Anda di halaman 1dari 6

Buchari Lapau, Strategi Epidemiologi Dalam Pelayanan Kesehatan Primer 2011

Strategi Epidemiologi Dalam Pelayanan Kesehatan Primer


The Strategy of Epidemiology In Primary Health Care
Buchari Lapau*

* Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Abstrak
Di Indonesia masalah kesehatan termasuk penyakit menular dan penyakit tak menular masih cukup tinggi, yang perlu
diatasi dengan pelayanan kesehatan primer yang bermutu, efektif dan efisien. Strategi epidemiologi merupakan lintasan untuk
mencapai 3 tujuan epidemiologi. Tujuan makalah ini untuk menunjukkan inovasi bagaimana strategi epidemiologi dapat
bermanfaat dalam pelayanan kesehatan primer. Metode: digunakan non-systematic review dan content analysis kepustakaan
tentang upaya kesehatan, MDGs (Millineum Development Goals), epidemiologi, pengambilan keputusan berdasar bukti,
desentralisasi pelayanan kesehatan, pendidikan tinggi kesehatan masyarakat dan pembiayaan kesehatan. Hasil: Inovasi adalah
aplikasi dari ide dan gagasan yang dihasilkan oleh kreativitas yang merupakan suatu proses mental dan proses berpikir. Suatu
inovasi menghasilkan jasa-jasa atau cara kerja yang lebih efektif dan efisien. Pengambilan Keputusan Berdasar Bukti (PKBB)
merupakan suatu ide, hasil kreativitas dari para ahli berbagai ilmu antara lain Epidemiologi, dengan mana dilakukan analisa
data dan informasi. Kegiatan seperti ini tidak sempurna dan sulit dilaksanakan bila hanya dilakukan di tingkat pusat dan tingkat
provinsi; karena itu di tingkat kabupaten/kota perlu ada inovasi dengan membentuk Tim Epidemiologi Manajemen Kabupaten
(TEMK) dalam rangka meningkatkan mutu manajemen dan mengintensifkan pelayanan kesehatan primer. Namun inovasi ini
mengalami hambatan sehubungan dengan kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan primer, pendidikan tinggi
kesehatan masyarakat, desentralisasi pelayanan kesehatan dan pembiayaan pelayanan kesehatan. Kesimpulan: Perlu dibuat
rencana strategis pelayanan kesehatan primer bukan hanya MDGs tetapi secara menyeluruh, evaluasi pendidikan tinggi
kesehatan masyarakat, meninjau kembali undang-undang dan peraturan dalam rangka desentralisasi, sedangkan pemerintah
eksekutif dan legislatif memberikan perhatian dan komitmen terhadap perkembangan praktek kesehatan masyarakat.

Abstract
In Indonesia, the health problem including communicable and non-communicable diseases has been relatively high,
which is necessary to be solved by effective, efficient and high quality of primary health care. The strategy of epidemiology is
the road to read the 3 purposes of epidemiology. The objective of this paper is to show the innovation of how epidemiology is
useful in primary health care. Methods: there are used non-systematic review and content analysis of literature about health
care, MDGs (Millenium Development Goals), evidence based decision making, decentralized health services, high education
of public health and health services budget. Results: Innovation is the application of idea produced by creativity namely
mental and thinking process. Evidence based decision making is the idea as the result of creativity in various sciences
including epidemiology, in which the data and information are analyzed. This activity is not complete and difficult if being
implemented only at central and provincial levels. That is why, it is necessary to establish Tim Epidemiologi Manajemen
Kabupaten (TEMK) translated in English to be District/Municipality Epidemiology Managemet Team, which is useful to
increase management quality and to increase management quality and to intensify primary health care. However,there has
been constraint concerning the governmant policy in primary health care, high education in public health, decentralized
health services including budget. Conclusion: It is necessary to develop strategic planning of comprehensive primary health
care including MDGs, to evaluate high education in public health, while executive and legislative government should pay
attention and to make commitment for the development of publich health practice.

Pendahuluan

Di Indonesia sampai saat ini angka kematian Status gizi kurang dan buruk, dan berat badan lahir
neonatal, bayi dan balita berbeda-beda diantara rendah (BBLR) juga berbeda diantara provinsi
pedesaan dan perkotaan, kaya dan miskin, pendidikan (Bachtiar, 2011). Penyakit-penyakit demam berdarah,
tinggi dan pendidikan rendah, dan diantara provinsi; malaria, ISPA, TB dan penyakit-penyakit menular

Alamat Korespondesi: Buchari lapau, Prodi Magister IKM STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Jalan Mustafa Sari No 5 Tangkerang Selatan
Pekanbaru Riau, Hp 08129210225.

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 3, November 2011 Page 101


Buchari Lapau, Strategi Epidemiologi Dalam Pelayanan Kesehatan Primer 2011

lainnya belum terlihat cenderung menurun yang tahun 2015 harus dicapai tujuannya (Dit. Jen.
signifikan. Di samping itu beberapa penyakit tak Binkesmas, 2010) yaitu:
menular seperti penyakit jantung koroner, diabetes 1. mengentaskan kemiskinan dan kelaparan yang
mellitus, beberapa jenis kanker meningkat pula. ekstrim
Sebetulnya kematian dan penyakit-penyakit tersebut 2. pemerataan pendidikan dasar
dapat dikurangi, apabila pelayanan kesehatan primer 3. Mendukung adanya persamaan jender dan
yang termasuk dalam Upaya Kesehatan Masyarakat pemberdayaan perempuan
(UKM) berjalan dengan baik. 4. Menurunkan angka kematian anak
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (Depkes, 5. Meningkatkan kesehatan ibu
2004) tertulis dua upaya kesehatan yaitu Upaya 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan lainnya
Perorangan (UKP). UKM terdiri atas tiga strata yaitu 7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup
strata pertama, strata kedua dan strata ketiga. UKM 8. Mengembangkan kemitraan global untuk
strata pertama mempunyai 3 fungsi yaitu: pembangunan.
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan Bila diperhatikan 8 tujuan dari MDGs tersebut,
kesehatan maka tujuan MDGs nomor 4, 5 dan 6 tersebut
2. Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang menyangkut bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan
kesehatan dan primer dalam MDGs adalah gizi, pelayanan kesehatan
3. Pusat pelayanan kesehatan primer- unit pelayanan ibu dan anak, pemberantasan penyakit menular
kesehatan perifer di puskemas. khususnya TB, malaria dan HIV/AIDS, air bersih dan
Unit pelayanan kesehatan primer yang obat esential. Namun kegiatan pelayanan kesehatan
termasuk dalam UKM strata pertama dan dilaksanakan primer jangan hanya terarah kepada MDGs yang
di tingkat puskesmas sekurang-kurangnya terdiri atas: merupakan program internasional, jangan kita lengah
terhadap penyakit-penyakit menular lainnya, penyakit
1. Pelayanan promotif termasuk promosi kesehatan, tak menular dan program-program kesehatan lainnya
kesehatan ibu dan anak dan perbaikan gizi (Gani, 2011). Dengan demikian pencapaian MDGs
2. Pelayanan preventif termasuk keluarga berencana, hanya sebagian dari tujuan yang seharusnya dicapai
kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit oleh pelayanan kesehatan primer, walaupun mungkin
3. Pelayanan kesehatan kuratif yang hanya mencakup sebagai prioritas. Tujuan suatu program adalah untuk
pengobatan sederhana mengatasi situasi masalah melalui determinant atau
Pelayanan kesehatan primer yang termasuk faktor-faktor yang berhubungan atau berpengaruh
dalam UKM strata kedua dapat dijelaskan sebagai terhadap situasi masalah itu. Dengan demikian untuk
berikut: Penanggung jawabnya adalah dinas kesehatan mencapai suatu tujuan program pelayanan kesehatan
kabupaten/kota yang didukung secara lintas sektor. primer termasuk MDGs diperlukan antara lain
Fungsinya mencakup fungsi manajerial termasuk epidemiologi.
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan bertanggung jawab dalam Tujuan:
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, dan fungsi Tujuan dari makalah ini adalah menunjukkan
teknis yang terdiri atas 7 kegiatan seperti tersebut di inovasi bagaimana strategi epidemiologi dapat
atas. bermanfaat dalam pelayanan kesehatan primer.
Pelayanan kesehatan primer yang termasuk
dalam UKM strata ketiga berada di tingkat pusat Metode:
sebagai berikut: Di Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Dilakukan content analysis (Lapau, 2011)
Masyarakat Departemen Kesehatan dikelola promosi pada kepustakaan yang menyangkut upaya kesehatan,
kesehatan, kesehatan ibu dan anak dan perbaikan gizi. MDGs, epidemiologi, pengambilan keputusan berdasar
Di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional bukti, desentralisasi pelayanan kesehatan, pendidikan
(BKKBN) dikelola keluarga berencana. Di Direktorat tinggi kesehatan masyarakat dan pembiayaan
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan kesehatan.
Lingkungan Departemen Kesehatan dikelola
pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan. Hasil Tinjauan Kepustakaan
Di kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dikelola
kesehatan lingkungan dan di Direktorat Jenderal Pengambilan Keputusan Berdasar Bukti
Pelayanan Medik dikelola pengobatan. Inovasi adalah aplikasi dari ide atau gagasan,
Sejak tahun 2000 telah dikumandangkan yang dihasilkan oleh kreativitas yang merupakan suatu
Millenium Development Goals (MDGs) yang pada proses mental dan proses berpikir. Suatu inovasi

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 3, November 2011 Page 102


Buchari Lapau, Strategi Epidemiologi Dalam Pelayanan Kesehatan Primer 2011

menghasilkan jasa-jasa atau cara kerja yang lebih indikator dalam output, proses, input, efek dan dampak
efisien (Setiawan, 1985). Pengambilan keputusan berhubungan satu sama lain. Koherensi menjawab
berdasar bukti merupakan suatu ide, hasil kreativitas pertanyaan apakah hubungan tersebut selalu terjadi
dari para ahli berbagai ilmu antara lain epidemiologi. menurut waktu dan tempat. Konteks populasi dan
Aplikasi dari pengambilan keputusan berdasar bukti geografis menjawab pertanyaan apakah informasi yang
kepada manajemen pelayanan/program kesehatan dihasilkan berguna untuk kelompok penduduk dan
merupakan suatu inovasi dalam pelayanan kesehatan. geografi tertentu. Siklus manajemen menjawab
Epidemiologi adalah ilmu yang bertujuan pertanyaan apakah informasi yang dihasilkan berguna
untuk mendiagnosis masalah kesehatan masyarakat, untuk melakukan perencanaan, pemantauan dan
mengidentifikasi riwayat alamiah dan etiologi penyakit penilaian.
dan memberikan informasi yang dapat digunakan Salah satu data input di tingkat nasional pada 3
untuk manajemen pelayanan/program kesehatan (Lowe propinsi di Indonesia yaitu di Propinsi NTT, Bali dan
and Kostrzewski, 1973). Untuk tiga tujuan tersebut Lampung, menunjukkan bahwa pembiayaan program
ada dua strategi epidemiologi yaitu surveilans upaya kesehatan masyarakat berkisar antara 2,9%
epidemiologi dan penelitian epidemiologi. Baik sampai 12%, sedangkan biaya untuk program upaya
surveilans ataupun penelitian epidemiologi adalah kesehatan perorangan berkisar antara 32,1% sampai
kegiatan-kegiatan pengumpulan, pengolahan dan 66,6%, lalu biaya pembangunan kapasitas penunjang
analisa data untuk menghasilkan informasi dan berkisar antara 28,8% sampai 55,7%. Jelas terlihat
selanjutnya menghasilkan informasi menjadi bukti. pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan primer
Perbedaannya adalah bahwa Surveilans merupakan dalam arti preventif dan promotif jauh lebih kurang
kegiatan rutin, sedangkan penelitian dilakukan bila tak dari pada pelayanan kuratif. Pengalaman di Denmark
ada atau jarang informasi dari hasil surveilans (Lapau, yang menangani salmonellosis dengan usaha
2009). penyelidikan ke arah preventif jauh lebih murah dari
Pengambilan keputusan berdasar bukti pada pengalaman di Amerika Serikat yang menangani
merupakan suatu pendekatan ilmiah khususnya salmonellosis dengan hanya cara kuratif (Gani, 2010).
epidemiologi (Gray, 2001) yang diterapkan dalam Pengambilan Keputusan Berdasar Bukti
manajemen pelayanan kesehatan sebagai suatu inovasi. (PKBB) dalam manajemen pelayanan/program
Dalam hal ini dilakukan pendekatan sistem dalam kesehatan sulit dilakukan secara nasional atas dasar
pelayanan/program kesehatan sebagai berikut: data dan informasi dari kabupaten dan provinsi,
Karena itu PKBB perlu dilakukan pada tingkat dinas
Input ProsesOutput Efek Dampak kesehatan kabupaten/kota, puskesmas dan rumah sakit.
PKBB pada tingkat kabupaten bertujuan untuk:
Input adalah sumber daya (tenaga manusia, 1. mengintensifkan pelaksanaan program-program
fasilitas/logistik dan uang untuk pembiayaan) yang
kesehatan,
diperlukan supaya proses (kegiatan) sistem dapat
berjalan sehingga secara langsung dapat dihasilkan 2. meningkatkan manajemen kesehatan
output yang segera dapat diukur. Efek adalah perilaku 3. melakukan kemitraan untuk keberhasilan butir satu
masyarakat yang dapat menerima atau menolak dan butir dua
pelayanan/program kesehatan dan dampak Dalam rangka butir satu diperlukan subdisiplin
menggambarkan status kesehatan masyarakat yang surveilans epidemiologi dan penelitian operasional,
diukur dengan angka kematian, angka penyakit sedangkan dalam rangka butir dua diperlukan
dan/atau angka kecacatan. Bila masyarakat menolak subdisiplin manajemen strategi dan manajemen
sistem pelayanan/program, maka target output mutu/audit. Untuk mencapai tiga tujuan tersebut di
mungkin tak tercapai. Bila masyarakat menerimanya, atas, maka di tingkat dinas kesehatan kabupaten/kota
maka output dapat tercapai dan dampak mungkin perlu dibentuk Tim Epidemiologi Manajemen
membaik. Kabupaten (TEMK) yang berfungsi sebagai berikut:
Seperti tersebut di atas strategi epidemiologi
yaitu baik surveilans atau penelitian epidemiologi 1. memberikan keterampilan kepada staf dinas
mempunyai kegiatan-kegiatan pengumpulan, kesehatan kabupaten, puskesmas dan rumah sakit
pengolahan dan analisa data sehingga dihasilkan untuk merencanakan dan melaksanakan surveilans
informasi. Bila ingin informasi dijadikan bukti, epidemiologi dan pelaksanaan penelitian
diperlukan 4 kegiatan yaitu relevansi, koherensi, operasional
konteks populasi, geografi dan siklus manajemen. 2. mengkoordinir kegiatan interpretasi informasi
Relevansi menjawab pertanyaan apakah indikator-
menjadi bukti yang dapat digunakan oleh kepala
Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 3, November 2011 Page 103
Buchari Lapau, Strategi Epidemiologi Dalam Pelayanan Kesehatan Primer 2011

dinkes kabupaten/ kota untuk pengambilan diatasi dengan pelayanan kesehatan primer
keputusan dalam rangka menyusun perencanaan 4. Dengan adanya kebijaksanaan desentralisasi
strategis dan operasional yang diadvokasikan ke pelayanan kesehatan, pemerintah daerah
mempunyai kekuasaan segala-galanya termasuk
BAPPEDA, DPRD dan lintas sektor
mengangkat pejabat kesehatan yang tak mempunyai
3. membantu kepala dinas kesehatan kabupaten untuk keahlian kesehatan, yang tak mengerti pelayanan
melakukan pemantauan dan penilaian progam- kesehatan preventif dan promotif sehingga
program kesehatan pelayanan kesehatan primer terabaikan.
Di tingkat puskesmas dibentuk pula Tim 5. Perhatian dan komitmen pemerintah terhadap
Epidemiologi Manajemen Puskesmas (TEMPus) yang pelayanan kesehatan primer belum optimal. Ini
berfungsi untuk melakukan interpretasi informasi terlihat pada sedikitnya pembiayaan untuk
menjadi bukti dalam rangka pengambilan keputusan pelayanan kesehatan primer dan pendidikan
oleh kepala puskesmas untuk melakukan perencanaan, kesehatan masyarakat.
pemantauan dan penilaian pelayanan/program
kesehatan. Sampai saat ini boleh dikatakan hampir Saran:
seluruh dinas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas
belum mempunyai TEMK dan TEMPus. Untuk 1. Supaya dibuat rencana straregis pelayanan
mengisi posisi dalam TEMK diperlukan tenaga dengan kesehatan primer termasuk pelayanan kesehatan
kualifikasi magister kesehatan masyarakat peminatan yang termasuk dalam MDGs sebagai prioritas mulai
epidemiologi manajemen dan untuk TEMPus dari tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota,
diperlukan sarjana kesehatan masyarakat peminatan untuk mana diperlukan tenaga kesehatan yang dapat
epidemiologi. memanfaatkan epidemiologi dan ilmu yang
Pada saat ini di Indonesia sudah berdiri sekitar berkaitan dengan manajemen dan advokasi serta
150 sampai 160 program studi sarjana kesmas yang ilmu-ilmu substantif yang relevan, sehingga dapat
belum mempunyai peminatan epidemiologi dihasilkan pengambilan keputusan berdasar bukti,
manajemen dan kurang dari 10 program studi magister yang selanjutnya dapat mengarahkan advokasi dan
kesehatan masyarakat yang hanya 2 dengan peminatan manajemen pelayanan kesehatan primer yang
epidemiologi manajemen. Walaupun sudah terlalu efisien dan efektif
banyak program studi kesmas berdiri, dengan adanya 2. Dilakukan evaluasi terhadap kurikulum lembaga-
kebijakan desentralisasi, pimpinan daerah yang lembaga pendidikan yang melaksanakan
berkuasa seenaknya mengangkat pejabat dalam pembelajaran kesehatan masyarakat yang bertujuan
instansi kesehatan yang bukan berasal dari orang mendapatkan informasi dalam rangka menyusun
dengan berkualifikasi dalam bidang kesehatan. kurikulum berbasis kompetensi sehingga
lulusannya mempunyai kemampuan teknis yang
Kesimpulan: relevan dan dapat bekerja sama dalam tim untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan primer atas
1. Masalah kesehatan yang seharusnya dapat dasar pengambilan keputusan berdasar bukti
ditanggulangi dengan pelayanan kesehatan primer 3. Pemerintah eksekutif dan legislatif meninjau
belum menunjukkan kecenderungan menurun. kembali undang-undang atau peraturan-peraturan
2. Kebijakan pemerintah dalam merencanakan yang sudah ada yang menyangkut kekuasaan
pelayanan kesehatan primer seakan-akan tergantung pemerintah daerah yang kalau perlu melaksanakan
pada dorongan internasional saja, belum koreksi sehingga jabatan kesehatan dapat diisi oleh
menggunakan epidemiologi dalam rangka sarjana yang mempunyai keahlian kesehatan yang
pengambilan keputusan yang diintegrasikan dengan relevan sehingga mampu dalam melaksanakan
ilmu yang terkait dengan manajemen dan manajemen pelayanan kesehatan bermutu, efektif
komunikasi/advokasi untuk mengatasi masalah dan efisien
kesehatan 4. Pemerintah eksekutif dan legislatif perlu
3. Walaupun sudah banyak berdiri fakultas dan memberikan perhatian dan komitmen terhadap
sekolah tinggi yang berkaitan dengan kesehatan perkembangan ilmu kesehatan masyarakat agar
masyarakat, kemampuan lulusannya belum berguna dalam pelayanan kesehatan primer dalam
berorientasi kepada pengambilan keputusan bentuk pembuatan undang-undang atau peraturan-
berdasar bukti, sehingga penentuan kebijaksanaan peraturan yang menguntungkan pendidikan dan
dan manajemen pelayanan kesehatan tak dapat selanjutnya pelayanan kesehatan masyarakat.
mengatasi penyakit-penyakit yang seharusnya dapat

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 3, November 2011 Page 104


Buchari Lapau, Strategi Epidemiologi Dalam Pelayanan Kesehatan Primer 2011

Daftar Pustaka Pelayanan Kesehatan yang diadakan STIKes


Hang Tuah Pekanbaru tanggal 9 April 2011
Bachtiar, Adang. Isyu Terkini Kesehatan Masyarakat,
Lapau, Buchari. (2009). Prinsip dan Metode
disajikan pada Seminar Reformasi Pelayanan
Epidemiologi. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Kesehatan, yang diadakan STIKes Hang Tuah
Pekanbaru tanggal 9 April 2011 Lapau, Buchari. (2011). Metode Penelitian Kesehatan,
satu buku pembelajaran di STIKes Hang Tuah
Depkes RI. (2004). Sistem Kesehatan Nasional,
Pekanbaru tahun
Jakarta: Depkes RI
Lowe, CR and Kostrzewski. Epidemiology, a guide to
Dit. Jen. Binkesmas. Bantuan Operasional Kesehatan
teaching method, London: International
(BOK) dan Penerapannya, disajikan pada TOT
Epidemiology Association, 1973
Studi Operasional BOK di Cikarang tanggal 27
Juli 2010 Setiawan, Boenyamin. (1985) Peranan Kreativitas dan
Inovasi dalam Penelitian, Metodologi Penelitian
Gani, Ascobat. Reformasi Pembiayaan Kesehatan,
Bidang Kedokteran, Cetakan Kedua, Editor:
makalah yang disajikan pada Seminar Reformasi
Aryatmo, Cokronegoro dkk, Jakarta: FKUI

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 3, November 2011 Page 105


Buchari Lapau, Strategi Epidemiologi Dalam Pelayanan Kesehatan Primer 2011

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 3, November 2011 Page 106

Anda mungkin juga menyukai