Anda di halaman 1dari 5

I Made Sudiksa

1310121081

Pelanggaran Hak Cipta Lagu Band Wali

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus pembajakan karya cipta lagu 'Cari Jodoh'


yang dipopulerkan Band Wali mulai disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Malang, Jawa
Timur, Rabu
Di sidang pertama itu, bos PT Nagaswara, Rahayu Kertawiguna, dihadirkan. Rahayu adalah bos
dari label yang selama ini mendistribusikan karya-karya Faang dan kawan-kawannya itu. Selain
bos PT Nagaswara, Rahayu hadir di persidangan sebagai saksi atas dugaan pembajakan yang
dilakukan Malikul Akbar Atjil.
Kala dihubungi lewat telepon, Kamis (2/5/2013), Rahayu mengatakan, perbuatan yang
dilakukan Atjil dengan membajak karya orang lain itu jelas merugikan. "Akan lebih merugikan
lagi apabila tindakan pembajakan itu dibiarkan," ujar Rahayu. Sebagai pemilik label yang
mendistribusikan lagu-lagu musisi Indonesia, termasuk artis dan penyanyi Nagaswara, Rahayu
mempunyai tugas dan kewajiban untuk ikut-serta menjaga karya para artisnya itu.
Kasus lagu 'Cari Jodoh' milik Band Wali, cerita Rahayu, pihaknya semula tidak tahu
perbuatan yang dilakukan Atjil. "Jangankan memberi tahu, minta ijin memakai lagu 'Cari Jodoh-
nya' Wali saja tidak dilakukan Atjil," tutur Rahayu.
Menurut Rahayu, akibat aksi pembajakan lagu 'Cari Jodoh' itu, sebagai pemegang hak
cipta karya tersebut, pihaknya dirugikan Atjil sebesar Rp 1 Milyar. Dalam laporannya yang
dibuat tahun 2010, Rahayu menyertakan jumlah kerugian itu.
Selama Atjil belum diputus bersalah oleh majelis hakim PN Malang, jelas Rahayu, pihak
distribusi Malaysia Incitech bisa terus menjual karya lagu 'Cari Jodoh-nya' Band Wali versi Atjil
tanpa ada ijin yang jelas.
Perkara tersebut dimulai ketika lagu 'Cari Jodoh' karya cipta Band Wali dibajak di
Malaysia tahun 2009. Setelah dilakukan penyidikan, Polda Jawa Timur menangkap Atjil di
Surabaya pada awal tahun 2013. Atjil belakangan diketahui pernah menjadi aktivis
Antipembajakan. Saat ditangkap, Atjil mengaku, Malaysia Incitech sudah membeli karya lagu
'Cari Jodoh' dari Wali Band.

ANALISIS:

Dalam kasus diatas perseteruan antara PT Nagaswara dan Malikur Akbar Atjil dalam
masalahpembajaan karya cipta lagu cari jodoh dari band Wali, pembajakan ini tentu nantinya
perlu diperhatikan lgi apa apa saja yang dianggar dlam hal pembajakan ini, nantinya di
pengadilan lah penentu terakhir. Peraturan yang dilanggar ialah UU tentang hak cipta ,UU No 28
Tahun 2014

Antara lain:

Pasal 2
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu
ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program Komputer
memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya
menyewakan Ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial.
Pasal 24
1. Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut Pemegang Hak Cipta supaya nama Pencipta
tetap dicantumkan dalam Ciptaannya.
2. Suatu Ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan kepada pihak
lain, kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal
Pencipta telah meninggal dunia.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap perubahan judul dan
anak judul Ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran Pencipta.
4. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada Ciptaannya sesuai dengan kepatutan
dalam masyarakat.
Pasal 49
1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa
persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar
pertunjukannya.
2. Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang
pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan karya rekaman suara
atau rekaman bunyi.
3. Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak
lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan/atau menyiarkan ulang karya
siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem elektromagnetik lain.

Pasal 72

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu
juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada hakekatnya sama halnya dengan hak kekayaan
kebendaan lainnya yaitu memberikan hak kepada para pencipta atau pemiliknya untuk
mendapatkan keuntungan dari investasi dari karya intelektualnya di bidang kekayaan industri
dan karya cipta yang disebut Hak Cipta. Kasus pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di
Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Akibat pelanggaran HKI tersebut, bukan hanya
negara dirugikan dan mengancam arus investasi, tetapi Indonesia bisa juga terancam terkena
embargo atas produk ekspornya. Perkembangan teknologi, terutama perkembangan teknologi
digital, dianggap mendukung tumbuh suburnya pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Penegakan hukum terhadap pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual hanya mampu
menyelesaikan masalah yang timbul dipermukaan saja, tetapi lebih daripada itu diperlukan
upaya-upaya untuk menyelesaikan akar permasalahan yang timbul di bawah permukaan melalui
tindakan pre-emtif dan preventif sebagai sebuah perlindungan HKI secara komprehensif dengan
melibatkan semua instansi pemerintah yang bertanggung jawab. Karena itu penegakan hukum
hanya merupakan upaya penyelesaian sementara dari masalah yang timbul di permukaan.
Sementara itu harus dipahami bahwa terdapat berbagai masalah yang lebih mendasar di bawah
permukaan yang harus mampu diselesaikan dengan cerdas dan penuh kebijakan.
Penegakan hukum bukan satu-satunya upaya yang ampuh dalam memberikan perlindungan HKI
di Indonesia, karena penegakan hukum hanya bagian dari sebuah proses perlindungan HKI.
Penegakkan hukum hanya merupakan sub-sistem yang bersifat represif dari sebuah sistem
perlindungan HKI. Sub-sistem lain yang sama pentingnya adalah sub-sistem pre-emtif dengan
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat termasuk aparat pemerintah dan penegak
hukum, ketersediaan dan kemampuan daya beli masyarakat. Di samping itu juga upaya preventif
menjadi bagian dari upaya pencegahan dalam rangka mempersempit peluang terjadinya proses
pelanggaran, seperti tidak memberikan ijin kepada toko atau kaki lima yang telah melanggar atau
mencabut ijin pabrik yang pernah melanggar.

Penegakan hukum yang kuat dan konsisten sangat penting dalam memberikan
perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI), namun mencegah terhadap terjadinya
pelanggaran menjadi lebih penting lagi untuk meningkatkan kualitas warga negara dan
peradaban bangsa Indonesia, karena itu prlu dilakukan introspeksi yang komprehensif terhadap
kinerja pemerintah dalam memberikan perlindungan atas kekayaan intektual. Sesuai dengan
prinsipnya, bahwa hukum hanyalah berfungsi sebagai media untuk menjaga kepentingan hukum
dalam masyarakat, maka perkembangan teknologi digital yang terjadi di dunia industri harus
diberikan apresiasi yang positif sebagai konsekuens kemajuan di bidang teknologi yang dicapai
oleh manusia. Agar perkembangan tersebut tidak menimbulkan masalah baru maka tetap harus
dibarengi dengan tersedianya perangkat hukum yang memadai serta dapat menjamin adanya
kepastian hak dan kewajiban serta pengaturan tentang larangan dan kewajiban yang harus
dipatuhi

Anda mungkin juga menyukai