Anda di halaman 1dari 26
PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR © TAHUN 2014 TTENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lehir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hnidup yang baik dan sehat, yang merupalcan ebutuhan dasar manusia; b.bshwa demi Kelestarian linglungan —_hidup, penyelenggaraan pembangunan perumahan harus termata dan terencana, terbangun, termanfaatkan dan terkendali untuk jaminan ketersediaan prasarana, ssarana, dan utlitas perumahan; c bahwa pemerintah daerah bertanggung _jawab ‘melindung\ segenap warga melalui penyelenggaraan erumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat ‘mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau i dalam penimahan yang sehat, faman, harmonis, dan berkelanjutan di sefurah wileyeh Kota Banjarbaru; .bahwa Derdasarkan pertimbangan _sebagaimana dimaksud huruf a, huraf b dan huraf ¢. pert membentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945; 2 Undang-Undang Nomor Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960. Nomor 104, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 2013}; 3. Undang-Undeng Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tinghat il Banjarbart (embaran Negara Republik Indonesia. Tahun 1999 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3822), 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (lembaran Negara — Republi Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 200 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004” Nomor 125, Tambahan Lemberan Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagnimana telah diubah beberapa Kall terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 ‘Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran [Negara Republik’ Indonesia Tahun 200% Nomor 59, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); ©. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (emberan Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nemor 5058); 7. Undang-Undang Nomor 1 Tabun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan —Perundang-Undangan (embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan. Felaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4533); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penatann Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 11, Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 34/PERMEN/M/2006 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utlitas (PSU) Kawasan Perumahan:; 12, Peraturan MenteriPekerjaan Umum _ Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Tata Cara Umum Reneana Tata Bengunan dan Lingkungan; 13, 14, 15, 16, 17. 18, 20, 2. Peraturan Menteri Pekeriaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008. tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum _ Nomor 1O/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum Yang Wajib Dilenglapi Dengan Upaya Pengeiolaan Lingicungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup; Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 ‘Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomar 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana dan Uultas Perumahan dan Permukiman di Daerah; Peraturan Menteri Negara Lingleungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya.Pengelolaan Linglungan Hidup Dan Upaya Pemantavian Lingleungan Hidup Dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan” Dan Pemantauan Linglungan Hidup (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 231); Peraturan Menteri Negara Linglcungan Hidup Nomor § ‘Tahun 2012 tentang venis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajid Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingleungan Hidup (Berita, Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 408); Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian’ Berimbang Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Mentert Perumahan Rakyat Nomor 07 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan Ralsyat Nomor 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggarsan Perumahan dan Kawasan Permukiman Dengan Hunan Berimbang Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Pada Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pelayanan Umum; Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 2. Tahun 2008 tentang. Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Banjarbera (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2008 Nomar 22, Peraturan Daerah Kota Banjerbaru Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kena Dinas Perumahan, Tata Ruang dan -Pengawasan Bangunen (Lemberan Daerah Kota Banjarbart Tahun 2011 Nomor 19); 23, Peraturan Daerah Kota Banjarbaru. Nomor 35 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Mendirikan Mendirikan Bangunan (Lemberan Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2011 Nomor 35); 24, Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 4 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2013 Nomor 04), Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU don WALIKOTA BANJARBARU MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan Daerah adalah Kota Banjarbaru, 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai lunsur penyelenggaraan Pemerintah Daerah 3. Walikota adalah Walikota Banjarbaru. Dewan Perwakilan Raleyat Daerah Kota Banjarbaru, yang selanjutnya isingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Dacralt Kota Banjarbaru; 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Banjarbaru, 6. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi ‘dengan prasarana sarana dan utilitas. 7. Permukiman adalah begian dari ingkungan hunian yang terdivi atas Jebih dari satu satuan perumahan yang mempunyal prasarana, sarane, uilitas umum, serta mempunyal penunjang kegiatan fungs! Jain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan, 5 8 Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat singgal yong layak ‘huni, saranapembinaan keluarga, cerminan hharkat dan martabat penghuninya, sertaaset bagi pemilienya, 9. Prasarana adalah kelengkapan dasar fis lingkungan yang memungkinkan lingkungan perumahan dan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya 10.Sarana_ adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ckonomi, sosial dan budaya 11, Utltas adalah sarana penunjang untuk pelayanan linglaangan. 12.Lehan efektif adalah Tuas total lahan perpetakan yang digunakan ‘untuk kapling perumahan maupun fasiiites ingleingan komersial ddan dapat dijual kepada pihak swasta. mauptin perorangan. 18, Kapling adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan untuk rumah sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, ‘reneana rincl tata ruang. serta rencana. tats bangunan dan lingleungan. 14.Pengembang adalah institusi atau lembaga penyclenggara perumahan dan permukiman. 15, Site Plan adalah rencana tapak suatu linglungan dengan fungsi tertenti yang memuat rencana tata bangunan, jaringan sarana dan prasarana fisik serta fasilitas lingkuungan. 16.Aksesibilitas adalsh kemudahan pencspaian yang disediakan bagi semua orang, termasuk yang memilili ketidakmampuan fii ota mental, seperti penyandang cacet, lanjut usia, bu hamil, penderita enyakit tertentu, dalam mewujudican kesamasn kesempatan, 17.Koefesien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka _persentase perbandingan antara Iuas seluruh lantai dasar bangunan gedung an Iuas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dlikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan Tingleungen. 18. sin Lokasi adalah isin yong diberikan kepada perusahaan untuk ‘memperoleh tanah yang diperiukan dalam rangka penanaman modal yang berlaka pula sebagai isin pemindahan hak, dan untuk menggunalan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya. 19. in Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) adalah Izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada usaha perorangan, badan irukum dan atau badan usaha untuk menggunakan tanah sestai dengan Rencana Tata Ruang Daerah (RTRD), yang meliputi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW}, Rencana Umium Tata Ruarig Kota (RUTRK), ddan Rencana Teknile Ruang Kota (RTRK) atau ste plan, 20.tzin mendirikan bangunan (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Kota kepada pemilik bangunan gedung untuk ‘membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/ataut merawat bangunan gedung sesual dengan persyaratan administratif ddan persyaratan teknis yang beriak, 6 21. Hunian Berimbang adalah perumshan dan kawasan_permukiman yang dibangun secara berimbang dengan komposisi tertentt dalam ‘bentuk rumah tunggal dan rumah deret antara rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah, atau dalam bentuk rumah susun antara rumah susun umum dan ramah suisun komersial, atau dalam bentuk rumah tapak dan rumah susun uum. 22, Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi ‘kebutuhan rumah bagi masyarekat berpenghasilan rendah. 23, Rumah sederhana adalah rumah umum yang dibangun di atas tanah dengan luas lantai dan harga jual sesuai ketentuan pemerintah, 24,Rumah menengah adalah rumah komersial dengan harga jual lebih bbesar dari 1 (satu) sampai dengan 6 (enam) kali harga jual rumah sedernana, 25.Rumah mewah adalah rumah komersial dengan harga jual lebih besar dari 6 (enam) kali harga jual rumah sederhana, 26.Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingicungan Hidup, yang selanjutnya’ disingkat SPPL, adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau kkegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hhidup atas dampale lingkungan hidup ‘dari usaha dan/atat kegiatannya di luar ussha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atatt UKL-UPL. 27. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya _pemantauan linglungan -hidup, yang sclanjutnya disingkat “UKL-OPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau ‘Kegiatan vyang tidalc berdampak penting terhadap lingicangan hidup yang “iperiukan ‘bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usalia dan /atau Kegiatan, 28.Analisis Mengenai Dampale Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat Amdal, adalah kajian-mengenai dampale penting suatu uusaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperiukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau Kegiatan, BABI [ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Penyelenggaraan perumahan dan permukiman dllaksanaken berdasarlan asas: a. kesejanteraan; ». keadilan dan pemerataan; . keefisienan dan kemanfastan; 4. -keterjangkauan dan kemudahan; fe. kemitraan; £ keserasian dan keseimbangan; & keterpaduan; 1. kesehatan; i. elestarian dan keberlanjutan; dan J. Keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan, Pasal 3 Penyelenggaraan perumahen dan permukiman bertujuan: ‘2. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan; >. mendulaung penataan dan pengembangen wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalsi percambuhan ingeungan hnunien sesuai dengan tata ruang, © meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fangs! lingkungsn: 4. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan © menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam linglungan yang schat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan. Pasal 4 Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Daerah ini adalah penyelenggaraan perumahan dan permukiman oleh pengembang ‘meliputi perencanaan lokasi, komposisilahan efektif, fasilitas prasarana, sarana dan tilts, pengelolaan lingkeungan, pelaksanaat pembangunan, pemanfaatan-perumahan, seria pembinean dan engawasan, BAB I PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 5 (1) Perencanaen perumahan dan permukiman dilakukan untuk ‘memenuhi kebutuhan ramah yang diduleung prasarana, sarana dan utllitas yang memadai (2) Perencanaan sebagaimana dimalcsud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan: 1. lokasis . komposisi lahan efektif, ©. prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan; 4. pengelolaan linglcungan, 8 Paragraf 1 Lokasi Pasal 6 (1) Lokesi pembangunan_perumahan dan permukiman harus sesuai dengan Rencane Tata Ruang yang berlaku. (2) Lokasi pembangunan sebegsimana dimakeud pada ayat (1) dengan smempertimbangkan: a.teriteria Keamanan, yaitu tidak berada pada dacrah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area bandara, daerah ii bawah jaringan strike tegangan tinggi dan dacrah) rawan ‘beneana b.kriteria Kesehatan, yaitu tidak berada pada daerah pencemaran udara, pencemaran air permukean dan air tanah alam yang berada di atas ambang batas, cc literia _Kenyamanan, Kemudahan aksesibilitas, kemudahan Derkomunikasi, dan kemudahan berkegiatan; 4. Kriteria keindahan dan keserasian dengan memperhatikan estetika «. keriteria fleksibilitas, yaita kemungkinan pertumbuhan /pemekaran Tinglaingan perumalian dikaitkan dengan kondis! fisik lingkungan ddan keterpaduan prasarana, (9) Lokasipembangunan perumahan dan permukiman herus ‘mempunysi ekses dengan jaringan jalan umm. £2 Komposisi Lahan Bfekeit Pasal 7 Dalam rangka keserasian linglungan perumahen dan permukiman, ‘maka diatur komposisi lahan elektif sebagaimana dimaleeud dalam Pasal S ayat 2) hurafb yang mencaleup: 4. Luas lahan efektif yang dimanfastkan untuk kapling; Laas Iahan untuk prasarana dan utiltas; Las lahan untuk sarana; Pasal 8 Luss Ishan efektif yang dimanfaatkan untule kapling sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf a haris memenuhi ketentuan sebagai Denies: & Laas wilayah perencanaan lebih kecil atau sama dengan 3 ha hhektar), maka pemanfaatan untuk kapling paling banyale 70% (tajuh puluh persen) dari iuas lahan kesehuruhan, ° b. Luas wilayah perencanaan lebih dari 3 ha (tiga hektar) sampai dengan 20 ha, maka pemanfaatan Untuk kapling paling banyak 60% (cnam puluh persen) dari luas lahan keseluruhan; ‘e. Luas wilayah perencanaan lebih besar deri 20 ha (dua puluh hektat), ‘maka pemanfeatan untuk kapling paling banyak 55% (ima puluh Jima persen) dari luas lahan keseluruhan, Pasal 9 Luss lahan yang digunakan untuk prasarane dan utiitas, sebagaimana , Laas wilayah perencanaan 3 ha (tiga hektar) sampai dengan 20 hnektar, maka yang digunaken untuk prasarana dan utltas: paling ‘banyak 30% (tiga puluh persen); (©. Luas wilayah perencanaan lebih besar dari 20 ha (du puluh hektar, ‘maka yang digunakan untuk prasarana dan uniitas paling banyalc 90% (tiga puluh persen), Posal 10 lunes lahen yang digunalcan untuk pembangunan sarana perumahan dan permukiman sebagsimana dimakeud dalam pasal 7 huraf ¢ harus ‘memenuhi ketentuan sebagai bert: ‘8 Luss wilayah perencanaan paling kecil atau sama dengan 3 ha (tiga Ihektar), paling Keil 59 (ima persen); . Luas wilayah perencanaan lebih deri 3 ha (tiga hektar) sampai dengan 20 ha (dua puluh hektae), paling kecil 10% (eepuluh persen}; © Laas wilayah perencanaan lebih besar dari 20 ha (dua pulub hektar, paling kecil 15 % fima belas persen}; Pasa 11 (1) Laas kapling tanah untuk penyediaan rumah adalah sebagai berikut: Laas Kapling tanah sekurang-kurangnya 160 m? (seratus enam puluh meter perseg)) untuk rumah sampai dengan te 45. >. Laas kapling tanah sekurang-kerangnya 200 m: (dua ratus meter ‘pereegi) untulcrumal lebih Besar dat tipe 45, (2) Panjang deretan kapling maksimum 75 (tujuh puluh lima) meter dan hharus bertemu dengan jalan lingkungan atau dengan jalan mast, Pasal 12 (2) Perencanasn dan perancangan bangunan rumah harus memenuhi persyaratan teknis dan administrast seetai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung. 10 (2) Persyaratan teknis dan administras| sebagaimana dimaksud pada oat (1) merupakan yerat bagl derbiteannya isin endian gunan. Pasal 13, (1) Garis sempadan bangunan terhadap jalan masuk perumahan ‘minimal 10 (sepuluh) meter dari as jalan. (2) Gasis sempadan bangunan terhadap jalan ngiangan perumshan minimal 7 (tujuh) meter dari as jalan. re Paragraf 3 Prasarana, Sarana dan Usiitas Umum Pasal 14 (1) Linglunganperumahan dan permukiman harus _memenuhi kketentuan persyaratan tentang prasarana, sarana dan utiltas. (2) Prasarane linglcungan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi 4. jaringan jalan; bs jaringan saluran pembuangan air limbah; .Jaringan saluran pembuangan air hujen (drainase}; dan 4. tempat pembuangan sampah. Sarana lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) mei «.fasilitas pendidilean; >, facilites Kesehatan; 6 fasilitas urmam dan sosial; 4. fastitas pemakaman; dan .fasiitas perniagaan. i) (4) Usiitas sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi : a. air bers >, jaringan listrik & penerangan jalan umum; dan ©. pemadam kebakaran. Pasal 15, (1) Jalan dalam tingkungan perumahan sebagaimana dimalcsud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf a meliput jalan masuk dan jalan lingcungan, (2) Lebar jalan masuk perumahan minimal 10 (sepuluh) meter dan Jebar Jalan lingkungan perumahan minimal 8 (delspan) meter (6) Jaringan jalan yang direncanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas harus terkoneksi dengan sistem jaringan jalan yang sudah ada, n Pasal 16 (1) Saturan drainase yang dimaksudkan pada Pasal 14 ayat (2) huruf © ‘adalah saluran yang dibuat di kiri dan kanan jalan kawasan perumahan ditentukan minimal lebar bersih 50 (ima puluh) em dengan kedalaman minimal 50 (lima puluh) em atau dimensinys itentukan berdasarkan debit air atatt limpasan air dant kondi ‘opografi setempat dan terintegrasi dengan sistem saluran drainase Tingleungan di iar kewasen, (@) Di setiap rumah yang dibangun dibuatkan sumur resapan dengan vukuran diameter minimal 80 (delapan puluh) cm dan Kedalaman fantara 100 (seratus) cm sampai dengan 150 (seratus lima puluh) cm atau sesuai dengan ketentuan teknis yang beriaku. Pasal 17 (2) Penempatan peresapan limbeh minimal harus berjarak 11 (sebelas) ameter dari sumber air bere (2) Limpahan air imbeh dilarang dibuang di saluran drainase. Pasal 18 (1) Tempat pembuangan sampch sebegeimana dimakeud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d disediakan di masing-masing unit rumah dengan sistem terplah, Pengembang yang membangun perumahan di atas 3 Ha (tiga hektar) \walib menyediakan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) Pasal 19 a 0 Fasiitas pendidikan yang harus tersedia dalam tinglcangan perumahan paling sedikit berupa 1 (satu) unit Taman Kanak: ‘Kanak/ pendidikan anak usia dini untuk pembangunan perumahan > 250 (ebih dari atau sama dengan dua rarus lima puluih) unit rural, (2) Fasiltas Kesehatan yang harus tersedia dalam lingkungan perumahan paling sedikit berupa 1 (eatu) unit Posyandy utube untuk pembangunan perumahan > 250 (lebih dari atau sama dengan ‘dua ratus lima puluh) unit imal; Pasal 20 (2) Fasititas Umum dan fasiitas sosial lainnya yang harus tersedia dalam linglungan perumahan antara lain berupa ‘8. sarana ruang terbuka dapat berupa taman, tempat olah raga, tempat bermain dan/atau parkir ingleungan; », sarana lainnya minimal harus tersedia 1 (satu) unit lahan kosong ‘yang nantinya dapat digunakan untuk membengun tempat untule melaksanakan kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat setempat, 2 (2 Fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terletak i lokasi yang mudah dijangkau dan dapat dimanfaatkan penghuni perumahan ‘atau masyarakat sckitar dan bukan merupakan ruang sisa (9) Taman-taman yang direncanakan sebagai ruang terbuke hijat harus dilengkapi dengan tanaman peneduh. Pasal 21 (1) Serana pemakaman yang harus disediaken pengembang adalah ‘minimal sebesar 5 % (lima persen} dari hans lahan keselurahan. (2) Lokasi pemakaman sesuai peruntukan yang ditetapken oleh Pemerintah Kota Banjazbars, (9) Peshitungan ital lahan pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan nilai konversi dari Iahan yang dibebaskan seeuai dengan Nilai Jual Obyek Pajai (NJOP) atau harga pasaran yang berlaku. (4) Penyediaan sarana pemakaman sebagaimana dimalcsud pada ayat (1) tidak” mengurang “ewaliben peavedisan roang terbuka jaw pe 2 Pasal 22 (0) Air bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) huraf a dapat menggunakan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Mint (PDAM) atau sumber air bersih setempat. (2) Sumber air bersih harus terletsk pada jarake paling rendah 11 (sebelas) meter dari eumur peresapan air limbah, (@) Apabila sumber air bersih menggunekan sumur bor, maka harus ‘mendapat izin pengeboran dari SKPD yang membidangi periinan setelah mendapat rekomendasi dari SKPD tcknis, Pasal 23 (1) Dalam Lingkungan perumahan dan permukiman wajib disediakan Jaringan untuk penerangan jalan ‘mum, (2) Ketentuan mengenai pemasangan jaringan penerangan jalan umum hharus mengikuti ketentuan yang berlaku pada Perusahean Listrik [Negara (PLN Pasal 24 (1) Pemadam kebakaran sebagaimana dimakud dalam Pasal 14 ayat (4) Jmuruf e merupalkan upaya antisipasi terhadap tenjadinya kebalearan (2) Penataan kavrasan perumahan harus mempertimbengkan terhadap kkemungkinan terjadi kebakaran dengan menyediaken ruang yang ‘memadai untuk akses mobil pemadam kebalcaran, 13 (9) Desain bangunan harus mempertimbangkan akses untuk penanggulangan kebakaran. (4) Penempatan hiéran pada setiap jarale 200 (dua ratus) meter i tepi Jalan tau berupa tandon air (kolam, air mancur, sungai dan reservear, dan sebagainya). (5) Perumahan yang menggunakan jalan masuk dan keluar melahui 1 (satu) pint harus menyediaken pint darurat tuntuke kepentingan evalua atau kepentingan daruratlainnya, Paragrat ¢ Pengelolaan Lingkcangan Pasal 25 (4) Pengelolaan linglcungan hidup merupakan upaya untuk menjaga fangsi lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran ddan/atau perusakan lingkungan hidup yang dilaksanakan sejak tahap pra Konstroksl sampai pasca kenstruksi (2) Untuk pembangunan perumahan dengan rencana luasan Kurang ddari 2 Ha (dua hektar} wajib membuat SPPL. (@) Untuk pembengunan perumahan dengan rencana Iuasan perumahen = 2 Ha (lebih dari atau sama dengan dua hektar) sampai dengan 100 Ha (eeratus hektar) harus melaksanakan UKL/UPL dan’ untuk Pembangunan perumahan dengan rencana luesan perumahan lebih ‘dari 100 Ha (seratus hektar) harus melaksenakan AMDAL, (4) Pengembang wajib menanam paling sedikit 1 (satu) tanaman Peneduh diloast faslitas umum atau disepanjang jalan lingkungan Perumahan untule setiap 250 m? (dua ratue lima puluh meter ‘ersegi) dari keseluruhan iuasan perumahen, Bagian Kedua Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Paragraf 1 Umum Pasal 26, (2) Pengembang yang melakukan pembangunan perumahan wajib mewujudken perumahan dengan hunian berimbang, kecual seluruhnya diperuntuklean bagi rumah sederhana. (@) Penyelenggaraan perumahan dengan hunian berimbang harus ‘memenuhi persyaratan: a. Lokasi; . Komposisi 4 Pasal 27 (1) Persyaratan lokasi hunian berimbang sebagaimana dimaksud pada ayat 2) huruf a dilaksanakan pada satu hamparan; atau Db. tidak dalam satu hamparan. (2) Pengembang yang membengun perumahan skala besar wajib mewujudkan hunian berimbang dalam satu hamparan, (9) Hamperan sebagai lokasi pembangunan perumahan skela besar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sekurang-kurangnya ‘dapat menampung 1,000 (eeribu) unit rumah, (4) Pengembang yang membangun perumahan antara 15 (lima belas) unit rumah ‘sampai dengan 1.000. (seribu) unit rumeh dapat , membangun, perumahan, dan/atau permukiman di tempat yang berpotensi dapat menimbullan bahaya bagi barang ataupun orang 18 Pasal 39 Setiap pejabat dilarang mengeluarkan izin pembangunan rumah, Perumahan, dan/atau permukiman yang tidak sesuai dengan fungsi dan ‘emanfaatan ruang Pasal 40 Pengembang yang menyclenggarakan pembangunan perumahen dan awasan permukiman, dilarang mengalihfungsikan prasarana, sarana, ddan utlites umum di lua fangsinya BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 41 (1) Walikota berwenang melaiukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggarean penatean perumahan dan permukiman. (2) Pembinasn sebagaimana dimakeud pada ayat (1) dilaksenekan secara terpadu dan terkoordinasi dengan melibatkan partisipest ‘masyarakat dan pemangica kepentingan. Pasal 42 (1) Pengawasan terhadap epatuhan pengeola perumahan dan permukiman dilaksanakan untuk menjemin dipatuninyeketentoan a permvaratanlokesi don tangunan; . komposist aban; €. prasarans, sarana dan utilitas; 4 pengelolan lingkungan; ¢. etentuan periinan; (@) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagnimana dimakeud pada Pasal 41 ayat (1) dilskukan oleh Dinas Perumahan Tata Ruang ddan Pengawasan Bangunan berkcordinasi dengan SKPD tercait. BAB Vi 'SANKS! ADMINISTRATIF Pasal 43 (0) Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya dapat memberikan sankei ‘administrati( kepada penyelenggara perumahan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Pasal 32 eyat (1), Pasal 33 ayat (1), Pasal 95 ayat (1) berupa : a. peringatan tervulis; b.pembeluian iin disertai penghentlan sementara Kegiatan pembangunan; 19 . pencabutan isin; 4. perintah pembongkaran bangunan; . pemutupan loka (2) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Wallkota. BAB Vill KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 44 Selain oleh penyidik dari Kepolisan, penyidikan atas pelanggaran dalam Peraturan Decrah ini dlaksanakan oleh Penyidie Pegawai Negent Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah, Pasal 45, Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagnimana dimaleaud dalam Pasal 44 berwenang ‘8. menerima laporan atau pengaduan dari sescorang mengenai adanya ‘indak pidana atas pelanggaran peraturan Perundang-undangan; 'b. melakukan tindalean pertama dan pemeriksaan di tempat kejadian; ©. menyuruh berhenti seseorang dan memerikea tanda pengenal dirt tersangka; 4. melakukan penyitaan bends atau surat; ©. mengambil sidikjari dan memotret seseorang; { memanggil orang untuk didengar dan diperikes sebagal tersangka tau sak ® mendstangkan orang ahli yang diperiukan dalam hubungannya ‘dengan pemerikeaan perkara; hh, mengadakan penghentian penyidikan setelah penyidik mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bul atats peristiwa tersebut Dbukan merupakan ‘tindae pidana dan selanjutnyapenyicik ‘memberitahuken ‘hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; dan i. mengadakan tindakan lain menurut huleum yang dapat dipertangaunglawablean, ABIX KETENTUAN PIDANA Pasal 46 (1) Pelanggaran terhadap Kketentuan Pasal 34, diancam dengan dengan ppldana icurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling ‘banyak Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah). 20 (2) Pelanggaran tethadap ketentuan Pasal 38, 39 dan 40, diancam ‘dengan hukuman pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kewasan Permukiman, (@) Denda scbagaimana dimaksud ayat (1) disetorkan ke Kas Negara BABX. KETENTUAN PENUTUP Pasal 47 Peraturan Deerah ini mulai berlaiea pada tangal diundangkan, ‘Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Banjarbaru, Ditetapkan di Banjarbaru ‘pada tanggal 22 sp-0=:0:2014 WALIKOTA BANJARBARU, HLM, RUZAIDIN NOOR Diundangkan di Banjarbaru pada tanga 22 cep:0n 2014 SEKRETRIS DAERAH, 1. SYRHRIANT LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN 2014 NOMOR © NOMOR REGISTRASI PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN : (139/2014) PENJELASAN ‘ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR” TAHUN 2014 ‘TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 1. UMUM ‘Suatu wilayah/ kawasan selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika masyarakat dan berbagai kegiatan yang ada, bail itu direncanakan maupun tidak direncanakan, Perkembangan dan pertumbuhan suatt wilayah/ kawasan ditandai dengan tingginva intensitas Kegiatan, penggunaan tanah yang semakin intensif dan tingginya mobilisasi penduduk. Perkembangan dan Pertumbuhan suatu wilayah/ kawasan menyebabkan kebutuhan laban untuk pengembangan fisik semakin meningkat sedangkan kebutuban Jahan semakin terbatas schingga menyebabkan daya beli perumaban ‘dake sesuai dengan kemampuan masyarakat terutama masyarakat Derpenghasilan rendah atau MBR. Begitu juga dengan penyediaan parasena, sarana, dan utilitas umum (PSU) yang tidak sesuai dengan kebutuhan, Selain itu Pemenuhan kebutuhan rumah dari sudut demand dan ‘supply seat ini hanya terbatas pembiayaannya untuk bentuk-bentuk pasar formal bagi golongan menengah Ke atas dan terbatas eekali bentuk- bentuk kredit dan bantuan subsidi untuk golongan menengah kebawah, Pemenuhan kebutuhan perumahan yang terus mengalami peningkatan akibat adanya pertumbuhan penduduk setiap tahunnya mendorong pengembang memperluas usahanya yang akhimya merambah ‘membangun perumahan di wilayah Kota Banjarbari Akibat dari perkembangan pembangunsn sektor_perumahan tersebut sudah seharusnya diberikan regulasi formal berupa Peraturan Daerah, dengan harapan pengembangan perumahan bisa terkendali dan ‘sesuai dengan peruntulkkannya, Hal tersebut sebagai antisipasi semakin berlurangnya Jahan pertanian yang bergeser sebagai kawasan Perumahan. Untuk itt maka diperlukan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman di Kota Banjarbaru 1, PASAL- DEM PASAL Pagal 1 Dalam pasal ini memuat pengertian/definisi/istilah yang bersifat teknis dan sudah baku dengan maksud agar’ terdapat keseragaman pengertian, dalam penafsiran pasal-pasal yang. terdapat dalam Peraturan Daerab ini Pasal 2 Hurufa Yang dimaksud dengan asas kesejahteraan adalah memberikan Jandasan agar Kebutuban perumahan dan_permuldman yang Jayale bagi masyaralcat dapat terpenuhi achingga masyaralcat ‘mampu mengembangkan iri dan beradab,” seria dapat ‘melaksanekan fungsi sosialnya. Hurat Yang dimakesud dengan asas keadilan dan pemerataan adalah membertkan landasan agar hasil pembangunan di bidang perumahan dan permukiman dapat dinikmati secara proporsional dan merata bagi seluruh rakyst Hurate ‘Yang dimaksud dengan asas keefisienan dan kemanfaatan adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan permukiman dilakukan dengan memaksimallean potensi yang dimiliki berupa sumber daya tanah, teknologi rancang bbangun, dan industri bahan bangunan ‘yang sehat untuk ‘memberikan keuntungan dan manfaat sebeser-besarnya bag) kesejahteraan rakyat, Huruté Yang dimaksud dengan asas keterjangkauan dan kemudahan fdalah memberikan landasan agar basil pembangunan di bidang Perumahan dan permukiman dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, seria mendorong tercipianya ikiim kondusit dengan memberikan kemudahan bagi MBR agar setiap warga negara Indonesia mampu memenuhi kebutuhan dasar akan perumahan dan permukiman. Hurufe Yang dimaksud dengan asas kemitraan adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan permukiman dilakukan “oleh "Pemerintah dan pemerintah daerah dengan mmelibatkan peran pelaku Usaha dan masyarakat, dengan prinsip saling memerlukan, —-mempercayai,memperiiat, dan ‘menguntungkan yang dilalckan, bail langsung maupun tidale langsung. Huruff Yang dimaksud dengan asas keserasian dan kescimbangan ‘adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumanan ‘dan permukiman dilakukan dengan mewujudkan kesorasian fantara struktur ruang dan pola. ruang, keselarasan antara kehidupan manusia” dengan linglungan, _keseimbangan pertumbuhan” dan perkembangan antar’ daerah, serta ‘memperhatikan dampak penting terhadap lingkungan. Hurutg Yang dimaksud dengan asas keterpaduan adalah memberikan Jandasan agar penyelenggarsan perumahan dan permukiman dilaksanakan dengan memadukan kebijakan dalam perncanaan, pelaksanaan, pemamfaatan, dan pengendalian, balk intra ‘aupun antar instansi serta sektor terkait dalam kesatuan yang Dulat dan utub, saling menunjang, dan saling mengis Huruth ‘Yang dimaksud dengan asas kesehatan adalah memberikan Jandasan agar pembangunan perumahan dan permukiman memenuhi standar rumah sehat, syarat kesehatan lingkungan, ddan perilaica hidup sehat. Hurati Yang dimaksud dengan asas Kelestarian dan keberlanjutan fdalan memberikan landasan agar penyedia perumahan dan Permukiman dilakukan dengan ‘memperhatikan Kondis lingkungan hidup, dan menyesuaikan dengan kebutuhan yang terus meningkat scjalan dengan laju kenaikan jumlah penduduk ddan luasan kawasan secara serasi dan seimbang untuk generasi fsekarang dan generasi yang akan datang Huet ‘Yang dimakoud dengan sas eeselamatan, keamanan, keetertiban, dan keteraturan adalah memberikan landasan agar ppenyelenggeraan perumahan dan permukiman memperhatikan Mmasalah keselamatan’ dan keamananbangunan sera infrastrukturnya, keselamatan dan keamanan linglcungan dar berbagai ancaman yang membahayakan penghuni, keteriban ‘administrasi, dan Keteraturan dalam pemanfaatan ‘perumahan ddan permukinan, Pasal 3 Hurufa Yang dimaksud dengan “kepastian hukum” adalah jaminan ‘hukum bagi setiap orang untuk bertempat tinggal secara layak, baile yang bersifat mili maupun bukan milik melalui cara sews dan cara bukan sewa. Jaminan hukum entara lain melipati Jkesesuaian peruntukan' dalam tata ruang, legaitas tanah, perizinan, dan kondisi kelayakan rumah -sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Hurut ‘Yang dimaksud dengan “penataan dan pengembangan wilayah” ‘adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan engendalian yang dilakukan untuk menjaga keselarasan, Keserasian, keseimbangan, dan Keterpaduan. antar.daerah, aantara pusat dan daerah, antar sektor, dan antar pemangies keepentingan, sebagai bagian utama’™ dari pengembangan perkotaan dan perdesaan yang dapat mengarahkan persebaran penduduk dan ‘mengurangi ketidakseimbangan pembangunan anlar wilayah serta ketidaksinambungan pemanfaatan ruang. Hurufe Yang, dimaksud dengan “daya guna dan hasil guna sumber daya lam" adalah kemampuan Uuntule meningkatlen segala potensi ‘dan sumber daya alam tanpa mengganggu keseimbangan dan Jelestarian fungsi lingkungan dalam. rangka —‘menjamin terwujudnya penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang Derkualitas di lingkungan unian perkotaan dan linglcungen hhunian perdesaan, Hurut ‘Culkup jelas Hurufe ‘Yang dimaksud dengan “rumah yang layaic huni dan terjangkau” adalah rumah yang memeniuhi persyaratan Kkeselamatan Dangunan dan kecukupan minimum juas bangunan serta Kesehatan penghuninya, yang mampu djangkau leh selurah Tapisan masyarakat, Yang dimaksud dengan “lingkungan yang sehat, aman, serasi, feratur, terencane, terpadu, dan’ berkelanjutan" "adalah ingkungan yang memenuhi pereyaratan tata ruang, kesesuaian hhak atas tanah dan rumeh, dan tersedianya prasarana, sarana, an ‘utilitas umum yang memenuhi persvaratan bak mut Tingkungan. Pasal 4 Culeup jelas Pasal 5 Culup jelas Pasal 6 ‘Cukup jelas Pasal 7 Culeup jelas Pasal & Culup jelas Pasal 9 Culup jelas Pasal 10 Culp jelas Pasal 11 Culeup jelas Pasal 12 ‘Cukup jelas Pasal 13 Culeup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15, (Cukup jelas Pasal 16 Culup jelas Pasal 17 ‘Culp jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasel 20, Culkup jelas Pasal 21 Culcup jelas Pasal 22 Culup jelas Pasal 23 Culup jelas Pasal 24 (Culup jelas Pasal 25 Culeup jelas Pasal 26 aayat (1) Yang dimaksud dengan “hunian berimbang’ adalah perumahan atau lingkungan hunian yang dibangun secara berimbang antara Fumah sederhana, rumah menengah, dan rumah mewah, yet (2) Culkup jelas Pasal 27 Cutcup jelas Pasal 28 Culkup jelas Pasal 29 Culkup jelas Pasal 30 Culcup jelas Posal 31 Culp elas Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34 Cukup elas Pasal 35, CCukup jelas Pasal 36 (Cukup jelas Pasal 37 Culeup jelas Pasal 38 (Culp jelas Pasal 39 (Culup jelas Pasal 40 Culcup jelas Pasal 41 (Culeup jelas Pasal 42 ‘Culp jela Pasal 43 ‘Culp jelas Pasal 44 Culeup jelas Pasal 45 CCulup jelas Pasal 46, ‘Culp jelas Pasal 47 Culcup jelas ‘TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 7

Anda mungkin juga menyukai