, 2010).

Pada wanita, infeksi pertama bisa uretritis atau servisitis. Pada mulanya,

hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang mukopurulen dan

mengandung banyak gonokok mengalir keluar dan menyerang uretra, duktus

parauretra, kelenjar Bartholin, rektum, dan dapat juga naik ke atas sampai pada

daerah kandung telur. Gejala utama uretritis adalah disuria, kadang-kadang poliuria.

Pada pemeriksaan, orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan sekret
7

mukopurulen, disuria, bisa juga uretritis, servisitis, bartholinitis dan proktitis.

Biasanya pada wanita gejala yang dikeluhkan timbul setelah terjadi komplikasi (Daili,

2010).

Uretra : discharge, disuria.

Vagina : discharge; dalam panggul atau nyeri lumbar.

Anus/dubur: berlebihan purulen discharge di anal; terbakar atau

menyengat nyeri pada buang air besar; tenesmus. Pada wanita, dapat

menyebar dari servisitis

Orofaring: sakit tenggorokan yang ringan, faringitis dengan eritema.

Terjadi sekunder untuk paparan oral-genital seksual, pada wanita dan pria
homoseksual dan selalu berdampingan dengan infeksi genital.

Gambar 1.2 Servisitis


8

Gambar 1.3 Tampak eritema mukosa orofaring

Mata

Konjungtivitis, kelopak mata bengkak, berat hyperemia, chemosis,

mengeluarkan purulen berlimpah; jarang: ulkus kornea dan perforasi.

Pada bayi baru lahir, organisme ditularkan melewati jalan lahir (Daili,

2010).

Beberapa orang tidak memiliki gejala. Mereka mungkin tidak tahu bahwa

mereka telah terkena infeksi, sehingga tidak mencari pengobatan. Hal ini

meningkatkan risiko komplikasi dan kemungkinan menularkan infeksi ke orang

lain. Beberapa gejala yang dirasakan penderita antara lain:

1) Gejala pada pria meliputi:

a. Terbakar dan nyeri saat buang air kecil

b. Perlu untuk buang air kecil mendesak atau lebih sering

c. Discharge dari penis (putih, kuning, atau hijau dalam warna)

d. Merah atau bengkak pada permukaan awal penis (uretra)

e. Tender atau bengkak testis

f. Sakit tenggorokan (faringitis gonokokal)


9

Gambar 1.4 Gonore akut pada pria yang belum cirkumsisi

2) Gejala pada wanita bisa sangat ringan. Gejala tersebut bisa salah

didiagnosis jenis lain dari infeksi. Gejala tersebut antara lain:

a. Terbakar dan nyeri saat buang air kecil

b. Sakit tenggorokan

c. Hubungan seksual yang menyakitkan

d. Sakit parah pada perut bagian bawah (jika infeksi menyebar ke

saluran tuba dan daerah perut)

e. Demam (jika infeksi menyebar ke saluran tuba dan daerah perut)

3) Jika infeksi menyebar ke aliran darah, gejala termasuk:

a. Demam

b. Ruam

c. Arthritis like symptomp

d. Keputihan abnormal dengan discharge kehijauan, kuning atau berbau

busuk (Daili, 2010).


10

1.7 Diagnosis

Diagnosis penyakit ini ditegakkan atas dasar anamnesis, dari anamnesis didapatkan

keluhan rasa panas dibagian distal uretra, terutama disekitar orifisium uretra

eksternum, kemudia disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh yang kadang

kadang disertai dengan darah dari jung uretra dan disertai rasa nyeri pada saat ereksi.

Pada pemeriksaan fisik tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa

dan ektropion. Pemeriksaan penunjang : sediaan langsung didapatkan Bakteri

Neisseria gonorrhoe, Kultur media yang digunakan tumbuh kolono Neisseria

gonorrhoe, Tes Thomson terjadi kekeruhan pada gelas yang berisi urin, test definitif

pada tes toksidasi terjadi perubahan wana dari jernih ke merah muda, test fermentasi

bakteri memfermentasi glukosa, test beta-laktamase terjadi perubahan warna dari

kuning menjadi merah (Daili, 2010).

Gambar 1.5 Bagan diagnosis dengan pendekatan sindrom (Kemenkes RI, 2011)
11

Gambar 1.6 Bagan diagnosis dengan pemeriksaan mikroskop (Kemenkes RI, 2011)

1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Sediaan langsung/ Pewarnaan gram

Dapat ditemukan gram negatif diplococcus intraseluler dan ekstraseluler

dalam leukosit PMN pada eksudat. Bahan duh tubuh pria diambil dari fossa

navicularis sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin,

serviks, untuk pasien dengan anamnesis berisiko melakukan kontak seksual

anogenital dan orogenital, maka pengambilan duh tubuh dilakukan pada faring

dan rektum. Sensitivitas pemeriksaan langsung ini bervariasi, pada spesimen duh

uretra pria sensitivitasnya berkisar 90-95%, sedangkan pada endoserviks

sensitivitasnya hanya berkisar antara 45-65%, dengan spesifitasnya yang tinggi

yaitu 90-99%. GO dikatakan positif bila dijumpai adanya diplokokus gram

nrgatif dengan bentuk morfologinya yang khas dan biasanya terdentifikasi di


12

dalam sel leukosit polimorfonuklear (intraselular) maupun dekat di sekitar sel

leukosit (ekstraselular) (Afriana, 2012)

Gambar 1.7. Gonococcus dengan leukosit PMN

2. Kultur

Pemeriksaan kultur pada gonore mempunyai sensitivitas sekitar 80- 90%.

Terdapat beberapa macam media untuk isolasi Neiserria gonorrhoeae yaitu

media transport (media Transpot dan Media Transgrow) dan media

pertumbuhan.(Media Mc Leods chocolate agar dan Media Thayer Martin).

Media transport digunakan jika letak pengambilan spesimen jauh dari

laboratorium. Spesimen dalam media transport yang disimpan dalam lemari es

dapat tahan selama 24 jam (Daili, 2010).

2. Tes definitif: Tes oksidasi menggunakan reagen oksidasi yang mengandung

larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni

gonokokus tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan

perubahan warna koloni yang semula bening menjadi merah muda sampai
13

merah lembayung. Kemudian dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai

glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokokus hanya meragikan glukosa.

3. Tes beta laktamase: Pemeriksaan beta laktamase dengan menggunakan

cefinase TM disc BBL 961192 yang mengandung chromogenic

cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi

merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase.

4. Tes Thomson: Tes ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi

sudah berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena

pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat. Syarat yang perlu

diperhatikan adalah sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi, urin dibagi

dalam dua gelas, tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2. Syarat

mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-

100 mL. Jika air seni kurang dari 80 mL, maka gelas 2 sukar dinilai karena

baru menguras uretra anterior.

Hasil pembacaan:

Gelas 1 Gelas 2 Arti


jernih jernih Tidak ada infeksi
Keruh jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh keruh Panuretritis
Jernih keruh Tidak mungkin
14

1.9 Diagnosis Banding

Tabel 1.2 Diagnosis Banding Gonoroe


Diagnosis Gonoroe Candidiasis Chlamydia Trikominiasis
Banding
Definisi suatu penyakit Suatu penyakit kulit Penyakit akibat Penyakit akibat
menular seksual yang akut atau sub akut, hubungan seksual, hubungan seksual,
bersifat akut, disebabkan oleh disebabkan oleh disebabkan oleh
disebebabkan oleh jamur intermediate Chlamydia Trichomonas
Neisseria gonorroeae yan mneyrang kulit, trachomatis vaginalis
suatu kuman gram subkutan, kuku,
negatif, berbentuk biji selaput lendir.
kopi
Etiologi Neisseria gonorroeae Candida Albicans Chlamydia Trichomonas
trachomatis vaginalis
Predileksi Pada pria uretra bagian Kulit: bokong sekitar Daerah inguinal Daerah kemaluan
anterior, wanita anus, lipat ketiak, bagian dalam
serviks uteri dan uretra lipat paha, bawah maupun luar
payudara, kuku.
Gejala - Nyeri saat - Gatal - Malaise - Terasa gatal
Klinis BAK - Terasa panas - Nyeri kepala - Keputihan
- Panas saat seperti terbakar - Atralgia - disuria
BAK - Terkadang - Anoreksia - poliuria
- Sekeret nyeri bila ada - Nausea - sekret uretra
mukopurulen infeksi - Demam mukoid
- Orificium sekunder - Sekret mukoid
uretra - Sekret purulen
membengkak dengan
gumpalan
seperti susu basi
Efloresensi - tampak - Daerah yang - Tumor multiple - Ditemukan
orifisium eritematus dengan daerah
uretra - Erosi konsistensi eritematosa
eksternum - Papula dan kenyal dan dengan sedikit
eritematosa bersisik lunak, merah, erosi dari
- edematosa nyeri tekan numular sampai
- ektropion plakat
- Pada bagian
dalam tempak
eritema mukosa
dsertai fluor
albus.
- Gambaran
strawberry
Pemeriksaa - Pewarnaan gram - Pewarnaan KOH - Tes langsung - Tes pH
n - Media Thayer - Media Sabourund pemeriksaan - Mikroskop
Penunjang Martin - Tes fermentasi antibody lapang gelap
- Tes Thomson
- Tes Oksidasi
15

Gambaran
Klinis

(Daili, 2010; Pedoman Diagnosis dan Terapi, 2005; Wolff, Johnson, Saavedra, 2013;

Siregar, 2005)

1.10 Penatalaksanaan

Terapi yang cepat dari gonore sangat penting untuk mengurangi transmisi.

Karena munculnya resistensi antibiotik mengakibatkan pilihan antibiotik terbatas,

sangat penting untuk mengikuti pedoman pengobatan untuk menghindari resistensi

lebih lanjut dan untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal (Wong, 2015)

Gonore Tanpa komplikasi (cerviks, uretra, rectum dan faring):

ciprofloxacine 500 mg per oral dosis tunggal (efektivitas 95%)

ofloxaxine 400 mg per oral dosis tunggal

cefixime 400 mg per oral dosis tunggal

ceftriaxone 250 mg i.m. dosis tunggal.

Bila diduga ada infeksi campuran dengan chlamydia ditambah

Azithromycin 1 g per oral dosis tunggal

erytromycine 500 mg sehari 4 kali per oral selama 7 hari


16

doxycycline 100 mg sehari 2 kali per oral selama 7 hari

Alergi penisilin: Spectinomycin 2mg i.m

Gonore dengan komplikasi sistemik

Meningitis dan endocarditis

o cetriaxone 1-2 g i.v. setiap 24 jam,

o untuk meningitis dilanjutkan 10-14 hari

o untuk endokarditis diteruskan paling sedikit 4 minggu

artritis, tenosynovitis dan dermatitis

o ciprofloxacine 500 mg i.v setiap 12 jam

o ofloxacine 400 mg setiap 12 jam

o cefotaxime 1 g i.v. setiap 8 jam

o ceftriaxone 1 g i.m/i.v tiap 24 jam

Gonore pada bayi dan anak

sepsis, arthritis, meningitis atau abses kulit kepala pada bayi

o ceftiaxone 25-50 mg/kg/hari i.m/i.v 1 kali sehari selama 7 hari

o cefotaxime 25 mg/kg i.v/i.m setiap 12 jam selama 7 hari

o bila positif meningitis lama pengobatan 10-14 hari

vulvovaginitis, cervicitis, uretritis, faringitis atau proctitis pada anak

o ceftriaxone125 mg i.m dosis tunggal + pengobatan infeksi chlamydia

o untuk anak dengan berat badan > 45 kg obat dan dosis obat sama

seperti orang dewasa


17

bakterimeia atau arthritis pada anak

o ceftriaxone 50 mg/kg (maks.1 g untuk BB < 45 kg dan 2 g untuk BB >

45 kg) i.m/i.v 1 kali sehari selama 7 hari atau 10-14 hari untuk BB >45

Gonore pada wanita hamil

Ceftriaxone 250 mg dosis tunggal

amoxicillin 3 g + probenesid 1 g

cefixime 400 mg dosis tunggal (Pedoman Diagnosis dan Terapi, 2005)

1.11 Komplikasi

1. Tysonitis

Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya

terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang

kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau

pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan

timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten (Daili, 2010).

Gambar 1.8 Tysonitis


18

2. Cowperitis

Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi

pada kelenjar Cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan

pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan

disuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau

rektum dan mengakibatkan proktitis (Daili, 2010).

Gambar 1.9 kelenjar Cowper

3. Vesikulitis

Vesikulitis adalah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus

ejakulatoris, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut. Gejala

subyektif menyerupai gejala prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria

terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah.

Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak

dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat (Daili, 2010).


19

Gambar 1.10 vesikula seminalis

4. Prostatitis

Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak nyaman di daerah perineum

dan suprapubis, malaese, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme otot uretra

sehingga terjadi retensi urin tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada

pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan

didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati, abses akan pecah,

masuk ke uretra posterior atau kearah rektum mengakibatkan proktitis (Daili, 2010).

Gambar 1.11 prostatitis


20

5. Epididimitis

Epididimitis akut biasanya unilateral, dan setiap epididimis biasanya disertai

deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ini adalah trauma

pada uretra posterior. Epididimis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas,

juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri

sekali dan bila mengenai kedua epididimis dapat mengakibatkan sterilitas (Daili,

2010).

Gambar 1.12 Epididimitis


6. Bartholinitis

Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan nyeri tekan.

Kelenjar Bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan

penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat

pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren atau

menjadi kista (Daili, 2010).


21

Gambar 1.13 Bartholinitis

7. Salpingitis

Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba Fallopi sampai pada daerah

salping dan ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul/pelvic

inflamatory disease (PRP/PID). PRP ini dapat menimbulkan kehamilan ektopik dan

sterilitas. Kira-kira 10% wanita dengan gonore akan berakhir dengan PRP. Gejalanya

terasa nyeri pada daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi

yang tidak teratur atau abnormal (Daili, 2010).

8. Proktitis

Proktitis pada pria dan wanita pada umumnya asimtomatik. Pada wanita dapat

terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan

genitoanal seperti pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada

pria, terasa seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa

eritematosa, edematosa, dan tertutup pus mukopurulen (Daili, 2010).


22

Gambar 1.14 Proktitis

9. Orofaringitis

Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis gonore

lebih sering daripada gingivitis, stomatitis, atau laringitis. Keluhan sering bersifat

asimptomatik. Bila ada keluhan, sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang

disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat

mukopurulen yang ringan atau sedang (Daili, 2010).

Gambar 1.15 Orofaringitis


23

10. Konjungtivitis

Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita

servisitis gonore. Pada orang dewasa, infeksi terjadi karena penularan pada

konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhannya berupa fotofobi, konjungtiva

bengkak dan merah dan keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati dapat

berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalmitis, sampai timbul kebutaan (Daili,

2010).

Gambar 1.16 Konjungtivitis karena gonore

1.12 Prognosis

Prognosis pada penderita dengan gonore bervariasi berdasarkan cepatnya

penyakit diketahui dan diterapi. jika pengobatan cepat diberikan dan tepat, penderita

dapat sembuh sempurna.

Anda mungkin juga menyukai