Anda di halaman 1dari 22

UJIAN TENGAH SEMESTER

SEMESTER GENAP 2016-2017


Mata Kuliah : Teori Perancangan dan Arsitektur Kota
Nama : Desmanendra Dwi B. 052001400038
Exel Adiguna P. 052001400044
Giodi Amanu N.P. 052001400052
Gusti Bagus A. 052001400054
Irwansyah Sulistyo 052001400062
Dosen : Dr. M I Ririk Winandari, ST, MT
Semester :6
Sifat Ujian : Terbuka

1. Definisi Perancangan Kota / Urban Design dan Arsitektur Kota

a. Definisi Perancangan Kota

1. Urban design menurut Catanese dan Snyder adalah jembatan antara profesi urban
planning dan arsitektur. Perhatian utama dari urban design sejak dari dulu adalah bentuk
fisik kota. Urban design adalah fenomena yang terkait erat antara arsitektur dan
perencanaan. (kata kunci : Fisik kota)

2. Harry Anthony memberi pengertian bahwa perancangan kota merupakan pengaturan


unsur-unsur fisik lingkungan kota sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi baik,
ekonomis untuk dibangun, dan memberi kenyamanan untuk dilihat dan untuk hidup di
dalamnya. (kata kunci : Pengaturan unsur fisik, Ekonomis, Nyaman)

3. Perancangan kota menurut Anderson adalah proses dari konsep dan realisasi arsitektur
yang memungkinkan penguasaan pengaturan formal dari perkembangan kota, yang
menyatukan perubahan dan kemapanan. (kata kunci : Konsep dan realisasi,
Perkembangan kota, Perubahan dan kemapanan)

4. Danisworo berpendapat Urban Design merupakan jembatan yang diperlukan untuk


menghubungkan secara layak, berbagai kebijaksanaan perencanaan kota dengan produk-
produk perancangan fisiknya. Urban Design merupakan suatu proses yang memberikan
arahan, bagi terwujudnya suatu lingkungan binaan fisik yang
layak dan sesuai dengan aspirasi masyarakat, kemampuan sumber daya setempat, serta
daya dukung lahannya. (kata kunci : Jembatan kebijakan dan produk fisik, Lingkungan
layak, Kemampuan Sumber daya)

5. Perencanaan kota komprehensif menurut Branch Melville, perancangan kota memiliki


suatu makna yang khusus, yang membedakannya dari berbagai aspek proses
perencanaan kota. Perancangan kota berkaitan dengan tanggapan indriawi manusia
terhadap lingkungan fisik kota: penampilan visual, kualitas estetika, dan karakter spasial.
(kata kunci : Lingkungan Fisik, Penampilan Visual, Kualitas estetika, Karakter spasial)
6. Menurut Cullen Urban design is the townscape, townscape is that it is a design philosophy
based upon satisfying a fuller range of human needs including those which are met by
the visual environment.The starting point for design is the individual's experience of the
environment.There is a typical emotional reaction to being above the ground and another
from being above it. There is a reaction to being hemmed in a tunnel and another to the
wideness of the square. (kata kunci : Design Philosophy, Environment, Experience,
Reaction)

Kesimpulan kelompok :
Perancangan kota adalah penghubung antara profesi perencanaan kota dengan arsitektur
dimana di dalamnya yang diatur juga unsur fisik lingkungan kota dan berkaitan dengan
tanggapan visual atau estetika terhadap performa penampilan fisik kota agar menjadi
lebih humanis sehingga nyaman untuk ditinggali.

b. Definisi Arsitektur Kota

1. Menurut Hamid Shirvani Arsitektur kota merupakan bagian dari proses perencanaan yang
berhubungan dengan kualitas fisik kota. (kata kunci : Proses perencanaan, Fisik kota)

2. Arsitektur Kota Merupakan kegiatan mengalokasikan penggunaan tanah dan pendirian


bangunan serta jaringan jalan dengan tujuan untuk mencapai keseimbangan antara
kenyamanan, keindahan dan biaya. (kata kunci : Alokasi penggunaan tanah, Pendirian
bangunan, Jaringan jalan)

3. Arsitektur Perkotaan menurut Aldo Rossi dipandang sebagai obyek buatan manusia dalam
skala besar (urban artifact), dan sebuah arsitektur yaitu berupa konsentrasi elemen
elemen fisik spasial yang selalu tumbuh dan berkembang. (kata kunci : Urban Artefak,
Elemen fisik spasial)

4. Kota menurut Jane Jacobs berdasarkan multiple uses akan menghasilkan keberagaman
dalam ekonomi dan sosial. Fenomena esensial dari kota adalah gabungan dari aktivitas
yang didukung. Lebih lanjutnya, kawasan perkotaan hendaknya memiliki beberapa prinsip
arsitektural dalam skala makro. Jika tidak maka akan timbul masalah yang cenderung
buruk dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab jika ukuran sebuah kota dan wilayahnya
tidak disusun dengan menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian sebuah
daerah pedalaman yang lebih besar berdasarkan hirarki - hirarki tertentu, maka kualitas
identitas masyarakat perkotaan terhadap tempat dan lingkungannya akan menurun. (kata
kunci : Multiple Uses, Arsitektur Skala Makro, Organisasi daerah, Ekonomi, Sosial, Ukuran
Kualitas identitas)

5. Ali Madanipour merumuskan arsitektur kota menjadi: a collectrion of buildings and


artefacts serta tempat untuk berhubungan sosial dan site for social relationship).
Memperhatikan aspek-aspek fundamental, yaitu arti ruang kota sebagai serta
morfologinya, dengan memakai suatu pendekatan yang bersifat terpadu (integral). (kata
kunci : collectrion of buildings and artefacts, site for social relationship)

Kesimpulan kelompok :
Arsitektur Kota adalah kumpulan berbagai bangunan menyangkut hal hal yang dimiliki
bersama sebagai penunjang kelangsungan suatu kota dan akan saling mempengaruhi.
Setiap kawasan perkotaan harus memiliki beberapa prinsip arsitektural dalam skala besar.
2. Produk / Wujud Perancangan Kota dan Arsitektur Kota

1. U D G L / Urban Design Guide Line (Panduan Rancang Kota)

Pintu Masuk Utama Kawasan SCBD

Panduan Rancang Kota adalah uraian teknis secara terinci tentang ketentuan-
ketentuan, persyaratan-persyaratan, standar dimensi, standar kualitas yang memberikan
arahan bagi terselenggaranya serta terbangunnya suatu kawasan fisik kota tertentu baik
bangunan-bangunannya, sarana dan prasarana, utilitas maupun lingkungan, sehingga sesuai
dengan rencana kota yang digariskan.
Panduan Rancang Kota dimaksudkan untuk mengidentifikasi tujuan serta standar-
standar perancangan yang dianggap penting untuk suatu kawasan tertentu. Panduan
rancang kota akan merupakan pengarahan yang dapat menjadi pegangan bagi perencana
kota, pengembang dan pemerintah untuk :
1. Dapat menempatkan kegiatan bangunan serta bangun bangunan sesuai dengan
fungsinya yang serasi seimbang, dan selaras dalam tatanan kota.
2. Dapat menjadi perangkat kendali bagi kawasan fungsional, bangunan serta bangun
bangunan yang akan dibangun.
3. Akan menjadi pengarah di dalam peningkatan effisiensi pemanfaatan dan
penggunaan lahan kota
4. Dapat berperan di dalam menyelenggarakan pembangunan fisik kota yang seimbang
dan lestari.

Jalur Kendaraan
Ruang Lingkup Panduan Rancang Kota
Ruang lingkup panduan Rancang Kota juga menyangkut suatu tinjauan atas Wilayah
Tertentu Kota yaitu suatu bagian wilayah kota, kawasan atau lingkungan yang ditetapkan
sebagai bagian wilayah, kawasan dan/atau lingkungan yang mempunyai nilai strategis yang
diprioritaskan atau memerlukan kekhususan didalam penataannya (overlay zone)
Wilayah tertentu kota ini meliputi :
a. Kawasan Khusus
b. Kawasan Tepi Air (Waterfront)
c. Kawasan Pusat Bisnis
d. Kawasan Preservasi
e. Peremajaan Kota

Parkir Mobil dan Motor


Jadi dapat disimpulkan bahwa, Kawasan SCBD adalah Kawasan Pusat Bisnis. Kawasan pusat
bisnis adalah suatu kota ditandai dengan adanya suatu pemusatan bangunan-bangunan
perkantoran dan ritel. Kawasan bisnis biasanya memiliki tingkat kepadatan perkotaan yang
lebih tinggi daripada berbagai distrik/kawasan di sekitar kota tersebut, dan sering kali
merupakan lokasi bangunan-bangunan tertinggi di kota tersebut. Bentuk dan jenis
suatu kawasan bisnis hampir selalu mencerminkan sejarah kota tersebut. Kota-kota dengan
pembatasan tinggi bangunan sering kali memiliki suatu bagian historis kota yang terpisah
dari distrik finansial dan administratif. CBD biasanya memiliki populasi penduduk yang sangat
kecil.

Security Water Control Electricity Control Halte Bus

2. R T R W / Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi DKI Jakarta Tahun 2010 2030:
1. Mengembangkan sistem angkutan umum massal sebagai back bone transportasi dan
sistem TOD dengan pola pembangunan kepadatan tinggi.

Rencana Stasiun MRT SCBD Rencana Monorail kawasan


2. Mengembangkan peremajaan kota di kawasan strategis berpotensi tinggi melalui
revitalisasi, redevelopment dan pembaruan.

Kawasan SCBD sebagai area pengembangan peremajaan untuk Pusat Kegiatan Premier

3. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan perkotaan dengan pembangunan perumahan


vertikal lengkap dengan sarana prasarana sosial, budaya, ekonomi dan secara
selektif melaksanakan peremajaan dan perbaikan kampung.

Kawasan SCBD sebagai area Pusat Perdagangan dan Jasa serta Kawasan Permukiman
4. Mengendalikan pembangunan yang bersifat pita dengan mengembangkan
pembangunan kawasan komersial secara terpusat.

Landuse kawasan SCBD menurut RTRW

5. Melaksanakan konservasi kawasan lindung dan sumber daya air, ruang terbuka hijau
untuk keseimbangan ekologi kota.

Ruang terbuka Kawasan SCBD (Solid-Void)

6. Mengantisipasi dampak pemanasan global dengan menerapkan konsep bangunan


ramah lingkungan (green building).

Alila SCBD Hotel Equity Tower SCBD 18 Parc


7. Mendorong pengembangan kawasan ekonomi prospektif di kawasan Segitiga Emas,
Casablanca, Manggarai dan penataan kawasan Blok M sebagai pusat kegiatan.

Pengembangan Kawasan SCBD menjadi kawasan Strategis

3. Master Plan

Master Plan SCBD

Sebagian tempat yang belum berfungsi sesuai masterplan dialihkan menjadi lahan bisnis
dengan menjadikan lahan sewa.
Lahan sewa yang berada di SCBD sebagian besar menjadi cafe dan tempat hiburan.
Completed :

18 Parc Kusuma Chandra One Pacific SCBD Suites

Indonesia Stock Exchange The Capitol Artha Graha Building Equility Tower

In Progress :

Revenue Tower Pacific Century Place Signature Tower


4. R D T R (Rencana Detail Tata Ruang)

Guna lahan kawasan SCBD

Peta Air Bersih dan Jalur Evakuasi


Jaringan Pergerakan

Evakuasi Bencana
5. Beberapa peraturan yang digunakan pada SCBD
Perda DKI Jakarta No.1 tahun 2012
Tentang rencana tata ruang wilayah 2030
- Pasal 146 Ayat 2 Rencana pengembangan kawasan pusat perkantoran, dilaksanakan
berdasarkan arahan sebagai berikut:
b. menerapkan konsep super blok di kawasan Segitiga Emas Kuningan Terpadu,
Sudirman, Casablanca, Rasuna Said, dan Manggarai untuk kegiatan campuran
antara perkantoran, perdagangan dan jasa dengan perumahan horisontal dan
vertikal;
d. membatasi pengembangan perkantoran di sepanjang jalan arteri di luar kawasan
ekonomi prospektif; dan
e. mengembangkan sistem pengelolaan kawasan dengan mempertimbangkan faktor
sosial, estetis, ekologis, dan kepentingan evakuasi bencana.
- Pasal 115 Ayat 2
Rencana pengembangan kawasan perkantoran, dilaksanakan berdasarkan arahan
sebagai berikut:
b. penataan pusat perkantoran, perdagangan, dan jasa dengan penyediaan fasilitas
pejalan kaki terpadu dengan pengembangan sistem angkutan umum masal
terutama di sepanjang koridor Sudirman-Thamrin dan pengembangan sistem
angkutan umum masal terutama di koridor Blok M-Kota
- Pasal 79 Ayat 1
Kawasan pusat perkantoran, perdagangan, dan jasa, ditetapkan dengan ketentuan:
a. didominasi oleh kegiatan fungsional utama perkantoran, perdagangan dan jasa;
b. memiliki pemanfaatan, pengunaan dan nilai tanah yang tinggi;
c. merupakan bagian wilayah kota yang mempunyai prospek yang baik bagi
pengembangan ekonomi perkotaan;
h. dapat menampung kegiatan dengan intensitas tinggi atau intensitas sedang/rendah;
i. dapat memadat dalam intensitas yang tinggi mengarah ke suatu pola pengembangan
superblok dengan pola pembangunan mega struktur yang kompak;

3. Kriteria Perancangan Kota yang Baik

a. Menurut Kevin Lynch Kota yang Ideal (good city) adalah kota yang mengandung lima kriteria;
vitality, sense, fit, access, control, dan dua meta kriteria; efficiency and justice. Menurut
Lynch, unsur ketahanan (vitality) dalam kriteria kota ideal mengandung makna bahwa
sebuah kota harus mampu menunjang fungsi vital kehidupan seperti ketercukupan
persediaan makanan, energi, air, udara, pembuangan sampah, yang harus selalu tersedia
sepanjang waktu. (kata kunci : Vitality, Sense, Fit. Access, Control, Efficiency, Justice)

b. Menurut Dedes Nur Gandarum Kriteria Kota yang baik terdiri dari:

1. Historic Preservation and Urban Conservation


Program perencanaan dan perancangan kota hendaknya memuat upaya
mengonservasi atau memperkuat tradisi kehidupan urban yang sudah ada. Peristiwa
peristiwa sosial dan perwujudan fisik lingkungan yang mewadahinya saling terikat erat.
Dalam keterkaitan ini tersirat hubungan fungsional antara bidang kehidupan sehari hari
yang luas dengan lingkungannya.
2. Pedestrianization
Wilayah pejalan kaki di perkotaan disediakan dengan tujuan untuk memanusiawikan
lingkungan kota. Menyediakan tempattempat atau simpulsimpul pertemuan, membantu
bagian pusat kota tua untuk dapat berkompetisi dengan atraksi pusatpusat perbelanjaan
baru di darah sub-urban dan berfungsi sebagai paru-paru kota bila dikombinasikan
dengan penghijauan dan elemen-elemen air.
Secara umum terdapat tiga kategori skema wilayah pejalan kaki :
- Pelarangan Kendaraan
- Pembatasan Kendaraan
- Memperlambat Kendaraan
Rancangan detail wilayah pejalan kaki sangat beragam antara lain perkerasan jalan,
penyelesaian persilangan, area duduk dan penunjuk arah, perubah ketinggian,
pembatasan kecepatan kendaraan, ramp, dan lain sebagainya.

3. Mixed Use
Fungsi campuran dan pengembangan yang bersifat kompak (compact development)
atau padat menjadi pendekatan yang atraktif. Di mana pengembangan atau
pembangunan akan mengonsumsi lebih sedikit lahan.
Compact development dapat meningkatkan kepadatan, dimana terdapat jumlah
yang tinggi dari unit-unit bangunan di suatu tempat, serta mengurangi kebutuhan
pengembangan atau pembangunan di lain area. Compact development juga mampu
menyediakan lebih banyak pilihan transportasi, dengan menyediakan lebih banyak pilihan
transportasi, dengan menyediakan berbagai kemungkinan akses bagi pejalan kaki dan
menyediakan kepadatan yang dapat dilayani secara efektif oleh sistem transit. Compact
development juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan infrastruktur.
Dalam mixed use atau compact development ini maka yang menjadi isu penting
adalah zonasi, di mana peraturan perundangan harus mengembangkan pengaturan
zonasi untuk memungkinkan jenis pengembangan atau pembangunan ini. Beberapa
keuntungan pembangunan fungsi campuran dapat dirinci sebagai berikut:
- Efisiensi dalam penggunaan infrastruktur parkir dan transportasi
- Meningkatkan pemanfaatan jasa, pertokoan dan fasilitas setempat
- Mengurangi secara signifikan pengeluaran rumah tangga untuk biaya transportasi
- Memperbaiki pencapaian kepada fasilitas dan aktivitas penting
- Menyediakan kenyamanan
- Mendorong berjalan kaki dan bersepeda yang berguna bagi kesehatan
- Mengurangi keinginan untuk memiliki kendaraan pribadi
- Meningkatkan keamanan personal
- Memperkuat ikatan sosial
- Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi untuk melakukan perjalanan lokal
dan karenanya akan mengurangi emisi

4. Cultural Planning
Merujuk pada pandangan Leon Krier, maka arsitektur dan perancangan kota
merupakan inteprestasi permanen terhadap budaya, baik secara materil maupun
intelektual. Arsitektur merefleksikan suatu budaya, namun juga menciptakan budaya.
Pemahaman yang mendalam terhadap sejarah dan tradisi suatu wilayah kota merupakan
persyaratan mendasar untuk melakukan analisis perancangan kota. Rancang bangun
suatu bangunan sebagai pembentuk arsitektur kota hendaknya didasarkan pada
persyaratan-persyaratan budaya setempat dengan mempertimbangkan aspek ekonomi
dan masa pembangunannya.
5. Environmental Relation
Pada tampilan rupa sebuah kota sisi material kota dapat terlihat dan diresap.
Tampilan sebuah kota tidak semata-mata merupakan tampilan bangunan-bangunan,
namun juga tampilan dari lingkungan alaminya. Dalam perancangan kota keseimbangan
antara kepadatan bangunan dan bentang alam untuk mencapai keseimbangan ekologis,
terutama pengaruhnya pada udara dan iklim kota sangat penting untuk diperhatikan dan
diupayakan. Semakin tinggi kepadatan bangunan di suatu wilayah semakin tinggi bentang
alam, terutama kebutuhan akan ruang hijau publik, sebagai penyeimbang.

6. Architecture
Tujuan tertinggi dari suatu perancangan arsitektur kota adalah sedikit mungkin
membatasi kemungkinan keberadaan berbagai fungsi serta penampilan masing-masing
bangunan namun tetap dapat menampilkan kesatuan untuk keseluruhan permukiman,
atau kesatuan dalam keberagaman fungsi dan arsitektur. Hal ini hanya dapat
dimungkinkan dengan suatu gambaran yang jelas mengenai struktur permukiman kota
yang akan dicapai.
(kata kunci : Historic Preservation and Urban Conservation, Pedestrianization, Mixed
Use, Cultural Planning, Environmental Relation, Architecture)

c. Kriteria Perancangan Kota menurut Hamid Shirvani dengan Studi Kasus Kawasan SCBD

Kriteria Terukur
merupakan segala sesuatu yang dapat diukur secara kuantitatif dengan tujuan untuk
membentuk amplop bangunan. Sedangkan amplop bangunan itu sendiri adalah garis-garis
yang membatasi kita dalam membuat suatu bangunan. Kriteria terukur ini dapat ditentukan
melalui beberapa aspek yaitu (Shirvani, 1985 :133):
1. Kepadatan Bangunan
2. Ketinggian Bangunan
3. Jarak Antar Bangunan
4. Sempadan Bangunan

Pengaturan Tingkat Kepadatan dan Ketinggian bangunan Di SCBD


Rencana Skyline Kawasan SCBD

Konsep Perancangan Kawasan SCBD


Kriteria Tak Terukur
Kriteria tak terukur adalah kriteria yang tidak dapat diukur dengan angka. Kriteria tak terukur
meliputi access, compatibility, view, identity, sense, dan livability.

1. Access
Aksesibilitas merupakan kriteria tak teukur yang memperjelas tingkat ketercapaian
orang terhadap lokasi. Access terhadap pengembangan suatu site memiliki arti positif
jika secara langsung mampu mendukung keaktivan di suatu lokasi. Namun access juga
memiliki arti yang negatif jika akses yang ada tidak sesuai bahkan mengganggu
aktivitas yang ada. Maka dari itu, access merupakan unsur pendukung hidup dan
berkembangnya aktivitas di suatu kawasan.

Jalur kendaraan

Jalur pejalan kaki

Jalur MRT

Shuttle bus SCBD


2. Compability
Aspek kecocokan antara bangunan baru dengan bangunan lama perlu diperhatikan.
Compability yang yang menurut pendekatan lain dapat dikatakan feet wide setting,
menurut Kelvin Lynch adalah warna bangunan, tekstur, skala, proporsi material dan
fasade bangunan. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka perlu dipertimbangkan
Keserasian dengan lingkungan binaan lain. Penggunaan unsur-unsur etnis atau sejarah
yang terkombinasi secara serasi dan selaras dengan struktur modern. Hal ini dimaksud
untuk menimbulkan daya tarik tersendiri. Mempertimbangkan unsur-unsur alam dalam
perancangan arsitekturalnya. Memperhitungkan fungsi bangunan secara tegas.

Skyline SCBD dengan sekitarnya.

Gedung di SCBD memiliki ketinggian bangunan yang serupa dengan tone warna biru tua mendominasi
pada bagian fasade. Material yang digunakan pada umumnya adalah kaca dan besi. Secara visual
bangunan di SCBD tampak bersih, modern dan ringan karena pemilihan material dan warna yang baik.

3. View
Merupakan kriteria yang berhubungan dengan aspek kejelasan untuk orientasi
manusia terhadap masa bangunan. View dapat merupakan sebuah landmark tetapi
tidak selalu landmark adalah view. View dapat terlihat secara visual, untuk
memperoleh nilai visual tersebut adalah dengan melihat skala dan pola bangunan,
penggunaan warna, tekstur, tinggi, besaran dan bentuk dari objek akan sangat
mempengaruhi nilai visual yang dihasilkan.

Dari Jalan Sudirman terlihat Gedung BEI dan Ritz Carlton sebagai landmark masuk kawasan SCBD,
nantinya ketika Signature Tower rampung maka kawasan SCBD dapat di identifikasi dari jauh karena
memiliki bangunan tinggi sebagai landmark kawasannya.
4. Identity
Merupakan kriteria yang memberikan ciri tersendiri bagi suatu kawasan dan harus
mempunyai suatu hal yang jelas (mudah dikenal), mudah diiingat, menarik perhatian).
Identity ini dapat dikaitkan dengan nilai sejarah kawasan tersebut. Tujuan lain dari
identity adalah menciptakan suatu kawasan agar mudah dikenal ciri sejarah dari waktu
kewaktu.

CBD di Dubai

CBD di Paris

CBD di Jakarta Barat


CBD di Singapura

SCBD sesuai dengan tipologi CBD di dunia dengan ciri ciri tingkat kepadatan bangunan cukup tinggi,
ketinggian bangunan yang tinggi, fungsi bangunan beragam, gubahan massa bangunan memaksimalkan
profit.

5. Sense
Sense merupakan kriteria yang memiliki arti suatu tempat tidak hanya harus cocok
dengan lingkungan fisiknya, melainkan juga dengan gambaran dan perasaan manusia.
Sense didasari atas pola budaya dan pengetahuan dari manusia
Terhadap hubungan dan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam
perancangan kawasan antara lain: Bangunan yang akan dilaksanakan harus mampu
mencirikan pola kawasan yang ada sekarang maupun yang akan direncanakan serta
nilai historis yang berkaitan dengan pola kawasan pada masa lalu.
Kawasan SCBD terletak dekat dengan kawasan Gelora Bung Karno dan Jembatan Semanggi. Sebagai
respon akan kondisi eksisting maka dirancang sebuah kawasan pusat perkantoran dan perniagaan SCBD
untuk merespon adanya kawasan pusat olahraga Gelora Bung Karno, untuk merespon Jembatan
Semanggi dengan jalan berbentuk daun Semanggi maka jalur kendaraan kawasan SCBD dirancang
menyerupai bentuk bunga sebagai respon untuk menghubungkan Jembatan Semanggi dan GBK, respon
lainnya adalah desain crown Signature Tower berbentuk kelopak bunga.

6. Livability
Kriteria ini terkait erat dengan aspek kenyamanan dari tempat atau bangunan yang
direncanakan, kaitannya dengan pola skala. Kriteria ini menyangkut kenyamanan
penglihatan, hubungan dengan lingkungan hidup dan hal-hal lain untuk mendukung
kenyamanan dari lingkungan binaan yang direncanakan. Contoh komponen-komponen
yang mungkin perlu diperhatikan dalam kriteria ini adalah jalan yang cukup lebarnya,
drainase yang baik, penghijauan yang dalam hal ini adalah pertimbangan antara hijau
dan non hijau. Semua contoh-contoh komponen tersebut sangat mendukung dalam
menciptakan keamanan dan kedinamisan lingkungan binaan yang direncanakan.

Penghijauan pada area parkir


Penghijauan di depan Ritz Carlton untuk pedestrian, menghubungkan halte Transjakarta dengan Mall
Pacific Place Melalui terowongan bawah tanah.

Ruang terbuka di depan gedung Bursa Efek Indonesia

Taman di depan Energy Building


Sumber :
- A. Catanese, J. Anthony, James C. Snyder. 1976. Introduction to Urban Planning. New
York: McGraw-Hill Book Company.
- Anderson,Stanford. 1986. Architectural and urban form as factors in the theory and
practice of urban design. In A propos de la morphologie urbaine, Francoise Choay and
Pierre Merlin, eds. Tome 2, Communications. Paris: Laboratoire 'Theorie des mutations
urbaines en pays diveloppes," Universitd de Paris VIII, Institut d'urbanisme de
l'Academie de Paris, E.N.P.C.
- Antoniades, Anthony C., 1986, Architecture and Allied Design: An Environmental
- Branch, Melville C., 1995, Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar & Penjelasan,
Terjemahan: B. H. Wibisono & A. Djunaedi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
- Cullen, Gordon. 1995. The Concise Townscape. Routledge
- Danisworo, M, Martokusumo, W. 2002. Revitalisasi Kawasan Kota : Sebuah Catatan
Dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota, Info URDI Vol.13, 2002.
- Design Perspective, Second Edition, Kendall/Hunt Publishing Company,
- Dubuque,Iowa.
- Gandarum, Dedes Nur.2010.Prinsip-Prinsip Pengembangan Pemukiman Baru Tinjauan
Arsitektur Kota. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti
- Hobbs and Doling, 1991, Biological Consequences of Ecosystem Fragmentation: A Review,
Penerbit : Wiley for Society for Conservation Biology
- jurnal.unpand.ac.id (di akses pada 16 April 2017 pukul 12:42 WIB)
- Kaitan Antara Keberagaman, Meliana, FT UI, 2008
- Lynch, Kevin A. 1960. Image of the City. Massachusetts : MIT Press
- Madanipour, Ali., 1996, Design Of Urban Space An Inquiry Into A Socio Spatial
Process, John Wiley & Sons, West Sussex.
- Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan Zonasi
- Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold
Company.
- Winandari, M I Ririk. 2010. Karakter Arsitektur Kota. Metode Pencarian Identitas Kota.
Jakarta : Penerbit Trisakti
- Yeang, Llewelyn Davies. 2000. The Urban Design Compendium. United Kingdom: English
Parterships

Anda mungkin juga menyukai