Status Ujian Psikiatri
Status Ujian Psikiatri
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. CT
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Manado, 8 Februari 1977
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA (tamat)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/ Bangsa : Minahasa /Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat sekarang : Makeret Timur lingk. 3 Manado
Tanggal pemeriksaan : 10 Maret 2017
No. Telepon : 085256273***
A. Keluhan utama
Gelisah sepanjang hari
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang sendiri ke Poliklinik Psikiatri RS Prof. V. L. Ratumbuysang poli
tanggal 9 Maret 2017 dengan keluhan utama sering merasa gelisah sepanjang hari.
Pasien juga merasa cemas untuk alasan yang tidak jelas. Keluhan sudah dirasakan
dialami sejak bulan November 2016. Pasien mengatakan tidak ada keadaan khusus
yang menyebabkan dia merasa cemas dan tidak terbatas pada periode yang jelas.
Rasa gelisah dan cemas dapat muncul saat pasien sedang melakukan aktivitas
1
rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan aktivitas lainnya. Biasanya serangan
cemas muncul, saat pasien mulai memikirkan masalah keluarganya. Pasien
memikirkan kakak iparnya yang suka menghina keluarganya tanpa sebab yang
jelas, bahkan sampai memumukul suaminya. Hal tersebut membuat pasien sakit
hati dan terbawa di pikiran.
Saat serangan muncul, dada pasien terasa berdebar-debar dan telapak tangan
berkeringat. Pasien juga mengeluh asam lambungnya naik. Perasaan tersebut
sebelumnya pernah dialami sejak 3 tahun lalu. Karena gejalanya ini, pasien sudah
beberapa kali berobat ke dokter umum dan dokter spesialis penyakit dalam.
Menurut pasien hasil pemeriksaan darah dan pemeriksaan jantung menunjukan
hasil yang normal.
Pasien mengatakan ketika perasaan cemas muncul, pasien merasa sulit untuk
mengendalikan kekhawatirannya sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas
dengan baik dan memilih berdiam diri dirumah. Pasien mengaku sejak kecil
merupakan pribadi yang pemalu dan hanya bergaul dengan orang yang dekat dan
dikenal baik sampai sekarang. Dengan adanya keluhan ini adanya keluhan ini,
pasien mengaku menjadi lebih membatasi diri untuk bergaul dengan tetangganya
atau orang disekitarnya. Hal ini dikarenakan pasien merasa khawatir mereka akan
membicarakan hal buruk tentang dirinya dan akan muncul masalah baru bila
pasien banyak bercerita dengan tetangganya.
Tidur pasien terganggu dan kadang-kadang gelisah saat akan tidur. Pasien
hanya bisa bolak balik di tempat tidur dan tidak bisa tidur sampai pagi. Hal ini
2
menyebabkan setiap pagi pasien merasa ngantuk dan sakit kepala. Nafsu makan
pasien juga berkurang dan mengalami penurunan berat badan.
3
tuanya. Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidak ketidakpercayaan dasar,
pasien dekat dengan kedua orangtuanya. Tumbuh kembang pasien sama
dengan anak lainnya. Stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu pasien
diajarkan ibunya untuk tidak berkelahi dan harus sopan saling sayang
menyayangi.
C. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 3 11 tahun)
Pada stadium inisiatif lawan rasa bersalah (4-5 tahun) pasien sudah
menyadari bahwa dirinya berjenis kelamin perempuan dan sudah mulai
memakai memakai pakaian seperti anak perempuan, pasien tidak memiliki
kesulitan uantuk bersosaliasi dengan teman-teman seusianya.
Pada stadium latensi pasien adalah anak yang baik dan suka membantu
orangtuanya pasien jarang bermain dengan teman-teman seusianya di sekolah.
Pada stadium industri lawan inferioritas (usia 6-11 tahun), pasien sangat
bersemangat untuk mengerjakan tugas waktu masih sekolah dulu tapi pasien
jarang keluar rumah dan bermain bersama teman-temannya.
4
E. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien lebih suka
mengerjakan pekerjaan yang bisa diselesaikannya sendiri seperti memasak,
mencuci, dan membersihkan rumah.
b. Riwayat perkawinan.
Pasien sudah menikah dan usia perkawinannya sekarang sudah 15
tahun. Keluarga yang bahagia di berikan dua anak yang berjenis kelamin
perempuan. Keuangan keluarga cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Sampai sekarang hubungan rumah tangga mereka baik-baik. Pasien sangat
mencintai suaminya dan anak-anaknya, pasien dan suami kadang-kadang
bertengkar sedikit tapi bisa diatasi dengan baik.
c. Riwayat pendidikan
Pasien bersekolah di SD pada umur 6 tahun. Menurut pengakuan
pasien saat waktu duduk di bangku sekolah dasar, pasien termasuk anak
yang baik tapi jarang bergaul dengan teman-temannya. Semasa SD pasien
jarang bermain bersama teman-temannya sewaktu pulang sekolah.
d. Kehidupan beragama
Pasien beragama Kristen protestan, setiap hari Minggu pasien masuk
gereja dengan suami, anak anaknya, pasien sangat mencintai agama yang
dipeluknya karena pasien sangat percaya sama Tuhan. Pasien rajin berdoa
dan ibadah kaum ibu.
e. Aktivitas Sosial
Hubungan pasien dengan ayah dan ibunya semasa hidup baik.
Hubungan pasien dengan suaminya baik-baik saja, dia sangat mencintai
suaminya. Pasien sering mengingatkan suaminya agar selalu sabar dan
menahan emosi terhadap kakak iparnya yang suka memukul suaminya.
Hubungan pasien dengan anak-anak baik. Pasien sangat menyayangi kedua
anaknya dan memberikan perhatian penuh terhadap kebutuhan mereka.
5
Hubungan pasien dengan tetangga, baik-baik saja. Pasien mengenali
para tetangganya tapi pasien jarang berkumpul dengan tetangganya
berusaha menghindar untuk membicarakan masalah orang lain. Pasien
tidak tertarik ikut dalam kegiatan perkumpulan kaum ibu. Pasien hanya
suka bercerita tentang masalah yang dialaminya dengan salah seorang
tetangganya yang berasal dari daerah kelahiran yang sama.
f. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal di rumah yang di wariskan orang tua suaminya,
bersama suaminya, kedua anaknya dan keluarga kakak iparnya. Pasien
tinggal di rumah permanen, beratap seng, rumahnya cukup besar ada tiga
kamar tidur yang berukuran kecil-kecil, ruang tamu, ruang makan, kamar
mandi dan dapur. Pasien tidur di dalam kamar bersama suaminya
sedangkan anak-anaknya di kamar yg satunya. Pasien tidak bahagia tinggal
dirumah tersebut karena sering terdapat masalah dengan kakak iparnya.
Pasien sangat berharap tinggal di rumah milik sendiri orang tua pasien
berupaya membantu mendapatkan rumah baru. Tidak masalah rumah kecil
dan sederhana, yang terpenting bagi pasien bisa tinggal di rumah milik
sendiri dan berpisah dengan keluarga kakak iparnya.
g. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum.
Kamar WC Ruang
Dapur
tidur makan
Ruang tamu
6
GENOGRAM
Keterangan :
Meninggal
Pria
Wanita
Pasien
F. Riwayat psikoseksual
Orientasi pasien baik (menyukai lawan jenis). Pasien mulai pacaran sejak umur 15
tahun. Pasien tidak pernah mengalami pelecehan seksual. Pasien menikah saat
berumur 24 tahun.
G. Persepsi pasien terhadap diri dan kehidupannya
Pasien menyadari dirinya sakit dan membutuhkan bantuan, serta ingin cepat
sembuh. Ini dibuktikan dengan pasien mencari pengobatan dari dokter spesialis
7
penyakit dalam sampai ke dokter jiwa. Pasien ingin cepat sembuh dari penyakitnya
agar bisa tenang melakukan aktivitas dirumah dan menyelesaikannya.
H. Persepsi pasien terhadap keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarganya masih mengharapan kesembuhannya.
Suaminya sangat mengharapkan pasien sembuh dari sakitnya.
I. Persepsi keluarga terhadap pasien
Keluarga pasien yaitu suami pasien memahami bahwa pasien dalam keadaan sakit
dan membutuhkan pengobatan. Anak pasien juga mengharapkan hal demikian.
8
C. Karakteristik bicara
a. Kualitas : spontan, artikulasi jelas dan volume sedang. Pasien
menjawab dengan suara dan intonasi yang jelas.
b. Kuantitas : pasien dapat menjawab pertanyaan dengan sesuai dan
tepat
c. Hendaya berbahasa : tidak ada hendaya dalam berbahasa
D. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi (-). Pasien tidak pernah mendengar suara bisikan dari orang-orang
yang tidak dia kenal yang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu ataupun
menyuruhnya untuk marah-marah. Pasien juga tidak melihat adanya hal-hal
yang aneh. Seperti hal-hal yang hanya dapat dilihat oleh pasien dan tidak
dapat dilihat oleh orang lain.
b. Ilusi (-). Tidak ada persepsi yang keliru
c. Depersonalisasi (-). Pasien tidak merasa ada yang aneh atau tidak nyata
tentang dirinya.
d. Derealisasi (-). Pasien tidak merasa lingkungan di sekitarnya tidak nyata atau
aneh.
E. Pikiran
a. Proses piker : Koheren, pasien menjawab sesuai pertanyaan jawaban pasien
relevan.
b. Isi pikir : Tidak ditemukan adanya waham, obsesi, kompulsi ataupun
fobia.
F. Sensorium dan kognitif
a. Taraf Kesadaran Dan Kesiagaan
Compos mentis. Pasien dapat mengarahkan, mempertahankan, dan
memusatkan perhatiannya dengan baik.
b. Orientasi
Orientasi waktu : Baik, pasien mengetahui waktu pada saat
pemeriksaan.
9
Orientasi tempat : Baik, pasien mengetahui jika dia sedang berada di
rumah.
Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali dokter muda yang
mewawancarainya.
c. Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang : Baik, pasien dapat menceritakan masa
kecilnya, meliputi tempat lahir, tempat tinggal, dan tempat ia
bersekolah.
Daya ingat jangka sedang : Baik, pasien tahu kapan pasien terakhir
kali memeriksakan diri ke dokter.
Daya ingat jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat apa yang ia
lakukan dari pagi sampai sore saat wawancara berlangsung.
Daya ingat segera : Baik, pasien dapat mengingat kembali hal
yang baru saja dibicarakan dan kegiatan yang baru saja pasien lakukan
seperti makan dan minum obat.
d. Konsentrasi dan Perhatian
Baik. Pasien dapat memusatkan perhatiannya terhadap pertanyaan
pemeriksa saat wawancara berlangsung.
e. Kapasitas untu Membaca dan Menulis
Baik. Pasien dapat membaca dan menulis dengan baik.
f. Intelegensi dan Daya Informasi
Baik. Semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik.
g. Daya nilai
Daya nilai sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian realitas : Baik
Kemampuan pasien mandi, makan, berpakaian, defekasi dan miksi dapat
dilakukan pasien secara mandiri.
10
h. Tilikan
Tilikan 6. Pasien sadar bahwa dirinya sakit, pasien mengerti bahwa
penyebab penyakitnya adalah dari dirinya sendiri dan pasien berusaha untuk
mencarai pengobatan penyakitnya.
i. Taraf dapat dipercaya (Reliabilitas)
Pasien sudah dapat dipercaya karena dari anamnesis pasien.
11
b. Nervus Optikus (N.II)
Dilakukan untuk memeriksa ketajaman penglihatan. Kedua mata pasien diperiksa
secara bergantian dan pasien diinstruksikan untuk menyebutkan nama barang atau
tulisan di sekitar ruangan. Hasilnya visus normal.
c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens
(N.VI)
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan
bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke kanan).
d. Nervus Trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat pasien dapat tersenyum dan wajah
simetris.
e. Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat tersenyum dan wajah
simetris.
f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk menjawab pertanyaan
dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat berjalan
pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh
g. Nervus Glossofaringeus (N.IX) dan Nervus Vagus (N.X)
Artikulasi pasienjelas, kemampuan menelan normal
h. Nervus Aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan
kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus Aksesorius
pasien dalam keadaan normal.
i. Nervus Hipoglosus (N.XII)
Tidak ada deviasi saat pasien menjulurkan lidah.
Fungsi sensorik : tidak terganggu
Fungsi motorik : kekuatan otot 5 5
5 5
tonus otot N N
12
N N
Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-)
C. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
13
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Dari berbagai pemeriksaan fisik, menunjukkan keadaan baik, sedangkan
keluhan pasien tentang penyakitnya masih tetap ada. Keluhan ini menimbulkan
hendaya yang cukup bermakna. Oleh karena itu, maka gejala ini dapat dimasukkan
dalam kategori gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan kelainan
yang mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologis
menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita
selama ini.
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental menurut DSM V
dapat disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan kecemasan menyeluruh,
didapatkan adanya gelisah dan dada berdebar-debar, kecemasan, ditambah
kecemasan akan serangan berulang dan mengganggu keseharian pasien.
Diagnosis pada pasien ini diformulasikan dalam diagnostik multiaksial.
A. Pada aksis I, didapatkan gejala klinik bermakna yaitu adanya serangan cemas
tak terduga berulang. Dalam seminggu pasien bisa merasakan serangan ini
hampir setiap hari dengan keadaan pasien sedang stres memikirkan masalah
keluarganya atau tidak. Adanya rasa takut atau tidak nyaman memuncak
dalam beberapa menit, disertai jantung berdebar pikiran seperti kosong serta
adanya rasa takut mati, tanpa adanya rasa takut yang berlebihan. Oleh karena
itu, diagnosis dengan gangguan kecemasan menyeluruh.
B. Pada aksis II, pasien memiliki ciri kepribadian avoidant. Pasien mengaku
sejak kecil merupakan pribadi yang pemalu dan hanya bergaul dengan orang
yang dekat dan dikenal baik sampai sekarang.
C. Pada aksis III, tidak ditemukan keluhan medis. Pasien sudah memeriksakan
dirinya ke rumah sakit tetapi hasil pemeriksaan normal.
D. Pada aksis IV, masalah berhubungan dengan masalah keluarga. Pasien
tinggal serumah dengan kakak iparnya, yang suka melampiaskan
permasalahan keluarga mereka dengan memukul suaminya atau membuat
14
onar dalam rumah. Pasien juga sering memikirkan masa depan dari kedua
anaknya
E. Pada aksis V, GAF Current Scale : 80-71 = gejala sementara dan dapat
diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjan, sekolah, dll. GAF High
Level Past Year : 80-71 = gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam sosial, pekerjan, sekolah, dll.
15
X. RENCANA TERAPI
Penanganan pasien dibagi secara garis besar menjadi:
1. Psikofarmakologi
Clofritis 10mg
Nopres 20mg
2. Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh meliputi:
Terapi kognitif perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi
kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung.
Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavior adalah relaksasi dan
biofeedback.
Terapi Suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang
ada dan belum tampak, didukung egonya agar lebih bisa beradaptasi optimal
dalam fungsi sosial dan pekerjaannya
Terapi berorientasi tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah
sadar, memiliki egostrength, relasi objek, serta keutuhan self pasien.
XI. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad bonam
16
XII. DISKUSI
A. DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis riwayat medis pasien tidak pernah menderita penyakit
lain yang dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum gangguan jiwa. Oleh
karena itu, gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.
Pasien tidak didapatkan gangguan persepsi seperti halusinasi dan gangguan isi
pikiran seperti waham, sehingga gangguan skizorenia dapat disingkirkan
(F20.x)
Pada anamnesis didapatkan pasien mengeluh gelisah, cemas, dada berdebar-
debar, keringat dingin, rasa panas di dada karena asam lambungnya naik.
Berdasarkan DSM-V kriteria diagnostik untuk serangan cemas menyeluruh
adalah sebagai berikut :2
1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,
sepanjang hari, terjadi sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau
kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah).
2. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
3. Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih enam gejala berikut ini
(dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak
terjadi selama 6 bulan terakhir).
4. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lain.
5. Gangguan yang terjadi bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme).
6. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I,
misalnya kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu
serangan panic (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada situasi umum
(seperti pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif
kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti gangguan
17
cemas perpisahan), penambahan berat badan (seperti anoreksia nervosa),
menderita keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau
menderita penyakit serius (seperti pada hipokondriasis) serta cemas dan
kekhawatiran tidak terjadi semata mata selama gangguan stress pascatrauma.
B. Ciri Kepribadian
Ciri kepribadian pada kasus ini adalah ciri kepribadian avoidant, karena pasien
mengaku sejak kecil merupakan pribadi yang pemalu dan hanya bergaul dengan
orang yang dekat dan dikenal baik sampai sekarang. Dengan adanya keluhan ini
adanya keluhan ini, pasien mengaku menjadi lebih membatasi diri untuk bergaul
dengan tetangganya atau orang disekitarnya dan hanya menceritakan masalahnya
kepada orang yang dekat yaitu suaminya dan seorang tetangganya yang berasal dari
daerah kelahiran yang sama.
C. Terapi
Tatalaksana gangguan kecemasam terdiri atas pemberian farmakoterapi dan
psikoterapi. Terapi farmakoterapi dapat dipilih golongan Benzodiazepine karena
efektif dalam pengobatan gangguan kecemasan, yaitu Clofrits (Clobazam) 10mg.
Clobazam termasuk dalam golongan Benzodiazepine. Pemakaian Benzodiazepine
adalah efektif dalam pengobatan gangguan kecemasan dan memiliki onset yang
lebih cepat (onset satu sampai dua minggu, mencapai puncak setelah empat sampai
delapan minggu) dibandingkan farmakoterapi lainnya. Namun, pemakaian
Benzodiazepin seringkali dapat menyebabkan ketergantungan, sehingga pemakaian
golongan obat ini harus diawasi dan di tapper off selama 4 10 minggu setelah
penggunaan 8 12 minggu.1
Pasien juga diberikan obat anti depresi SSRI golongan Fluoxetine, Nopres
20mg. Obat ini dipilih karena memiliki efek sedasi, otonomik, kardiologik yang
sangat minimal pada usia lanjut.3
Pada pasien diberikan psikoterapi, yaitu psikoterapi kognitif perilaku dimana
pasien diajak untuk melakukan rekstrukturisasi kognitif, yaitu membentuk kembali
18
pola perilaku dan mengganti pikiran yang irasional. Pemilihan jenis ini berdasarkan
kondisi pasien saat itu, motivasi individu, kepribadiannya, serta tentunya
pertimbangan dokter yang akan melakukannya. Jenis terapi ini akan berhasil bila
motivasi pasien tinggi serta bersedia bekerja sama dengan terapis atau dokter.5
XIII. KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien adalah gangguan kecemasan menyeluruh
2. Perhatian keluarga sangat membantu dalam penyembuhan dan pemulihan pasien.
3. Pengobatan farmakoterapi dan psikoterapi secara rutin sangat di anjurkan untuk
kesembuhan pasien.
19
XIV. WAWANCARA PSIKIATRI
A : Pemeriksa
B : Pasien
A: Selamat sore ibu, saya dokter muda Monica , boleh mau tanya ibu punya
keluhan sekarang?
B: Boleh
B: CT
B: 39 tahun
20
B: Begini dok, awalnya kita ja rasa gelisah deng cemas bagitu. Ta ja rasa tape
asam lambung nae. 3 taon lalu le, kita pernah rasa begini. So coba pigi ba
periksa pa dokter umum, dokter umum suruh pigi pa dokter spesialis kong ba
B: Pas ja muncul tu gelisah deng cemas itu, kita rupa so nentau beking apa apa.
B: Ia waktu itu dikasih obat langsung kita pe perasaan tenang langsung tidak
B: Sama-sama
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
23