Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Modul virus dan jamur diberikan kepada mahasiswa semester pendek yang
mengambil Sistem Kedokteran Tropis. TIU dan TIK disajikan pada permulaan modul
supaya tutor dan mahasiswa mengertI dan memahami konsep dasar mekanisme penyakit
yang akan didiskusikan. Walaupun demikian materi infeksi tropis yang disebabkan oleh
bakteri tetap harus dikuasai juga

Modul 1 terdiri atas 2 skenario yang menunjukkan pasien dengan penyakit tropis
yang disebabkan virus dan jamur. Pada modul ini terdiri atas Demam Dengue (4A) dan
Tinea Cruris (4A). Diharapkan diskusi tidak hanya terbatas pada permasalahan di dalam
skenario, namun hendaknya pada semua hal yang terkait dengan masalah dalam skenario.
Mahasiswa harus mampu memahami dan dapat menjelaskan semua aspek tentang
penyakit tropis dengan gejala demam, dimulai dari pengertian/definisi, jenis,
patomekanisme, etiologi, manisfestasi klinis, cara menegakkan diagnosis, diagnosis
banding, berbagai pemeriksaan penunjang yang diperlukan, penatalaksanaan
(farmakologis dan non-farmakologis) termasuk pengaturan gizi dan epidemiologi demam
pada penyakit tropis.

Diskusi tutorial harus mengikuti metode seven jumps sesuai dengan aturan yang
berlaku pada kurikulum nasional. Tutor dan mahasiswa harus membaca TIU dan TIK
sehingga diharapkan diskusi tidak menyimpang dari tujuan dan kompetensi yang
diharapkan dapat tercapai. Sasaran pembelajaran sebaiknya disusun sendiri oleh
kelompok mahasiswa. Peran Tutor sangat penting dalam memberikan pengarahan selama
diskusi tutorial berlangsung. Mengarahkan bukan berarti memberikan kuliah kepada
anggota kelompok, karena Tutor tetap harus memperhatikan prinsip student centered.
Apabila diperlukan, mahasiswa dapat meminta konsultasi kepada pakar untuk klarifikasi
hal-hal yang kurang difahami.

1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN


TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah selesai mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa memahami dan mampu
menjelaskan tentang penyakit-penyakit tropis yang disebabkan virus dan jamur yang
meliputi definisi (pengertian), patogenesis dan patomekanisme, manifestasi (tanda dan

1
gejala) klinik, cara menegakkan diagnosis, komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan
serta epidemiologi penyakit-penyakit tropis tersebut.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah selesai mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa dapat/mampu :

1. Menjelaskan penyakit-penyakit yang disebabkan virus dan jamur


2. Menjelaskan macam-macam penyakit tropis yang menimbulkan gejala utama
demam yang disebabkan oleh mikroorganisme dan etiologi penyakit tersebut
(bakteri aerob dan anaerob, parasit, virus, atau agen lain)
3. Memahami dan mampu menjelaskan patogenesis dan patomekanisme penyakit-
penyakit tropis yang disebabkan oleh virus dan jamur
4. Memahami dan mampu menjelaskan tentang manifestasi klinik (gejala dan tanda)
yang ditemukan pada penyakit-penyakit tropis yang disebabkan oleh virus dan
jamur
5. Memahami dan mampu menjelaskan tentang cara-cara menegakkan diagnosis
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis, serta diagnosis diferensial penyakit-
penyakit tropis tersebut.
6. Memahami dan mampu menjelaskan penatalaksanaan (pengobatan, perawatan
dll), termasuk menentukan rencana penatalaksanaan, indikasi, kontraindikasi, efek
samping obat yang digunakan, gizi yang diperlukan dll. serta komplikasi yang
dapat terjadi pada penyakit-penyakit tropis tersebut
7. Memahami dan mampu menjelaskan epidemiologi (insidens, prevalensi,
morbidity, mortality rate, preventif, promotif, dll.) penyakit-penyakit tropis
tersebut.

2
1.3 Skenario

Seorang perempuan, berusia 25 tahun datang ke unit gawat darurat RS dengan


keluhan demam tinggi sejak 5 hari yang lalu Keluhan disertai rasa lemas dan tidak
nafsu makan, mual, nyeri otot dan tadi pagi gusinya berdarah waktu menggosok gigi.
Pemeriksaan fisis: temperatur 39C, terdapat petekiae di ekstremitas atas dan bawah
dan nyeri tekan epigastrium.

Kalimat Kunci
Perempuan usia 25 tahun

KU : Demam tinggi 5 hari


KT : Rasa lemas, tidak nafsu makan, mual, nyeri otot dan gusi berdarah
Pem. Fisik : temperature 39, petekie di ekstremitas atas dan bawah, nyeri
epigastrium

Analisis Masalah
1. Apa definisi dan klasifikasi dari demam !
2. Bagaimana patomekanisme terjadinya demam !
3. Apa saja penyakit tropis yang disebabkan oleh virus yang menimbulkan gejala
demam !
4. Bagaimana alur diagnosis pada skenario !
5.
6. Jelaskan mekanisme antar gejala pada skenario !
7. Jelaskan DD 1 pada skenario !
8. Jelaskan DD 2 pada skenario !
9. Jelaskan DD 3 pada skenario !

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
1. Apa definisi dan klasifikasi dari demam

Suatu keadaan peningkatan suhu inti, yang sering (tetapi tidak seharusnya) merupakan
bagian dari respons pertahanan organisme multiselular (host) terhadap invasi
mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap asing oleh host
(International Union of Physiological Sciences Commission for Thermal Physiology)

Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus (Dinarello &
Gelfand, 2005).

Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2C. Derajat suhu yang dapat dikatakan
demam adalah rectal temperature 38,0C atau oral temperature 37,5C atau axillary
temperature 37,2C (Kaneshiro & Zieve, 2010).

Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia. Hiperpireksia adalah
suatu keadaan demam dengan suhu >41,5C yang dapat terjadi pada pasien dengan
infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf
pusat (Dinarello & Gelfand, 2005).

Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2C sedangkan hipotermia adalah keadaan
dimana suhu tubuh <35C dan hiperpireksia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh
41,2C (Buku Ilmu Penyakit Dalam)

Dampak Positif Demam

Keberadaan demam berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit. Fungsi


pertahanan tubuh manusia bekerja lebih baik pada temperatur tinggi/demam
dibandingkan suhu normal. Komponen-komponen sistem kekebalan tubuh, seperti sel
darah putih (leucocyt) dan lymphocyt (salah satu jenis sel darah) akan bekerja lebih baik
melawan kuman dalam keadaan suhu tubuh yang meningkat ketimbang suhu tubuh
normal. Selain itu, jumlah interferon, yang merupakan salah satu substansi antivirus dan

4
antikanker dalam darah, juga akan meningkat dengan adanya demam. Jadi tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa menurunkan suhu tubuh ketika anak demam terlalu
cepat lewat pemberian obat penurun panas justru akan melemahkan sistem kekebalan
tubuhnya.

Terjadinya demam memiliki tujuan untuk membunuh virus, bakteri atau kuman yang
menyerang. Demam menjadi sebuah reaksi alamiah tubuh terhadap adanya infeksi.
Sehingga ketika seorang anak mengalami infeksi, keberadaan demam sangat bermanfaat
demi kesembuhannya. Selain itu, demam yang terjadi karena infeksi bakteri atau virus,
pada umumnya tidak akan menyebabkan kerusakan otak atau kerusakan fisik permanen
seperti anggapan yang telah dianut selama ini. Hanya demam di atas 42,2 derajat Celcius
yang telah diketahui dapat menyebabkan kerusakan otak.

Dampak Negatif Demam

Meningkatkan resiko dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Terjadinya dehidrasi


disebabkan oleh peningkatan penguapan cairan tubuh saat anak demam, sehingga anak
bisa kekurangan cairan. Untuk mengetahui anak mengalami dehidrasi yang paling mudah
adalah dengan melihat intensitas kencing anak. Berkurangnya kencing anak dan air
kencing berwarna lebih gelap daripada biasanya adalah tanda anak mengalami dehidrasi.
Penanganan utama pada anak demam adalah dengan memberikan asupan cairan dalam
jumlah yang memadai. Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya
tidak memaksa anak untuk makan. Untuk bayi yang demam, pemberian ASI dilakukan
lebih banyak atau sering. Selain minum, orang tua juga bisa memberikan sup atau buah-
buahan yang banyak mengandung air kepada anak.Menyebabkan kerusakan neurologis
(syaraf). Kerusakan otak karena demam bisa terjadi ketika demam mencapai lebih dari 42
derajat Celsius. Akan tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Sampai saat ini belum ada bukti
penelitian yang menunjukkan bahwa demam di bawah 42 derajat Celsius bisa
menyebabkan kerusakan otak. Apabila panas terus menerus dalm suhu tinggi dapat
menyebabkan kematian pada tubuh penderita yang mengalami panas berlebih
dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah.

5
Klasifikasi demam

Di bawah ini adalah berbagai tipe demam yang dapat membantu dalam menegakkan
diagnosis:

1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
mengigil dan berkeringat. Jarak tertinggi dan terendah lebih dari 2C. Bila demam
yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
SEPTIK

P TC A.M. P.M. A.M. P.M. A.M. P.M. A.M. P.M.

160 41O

O
140 40

120 39O

100 38O

80 37O

O
60 36

40 35O

HEKTIK

P TC A.M. P.M. A.M. P.M. A.M. P.M. A.M. P.M.

O
160 41

140 40O

120 39O

100 38O

O
80 37

60 36O

40 35O

6
2. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1C. pada tingkat demam
yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

3. Demam intermitten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam 1 hari. Bila
demam seperti ini terjadi setiap 2 hari sekali disebut demam tersiana dan bila
terjadi 2 hari bebas demam di antara 2 hari demam disebut demam kuartana.

4. Demam remiten
Suhu badan turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai 2C dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikutioleh kenaikan suhu
seperti semula

2. Bagaimana patomekanisme terjadinya demam

3. Apa saja penyakit tropis yang disebabkan oleh virus yang menimbulkan gejala
demam

1. Varicella simplex, varicella-zoster


Cacar air atau Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster. Penyakit ini disebarkan
secara aerogen.

Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah,
lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat,
bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah
kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada
dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.

7
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis.
Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja.
Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta)
yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap
(hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu
kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.

2. Poliomyelitis, Human enterovirus C


Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular
dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah,
bisa menyebabkan kesulitan bernapas, kelumpuhan, dan pada sebagian
kasus menyebabkan kematian.

Polio non-paralisis

Polio non-paralisis adalah tipe polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan. Gejalanya
tergolong ringan. Berikut ini adalah gejala polio non-paralisis yang umumnya
berlangsung antara satu hingga sepuluh hari.

Muntah
Lemah otot
Demam
Meningitis
Merasa letih
Sakit tenggorokan
Sakit kepala
Kaki, tangan, leher, dan punggung terasa kaku dan sakit

3. Ebola, Ebola virus zaire


Ebola adalah penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus dan
menyebar melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh
penderita seperti urin, tinja, air liur, serta air mani. Dalam hal ini, kontak
langsung berarti darah atau cairan tubuh lain seperti air liur atau ingus
penderita yang langsung menyentuh hidung, mata, mulut, atau luka
seseorang yang terbuka.

Gejala-gejala Ebola

Masa inkubasi, yaitu jarak waktu antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga muncul
gejala pertama, penyakit Ebola adalah sekitar 2-21 hari. Tetapi penderita Ebola tidak
menularkan virus sebelum menunjukkan gejala. Penularan virus Ebola hanya akan mulai
terjadi pada saat gejala muncul. Gejala-gejala awal yang mengindikasikan penyakit ini
antara lain:

8
Serangan demam yang datang secara tiba-tiba.
Sakit kepala.
Merasa sangat lemas.
Nyeri pada otot dan sendi.
Sakit tenggorokan.

Setelah gejala-gejala di atas, akan muncul gejala lanjutan yang meliputi:

Muntah.
Ruam-ruam.
Gangguan fungsi hati dan ginjal.
Pendarahan dalam tubuh yang terkadang juga keluar melalui mulut, hidung, mata,
atau telinga.

4. Campak, paramiksovirus

Campak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini akan memunculkan ruam
di seluruh tubuh dan sangat menular. Campak bisa sangat mengganggu dan mengarah
pada komplikasi yang lebih serius. Gejala campak mulai muncul sekitar satu hingga dua
minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh.

Gejala-gejala campak:

Hidung berair dan sedikit batuk.


Mata berair dan radang mata (conjuctivitis), termasuk photo phobia (silau bila
melihat cahaya).
Muncul bercak putih-abu di dalam mulut (pipi bagian dalam), yang dinamakan
Koplik Spots atau bercak koplik.
Demam tinggi bertahap (38-40,5C).
Pada saat demam memuncak, ruam merah-merah mulai muncul. Mula-mula di
daerah muka, disekitar garis rambut dan belakang telinga. Kemudian menyebar ke
dada dan punggung. Lalu berlanjut ke paha dan kaki. Ruam ini mungkin agak-
agak gatal pada beberapa anak.
Ruam bisa berbentuk timbul maupun datar.
Banyak atau sedikitnya ruam juga menandai berat ringannya campak. Makin
banyak dan penuh ruamnya di sekujur tubuh, makin berat juga penyakitnya.
Ketika demam mulai menurun, bintik merah juga berangsur menghilang sesuai
urutan timbulnya.

5. SARS, coronavirus - SARS


SARS atau SARS adalah penyakit pernapasan virus yang disebabkan oleh
coronavirus - SARS terkait coronavirus (SARS-majalah) - yang dapat
mengancam hidup

9
Tanda dan gejala:

Gejala-gejala SARS antara lain sakit kepala, batuk, sesak napas seperti asma, bersin,
demam dengan suhu badan tinggi lebih dari 38 derajat Celcius, nyeri otot dan persendian
serta sakit di dada terutama saat bernapas. apabila penyakit tidak ditangani dengan baik
maka kondisi bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat
rusaknya. Keadaan pasien yang semula mengalami radang paru dapat berlanjut ke kondisi
gagal napas yang berat karena paru sudah tidak dapat berfungsi sebagai alat pernapasan
yang menerima oksigen dan membuang karbon dioksida.

6. Yellow fever
Demam kuning (Yellow fever) adalah suatu penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh virus yellow fever yang ditularkan oleh nyamuk yang
terinfeksi virus (Aedes aegypti, dan spesies lain) ke inang atau host dalam
hal ini adalah manusia dan primata (monyet) yang menyebabkan
kerusakan pada saluran hati, ginjal, jantung dan sistem pencernaan.
Penyakit ini dapat menyebabkan berbagai gejala klinis seperti demam,
mual, nyeri dan dapat berlanjut ke fase beracun yang terjadi setelah itu,
ditandai dengan kerusakan hati dengan jaundis atau ikterik atau kulit
menjadi berwarna kuning, gagal ginjal, meningitis dan akhirnya dapat
mengakibatkan kematian.

Tanda dan gejala:

Penyakit yang berkembang sempurna terdiri dari tiga periode klinis yaitu :

1. Infeksi : viremia, pusing, sakit punggung, sakit otot, demam, mual dan muntah
2. Remisi : gejala infeksi surut
3. Intoksikasi : suhu mulau naik lagi, perdarahan di usus yang ditandai denga
muntahan berwarna hitam, albunuria, dan penyakit kuning akibat dari
kerusakan hati. Pada hari kedelapan, orang yang terinveksi virus ini akan
meninggal atau sebaliknya akan mulai sembuh.

10
4. Bagaimana alur diagnosis pada skenario

Alur Diagnosis

Anamnesis :

- Demam mendadak tinggi 2-7 hari


- Nyeri seluruh badan, mialgia, arthalgia
- Sakit kepala
- Nyeri retro-orbital
- Anoreksia
- Mual dan muntah

Pem. Fisik :

- Perbesaran hepar > 2 cm


- Pucat
- Terdapat petekie, perdarahan mukosa

Pemeriksaan Penunjang :

- Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relatif (> 45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15
% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
- Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
- Hematrokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
- SGOT/SGPT dapat meningkat.
- Ureum, kreatinin: bila didapatkan fungsi ginjal.
- Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.

Pemeriksaan Penunjang:

Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutam pada hemitoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.

11
5. Jelaskan mekanisme antar gejala pada skenario !

Mekanisme antar gejala (mual,tidak nafsu makan, nyeri epigastrium) pada


skenario

Virus yang ada di kelenjar ludah nyamuk ditularkan ke manusia melalui gigitan.
Kemudian virus bereplikasi di dalam tubuh manusia pada organ targetnya seperti
makrofag, monosit, dan sel Kuppfer kemudian menginfeksi sel-sel darah putih dan
jaringan limfatik. Virus dilepaskan dan bersirkulasi dalam darah. Terbentuklah antibodi
non-netralisasi lalu antibodi non-netralisasi bersirkulasi bebas pada darah virus dengan
mudah masuk dan menginfeksi sel fagosit, Sel fagosit yg terinfeksi memicu respon sel
imun yg lain seperti histamin, Peningkatan jumlah histamin meningkatkan permeabilitas
kapiler, Terjadi perembesan cairan plasma dari intravaskuler ke interstisial. Diperparah
dengan penurunan jumlah albumin akibat gangguan fungsi hati,Hepar bekerja berlebihan
untuk destruksi trombosit & produksi albumin, akibatnya hepar (sel kupffer) rusak karena
virus dengue terjadilah hepatomegali sehingga penderita merasakan nyeri tekan pada
palpasi di epigastrium.

Mekanisme terjadinya anoreksia tersebut tidak diketahui namun diduga akibat pelepasan
mediator proinflamasi seperti interleukin-1, tumor necrosis factor- dan interleukin-6.
Produksi sitokin ini akan menekan selera makan, menyebabkan kehilangan protein dan
meningkatkan resting energy expenditure. Sitokin yang disekresi oleh adiposit disebut
adipokin,ex:leptin Leptin adalah hormone yang dihasilkan oleh sel di jaringan adiposa
(jaringan lemak). Kadar leptin meningkat sebanding dengan banyaknya simpanan lemak
trigeliserida di jaringan lemak. Semakin banyak cadangan lemak semakin banyak leptin
yang disekresi, keberadaan leptin ini akan menyebabkan penekanan keinginan untuk
makan. Semakin banyak kadar leptin maka keinginan makan semakin berkurang,
sebaliknya semakin sedikit kadar leptin maka keinginan makan semakin besar. Fungsi
utama hormon ini adalah kontrol makan terutama menyangkut gangguan makan terutama
kegemukan.

Anoreksia ini akan mengakibatkan asupan nutrisi yang kurang yang kemudian akan
menurunkan produksi jumlah atp yang terbentuk dan juga menurunkan kapasitas
kognitif.Pelepasan sitokin akan menyebabkan perubahan perilaku, mengganggu daya
ingat dan konsentrasi.

Mekanisme Nyeri Otot

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk
12
kerusakan tersebut. Nyeri pada tulang dan otot dalam skenario disebabkan karena dalam
tubuh pasien ditemukan petekie yang menunjukan bahwa dia mengalami trombositopenia
atau penurunan jumlah trombosit. Sebagaimana kita ketahui bahwa trombosit merupakan
salah satu komponen hemostasis bersama dengan vaskuler dan faktor koagulasi. Apabila
terdapat gangguan atau defisiensi dari salah satu komponen tersebut maka akan
menyebabkan kemampuan hemostasis di dalam tubuh kita terganggu. Dari hemostasis
yang terganggu ini akan menyebabkan mudahnya terjadi inflamasi akibat perdarahan
spontan yang terjadi. Inflamasi tersebut dapat menyebabkan pelepasan mediator-mediator
inflamasi (seperti prostaglandin, bradikinin, dan histamin) yang dapat menstimulus
reseptor nyeri yang tersebar di tubuh kita yang dikenal dengan nama nosiseptor.
Nosiseptor merupakan reseptor yang tersebar bebas di dalam tubuh terkecuali di otak.
Nosiseptor ini terbagi menjadi tiga macam yaitu nosiseptor superficial (kulit dan kornea),
nosiseptor muskuloskeletal (otot, tulang, dan sendi) dan nosiseptor visceral (organ-organ
visceral). Ketiga macam reseptor nyeri ini memiliki perangsang atau stimuli yang
berbeda-beda. Nosiseptor superficial hanya peka terhadap rangsang yang bersifat
mekanik (misalnya cubitan) atau pun suhu (misalnya panas yang berlebih atau rasa
terbakar), nosiseptor muskuloskeletal hanya peka terhadap rangsangan atau stimulus yang
berasal dari mediator-mediator pro-inflamasi yang dilepaskan ketika terjadi inflamasi,
sedangkan nosiseptor visceral hanya peka terhadap rangsang yang muncul akibat
kurangnya suplai oksigen yang menuju salah satu organ atau pun karena
peningkatan/penurunan kadar Ph di organ tersebut.

Sebagaimana yang telah di jelaskan sebelumnya, stimulinya adalah mediator-mediator


yang dilepaskan akibat inflamasi yang terjadi karena gangguan keseimbangan hemostasis
akibat defisiensi trombosit. Oleh karena itu, nosiseptor yang peka hanyalah nosiseptor
muskuloskeletal sehingga yang merasa nyeri hanyalah tulang, otot dan sendi pada pasien
tersebut.

13
Mekanisme Petekie dan Perdarahan Gusi

Infeksi virus masuk ke aliran darah dan Ber-replikasi (memperbanyak diri)

Sebagai bentuk perlawanan maka tubuh akan membuat antibodi yaitu


Terbentuknya komplek virus-antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai
antigen atau disebut dengan (Komp. Virus antigen antibodi)

Agregasi trombosit, agregasi trombosit ini merupakan trombosit trombosit yang


saling menempel satu sama lain dan trombosit trombosit ini menempel di sel
endotel dan menyebabkan jaringan didaerah tersebut rusak

Ketidak seimbangan fungsi trombosit

Eliminasi trombosit oleh sistem RES

Mengendap di sel endotel yang membuat jaringan rusak

Trombositopenia yang menimbulkan gejala petekie, perdarahan gusi dan


epistkasis

6. Jelaskan DD 1 pada skenario !

DEMAM DENGUE

Definisi
Demam berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.

Epidemiologi
DBD di Indonesia terjadi antara 6 hingga 15 orang per 100.000 penduduk dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 orang per 100.000 penduduk.

Patofisiologi
patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF
adalah meninggi nya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamine dan serotonine serta aktivasi system kalikreain yang berakibat esktravasasi
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Hal ini berakibat berkurang nya vol plasma,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

14
Etiologi
1. Virus dengue
virus dengue penyebab dbd termasuk dalam arbrovirus (arthropodborn virus) group B

2. Vektor virus dengue serotype 1,2,3,4 yang ditularkan melalui vector yaitu nyamuk
aedes aegypti, berkembang biak pada genangan air bersih yang terdapat bejana bejana
didalam rumah maupun yang diluar rumah di lubang lubang pohon di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih dan nyamuk aedes aegypti lebih sering
berkeliaran pada sore menjelang malam hari.

Tanda dan gejala


- demam tinggi secara tiba tiba selama 2-7 hari dengan suhu badan 38-40 derajat Celcius
- kulit Nampak bintik bintik merah
- mimisan
- tes tourniquet positif
- terlihat petekie, purpura atau ekimosis
- terasa nyeri di hati dan lambung

Pencegahan

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu


nyamuk aides aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara :
-Lingkungan
-Biologi
-Kimiawi

Penatalaksanaan

Pengontrolan volume cairan tubuh merupakan tindakan yang sangat penting


dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan
oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu di pertahankan di butuhkan cairan
melalui intravena seperti cairan kristaloid untuk mencegah dehidrasi.

15
Prognosis

Prognosis bergantung dari penanganan pada penderita, jika penanganan


pemberian cairan yang di berikan pada pasien memadai prognosis akan membaik apabila
penanganan pemberian cairan tidak memadai atau tidak berhasil maka prognosis akan
menjadi buruk. Jadi prognosis pada pasien yang terkena dbd bergantung penanganan dan
kondisi fisik pasien itu sendiri.

Komplikasi

- Ensefalopati

- Kelainan ginjal

- Udem paru

7. Jelaskan DD 2 pada skenario !

DEMAM CHIKUNGUNYA

Definisi

Demam Chikungunya merupaka suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti.

Epidemiologi

Di Indonesia, KLB penyakit Chikungunya pertama kali dilaporkan dan tercatat pada
tahun 1973 terjadi di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan di DKI Jakarta, Tahun
1982 di Kuala Tungkal Provinsi Jambi dan tahun 1983 di Daerah Istimewa Yogyakarta.
KLB Chikungunya mulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di Muara Enim
(1999), Aceh (2000), Jawa Barat ( Bogor, Bekasi, Depok ) pada tahun 2001, yang
menyerang secara bersamaan pada penduduk di satu kesatuan wilayah (RW/Desa ).

Pada tahun 2002 banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti
Palembang, Semarang, Indramayu, Manado, DKI Jakarta , Banten, Jawa Timur dan lain-
lain. Pada tahun 2003 KLB Chikungunya terjadi di beberapa wilayah di pulau Jawa,
NTB, Kalimantan Tengah. Tahun 2006 dan 2007 terjadi KLB di Provinsi Jawa Barat dan

16
Sumatera Selatan. Dari tahun 2007 sampai tahun 2012 di Indonesia terjadi KLB
Chikungunya pada beberapa provinsi dengan 149.526 kasus tanpa kematian.

Etiologi

Virus Chikungunya adalah Arthopod borne virus yang ditransmisikan oleh beberapa
spesies nyamuk. Hasil uji Hemaglutinasi Inhibisi dan uji Komplemen Fiksasi, virus ini
termasuk genus alphavirus ( Group A Arthropod-borne viruses) dan famili
Togaviridae.

Gejala Klinis

Gejala utama demam Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam, biasanya
demam tinggi selama 5 hari diikuti dengan nyeri di persendian/otot, muntah, sakit kepala
dan muncul ptekie. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa
pegal-pegal.

8. Jelaskan DD 3 pada skenario !

DEMAM TYPHOID

Definisi:

Demam tifoid didefinisikan sebagai infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi. Ciri dari demam tifoid yaitu suhu yang
meningkat pada saat sore dan malam hari. Biasanya bisa terjadi selama seminggu sampai
2 minggu.

Etiologi:

Penyakit ini paling banyak disebabkan karena bakteri Salmonella typhi dan Salmonella
paratyphi.

Epidemiologi:

Berdasarkan data surveilans depkes tahun 1990-1994, frekuensi kejadian penyakit


demam tifoid meningkat dari 9,2-15,4 per 100.000 penduduk. Sedangkan case fatality
rate penyakit ini adalah 1,08% dari seluruh kematian di Indonesia. Penyebaran penyakit

17
kebanyakan didaerah tujuan urbanisasi yang memiliki sanitasi dan pengendalian sampah
yang buruk.

Pathogenesis:

Kuman tifoid masuk kedalam tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi.kuman
yang masuk akan dimusnahkan di dalam lambung, akan tetapi sebagian akan tetap hidup
dan akan masuk di lamina propria. Di lamina propria kuman akan difagosit oleh
makrofag, akan tetapi mereka tetap dapat berkembang biak di makrofag sehingga
makrofag yang berisi kuman tersebut masuk ke dalam plak peyeri. Selanjutnya makrofag
yang terinfeksi akan dibawa ke kelenjar getah bening mesentrika sehingga kuman yang
ada nantinya akan menyebar melalui ductus thoracicus ke seluruh organ. Pada proses ini
pasien tidak mengalami gejala apapun atau asimptomatik.

Nantinya kuman yang ada akan menyebar ke seluruh organ, yang aling sering yaitu hati,
usus (plak peyeri) dan spleen. Di hati dan spleen, kuman akan mengaktifkan mediator
inflamasi dan sisa-sisa kuman akan berkembang biak di sana

Sedangkan di plak peyeri, kuman nantinya menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe


lambat, hyperplasia jaringan dan nekrosis organ. Perdarahan ini akan menyebabkan erosi
pembuluh darah yang ada sehingga menyebabkan perdarahan dan hyperplasia jaringan.
Jika sudah parah maka akan terjadi perforasi usus.

Gejala Klinis:

Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala yang dapat timbul
yaitu Demam (meningkat pada sore dan malam hari), nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk, dan
epistaksis, bradikardi, lidah kotor, hepatomegali, splenomegali, jika gangguan berat dapat
menyebabkan gangguan mental

Pemeriksaan penujang

Pemeriksaan rutin, pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan


leukopenia, dapat pula terjadi kaadar leukosit normal atau leukositosis.
Leukositosis dapat terjadi walau tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu
pula dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada
pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun
loimfopenia. Laju darah endap pada demam tifoid dapat meningkat.
SGOT dan SGPT seringkali meningkat.

18
Uji widal, uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman
S.typhi. Antigen yang digunakan pada uji eidal adalah suspensi Salmonella
yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
Uji TUBEX, uji tubex merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang
cepat dan mudah untuk dikerjakan. Uji ini mendeteksi antibodi anti-
S.typhi 09 pada serum pasien, dengan cara menghambat ikatan anyata IgM
anti-09 yang terkonjugasi pada partikel latex yang berwarna dengan
lipopolisakarida S.typhi yang terkonjugasi pada partikel magnetik latex.
Hasil positif uji TUBEX ini menunjukan terdapat infeksi Salmonellae
seroogroup D walau tidak secara spesifik menunjukan pada S.typhi.
infeksi oleh S.paratyphi akan memberikan hasil negatif.
Kultur darah, hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid, akan
tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena disebabkan
beberapa hal: 1) telah mendapat terapi antibiotik, 2) volume darah yang
kurang (diperlukan kurang lebih darah 2cc), 3) riwayat vaksinasi, 4) saat
pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat algutinin semakin
meningkat.

Penatalaksanaan

Istirahat dan perawatan, tirah baring dan perawatan profesional


bertujuan untuk mencegah komplikasi.
Diet dan terapi penunjang, diet merupakan hal yang sangat penting
dalam proses penyembuhan pemuakit demam tifoid, karena makanan yang
kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin
turun dan proses pengembuhan akan menjadi lama.
Pemberian anti mikroba
o Kloramfenikol dosis 4 x 500mg per hari diberikan peroral atau
IV diberikan sampai 7 hari bebas panas.
o Tiamfenikol dosis hampir sama dengan kloramfenikol namun
resiko terjadinya anemia aplastik lebih rendah.
o Kotrimoksazol dosis 2x2 tablet diberikan selama 2 minggu (1
tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg
trimetoprim)
o Ampisilin dan amoksisilin dosis 50-150 mg/kgbb digunakan
selama 2 minggu.
o Sefalosporin generasi ketiga (seftriakson) dosis 3-4 gram
dalam dekstrosa 100cc diberikan selama setengah jam perinfus
sekali sehari, diberikan 3-5 hari.
o

19
Pengobatan pada wanita hamil

Kloramfenikol tidak dianjurkan pada wanita hamil pada trimester ke 3 kehamilan.


Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester pertama. Kotrimoksazol dan fluorokuinolon
tidah boleh digunakan. Obat yg dianjurkan ampisilin, amoksisilin, dan seftriakson

Komplikasi

Intestinal: perdarahan usus, perforasi usu, ileus paralitik, pankreatitis


Kardiovaskuler: gagal sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis.
Darah: anemia hemolitik, trombositopenia, KID, trombosis
Paru: pneumonia, empiema, pleuritis
Hepatobilier: hepatitis, kolesistitis
Gijal: glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis
Tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, artiritis

Prognosis

Dubia et bonam bila ditangani secara langsung, cepat dan tepat.

20
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi kelompok kami mengambil kesimpulan bahwa kasus pada skenario,
penderita mengalami malaria falciparum. Karena gejala yang terdapat pada skenario
sama dengan gejala yang biasa timbul pada malaria falciparum seperti demam tinggi ,
menggigil dan sakit kepala. Keluhan lain mual, muntah, punggung terasa nyeri, tangan
dan kaki terasa dingin. Ada riwayat 2 minggu sebelumnya pasien dinas ke daerah Papua
Barat selama 10 hari.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman MH. 2002. Demam : Patogenesis dan Pengobatan. In: Soedarmo dkk
(ed). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi dan Penyakit Tropis Edisi Pertama.
Jakarta: IDAI, pp: 27-51..

Luheshi GN, Gardner JD, Rushforth DA, Luodon SA, Rothwell NJ. 2000. Leptin actions
on food intake and body temperature are mediated by IL-1. Neurobiology Journal, pp:
7047-52.

Nainggolan L, Chen K, Pohan HT, Suhendro. 2006. Demam Berdarah Dengue. In: In:
Sudoyo dkk (ed). Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, pp:
1731-1736.

Soedarmo PS. 2002. Infeksi Virus Dengue. In: Soedarmo dkk (ed). Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak, Infeksi dan Penyakit Tropis Edisi Pertama. Jakarta: IDAI, pp: 176-209.

22

Anda mungkin juga menyukai