Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Tn. M L
Tanggal Lahir : 03 April 1938
Umur : 77 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Batu Gajah
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pendidikan terakhir : Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Masuk RS : 28 Maret 2015
Ruangan : Observasi Akut
No. RM : 02 15 95

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis : 2 april 2015, namun pasien tidak kooperatif.
Alloanamnesis : Keponakan dan istri secara langsung pada tanggal 28 Maret dan
2 April 2015

A. Keluhan Utama : Gelisah, perilaku kasar, bicara sendiri, marah-marah


B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasian masuk RS diantar oleh keluarganya dan polisi. Pasien gelisah, marah-marah,
bicara sendiri, mengamuk dan mengikuti orang dengan parang atau batu sejak
kemarin. Pasien ini baru datang dari Saparua kemarin. Pasien waktu di Saparua juga
melakukan perbuatan yang sama yang terjadi sudah 4 bulan ini. Pasien waktu di
Saparua dipukul dan diamankan oleh polisi karena perbuatan tersebut. Pasien kemari
datang ke Ambon sendiri dengan menaiki kapal. Menurut keluarga, perubahan
perilaku pasien telah terjadi sejak 1 tahun terakhir, namun sejak 4 bulan terakhir ini
pasien bersikap agresif. Awalnya pasien suka bicara sendiri dan mulai marah-marah
yang tidak jelas. Saat pasien ditanyakan, pasien mengaku bahwa dirinya seorang

1
Intelegen dan orang kepercayaan dari Gubernur Ambon dan Makassar. Pasien tidak
mau beberkan rahasia, jika dibeberkan pasien atau orang yang mendengarkannya
akan dibunuh. Ini pertama kalinya pasien masuk rumah sakit dan dirawat dengan
gejala seperti ini.
C. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Ini pertama kalinya pasien dirawat dengan gejala seperti ini. Malaria (+) tapi tidak
sampai kejang. Riwayat trauma kepala disangkal pasien. Riwayat merokok dan
NAPZA tidak ada.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi :
1. Riwayat Prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak ke-5 dari 5 bersaudara. Pasien juga merupakan anak
kandung dari ayah dan ibu yang sah. Setelah melahirkan pasien, ibu pasien
meninggal dunia.
2. Riwayat Masa Bayi
Setelah melahirkan pasien tidak mendapat asupan ASI dari ibunya dikarenakan
ibunya meninggal setelah melahirkan. Pasien mendapat hanya mendapat asupan
susu formula. Keluarga pasien (istri) tidak terlalu tahu tentang masa bayi pasien,
apakah pasien mendapat imunisasi atau tidak.
3. Riwayat Masa Kanak, Remaja dan Dewasa
Masa kanak-kanak, remaja dan dewasa pasien juga tidak terlalu diketahui oleh
keluarga (istri dan keponakan). Namun selama masa kanak-kanak pasien
dibesarkan dengan ayah pasien dan ke-empat kakaknya. Pasien merupakan anak
yang baik dan periang.
4. Riwayat Pendidikan
Untuk SD, SMP dan SMA pasien tidak diketahui dengan pasti oleh istri dan
keponakan pasien. Pendidikan terakhir pasien adalah sarjana Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Pasien suka bergaul dan punya banyak teman.
5. Riwayat Pekerjaan
Pasien setelah Sarjana, pasien bekerja di kantor gubernur menjadi PNS sampai
pasien pensiun.

2
6. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke-5 dari lima bersaudara dari perkawinan ibu dan
ayahnya yang sah. Anak pertama dan ke-tiga sudah berkeluarga dan tinggal
bersama kelaurganya. Anak ke-dua dan ke-empat menderita hal yang sama
seperti pasien namun tidak agresif seperti pasien.
Dalam keluarga, pasien kurang akur dengan saudara-saudara kandungnya karena
pasien tidak dapat bagian dalam pembagian harta warisan keluarga. Selain itu,
pada saat pasien mau melanjutkan sekolahnya, keluarga pasien tidak setuju
dengan alasan usia pasien sudah tua dan pasien sudah mau pensiun dari
pekerjaannya
BAGAN 1.1 SILSILAH KETURUNAN

Keterangan:
: Laki : Perempuan

: Yang sakit

7. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah dan telah sudah mempunyai 3 orang anak. Pasien
mempunya 3 orang anak. Anak yang kedua telah meninggal +13 tahun yang lalu
Istri dan anak pasien tinggal di Makassar.
8. Riwayat Kehidupan sosial ekonomi sekarang
Pasien tinggal bersama di Saparua bersama keluarganya dan pasien sering bolak-
balik Makassar bertemu dengan istri dan anaknya.

3
9. Persepsi dan harapan keluarga
Seluruh keluarga ingin pasien segera sembuh dan dapt berkumpul kembali
dengan mereka.

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki tampak seusianya, kulit sawo matang, rambut hitam, berjengot,
memakai baju kaos coklat, celana panjang coklat, dan tidak tampak rapi.
2. Perilaku dan aktifitas psikomotor
Pasien duduk, tampak gelisah dan marah-marah saat diwawancarai. Pasien
berbicara dengan suara yang jelas. Kontak mata dengan pasien baik.
3. Pembicaraan
Cepat, intensitas tinggi, perbendaharaan kata banyak, jawabannya awalnya
terhubung kemudian tidak nyambung lagi.
4. Sikap terhadap pemeriksaan : tidak kooperatif
B. Keadaan Afektif (mood), Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati
1. Afek (Mood) : Hostile
2. Ekspresi Afektif : Labil
3. Keserasian : Serasi
4. Empaty : kurang
C. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umur dan kecerdasan : sesuai dengan tingkat
pendidikan
2. Daya konsentrasi : Kurang, cepat teralih.
3. Orientasi
Tempat : baik ( Pasien mengetahui dimana dia berada)
Waktu : baik (pasien dapat membedakan pagi, siang atau sore hari)
Orang : baik (pasien mengenal dokter dan perawat)
4. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang : Baik

4
Daya ingat jangka pendek : Baik
Daya ingat segera : Baik
Akibat hendaya daya ingat : Baik
5. Kemampuan menolong diri sendiri : Buruk
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan ilusi : + kadang-kadang
2. Depersonalisasi dan derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
Produktifitas : High of ideas.
Kontinutas : Asosiasi longgar, Inrelevan
Hendaya Berbahasa : Campur baur
2. Isi pikiran
Preokupasi :
Gangguan pikiran :
- Waham : waham kebasaran (Pasien mengaku bahwa dirinya adalah
seorang Intelejen pemerintah dan orang kepercayaan Gubernur)
F. Pengendalian Implus : Kurang. Pasien tidak dapat mengontrol emosinya dengan
baik.
G. Daya nilai
1. Daya nilai sosial : Buruk
2. Uji daya nilai sosial : Buruk
3. Daya nilai realistis : Buruk
H. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupan : Pasien merasa bahwa dirinya tidak sakit.
Menurut pasien bahwa dia adalah seorang intelegen dan orang penting di kantor
Gubernur.
I. Tilikan : Insight 1. Pasien mengaku bahwa dirinya tidak sakit.
J. Taraf dapat dipercaya: Tidak dapat dipercaya

5
IV. IKTISAR TEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki, usia 77 tahun, agama Kriten Protestan, pendidikan2 terakhir S1
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, tinggal di batu gajah. Pasien dibawah oleh keluarga dan
polisi ke Rumah Sakit Khusus Daerah pada tanggal 28 maret 2015 pada pukul 14.00 wit
dengan keluhan gelisah, perilaku kasar, bicara sendiri, marah-marah yang dialami pasien
kemarin. Menurut keluarga, perubahan perilaku pasien telah terjadi sejak 1 tahun terakhir,
namun sejak 4 bulan terakhir ini pasien bersikap agresif. Awalnya pasien suka bicara
sendiri dan mulai marah-marah yang tidak jelas. Ini pertama kalinya pasien masuk rumah
sakit dan dirawat dengan gejala seperti ini.
Pasien memilki waham kebesaran yang merasa bahwa dirinya adalah seorang
intelengen dan orang penting di kantor Gubernur. Pasien sering bicara sendiri, marah-
marah dan emosi pasien labil. Adanya perilaku kacau yang suka memukul orang dan
mengikuti orang denga batu atau parang.
Produktivitas proses berpikir pasien high of ideas dan kontinuitasnya yaitu asosiasi
longgar dan irelevan. Sedangkan hendaya berbahasa campur baur / gado-gado. Gangguan
isi pikiran berupa waham kebesaran yaitu pasien adalah seorang intelegen dan orang
kepercayaan Gubernur.
Pengendalian implus pasien kurang, emosi labil sehingga suka marah-marah. Daya
nilai sosial pasien buruk. Insight 1 yaitu psien merasa dirinya tidak sakit.

V. FORMULA DIAGNOSTIK
Berdasarkan hasil anamnesis ditemukan adanya pola perilaku yang kacau, gelisah,
bicara sendiri dan tidak nyambung, serta emosi labil yang telah terjadi sejak 1 tahun
sehingga secara klinis berkaitan dengan gejala yang menimbulkan gangguan pada
berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan serta memenuhi waktu sehingga dapat
mengalami gangguan jiwa. Pada pasien ini hal yang bermakna yang paling dominan
adalah gangguan waham kebesaran yang disertai dengan perilaku kacau dan bicara kacau.
Halusinasi pasien kadang ada, kadang tidak.
Dari temuan-temuan diatas, berdasarkan PPDGJ-III dapat didiagnosis dengan
Skizofrenia Paranoid. Dimana adanya waham yang mencolok yang terjadi sejak 1 tahun
terakhir yang disertai bicara sendiri dan perilaku kacau 4 bulan terakhir ini. Pasien juga

6
tidak menderita gangguan penyakit infeksi atau trauma sebelum pasien sakit, tidak ada
penggunaan NAPZA, obat-obatan dan merokok. Dengan demikian, diagnosis Axis I
adalah pasien menderita Skizofrenia, gangguan Skizotipal dan gangguan waham
(F20-F29).
Pada Axis II tidak ada. Pada Axis III tidak dapat didiagnosis karena pasien tidak
ada riwayat atau gejala penyakit infeksi yang menyebabkan pasien menderita penyakit
ini.
Pada Axis IV, adanya masalah kelurga terkait dengan pembagian harta warisan dan
dukungan keluarga pada pasien untuk bersekolah lanjut.
Pada Axis V, Global Assesment of Functioning (GAF) Scale pada pasien ini selama
satu tahun terakhir yaitu 70-61 dan untuk sekarang 40-31, dimana pada pasien ini hanya 4
bulan dari belakang ini yang mengalami beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa hubungan.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL


A. Axis I : F20-F29 Skizofrenia, gangguan skizopital, dan gangguan waham.
B. Axis II : Tidak ada
C. Axis III : Tidak ada
D. Axis IV: Adanya masalah keluarga terkait pembagian harta warisan dan dukungan
dari keluarga.
E. Axis V : GAF HLPY 70-61
GAF Current 40-31

VII. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologik
Tidak dilakukan
B. Gangguan psikologik
1. Skizofrenia
2. Tilikan 1

7
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad Functionam : dubia at malam
Ad Sanationam : dubia at malam

Hal-hal yang meringankan :


1. Adanya motivasi keluarga untuk pasien sembuh.
2. Pasien mendapat jaminan dari pemerintah sehingga pasien mendapat obat dengan
gratis.

Masalah yang memberatkan :


1. Adanya masalah kelaurga

IX. PENATALAKSANAAN
A. Psikologik
1. Terhadap pasien
a. Psikoterapi suportif
b. Modifikasi perilaku
2. Terhadapa keluarga
a. Penjelasan kepada keluarga tentang kondisi pasien
b. Psikoedukasi terhadap anggota keluarga pasien untuk memperhatikan
jadwal minum obat secara teratur dan hubungan keluarga dengan pasien
dalam hal penerimaan dan perhatian pada pasien.
c. Memberitahukan efek samping obat.
3. Psikofarmako
a. Haldoperidone 1,5 mg tiap 8 jam setelah makan
b. Clozapine 25 mg 1x1 (malam) setelah makan
c. Triheksiphenidil 2 mg tiap 8 jam setelah makan.

8
X. DISKUSI
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikologi dengan gangguan dasar pada
kepribadian dan distorsi khas proses pikir yang ditandai dengan proses pikir penderita
yang lepas dari realita sehingga terjadi perubahan kepribadian seseorang yang reversible
dan menuju kehancuran serta tidak berguna sama sekali ( Dep. Kes. , 1995 ).
Gejala Skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda.
Awitan pada laki-laki biasanya 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun.
prognosis biasanya lebih buruk pad laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Awitan
setelan umut 40 tahun jarang terjadi.
Etiologi skizofernia belum diketahui pasti. Berdasarkan penelitian biologik, genetika,
fenomenologik dinyatakan bahwa skizofrenia merupakan suatu gangguan atau penyakit.
Kemungkinan besar skizofrenia adalah suatu gangguan yang heterogen. Yang menonjol
pada gangguan skizofrenia adalah adanya stressor psikososial yang mendahuluinya.
Seseorang yang mempunyai kepekaan spesifik bila mendapat tekanan tertentu dari
lingkungan akan timbul gejala skizofrenia .
Etiologi skizofrenia diuraikan menjadi dua kelompok teori yaitu :
1. Teori Somatogenetik. Teori yang menganggap bahwa penyebab skizofrenia
karena factor kelainan organik atau badaniyah.
2. Teori Psikogenik. Teori yang menganggap skizofrenia disebabkan oleh suatu
gangguan fungsional. Dan penyebab utamanya adalah konflik , stres psikologik
dan hubungan antar manusia yang mengecewakan.
Selain itu banyak teori yang diajukan sebagai teori etiologi skizofrenia. antara lain
teori yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu interaksi beberapa gen
penyebab skizofrenia. Dan ada pula teori yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan
oleh metabolisme yang disebut dengan inborn error of metabolissm (Maramis, 1980.
Pada umumnya skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan presepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or
tumpul (blunted), kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.

9
Dalam PPDG-III, gejala skizofrenia adalah harus ada sedikitnya satu gejala berikut
ini yang amat jelas (dan biasanya dua atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a. Pikiran:
- thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulanga, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
- thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
daari luar dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b. Waham:
- delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu
kekuatan tertentu dari luar dirinya; atau
- delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh sesuatu
kekuatan tertentu luar; atau
- delusion of passitivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap sesuatu kekuatan dari luar;
(tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak
atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
- delusion preception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mujizat;
c. Halusinasi audiotorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang bicara), atau
- Jenis suara halusinasi yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,, misalnya perihal keyakinan agama atau

10
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari
dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus menerus;
b. Arus pikiran yang terputus-putus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan,
atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
d. Gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari perngaulan sosial dan menurukan kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih.
Pada laporan kasus ini didiagnosis dengan skizofrenia tipe paranoid dengan gejala
sebagai berikut:
1. Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau member perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pegecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;

11
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of conrol) dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejaar yang beraneka
ragam, adalah yang palin khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relative tidak nyata/tidak menonjol.
Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu
menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan
dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting
dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik
yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis. Kesabaran dan perhatian yang
tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta
memotivasi penderita untuk sembuh.

XI. FOLLOW UP

Tgl GEJALA TERAPI


28/03-2015 Pasien dibawa ke RSKD oleh polisi karena Injeksi (jika pasien mengamuk)
mengamuk, mengikuti ornag dengan - Inj. Govotil 5 mg im/12 jam
parang, mengatakan dirinya intelegen, - Inj. Diazepam 10 mg iv/12 jam
bawa rahasia penting Negara, perubahan Oral:
perilaku 1 tahun dan memberat 4 bulan - Haloperidone 1,5 mg 3x1 tab
terakhir - Trihexipenidine 2 mg 3x1 tab
Pemeriksaan status mental - Clozapin 25 mg 1x1 (malam)
Kontak (+) mata dan verbal
Verbaisasi: spontan agak membanjir
Afek hostile
Psikomotor : gelisah
Arus pikir : kadang irelevan
Gangguan isi pikir : waham kebesaran
Dx: Skizofrenia paranoid onset lambat.
30/03-2015 Gelisah, mengamuk, membanting tempat Injeksi
tidur, tidak mau minu, obat - Inj. Govotil 5 mg im/12 jam
- Inj. Diazepam 10 mg iv/12 jam
31/03-2015 Kadang tenang, kadang gelisah, suka Injeksi
mencapur makanan - Inj. Govotil 5 mg im/12 jam
- Inj. Diazepam 10 mg iv/12 jam
01/04-2015 Tenang, sudah mau minum obat. Oral:
Bicara pakai bahasa isyarat - Haloperidone 1,5 mg 3x1 tab

12
- Trihexipenidine 2 mg 3x1 tab
- Clozapin 25 mg 1x1 (malam)
02/04-2015 Tenang, sudah mau minum obat, tidak mau Oral:
bicara, hanya pakai bahasa isyarat. - Haloperidone 1,5 mg 3x1 tab
- Trihexipenidine 2 mg 3x1 tab
Clozapine habis switch CPZ 1
- CPZ 100 mg 1x 2 tab (malam)
04/04-2015 Gelisah Oral:
Buang/menghamburkan makanan - Haloperidone 1,5 mg 3x1 tab
Bicara pakai bahasa isyarat - Trihexipenidine 2 mg 3x1 tab
1
- CPZ 100 mg 1x 2 tab (malam)
07/04-2015 Sangat gelisah Injeksi (extra)
- Inj. Govotil 5 mg im/12 jam
- Inj. Diazepam 10 mg iv/12 jam
Oral:
- Haloperidone 1,5 mg 3x1 tab
- Trihexipenidine 2 mg 3x1 tab
1
- CPZ 100 mg 1x 2 tab (malam)

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Bab 12.
Jakarta: FKUI. 2010. Hal. 170-95
2. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya. 2001.
Hal. 46-59
3. Skozofrenia. 2011. [homepage on the Internet]. [cited 2015 March 15]. Available from:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-santosag02-5264-3-bab2.pdf
4. Skozofrenia paranoid. Universitas Sumatra Utara. 2011. [homepage on the Internet].
[cited 2015 March 15]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28071/Chapter%20II.pdf;jsessioni
d=8D58EFBD76C500DACA70A8F4E0C7C22B?sequence=4
5. Tandon Rajiv, Gaebel Wofgang, Barch Deanna, Bustillo Juan, Gur Raquel, Heckers
Stephan, et al. Definition and description of schizophrenia in the DSM-5. Schizophrenia
Research. 2013;28(5):1-8. doi:10.106/j.schres.2013.05.028.
6. Debnath Monojit, Das KJ, Bera NK, Nayak RC, Chaudhuri KT. Genetic associations
between delusional disorder and paranoid schizophrenia: A novel etiologic approach. Can
J Psychiatry. 2006;52(6):342-9
7. Watermann Brian. Treatment of schizophrenia: the past, present and future of
schizophrenia treatment. London; Brian Watermann Ltd: 2003
8. Rethink mental illness: Schizophrenia fact sheet. London: Rethink Mental Illness; 2015
9. Torrey Fuller. The epidemiology of paranoid schizophrenia. Schizophrenia Bulletin.
1981;7(4):588-93.
10. Scherzer Peter, Leveille Edith, Achim Andre, Boisseau Emilie, Stip Emmanuel. A study
of theory of mind in paranoid schizophrenia: a theory or many theories? Frontiers in
Psychology. 2012;432(3):1-11.
11. Ahmadian Sorour, Delavari Ghazal, Ghanbari Dhonya, Zaeifi Davood. D3 as possible
marker based on D1-D4 dopamine receptor expression in paranoid schizophrenia
patients. J Mol Biomark Diagn. 2014;5(3):1-3. doi:10.4172/2155-9929.1000171
12. Trigoboff Ellen. Schizophrenia and Other Psychotic Disorders. New York: Media Link;
2009.

14

Anda mungkin juga menyukai