Anda di halaman 1dari 55

Lampiran

Keputusan PP HAKLI
Nomor 0216/SK/PP-HAKLI/III/2016
Tentang
Satuan Kredit Profesi Kesehatan Lingkungan

PEDOMAN
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN TENAGA KESEHATAN
LINGKUNGAN
(P2KBTKL)

PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN
(HAKLI)

TAHUN 2016
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN Hal


A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Tujuan ....................................................................... 2
C. Landasan Hukum ................................................. 2
D. Pola Pemberian STR ................................................. 3

BAB II POKOK-POKOK KEGIATAN


A. Ruang Lingku P2KBTKL ...................................... 6
B. Pokok-Pokok Kegiatan ................................................. 7

BAB III URAIAN KEGIATAN DAN PENGHITUNGAN SKP


A. Pembelajaran ............................................................ 10
B. Profesionalitas ............................................................ 15
C. Pengabdian Masyarakat ...................................... 25
D. Publikasi Ilmiah ........................................................... 26
E. Pengembangan Ilmu dan Teknologi ........................... 27

BAB IV MEKANISME PENERBITAN STR


A. Prosedur Penerbitan STR ...................................... 28
B. Ketentuan Penerbitan STR ...................................... 32

BAB V PENUTUP ...................................................................... 38


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan pekerjaan tenaga Kesehatan Lingkungan yang terdiri atas tenaga


Sanitasi Lingkungan, tenaga Entomolog Kesehatan, dan tenaga Mikrobiolog Kesehatan
secara profesional berbasis pada kompetensi yang meliputi kompetensi Manajerial,
Kompetensi Teknis, dan Kompetensi Sosiokultural.

Kompetensi Manajerial merupakan soft competency yang mencakup aspek


pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai tugas dan/atau fungsi jabatan.

Kompetensi Teknis merupakan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,


keterampilan, dan sikap kerja yang mutlak diperlukan dalam melaksanakan tugas-tugas
jabatannya.

Kompetensi Sosiokultural merupakan kemampuan yang diukur dari pengalaman kerja


berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga
memiliki wawasan kebangsaan.

Berdasarkan ketiga kompetensi tersebut di atas tenaga Kesehatan Lingkungan


memiliki tanggung jawab dan kewenangan dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta
peran pribadi maupun sosial yang diimplementasikan dalam pengabdiannya baik
sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun berkarya di lingkungan masyarakat
terasuk swasta dan praktek mandiri. Di dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan telah diatur jenjang karier baik sebagai pangkat dan jabatan dalam
pengabdiannya di ASN, militer, kepolisian, maupun mereka yang mengabdi di
lingkungan masyarakat.

Oleh karena itu, diperlukan pedoman bagi Tenaga Kesehatan Lingkungan untuk
dilakukan penilaian tingkat profesionalitasnya dalam bentuk Satuan Kredit Profesi
(SKP) berdasarkan kompetensi yang bersangkutan guna memperoleh gambaran
peningkatan dan/atau pengembangan potensi dan karier yang bersangkutan, pada
bidang-bidang tertentu dalam lingkup kesehatan lingkungan.
Selanjutnya akan duraikan bidang-bidang tertentu tersebut dalam pedoman bagi
Tenaga Sanitasi Lingkungan yang selanjutnya disebut dengan Sanitarian guna
memperoleh gambaran penilaian jenjang karier yang bersangkutan. Pedoman untuk
melakukan penilaian profesionalitas Tenaga Kesehatan Lingkungan selanjutnya
disebut Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan
Lingkungan (P2KBTKL) yang merupakan salah satu fungsi Organisasi Profesi dalam
hal ini Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) untuk melakukan
pengaturan dalam setiap tingkatan kompetensi bagi Tenaga Kesehatan Lingkungan
dan para pihak yang berkepentingan untuk melakukan penilaian kinerja di semua sektor
yang memerlukan tenaga Sanitasi Lingkungan.

Dalam pedoman ini akan diatur secara khusus mengenai penilaian pengembangan
keprofesian bagi tenaga Sanitasi Lingkungan (Sanitarian), sedangkan jenis Tenaga
Kesehatan Lingkungan lainnya akan diatur dalam pedoman tersendiri yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari pengembangan keprofesian Tenaga Kesehatan
Lingkungan.

B. TUJUAN

Tujuan Umum :
Tersedianya panduan penilaian pengembangan profesionalitas tenaga Sanitasi
Lingkungan dalam rangka registrasi, registrasi ulang, dan izin praktek/kerja.

Tujuan Khusus:
1. Tersedianya panduan perhitungan pengisian SKP bagi Tenaga Sanitasi
Lingkungan.
2. Tersedianya panduan bagi instansi pemerintah, pengelola kegiatan, praktek
mandiri di mana Tenaga Sanitasi Lingkungan berada.
3. Tersedianya panduan mekanisme dan tata cara perpanjangan Surat Tanda
Regisrasi (STR).

C. LANDASAN HUKUM

Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan


ini disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan di bawah ini sebagai landasan
hukum.
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
6. Peraturan Presiden Nomor 08 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI)
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Tenaga Sanitarian.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Pusat Kesehatan Masyarakat
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2015 tentang Standar Kompetensi
Manajerial Jabatan Fungsional Sanitarian
12. Keputusan Ketua Umum Pengurus Pusat HAKLI Nomor 67/SK /PP-HAKLI/II/2015
Tentang Susunan Pengurus Pusat Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia Periode Tahun 2015 2020

D. POLA PEMBERIAN STR

Secara umum proses yang dilalui dalam pencapaian Tenaga Sanitarian Profesional
teregistrasi (Registered) digambarkan dalam gambar 1 berikut.

Gambar 1. Pola Pemberian STR Tenaga Sanitasi Lingkungan


Untuk memperoleh STR, Sanitarian dapat menempuh prosedur pemberian STR sebagai
berikut.

Pertama, bagi Sanitarian yang baru lulus wajib mengikuti uji kompetensi (exit examn)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan diselenggarakan oleh institusi
pendidikan tempat Sanitarian belajar yang bekerja sama dengan MTKI. Bila dinyatakan
lulus, yang bersangkutan memperoleh Sertifikat Kompetensi sebagai salah satu syarat
dalam memperoleh STR.

Kedua, bagi Sanitarian yang telah bekerja di luar bidang kesehatan lingkungan dan/atau
di bidang kesehatan lingkungan, apabila yang bersangkutan akan mengajukan
permohonan STR mereka dapat memperoleh STR dengan mengajukan surat
permohonan STR (contoh terlampir) kepada pihak yang berwenang yaitu Ketua
Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota dan/atau Ketua Pengurus HAKLI Provinsi dalam hal
Pengurus Kabupaten/Kota terbentuk.

Ketiga, bagi Sanitarian yang akan melakukan perpanjangan STR atau re-registrasi
mereka wajib menyerahkan dokumen hasil kegiatan dalam bidang pembelajaran,
profesionalitas, pengabdian masyarakat, karya ilmiah, dan pengembangan ilmu dan
teknologi (IPTEK). Setelah dokumen tersebut terkumpul, yang bersangkutan
menyampaikan surat permohonan perpanjangan STR kepada Ketua Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota. Dalam hal Pengurus Kabupaten/Kota belum terbentuk, surat
permohonan STR langsung ditujukan kepada Ketua Pengurus HAKLI Provinsi setempat.

Dalam proses pemberian STR, Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi


membentuk Tim Verifikasi untuk melakukan verifikasi terhadap dokumen-dokumen hasil
kegiatan pemohon sekaligus memberikan nilai Satuan Kredit Profesi (SKP) sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh Organisasi Profesi. Akumulatif nilai SKP
harus memenuhi sejumlah 50 SKP selama kurun waktu 5 tahun. Hasil verifikasi nilai
SKP tersebut dipergunakan untuk memberikan surat pengantar sebagai rekomendasi
dari Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi kepada Ketua MTKP setempat
untuk diteruskan kepada Ketua MTKI dengan tembusan PP HAKLI guna menerbitkan
STR yang bersangkutan.

Dalam hal akumulatif SKP pemohon perpanjangan STR belum memenuhi SKP yang
ditentukan, maka yang bersangkutan wajib mengikuti evaluasi kemampuan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembahasan lebih lanjut mengenai prosedur penerbitan STR baru maupun STR
perpanjangan, akan dijelaskan pada pembahasan BAB selanjutnya.
BAB II
POKOK-POKOK KEGIATAN

A. RUANG LINGKUP P2KBTKL


Peningkatan kompetensi tenaga Kesehatan Lingkungan dimaksudkan sebagai
perubahan tingkatan kompetensi tenaga Sanitarian, Entomolog Kesehatan, dan
Mikrobiolog Kesehatan yang bisa diukur dengan instrumen standar yang berlaku.
Instrumen standar tersebut disusun dalam Pedoman Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan dan diukur dengan SKP yang ditetapkan
oleh Organisasi Profesi.

Pengembangan keprofesian dan peningkatan kompetensi tenaga Sanitarian disusun


ke dalam pokok-pokok kegiatan yang meliputi pembelajaran, keprofesian, pengabdian
masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan IPTEK.

Secara proporsional, pembobotan pemberian SKP pada pokok-pokok kegiatan


selengkapnya dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 1.
Pembobotan SKP Tenaga Sanitarian Teknisi/Jabatan Fungsional Keterampilan

PROPORSI SKP KETENTUAN


NO BIDANG KETERANGAN
(%) KESLING PROFESI

1 PEMBELAJARAN 10 5 Toleransi
2 KEPROFESIAN 60 30 Wajib Dicapai
3 PENGABDIAN 20 10
Wajib Dicapai
MASYARAKAT
4 PUBLIKASI ILMIAH 5 2.5 Toleransi
5 PENGEMBANGAN 5 2.5
Toleransi
IPTEK
TOTAL 100% 50
Tabel 2.
Pembobotan SKP Tenaga Sanitarian Ahli/Jabatan Fungsional Keahlian

PROPORSI SKP KETENTUAN


NO BIDANG KETERANGAN
(%) KESLING PROFESI
1 PEMBELAJARAN 5 2.5 Toleransi
2 KEPROFESIAN 55 27.5 Wajib Dicapai
3 PENGABDIAN
20 10 Wajib Dicapai
MASYARAKAT
4 PUBLIKASI ILMIAH 10 5 Toleransi
5 PENGEMBANGAN
10 5 Wajib Dicapai
IPTEK
TOTAL 100% 50

Keterangan.
1. Kolom SKP Kesling merupakan nilai SKP baik yang wajib dicapai maupun
ditoleransi sesuai dengan ketentuan profesi.
2. Nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran, keprofesian,
pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan IPTEK minimal
bernilai 50.
3. Toleransi dalam kolom KETENTUAN PROFESI diartikan bahwa nilai akumulasi
SKP pemohon selama 5 (lima) diperbolehkan tidak tercapai sesuai batas yang
ditentukan pada kolom SKP KESLING namun tidak boleh bernilai 0 (nol).
4. Dalam hal akumulasi nilai SKP pemohon terdapat nilai nol (0), maka akan diberikan
penugasan sesuai dengan bidang penilaian SKP.
5. Penugasan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 dijelaskan dalam BAB IV
tentang Mekanisme STR Penerbitan P2KBTKL ini.

B. POKOK-POKOK KEGIATAN
Pengelompokan kegiatan ditujukan untuk memudahkan dalam penggunaan pedoman
ini. Pengelompokan kegiatan ini terdiri atas 5 pokok kegiatan sebagai berikut.
1. PEMBELAJARAN
Pembelajaran meliputi pendidikan formal dan pelatihan baik formal ataupun non
formal. Pendidikan formal adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh
institusi/lembaga pendidikan formal dan memperoleh gelar yang telah memiliki
sekurang-kurangnya akreditasi B dari lembaga yang berwenang. Pelatihan formal
adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh institusi/lembaga
pendidikan tanpa memperoleh gelar namun tetap memperoleh sertifikat.

Pelatihan non formal adalah proses pembelajaran secara mandiri, berkelompok,


baik terorganisir ataupun tidak, langsung ataupun tidak langsung yang dibuktikan
dengan pembuatan abstrak/ringkasan/rangkuman serta menyebutkan referensinya.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sebagaimana diuraikan di atas tetap
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. PROFESIONALITAS
Profesionalitas adalah uraian pekerjaan yang relevan berkenaan dengan tugas
pokok dan fungsi serta peran tambahan yang bersangkutan dalam instansi/institusi
tempat kerja beserta hasil kerja. Di samping itu, profesionalitas juga dapat
merupakan hasil kerja dari kegiatan mandiri, praktek kerja, konsultasi, wirausaha,
advokator, fasilitator, motivator, dan promotor dalam lingkup kesehatan lingkungan.

3. PENGABDIAN MASYARAKAT
Pengabdian masyarakat adalah serangkaian kegiatan masyarakat dalam
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan yang mendapat pendampingan,
bimbingan, pembinaan, pemicuan, inspirasi, percontohan, dan hal-hal relevan
termasuk pengabdian dari tenaga Sanitarian baik secara individu maupun
kelompok.

4. PUBLIKASI ILMIAH
Publikasi ilmiah meliputi kegiatan dalam bentuk karya tulis maupun karya ilmiah
lain di bidang kesehatan lingkungan yang dipublikasikan dalam berbagai bentuk
yang dideseminasikan secara internal maupun eksternal.
5. PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI
Pengembangan ilmu dan teknologi adalah serangkaian kegiatan pengembangan
yang dilakukan melalui penelitian, kajian, uji coba, pengembangan model/desain,
penapisan, pemanfaatan media lingkungan maupun hasil produksi baik secara
fisik, biologi, kimia, maupun sosial terkait dengan potensi risiko kesehatan yang
dapat berawal dari gagasan, konsep, dan praktek.
BAB III
URAIAN KEGIATAN DAN PENGHITUNGAN SKP

A. PEMBELAJARAN
a. Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan proses pembelajaran yang diselenggarakan


oleh institusi/lembaga pendidikan formal dan memperoleh gelar yang telah
memiliki sekurang-kurangnya akreditasi B dari lembaga yang berwenang
dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Perolehan ijazah dan sertifikat kompetensi pendidikan kesehatan
lingkungan setingkat lebih tinggi dari semula diajukan sebagai penggantian
sebutan profesional/ tingkatan kompetensi STR sesuai Sertifikat
Kompetensi yang baru.
2) Perolehan gelar Doktor atau Magister dikecualikan dari ketentuan di
atas mengingat program doktor at au m agist er diarahkan pada
pendalaman aspek ilmiah dan akademik.
3) Perolehan gelar jenjang lanjut pada bidang bukan Sanitasi Lingkungan,
tidak diberi nilai SKP

Jenjang pendidikan formal bidang Kesehatan Lingkungan sesuai dengan


perjenjangan leveling beserta sebutan bagi lulusannya meliputi:

a. Diploma III Kesehatan Lingkungan dengan sebutan Teknisi Sanitarian


Madya (Medium Sanitarian Technisian) level 5;
b. Diploma IV Kesehatan Lingkungan dan/atau Sarjana Strata I (S-I)
Kesehatan Lingkungan dengan sebutan Teknisi Sanitarian Utama (Major
Technisian Sanitarian) level 6;
c. Magister Terapan (S-II)/Spesialis 1 dan/atau Sarjana Strata II (S-II)
Profesi/Magister Kesehatan Lingkungan dengan sebutan Sanitarian
level 8;
d. Doktoral (S-III) Kesehatan Lingkungan dan/atau Doktoral Terapan (S-
III)/Spesialis 2 Kesehatan Lingkungan dengan sebutan Sanitarian Adviser
(Adviser Sanitarian) level 9.
Tabel 3.
Penilaian Pendidikan Formal

Nilai SKP
Ijazah Pendidikan
D3 D4/S1-KL Prof KL/MgT DrT/Sp2
D3 9.5
D4/S1-KL 12.5*
Prof. Kesehatan
22.5*
Lingkungan/ MgT/Sp1
DrT/Sp2 40

*Catatan.

Bagi lulusan D4/S1 Kesehatan Lingkungan dan/atau Profesi Kesehatan


Lingkungan disertai dengan penugasan tertentu yang relevan dengan bidang
kesehatan lingkungan.

Dalam rangka penilaian SKP bidang pendidikan formal, penugasan tertentu


dilengkapi kelengkapan sebagai berikut.

1. Bagi Sanitarian yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dan
baru mengurus STR maka:
a. Untuk Jabatan Fungsional Keterampilan harus melampirkan hal-hal
berikut.
1) Ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah
2) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas organisasi
b. Untuk Jabatan Fungsional Keahlian harus melampirkan hal-hal berikut
1) Ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah
2) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas organisasi
3) Ringkasan eksekutif karya tulis dalam lingkup keprofesian
kesehatan lingkungan

2. Bagi Sanitarian yang bekerja sebagai ASN dan akan memperpanjang STR
maka:
a. Untuk Jabatan Fungsional Keterampilan melampirkan hal-hal berikut.
1) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas organisasi
2) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup keprofesian kesehatan
lingkungan
b. Untuk Jabatan Fungsional Keahlian melampirkan hal-hal berikut.
1) Ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah
2) Ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas organisasi/mandiri
3) Ringkasan eksekutif karya tulis dalam lingkup keprofesian
kesehatan lingkungan

3. Bagi Sanitarian yang bekerja secara mandiri/swasta dan baru mengurus


STR maka:
a. Untuk Sanitarian Teknisi
Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah 5 (lima) tahun
terakhir
b. Untuk Sanitarian Ahli
1) Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis ilmiah 5 (lima) tahun
terakhir
2) Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis dalam lingkup
keprofesian kesehatan lingkungan

4. Bagi Sanitairan yang bekerja secara mandiri/swasta dan akan


memperpanjang STR maka:
a. Untuk Sanitarian Teknisi
1) Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas
organisasi/praktek mandiri
2) Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup keprofesian
kesehatan lingkungan
b. Untuk Sanitarian Ahli
1) Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup tugas
organisasi/praktek mandiri
2) Melampirkan ringkasan eksekutif karya tulis di lingkup keprofesian
kesehatan lingkungan

Dalam penilaian pendidikan formal, selain kelengkapan sebagaimana


dijelaskan di atas pemohon juga melampirkan kelengkapan administrasi
sebagai berikut.
a. Fotokopi Ijazah yang telah dilegalisir
b. Fotokopi transkrip akademik yang telah dilegalisir
b. Pelatihan Formal dan Non Formal
1. Pelatihan Formal
Pelatihan formal adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh
institusi/lembaga pendidikan dan/atau lembaga yang memiliki tugas dan
fungsi sebagai institusi pelatihan teknis yang relevan. Dalam pelatihan formal
peserta tidak memperoleh gelar namun memperoleh sertifikat.

Pemberian SKP Pelatihan Formal dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.
Penilaian Pelatihan Formal

Lamanya
Nilai SKP Keterangan
pelatihan
setiap
paket Peserta Pelatih/NS Panitia Moderator
kompetensi
8 Jpl 1 1* 1 2*
16 Jpl 2 Dst 1
24 Jpl 3 Dst 2
32 Jpl 4 Dst 2
40 Jpl 5 Dst 3
48 Jpl 6 Dst 3
56 Jpl 7 Dst 4
64 Jpl 8 Dst 4
72 Jpl 9 Dst 5
80 Jpl 10 Dst 5
Dst Dst Dst Dst

Catatan*:
1. 1 hari sampai dengan 8 Jpl
2. Untuk peserta, setiap 8 Jpl (Jam Pelatihan) diberikan 1 SKP
3. Untuk Pelatih/NS, setiap aktivitas riil per 2 Jpl yang dilakukan diberikan
1 SKP
4. Untuk Moderator, setiap tampil diberikan 2 SKP
5. Untuk Panitia, setiap 2 hari (16 Jpl dan kelipatannya) mendapat 1 SKP
dan kelipatannya

Dalam pemberian SKP pelatihan formal diperlukan kelengkapan


administrasi sebagai berikut.

1) Surat Keputusan penyelenggaraan pelatihan


2) Surat permohonan sebagai narasumber/fasilitator (bagi
narasumber/fasilitator)
3) Fotokopi sertifikat pelatihan

2. Pelatihan Non Formal


Pelatihan non formal ialah proses pembelajaran secara mandiri,
berkelompok, baik terorganisir ataupun tidak, langsung ataupun tidak
langsung yang dibuktikan dengan pembuatan abstrak/ringkasan/
rangkuman serta menyebutkan referensinya, yaitu:

a. Penyehatan
b. Pengamanan
c. Pengendalian

Bentuk kegiatan pelatihan non formal paling sedikit meliputi:


a) Membaca artikel untuk memperluas wawasan tentang perkembangan
ilmu dan teknologi.
b) Membaca artikel untuk memperdalam suatu ilmu pengetahuan
c) Mempelajari informasi dari media cetak, media elektronik, termasuk
internet
d) Memahami prosedur kerja (peralatan, standard and code,dll) serta
software
e) Kegiatan dalam penelitian untuk mencapai gelar Doktor atau Magister
(Terapan) yang relevan dengan bidang profesi

Topik berbagai kegiatan pembelajaran mandiri ini harus konsisten agar


mencapai tujuan pengembangan keprofesian Sanitasi Lingkungan dan
kemutakhiran ilmu dan teknologi kesehatan lingkungan.

Dalam penilaian pelatihan non formal untuk memperoleh SKP, perlu


diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Nilai SKP disesuaikan dengan spesifikasi terkait dengan bidang
profesi yang spesifik atau non spesifik berkenaan dengan pemanfaatan
IPTEK.

Tabel 5.
Penilaian Pelatihan Non Formal

Spesifikasi artikel yang dibaca


Manfaat IPTEK dengan bidang profesi sanitarian.
Spesifik Non spesifik*
IPTEK Deteksi Dini 2 0
IPTEK Tepat Guna 3 1

Catatan*:
Non Spesifik merupakan artikel yang tidak secara langsung berkaitan
dengan pemanfaatan IPTEK kesehatan lingkungan namun masih
memiliki relevansi sebagai referensi bagi pengembangan IPTEK
kesehatan lingkungan.

2) Pemberian SKP dilakukan dengan melampirkan tulisan ringkas berupa


r a n g k u m a n a t a u summary, diketik dalam satu a t a u d u a
halaman.

B. PROFESIONALITAS
1. Profesionalitas Dalam Lingkup Kerja ASN
Profesionalitas merupakan uraian pekerjaan yang relevan berkenaan dengan
tugas pokok dan fungsi serta peran tambahan yang bersangkutan dalam
instansi/institusi tempat kerja beserta hasil kerja. Di samping itu, profesionalitas
juga dapat merupakan hasil kerja dari kegiatan mandiri, praktek kerja, konsultasi,
wirausaha, advokator, fasilitator, motivator, dan promotor dalam lingkup
kesehatan lingkungan.
Tabel 6.
Penilaian Profesionalitas Dalam Lingkup Kerja Pemerintahan

Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
1 Penyiapan Per-UU-an (NSPK) 3 2 1
2 Penyehatan
a. Pengawasan Kualitas Media
Lingkungan (Air, Pangan, Sarana
dan Bangunan)
1) Surveilans 2 1 1
2) Uji Laboratorium 2 1 1
3) Analisis Risiko 3 2 1
4) Rekomendasi Tindak Lanjut 3 2 1
b. Perlindungan Kualitas Media
Lingkungan (Air, Pangan, dan
Sarana dan Bangunan)
1) KIE (Pemberdayaan
3 2 1
Masyarakat);
2) Pengembangan TTG; 3 1 1
3) Rekayasa Lingkungan; 3 1 1
4) Pemeriksaan Kesehatan
Penjamah Pangan dan 3
Penggunaan APD.
c. Peningkatan Kualitas Media
Lingkungan
1) Air: Filtrasi, Sedimentasi, Airasi,
3 2 1
Dekontaminasi, Disinfeksi;
2) Pangan: KIE, Rekayasa
3 2 1
Teknologi Pengolahan Pangan;
3) Sarana dan Bangunan: KIE dan
3 2 1
Pengembangan TTG.
d. Pemantauan Kualitas Media
Lingkungan (Udara dan Tanah)
1) Surveilans; 3 2 1
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
2) Uji Laboratorium; 3 2 1
3) Analisis Risiko; dan 3 2 1
4) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3 2 1
e. Pencegahan Penurunan Kualitas
Media Lingkungan (Udara dan
Tanah)
1) Pengembangan TTG; 3 2 1
2) Rekayasa Lingkungan; dan 3 2 1
3) KIE. 3 2 1
3 Pengamanan
a. Upaya Perlindungan Kesehatan
Masyarakat
1) Pengurangan dan Penanganan
Sampah Sesuai Perundang- 3 2 1
Undangan;
2) Mencegah Pajanan dan
Kontaminasi dari Penggunaan
Zat Kimia Berbahaya (Bahan
Pembasmi Hama, Bahan
3 2 1
Tambahan Pangan, Bahan
Antiseptik, Bahan Kosmetika,
Bahan Aromatika, Bahan Aditif,
dan Bahan Proses Industri);
3) Mencegah Pajanan dari
Gangguan Fisik Udara (Suhu,
3 2 1
Getaran, Kelembaban,
Kebisingan, dan Pencahayaan);
b. Proses Pengolahan Limbah
Terhadap Limbah Dari Pemukiman,
Tempat Kerja, Tempat Rekreasi,
Tempat dan Fasilitas Umum, Sesuai
Dengan Perundang-Undangan
1) Limbah Cair; 3 2 1
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
c. Proses Pengolahan Limbah dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang Memenuhi Perundang-
Undangan dan Persyaratan Teknis
1) Limbah Cair; 3 2 1
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
d. Pengawasan Terhadap Limbah
Limbah Dari Pemukiman, Tempat
Kerja, Tempat Rekreasi, Tempat
dan Fasilitas Umum, Sesuai
Dengan Perundang-Undangan
1) Limbah Cair; 3 2 1
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
e. Pengawasan Terhadap Limbah
(Cair, Padat, dan Gas) dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, dilakukan:
1) Surveilans; 3 2 1
2) Uji Laboratorium; 3 2 1
3) Analisis Risiko; 3 2 1
4) KIE; dan 3 2 1
5) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3 2 1
Pengendalian Dilakukan Terhadap
4 Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit, Meliputi:
a. Pengamatan dan Penyelidikan
Bioekologi, Status Kevektoran,
3 2 1
Status Resistensi, Efikasi, dan
Pemeriksaan Spesimen.
b. Pengendalian Vektor dan Binatang
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
Pembawa Penyakit, Dengan
Metode Fisik:
1) Mengubah Salinitas Air; 3 2 1
2) Mengubah Derajat Keasaman
3 2 1
(pH) Air;
3) Memberikan Radiasi; dan 3 2 1
4) Pemasangan Perangkap. 3 2 1
c. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Dengan Bahan 3 2 1
Kimia
d. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Dengan
Menggunakan Metode Biologi:
1) Protozoa; 3 2 1
2) Ikan; 3 2 1
3) Bakteri; 3 2 1
e. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Melalui
Pengelolaan Lingkungan
1) Mengubah Habitat
Perkembangbiakan Vektor dan
3 2 1
Binatang Pembawa Penyakit
Secara Permanen; dan
2) Mengubah Habitat
Perkembangbiakan Vektor dan
3 2 1
Binatang Pembawa Penyakit
Secara Sementara.
5 Penyidikan 3 2 1
6 Penugasan Dinas
6.1. Berdasarkan Tugas dan Fungsi 1 1 1
6.2. Non Tugas dan Fungsi 0.5 0.5 0.5
Catatan:

Tugas Pokok dan Fungsi yang dilakukan secara mandiri (individual), nilai SKP
setara dengan Ketua Tim.

Dalam hal ini, pemberian SKP diperlukan kelengkapan administrasi sebagai


berikut.
1) Surat tugas yang ditandatangani pejabat yang berwenang
2) Ringkasan/excutive summary laporan hasil kerja

2. Profesionalitas Dalam Lingkup Kerja/Praktek Mandiri


Penilaian profesionalitas untuk lingkup kerja/praktek mandiri dalam rangka
pemberian SKP dilakukan sebagaimana tercantum pada tabel berikut.

Tabel 7.
Penilaian Profesionalitas
Dalam Lingkup Kerja/Praktek Mandiri

No Bidang Praktek Mandiri Nilai SKP

1 Penyehatan
a. Pengawasan Kualitas Media Lingkungan
(Air, Pangan, Sarana dan Bangunan)
1) Surveilans 3
2) Uji Laboratorium 3
3) Analisis Risiko 3
4) Rekomendasi Tindak Lanjut 3
b. Perlindungan Kualitas Media Lingkungan
(Air, Pangan, dan Sarana dan Bangunan)
1) KIE (Pemberdayaan Masyarakat); 3
2) Pengembangan TTG; 3
3) Rekayasa Lingkungan; 3
4) Pemeriksaan Kesehatan Penjamah
3
Pangan dan Penggunaan APD.
c. Peningkatan Kualitas Media Lingkungan
1) Air: Filtrasi, Sedimentasi, Airasi,
3
Dekontaminasi, Disinfeksi;
No Bidang Praktek Mandiri Nilai SKP

2) Pangan: KIE, Rekayasa Teknologi


3
Pengolahan Pangan;
3) Sarana dan Bangunan: KIE dan
3
Pengembangan TTG.
d. Pemantauan Kualitas Media Lingkungan
(Udara dan Tanah)
1) Surveilans; 3
2) Uji Laboratorium; 3
3) Analisis Risiko; dan 3
4) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3
e. Pencegahan Penurunan Kualitas Media
Lingkungan (Udara dan Tanah)
1) Pengembangan TTG; 3
2) Rekayasa Lingkungan; dan 3
3) KIE. 3
2 Pengamanan
a. Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat
1) Pengurangan dan Penanganan Sampah
3
Sesuai Perundang-Undangan;
2) Mencegah Pajanan dan Kontaminasi dari
Penggunaan Zat Kimia Berbahaya
(Bahan Pembasmi Hama, Bahan
3
Tambahan Pangan, Bahan Antiseptik,
Bahan Kosmetika, Bahan Aromatika,
Bahan Aditif, dan Bahan Proses Industri);
3) Mencegah Pajanan dari Gangguan Fisik
Udara (Suhu, Getaran, Kelembaban, 3
Kebisingan, dan Pencahayaan);
b. Proses Pengolahan Limbah Terhadap
Limbah Dari Pemukiman, Tempat Kerja,
Tempat Rekreasi, Tempat dan Fasilitas
Umum, Sesuai Dengan Perundang-
Undangan
1) Limbah Cair; 3
No Bidang Praktek Mandiri Nilai SKP

2) Limbah Padat; dan 3


3) Limbah Gas. 3
c. Proses Pengolahan Limbah dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang Memenuhi
Perundang-Undangan dan Persyaratan
Teknis
1) Limbah Cair; 3
2) Limbah Padat; dan 3
3) Limbah Gas. 3
d. Pengawasan Terhadap Limbah Limbah Dari
Pemukiman, Tempat Kerja, Tempat
Rekreasi, Tempat dan Fasilitas Umum,
Sesuai Dengan Perundang-Undangan
1) Limbah Cair; 3
2) Limbah Padat; dan 3
3) Limbah Gas. 3
e. Pengawasan Terhadap Limbah (Cair, Padat,
dan Gas) dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, dilakukan:
1) Surveilans; 3
2) Uji Laboratorium; 3
3) Analisis Risiko; 3
4) KIE; dan 3
5) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3
3 Pengendalian Dilakukan Terhadap Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit, Meliputi:
a. Pengamatan dan Penyelidikan Bioekologi,
Status Kevektoran, Status Resistensi, 3
Efikasi, dan Pemeriksaan Spesimen.
b. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit, Dengan Metode Fisik:
1) Mengubah Salinitas Air; 3
2) Mengubah Derajat Keasaman (pH) Air; 3
3) Memberikan Radiasi; dan 3
No Bidang Praktek Mandiri Nilai SKP

4) Pemasangan Perangkap. 3
c. Pengendalian Vektor dan Binatang
3
Pembawa Penyakit Dengan Bahan Kimia
d. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Dengan Menggunakan
Metode Biologi:
1) Protozoa; 3
2) Ikan; 3
3) Bakteri; 3
e. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Melalui Pengelolaan
Lingkungan
1) Mengubah Habitat Perkembangbiakan
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit 3
Secara Permanen; dan
2) Mengubah Habitat Perkembangbiakan
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit 3
Secara Sementara.
4 Advokasi Kesehatan Lingkungan 3
5 Kewirausahaan Kesehatan Lingkungan 3

Dalam hal ini, pemberian SKP lingkup kerja/praktek mandiri diperlukan


kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Surat penugasan yang ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang
berwenang (untuk mereka yang bekerja di perusahaan/lembaga/institusi)
2) Surat pernyataan pelaksanaan tugas/pekerjaan (untuk yang bekerja secara
mandiri)
3) Ringkasan/excutive summary laporan hasil kerja

3. Profesionalitas Dalam Lingkup Pelaksanaan Tugas Organisasi Profesi


a. Sebagai Pengurus Organisasi
Penilaian profesionalitas dalam lingkup tugas kepengurusan organisasi ialah
sebagai berikut.
1. Tingkat Pusat : 3 SKP/Tahun
2. Tingkat Provinsi : 2 SKP/Tahun
3. Tingkat Kabupaten/Kota : 1 SKP/Tahun

Dalam hal ini, pemberian SKP lingkup pelaksanaan tugas organisasi profesi
sebagai pengurus diperlukan kelengkapan administrasi sebagai berikut.

1) Surat Keputusan tentang penunjukan sebagai pengurus organisasi yang


ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang berwenang; dan
2) Executive Summary kegiatan kepengurusan organisasi.

b. Penugasan Khusus Tugas Organisasi


Penilaian profesionalitas dalam lingkup pelaksanaan tugas khusus organisasi
ialah sebagai berikut.
1. Penugasan di Lingkup Kesehatan : 2 SKP/Kegiatan
2. Penugasan di Lingkup Non Kesehatan : 2 SKP/Kegiatan
3. Penugasan Dalam Situasi Kejadian Luar Biasa (KLB) : 3 SKP/Kegiatan

Pemberian SKP lingkup pelaksanaan tugas khusus organisasi profesi


diperlukan kelengkapan administrasi sebagai berikut.

1) Surat Tugas tentang penugasan khusus organisasi yang ditandatangani


oleh atasan/atau pejabat yang berwenang; dan
2) Executive Summary laporan kegiatan penugasan khusus organisasi.

4. Profesionalitas Dalam Lingkup Kedudukan Sebagai Pejabat Manajerial


Penilaian profesionalitas dalam lingkup pelaksanaan tugas khusus organisasi
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pemberian SKP
sebagai pejabat administrasi dan pejabat tinggi adalah sebagai berikut.
1. Jabatan Pimpinan Tinggi
a. Pimpinan Tinggi Utama : 5 SKP/Tahun
b. Pimpinan Tinggi Madya : 4 SKP/Tahun
c. Pimpinan Tinggi Pratama : 2 SKP/Tahun
2. Jabatan Administrasi
a. Administrator : 1 SKP/Tahun
b. Pengawas : 1 SKP/Tahun

Pemberian SKP lingkup kedudukan sebagai pejabat manajerial diperlukan Surat


Keputusan tentang pengangkatan sebagai pejabat organisasi yang
ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang berwenang sebagai kelengkapan
administrasi.
C. PENGABDIAN MASYARAKAT
Pengabdian masyarakat adalah serangkaian kegiatan masyarakat dalam
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan yang mendapat pendampingan,
bimbingan, pembinaan, pemicuan, inspirasi, percontohan, dan hal-hal relevan
termasuk pengabdian dari tenaga Sanitarian baik secara individu maupun
kelompok. Penilaian selengkapnya tercantum sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 8.
Penilaian Pengabdian Masyarakat
Nilai SKP
No Peran
Ketua Anggota
1 Pendampingan 2 1
2 Pembimbingan 3 1
3 Pembinaan 3 1
4 Pemicuan 2 1
5 Inspirator 2 1
6 Percontohan 3 1
7 Tokoh Masyarakat 2 1
8 Pejabat Non Formal 2 1
9 Lembaga Swadaya Masyarakat 2 1
10 Advokator 3 1

Dalam hal ini, pemberian SKP lingkup pengabdian masyarakat diperlukan


kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Surat penugasan yang ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang berwenang
(untuk mereka yang bekerja di perusahaan/lembaga/institusi)
2) Surat pernyataan pelaksanaan tugas/pekerjaan (untuk yang bekerja secara
mandiri)
3) Surat penunjukan sebagai pejabat non formal
4) Ringkasan/excutive summary laporan hasil kerja

D. PUBLIKASI ILMIAH
Publikasi ilmiah meliputi kegiatan dalam bentuk karya tulis maupun karya ilmiah lain
di bidang kesehatan lingkungan yang dipublikasikan dalam berbagai bentuk yang
dideseminasikan secara internal maupun eksternal. Penilaian publikasi ilmiah
selengkapnya dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 9.
Penilaian Publikasi Ilmiah

Diseminasi
No Karya Ilmiah
Eksternal Internal
1 Tulisan 2 1
2 Model 3 1
3 Desain 3 1
4 Maket 2 1
5 Konsep 2 1
6 Produk 3 1

Guna melakukan penilaian dan pemberian SKP lingkup publikasi ilmiah, diperlukan
kelengkapan administrasi sebagai berikut.

1) Melampirkan foto karya ilmiah (berbentuk desain, model, maket, dan produk karya
ilmiah)
2) Melampirkan fotokopi tulisan/konsep yang dihasilkan
3) Ringkasan/excutive summary/klipping hasil karya yang di publikasi

E. PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI

Pengembangan ilmu dan teknologi adalah serangkaian kegiatan pengembangan


yang dilakukan melalui penelitian, kajian, uji coba, pengembangan model/desain,
penapisan, pemanfaatan media lingkungan maupun hasil produksi baik secara fisik,
biologi, kimia, maupun sosial terkait dengan potensi risiko kesehatan yang dapat
berawal dari gagasan, konsep, dan praktek. Penilaian hasil pengembangan ilmu dan
teknologi selengkapnya tercantum pada tabel berikut.

Tabel 10.
Penilaian Pengembangan Ilmu dan Teknologi

Nilai SKP
No Lingkup Pengembangan IPTEK
Gagasan Konsep Praktek
1 Penelitian 1 2 3
2 Kajian 1 2 3
3 Pengembangan Model/Desain 1 2 3
Nilai SKP
No Lingkup Pengembangan IPTEK
Gagasan Konsep Praktek
4 Penapisan 1 2 3
5 Pemanfaatan - - 3
6 Uji Coba - - 3

Dalam hal ini, pemberian SKP lingkup pengembangan ilmu dan teknologi diperlukan
kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Surat penugasan yang ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang berwenang
(untuk mereka yang bekerja di perusahaan/lembaga/institusi)
2) Surat pernyataan pelaksanaan tugas/pekerjaan (untuk yang bekerja secara
mandiri)
3) Ringkasan/excutive summary laporan hasil pengembangan ilmu dan teknologi
BAB IV
MEKANISME PENERBITAN STR

A. PROSEDUR PENERBITAN STR


Prosedur penerbitan STR sesuai dengan ketentuan peraturan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan, maka uraian di bawah ini perlu menjadi perhatian sebagai mekanisme
permohonan penerbitan STR baru maupun perpanjangan STR. Dalam perpanjangan
STR, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku STR berakhir Tenaga
Sanitarian harus mengajukan permohonan perpanjangan STR kepada MTKI melalui
MTKP dan wajib memenuhi 50 SKP serta memperoleh rekomendasi dari Pengurus HAKLI
secara berjenjang yaitu Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota dan Pengurus HAKLI Provinsi.
Dalam hal akumulasi SKP Tenaga Sanitarian tidak memenuhi 50 SKP, maka tenaga
tersebut wajib mengikuti evaluasi kemampuan.

Dengan diterapkannya permohonan STR secara online (E-STR) maka perlu disusun
mekanisme alternatif terhadap proses permohonan perpanjangan STR bagi tenaga
Sanitarian yang mungkin di tempat asal Sanitarian yang bersangkutan belum terjangkau
sarana online sehingga proses permohonan tetap dilakukan secara manual.

1. STR Baru Secara Manual


Sanitarian yang akan melakukan registrasi baru secara manual dapat mengikuti alur
berikut.

Gambar 2. Prosedur Penerbitan STR Baru Secara Manual


Keterangan:
1. Sanitarian menyerahkan dokumen permohonan STR kepada Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota atau Pengurus HAKLI Provinsi yang terdiri atas:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Kesehatan Lingkungan terakhir
b. Pas Photo ukuran 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 eks
c. Bukti setoran tunai ke BPSDM dan PP HAKLI
2. Dokumen yang diserahkan, kemudian dikompilasi oleh tim verifikasi di tingkat
kabupaten/kota atau provinsi
3. Dokumen selanjutnya diserahkan kepada MTKP untuk memperoleh pengantar ke
MTKI dalam rangka proses penerbitan STR, namun harus memperoleh legalisasi
dari Pengurus HAKLI Provinsi dalam bentuk paraf pada surat pengantar dengan
tembusan PP HAKLI untuk pengecekan silang (Cross check)
4. Dalam waktu 18 hari kerja STR akan terbit
5. Selanjutnya dikirim kepada pemohon yang bersangkutan

2. STR Baru Secara Online


Untuk permohonan STR Baru secara online dapat mengikuti alur seperti gambar
berikut.

Gambar 3. Prosedur Penerbitan STR Baru Secara Online


Keterangan:
1. Pemohon (Sanitarian) dapat menggunakan perangkat pribadi maupun umum yang
disediakan di Kantor Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota ataupun Pengurus HAKLI
Provinsi, kemudian buka alamat web MTKI di mtki.kemkes.go.id
2. Pilih jenis registrasi pada halaman utama, kemudian masukan data identitas
sesuai dengan yang tertera pada Ijazah Pendidikan (D3, S1, S2, dan S3)
3. Klik Save kemudian cetak
4. Beri tanda tangan pada hasil cetakan
Kirim hasil cetakan yang telah ditandatangani tersebut ke MTKP serta
menyerahkan dokumen permohonan STR kepada Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota atau Pengurus HAKLI Provinsi yang terdiri atas:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Kesehatan Lingkungan terakhir
b. Pas Photo ukuran 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 eks
c. Bukti setoran tunai ke BPSDM dan PP HAKLI

Catatan:
MTKP akan koordinasi dengan Ketua Pengurus HAKLI Provinsi untuk memperoleh
verifikasi, demikian pula PP HAKLI perlu memperoleh data pemohon STR untuk
pengecekan ulang sebelum MTKI menerbitkan STR

5. Dalam kurun waktu 18 hari kerja STR akan terbit


6. STR telah terbit dan diterima oleh Sanitarian

3. Perpanjangan STR Secara Online


Sanitarian yang akan melakukan perpanjangan STR dengan sistem online agar
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Gambar 4. Prosedur Penerbitan STR Perpanjangan Secara Online
Keterangan:
1. Pemohon (Sanitarian) dapat menggunakan perangkat pribadi maupun umum yang
disediakan di Kantor Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota ataupun Pengurus HAKLI
Provinsi, kemudian buka alamat web MTKI di mtki.kemkes.go.id;
2. Pilih jenis re-registrasi pada halaman utama, kemudian masukan data identitas
sesuai dengan yang tertera pada Ijazah Pendidikan (D3, S1, S2, dan S3);
3. Klik Save kemudian cetak;
4. Beri tanda tangan pada hasil cetakan;
5. Kirim hasil cetakan yang telah ditandatangani tersebut ke MTKP serta
menyerahkan dokumen permohonan STR kepada Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota atau Pengurus HAKLI Provinsi yang terdiri atas:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Kesehatan Lingkungan terakhir
b. Pas Photo ukuran 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 eks
c. Bukti setoran tunai ke BPSDM dan PP HAKLI
6. Dalam kurun waktu 18 hari kerja STR akan terbit;
7. STR telah terbit dan dapat diambil oleh Sanitarian.

4. Perpanjangan STR Secara Manual


Sanitarian yang akan melakukan perpanjangan STR secara manual agar
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Gambar 5. Prosedur Penerbitan STR Perpanjangan Secara Manual

Keterangan:
1. Sanitarian menyerahkan dokumen permohonan STR kepada Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota atau Pengurus HAKLI Provinsi yang terdiri atas:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Kesehatan Lingkungan terakhir
b. Pas Photo ukuran 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 eks
c. Bukti setoran tunai ke BPSDM dan PP HAKLI
2. Dokumen yang diserahkan, kemudian dikompilasi oleh tim verifikasi di tingkat
kabupaten/kota atau provinsi
3. Dokumen selanjutnya diserahkan kepada MTKP untuk memperoleh pengantar ke
MTKI dalam rangka proses penerbitan STR, namun harus memperoleh legalisasi
dari Pengurus HAKLI Provinsi dalam bentuk paraf pada surat pengantar dengan
tembusan PP HAKLI untuk pengecekan silang (Cross check)
4. Dalam waktu 18 hari kerja STR akan terbit
5. Selanjutnya dikirim kepada pemohon yang bersangkutan.

B. KETENTUAN PENERBITAN STR

Dalam hal tenaga Sanitarian belum mampu memenuhi kecukupan angka kredit Satuan
Kredit Profesi (SKP) dalam kurun waktu yang ditentukan yaitu 5 (lima) Tahun, maka yang
bersangkutan harus mengikuti evaluasi kemampuan sebagai berikut.
1. Sanitarian Teknisi/Keterampilan
Sesuai dengan pembobotan kredit SKP, Sanitarian Teknisi/Keterampilan harus
mencapai proporsi seperti yang telah ditetapkan. Dalam hal pencapaian kredit SKP
hanya mencapai:
a. 50% - 99% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan harus
mengikuti evaluasi kemampuan yang berupa penyusunan laporan penugasan
pelaksanaan tugas dan fungsi dan penugasan khusus yaitu laporan hasil
investigasi, penanggulangan KLB/wabah, penanggulangan pencemaran
lingkungan, penanggulangan keracunan pangan, dan kejadian matra yang
berdampak terhadap kualitas kesehatan lingkungan.

Penugasan dibuktikan dengan ringkasan eksekutif laporan hasil pelaksanaan


tugas dan fungsi pada satuan kerjanya selama 5 (lima) tahun terakhir dibuat per
tahun sesuai dengan lima bidang penilaian. Sedangkan penugasan khusus
dibuktikan dengan ringkasan laporan hasil pelaksanaan setiap penugasan khusus
selama 5 (lima) tahun terakhir.

Dalam hal pencapaian pemenuhan SKP antara 50% - 80% yang bersangkutan
memperoleh nilai nol (0), maka yang bersangkutan diberikan penugasan sesuai
dengan bidang yang mendapat nilai nol (0).

b. Kurang dari 50% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan
harus mengikuti evaluasi kemampuan berupa tes/uji kemampuan atau uji
kompetensi kerja sesuai dengan bidang/tempat kerja yang bersangkutan bekerja
di samping mengerjakan penugasan sebagaimana diuraikan dalam huruf a di atas.

c. Dalam hal nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran,
keprofesian, pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan IPTEK
kurang dari 50 maka penugasan sesuai dengan bidang penilaian yang kurang dari
nilai yang ditentukan pada Tabel 1.

d. Dalam hal nilai akumulasi SKP Toleransi melebihi nilai SKP minimal namun nilai
SKP yang wajib tidak memenuhi nilai minimal, maka yang bersangkutan
mendapatkan penugasan sesuai dengan bidang yang nilai SKPnya kurang
walaupun nilai kumulatif melebihi nilai 50.
e. Dalam hal nilai pada bidang yang wajib melebihi nilai SKP minimal sehingga nilai
kumulatif melebihi nilai SKP 50 yang bersangkutan tidak wajib mendapat
penugasan atau yang bersangkutan berhak diusulkan mendapatkan STR.

2. Sanitarian Ahli/Keahlian
Sesuai dengan pembobotan kredit SKP, Sanitarian Ahli/Keahlian harus mencapai
proporsi seperti yang telah ditetapkan. Dalam hal pencapaian kredit SKP hanya
mencapai:
a. 50% - 99% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan harus
mengikuti evaluasi kemampuan yang berupa penyusunan laporan penugasan
pelaksanaan tugas dan fungsi dan penugasan khusus yaitu laporan hasil
investigasi, penanggulangan KLB/wabah, penanggulangan pencemaran
lingkungan, penanggulangan keracunan pangan, dan kejadian matra yang
berdampak terhadap kualitas kesehatan lingkungan.

Penugasan dibuktikan dengan ringkasan eksekutif laporan hasil pelaksanaan


tugas dan fungsi pada satuan kerjanya selama 5 (lima) tahun terakhir dibuat per
tahun sesuai dengan lima bidang penilaian. Sedangkan penugasan khusus
dibuktikan dengan ringkasan laporan hasil pelaksanaan setiap penugasan khusus
selama 5 (lima) tahun terakhir.

Dalam hal pencapaian pemenuhan SKP antara 50% - 80% yang bersangkutan
memperoleh nilai nol (0), maka yang bersangkutan diberikan penugasan sesuai
dengan bidang yang mendapat nilai nol (0).

b. Kurang dari 50% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan
harus mengikuti evaluasi kemampuan berupa tes/uji kemampuan atau uji
kompetensi kerja sesuai dengan bidang/tempat kerja yang bersangkutan bekerja
di samping mengerjakan penugasan sebagaimana diuraikan dalam huruf a di atas.

c. Dalam hal nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran,
keprofesian, pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan IPTEK
kurang dari 50 maka penugasan sesuai dengan bidang penilaian yang kurang dari
nilai yang ditentukan pada Tabel 2.
d. Dalam hal nilai akumulasi SKP Toleransi melebihi nilai SKP minimal namun nilai
SKP yang wajib tidak memenuhi nilai minimal, maka yang bersangkutan
mendapatkan penugasan sesuai dengan bidang yang nilai SKPnya kurang
walaupun nilai kumulatif melebihi nilai 50.

e. Dalam hal nilai pada bidang yang wajib melebihi nilai SKP minimal sehingga nilai
kumulatif melebihi nilai SKP 50 yang bersangkutan tidak wajib mendapat
penugasan atau yang bersangkutan berhak diusulkan mendapatkan STR.

Hal di bawah ini perlu diperhatikan dalam rangka pemenuhan SKP bagi tenaga Sanitarian
dalam status Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan menduduki Jabatan Pelaksana
(Jablak) dan akan diangkat menjadi Pejabat Fungsional Sanitarian, baik Pejabat
Fungsional Keahlian maupun Pejabat Fungsional Keterampilan.

a. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keahlian (dengan latar
belakang pendidikan Magister Terapan (S-II)/Spesialis 1 dan/atau Sarjana Strata II
(S-II) Profesi/Magister Kesehatan Lingkungan Spesialis 1 S-II Kesehatan Lingkungan
dan Pendidikan Kesehatan Lingkungan memiliki SKP sebesar 22.5 yang dapat
diperoleh dari:
1) Penugasan karya tulis terkait dengan laporan pelaksanaan tugas sehari-hari akan
memperoleh 3 SKP setiap karya tulis yang disetujui oleh atasan/pimpinan satuan
kerja. Dalam hal Sanitarian yang bersangkutan menulis lebih dari satu karya tulis,
jumlah perolehan SKP akan terakumulasi sesuai dengan jumlah karya tulis yang
dihasilkan dengan catatan karya tulis tersebut harus memuat substansi/tema yang
berbeda dan masih dalam lingkup pekerjaan kesehatan lingkungan. Bukti
penugasan karya tulis berupa resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif.

2) Penugasan khusus oleh satuan kerja yang bersangkutan sebagai pelaksanaan


tugas lintas program dan/atau lintas sektor dalam rangka menjalankan misi khusus
satuan kerja seperti penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah, kejadian
bencana, pencemaran lingkungan, keracunan pangan, kejadian matra dan
perubahan iklim yang berdampak terhadap kualitas kesehatan lingkungan akan
memperoleh 4 SKP.
Penugasan khusus dapat dilaporkan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan jenis
kejadian dan wilayah kejadian. SKP akan diperoleh dengan menunjukkan bukti
berupa resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif dari tiap laporan penugasan
khusus tersebut.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Sanitarian tersebut di atas adalah mereka
dengan status CPNS dan/atau PNS dan menduduki Jablak Sanitarian Ahli yang
diperlukan dalam proses pengangkatan sebagai Pejabat Fungsional Sanitarian
Keahlian (Sanitarian Ahli Muda).

b. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keahlian (dengan latar
belakang pendidikan D-IV/S-I Kesehatan Lingkungan dan Pendidikan Kesehatan
Lingkungan baik jalur terapan atau akademisi) wajib memiliki SKP sebesar 12.5 yang
dapat diperoleh dari:
1) Penugasan karya tulis terkait dengan laporan pelaksanaan tugas sehari-hari akan
memperoleh 2 SKP setiap karya tulis yang disetujui oleh atasan/pimpinan satuan
kerja. Dalam hal Sanitarian yang bersangkutan menulis lebih dari satu karya tulis,
jumlah perolehan SKP akan terakumulasi sesuai dengan jumlah karya tulis yang
dihasilkan dengan catatan karya tulis tersebut harus memuat substansi/tema yang
berbeda dan masih dalam lingkup pekerjaan kesehatan lingkungan. Bukti
penugasan karya tulis berupa resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif.

2) Penugasan khusus oleh satuan kerja yang bersangkutan sebagai pelaksanaan


tugas lintas program dan/atau lintas sektor dalam rangka menjalankan misi khusus
satuan kerja seperti penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah, kejadian
bencana, pencemaran lingkungan, keracunan pangan, dan kejadian matra yang
berdampak terhadap kualitas kesehatan lingkungan akan memperoleh 3 SKP.

Penugasan khusus dapat dilaporkan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan jenis
kejadian dan wilayah kejadian. SKP akan diperoleh dengan menunjukkan bukti
berupa resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif dari tiap laporan penugasan
khusus tersebut.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Sanitarian tersebut di atas adalah mereka
dengan status CPNS dan/atau PNS dan menduduki Jablak Sanitarian Ahli yang
diperlukan dalam proses pengangkatan sebagai Pejabat Fungsional Sanitarian
Keahlian (Sanitarian Ahli Pertama).
c. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keterampilan dengan
latar belakang D-III Kesehatan Lingkungan tidak wajib memiliki SKP namun telah
memiliki sertifikat kompetensi (Serkom) yang diperoleh dari lembaga pendidikan
tempat yang bersangkutan menempuh pendidikan terutama bagi mereka yang lulus
setelah tahun 2016, di samping STR. Bagi Sanitarian yang lulus tahun 2016 dan
sebelumnya cukup dengan STR yang masih berlaku sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

Tenaga Sanitarian yang berpraktek secara mandiri termasuk swasta (Non PNS), sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan wajib memiliki STR dengan ketentuan:

a. Bagi Sanitarian yang lulus setelah tahun 2016 telah memiliki Sertifikat Kompetensi
yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan tempat yang bersangkutan menempuh
pendidikan.
b. Bagi Sanitarian yang lulus tahun 2016 dan sebelumnya cukup memiliki STR yang
masih berlaku sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
PEDOMAN
TIM VERIFIKASI PROVINSI

PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA

TAHUN 2016
I. UMUM
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi organisasi profesi sekaligus
menindaklanjuti Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan, HAKLI telah menyusun Pedoman Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan (P2KBTKL). Untuk itu,
jajaran pengurus HAKLI baik di pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota perlu
mengambil peran guna memperlancar proses pemberian SKP dan dalam rangka
permohonan Surat Tanda Registrasi (STR) baik dalam hal registrasi baru maupun
perpanjangan. Peran utama pengurus provinsi dalam hal ini adalah membentuk
tim untuk melakukan verifikasi dan pemberian rekomendasi pada proses
permohonan penerbitan STR.

II. RUANG LINGKUP


Peran pengurus provinsi dalam proses permohonan penerbitan STR melingkupi
hal-hal sebagai berikut.
1. Terbentuknya Tim Verifikasi
2. Terlaksananya penilaian
3. Pemberian rekomendasi penerbitan STR

Selanjutnya, peran-peran tersebut diuraikan dalam langkah-langkah berikut.

1. Pembentukan Tim Verifikasi


1) Susunan Tim Verifikasi
Tim Verifikasi terdiri atas:
a) Ketua merangkap anggota
b) Sekretaris merangkap anggota
c) Anggota sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang yang berasal dari
Pengurus HAKLI Provinsi
2) Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Tim Verifikasi
a) Tugas Tim Verifikasi
(1) Menerima surat rekomendasi beserta berkas/dokumen dari
Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota untuk proses penerbitan STR;
(2) Melakukan verifikasi ulang terhadap berkas/dokumen;
(3) Melakukan perhitungan ulang perolehan Satuan Kredit Profesi
(SKP) dalam rangka memastikan yang bersangkutan telah
memenuhi persyaratan pemenuhan SKP;
(4) Perhitungan sebagaimana dimaksud dalam angka (3), Tim
Verifikasi menyampaikan usulan dalam bentuk surat rekomendasi
(contoh terlampir) kepada Ketua Pengurus HAKLI Provinsi;
(5) Selanjutnya, surat rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam
angka (4) ditandatangani oleh Ketua Pengurus HAKLI Provinsi
sebagai rekomendasi dan dikirim kepada MTKP dengan tembusan
Pengurus Pusat HAKLI;
(6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap permohonan STR
baik STR baru maupun perpanjangan; dan
(7) Menyusun laporan hasil kegiatan verifikasi STR.

b) Tanggung Jawab
Tim Verifikasi bertanggung jawab kepada Ketua Pengurus dan
menyelesaikan hal-hal sebagai berikut.
(1) Terlaksananya verifikasi dokumen permohonan;
(2) Terkirimnya rekomendasi kepada Ketua Pengurus HAKLI Provinsi
berdasarkan pertimbangan perolehan SKP;
(3) Tersusunnya laporan hasil kegiatan verifikasi STR.

III. TATA CARA


Sesuai dengan perkembangan proses permohonan penerbitan STR yang
dilaksanakan oleh MTKI, maka saat ini permohonan STR baik STR baru maupun
perpanjangan STR untuk tenaga Sanitarian dikategorikan ke dalam:

1. Permohonan STR secara online


a) Tim Verifikasi setelah mendapat tembusan surat permohonan STR dari
Sanitarian (contoh terlampir) dalam tempo paling lambat 2 (dua) hari wajib
diverifikasi dalam hal kelengkapan berkas/dokumen dan pemenuhan SKP
pemohon selama 5 (lima) tahun sesuai dengan Pedoman Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan (P2KBTKL).
b) Apabila berkas/dokumen pemohon tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana tertera pada P2KBTKL, maka berkas/dokumen langsung
dikembalikan kepada Tim Verifikasi Kabupaten/Kota untuk diproses
kembali.
c) Berkas/dokumen pemohon yang memenuhi persyaratan dapat langsung
dibuat surat rekomendasi (contoh terlampir) dan ditandatangani oleh Ketua
Pengurus HAKLI Provinsi.

2. Permohonan STR secara manual


a) Tim Verifikasi setelah mendapat tembusan surat permohonan STR dari
Sanitarian (contoh terlampir) dalam tempo paling lambat 2 (dua) hari wajib
melakukan verifikasi ulang terhadap kelengkapan berkas/dokumen dan
pemenuhan SKP pemohon selama 5 (lima) tahun sesuai dengan Pedoman
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan
Lingkungan (P2KBTKL).
b) Apabila berkas/dokumen pemohon tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana tertera pada P2KBTKL, maka berkas/dokumen langsung
dikembalikan kepada Tim Verifikasi Kabupaten/Kota untuk diproses
kembali.
Contoh Surat Permohonan STR

PERMOHONAN
SURAT TANDA REGISTRASI (STR)/PERPANJANGAN STR *)

Yth.
Ketua Pengurus HAKLI Provinsi/Kabupaten/Kota *)
.........
di .

Bersama ini kami sampaikan bahwa sehubungan dengan habis masa keberlakuan STR,
dengan ini saya:

Nama :
Nomor STR :
Nomor KTA :
Tempat bekerja :
Bidang kerja :
Masa berlaku STR :

mengajukan permohonan untuk memperoleh STR baru/perpanjangan STR *) sesuai dengan


ketentuan yang berlaku. Untuk kelengkapan administrasi, berikut saya lampirkan:

1. Fotokopi Ijazah Pendidikan di bidang Kesehatan Lingkungan yang dilegalisir dan


dilengkapi dengan transkrip
2. Pas Photo 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 (tiga) eks
3. Fotokopi STR lama (bagi permohonan perpanjangan)
4. Fotokopi dokumen/berkas hasil kegiatan beserta perolehan SKP selama 5 (lima)
tahun (bagi permohonan perpanjangan)
5. Bukti pembayaran biaya administrasi sesuai dengan ketentuan.

Demikian permohonan ini disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

., .- ..-201..

Hormat kami,

(Materai Rp. 6.000,-)

.
*) Coret yang tidak perlu
Contoh Surat Rekomendasi
Pengurus HAKLI Provinsi

KOP SURAT HAKLI

Nomor :
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : rekomendasi permohonan STR

Yth.
Ketua MTKP Provinsi .......................
di .............................

Bersama ini kami sampaikan rekomendasi terhadap permohonan Surat Tanda Registrasi
(STR) baru/perpanjangan STR *) :

Nama :
Nomor STR :
Nomor KTA :
Tempat bekerja :
Bidang kerja :
Masa berlaku STR :

berkas tersebut setelah diverifikasi oleh Tim Verifikasi telah memenuhi persyaratan untuk
diajukan guna memperoleh STR baru/perpanjangan STR *).

Demikian surat rekomendasi kami sampaikan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Atas perhatian dan kerja sama yang baik diucapkan terima kasih.

*) Coret yang tidak perlu


Pengurus HAKLI Provinsi
Ketua,

...................................................
Tembusan kepada Yth.
Ketua Pengurus Pusat HAKLI............
PEDOMAN
TIM VERIFIKASI KABUPATEN/KOTA

PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA

TAHUN 2016
I. UMUM
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi organisasi profesi sekaligus
menindaklanjuti Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan, HAKLI telah menyusun Pedoman Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan (P2KBTKL). Untuk itu,
jajaran pengurus HAKLI baik di pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota perlu
mengambil peran guna memperlancar proses pemberian SKP dan dalam rangka
permohonan Surat Tanda Registrasi (STR) baik dalam hal registrasi baru maupun
perpanjangan. Peran utama pengurus kabupaten/kota dalam hal ini adalah
membentuk tim untuk melakukan verifikasi dan pemberian rekomendasi pada
proses permohonan penerbitan STR.

II. RUANG LINGKUP


Peran pengurus dalam proses permohonan penerbitan STR melingkupi hal-hal
sebagai berikut.
1. Terbentuknya Tim Verifikasi
2. Terlaksananya penilaian
3. Pemberian rekomendasi penerbitan STR

Selanjutnya, peran-peran tersebut diuraikan dalam langkah-langkah berikut.

1. Pembentukan Tim Verifikasi


1) Susunan Tim Verifikasi
Tim Verifikasi terdiri atas:
a) Ketua merangkap anggota
b) Sekretaris merangkap anggota
c) Anggota sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang yang berasal dari
Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota
2) Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Tim Verifikasi
a) Tugas Tim Verifikasi
(1) Menerima permohonan penerbitan STR baru dan/atau
Perpanjangan STR;
(2) Melakukan verifikasi berkas atau dokumen permohonan;
(3) Melakukan perhitungan perolehan Satuan Kredit Profesi (SKP);
(4) Berdasarkan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam angka (3),
Tim Verifikasi menyampaikan usulan dalam bentuk surat
rekomendasi (contoh terlampir) beserta berkas/dokumen pemohon
kepada Ketua Pengurus HAKLI Kabupaten/ Kota.
(5) Selanjutnya, surat rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam
angka (4) ditandatangani oleh Ketua Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota;
(6) Surat rekomendasi (contoh terlampir) beserta berkas/dokumen
pemohon dikirim kepada MTKP dengan tembusan Pengurus HAKLI
Provinsi;
(7) Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap permohonan STR
baik STR baru maupun perpanjangan; dan
(8) Menyusun laporan hasil kegiatan verifikasi STR.

b) Tanggung Jawab
Tim Verifikasi bertanggung jawab kepada Ketua Pengurus dan
menyelesaikan hal-hal sebagai berikut.
(1) Terlaksananya verifikasi dokumen permohonan;
(2) Terkirimnya rekomendasi kepada Ketua Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota berdasarkan pertimbangan perolehan SKP;
(3) Tersusunnya laporan hasil kegiatan verifikasi STR.

Dalam hal belum terbentuknya kepengurusan HAKLI di tingkat


Kabupaten/Kota, maka pembentukan beserta tugas Tim Verifikasi dilakukan
oleh Pengurus HAKLI Provinsi.

III. TATA CARA


Sesuai dengan perkembangan proses permohonan penerbitan STR yang
dilaksanakan oleh MTKI, maka saat ini permohonan STR baik STR baru maupun
perpanjangan STR untuk tenaga Sanitarian dikategorikan ke dalam:

1. Permohonan STR secara online


a) Tim Verifikasi setelah mendapat surat permohonan STR dari Sanitarian
(contoh terlampir) dalam tempo paling lambat 2 (dua) hari wajib diverifikasi
dalam hal kelengkapan berkas/dokumen dan pemenuhan SKP pemohon
selama 5 (lima) tahun sesuai dengan Pedoman Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan (P2KBTKL).
b) Apabila berkas/dokumen pemohon tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana tertera pada P2KBTKL, maka berkas/dokumen langsung
dikembalikan kepada pemohon. Tim Verifikasi TIDAK DIPERBOLEHKAN
menyimpan dokumen pemohon.
c) Berkas/dokumen pemohon yang memenuhi persyaratan dapat langsung
dibuat rekomendasi dan ditandatangani oleh Ketua Pengurus HAKLI
Kabupaten/Kota.
d) Setelah rekomendasi diterima oleh pemohon, proses entri data dapat
dilakukan melalui situs MTKI di mtki.kemkes.go.id.

2. Permohonan STR secara manual


a) Tim Verifikasi setelah mendapat surat permohonan STR dari Sanitarian
(contoh terlampir) dalam tempo paling lambat 2 (dua) hari wajib diverifikasi
dalam hal kelengkapan berkas/dokumen dan pemenuhan SKP pemohon
selama 5 (lima) tahun sesuai dengan Pedoman Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan (P2KBTKL).
Contoh Surat Permohonan STR

PERMOHONAN
SURAT TANDA REGISTRASI (STR)/PERPANJANGAN STR *)

Yth.
Ketua Pengurus HAKLI Provinsi/Kabupaten/Kota *)
.........
di .

Bersama ini kami sampaikan bahwa sehubungan dengan habis masa keberlakuan STR,
dengan ini saya:

Nama :
Nomor STR :
Nomor KTA :
Tempat bekerja :
Bidang kerja :
Masa berlaku STR :

mengajukan permohonan untuk memperoleh STR baru/perpanjangan STR *) sesuai dengan


ketentuan yang berlaku. Untuk kelengkapan administrasi, berikut saya lampirkan:

1. Fotokopi Ijazah Pendidikan di bidang Kesehatan Lingkungan yang dilegalisir dan


dilengkapi dengan transkrip
2. Pas Photo 4x6 dengan latar merah sebanyak 3 (tiga) eks
3. Fotokopi STR lama (bagi permohonan perpanjangan)
4. Fotokopi dokumen/berkas hasil kegiatan beserta perolehan SKP selama 5 (lima)
tahun (bagi permohonan perpanjangan)
5. Bukti pembayaran biaya administrasi sesuai dengan ketentuan.

Demikian permohonan ini disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

., .- ..-201..

Hormat kami,

(Materai Rp. 6.000,-)

.
*) Coret yang tidak perlu
Contoh Surat Rekomendasi
Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota

KOP SURAT HAKLI

Nomor :
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : rekomendasi permohonan STR

Yth.
Ketua MTKP Provinsi .......................
di .............................

Bersama ini kami sampaikan rekomendasi terhadap permohonan Surat Tanda Registrasi
(STR) baru/perpanjangan STR *) :

Nama :
Nomor STR :
Nomor KTA :
Tempat bekerja :
Bidang kerja :
Masa berlaku STR :

berkas tersebut setelah diverifikasi oleh Tim Verifikasi telah memenuhi persyaratan untuk
diajukan guna memperoleh STR baru/perpanjangan STR *).

Demikian surat rekomendasi kami sampaikan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Atas perhatian dan kerja sama yang baik diucapkan terima kasih.

*) Coret yang tidak perlu


Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota
Ketua,

...................................................
Tembusan kepada Yth.
Ketua Pengurus HAKLI Provinsi ............
(dilengkapi dengan berkas/dokumen pemohon)
Contoh Surat Rekomendasi
Pengurus HAKLI Provinsi

KOP SURAT HAKLI

Nomor :
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : rekomendasi permohonan STR

Yth.
Ketua MTKP Provinsi .......................
di .............................

Bersama ini kami sampaikan rekomendasi terhadap permohonan Surat Tanda Registrasi
(STR) baru/perpanjangan STR *) :

Nama :
Nomor STR :
Nomor KTA :
Tempat bekerja :
Bidang kerja :
Masa berlaku STR :

berkas tersebut setelah diverifikasi ulang oleh Tim Verifikasi telah memenuhi persyaratan
untuk diajukan guna memperoleh STR baru/perpanjangan STR *).

Demikian surat rekomendasi kami sampaikan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Atas perhatian dan kerja sama yang baik diucapkan terima kasih.

*) Coret yang tidak perlu


Pengurus HAKLI Provinsi ................
Ketua,

...................................................
Tembusan kepada Yth.
Ketua Pengurus Pusat HAKLI

Anda mungkin juga menyukai