Anda di halaman 1dari 32

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

MAKANAN SEHAT BAGI BAYI USIA 0-12 BULAN DI

KELURAHAN DEBONG LOR KECAMATAN TEGAL BARAT

KOTA TEGAL TAHUN 2016


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian

bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Dari hasil penelitian yang

ada, angka kematian bayi dan balita terkait dengan faktor-faktor tertentu,

terutama gizi. Status gizi ibu pada waktu melahirkan, dan gizi bayi itu

sendiri sebagai faktor langsung maupun tidak langsung sebagai penyebab

kematian bayi. Bayi yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap

penyakit-penyakit infeksi, termasuk diare dan infeksi saluran akut,

utamanya pneumonia. Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang

difokuskan pada perbaikan bayi dan balita merupakan awal dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Notoadmodjo, 2011).

Banyak ahli gizi menekankan pentingnya gizi sebagai salah satu

upaya untuk menurunkan AKB (Angka Kematian Bayi) dan anak serta

meningkatkan mutu hidup (Notoadmodjo, 2011).

Status gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan balita. Secara fisik anak yang menderita gizi kurang dan gizi

buruk akan mengalami gangguan pertumbuhan dan mudah terkena penyakit

infeksi. Penyebab gangguan pertumbuhan usia muda diantaranya


1
disebabkan karena pola konsumsi makanan pendamping ASI (MPASI) yang

kurang benar dan kurang tepat (Rochimiwati, 2013).

Gizi untuk bayi yang paling sempurna dan paling murah bagi bayi

adalah Air Susu Ibu. Bayi yang kekurangan zat-zat gizi terutama pada ASI

dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan.

Kekurangan zat-zat gizi pada bayi mengakibatkan menjadi lebih rentan

terhadap penyakit infeksi dan bahkan dapat mengakibatkan kematian bayi

dan balita tersebut. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan gizi sangat

perlu mendapat perhatian yang serius (Notoadmodjo, 2011).

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy

for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan

empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu

ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua

memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara

eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan

makanan pendamping air susu ibu (MPASI) sejak bayi berusia 6 bulan

sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak

berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara

sosial budaya MPASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan

mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food) (Depkes RI, 2006).

Setelah memasuki umur 6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi sudah

bertambah, pemberian ASI saja hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan

bayi. Oleh karena itu, bayi mulai memerlukan makanan pendamping ASI.
Kebutuhan gizi bayi berbeda dengan kebutuhan anak dan dewasa. Bayi

memerlukan karbohidrat dengan bantuan amylase untuk mencerna bahan

makanan yang berasal dari ASI ibu dengan kadar 4-5 % dari total kadar

kalori dalam ASI. Meskipun demikian, ada orang tua yang sudah

memberikan makanan tambahan sebelum bayinya berumur 6 bulan.

Umumnya hal ini lebih banyak terjadi dikalangan orang tua yang kurang

pendidikan (Sudaryanto, 2014; Proverawati dan Asfuah, 2009).

Risiko dari pemberian MPASI kurang dari 6 bulan bisa

mengakibatkan bayi menderita obesitas di kemudian hari dan lebih sering

terjadi alergi makanan (Prabantini, 2010).

Berdasarkan uraian di atas pengetahuan tentang makanan pendamping

ASI penting dimiliki oleh ibu, karena kurangnya pengetahuan dapat

menyebabkan masalah gizi, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti

Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Makanan Sehat bagi Bayi Usia 0-12

Bulan di Kelurahan Debong Lor Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal Tahun

2016.
B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Sehat bagi

Bayi Usia 0-12 Bulan di Kelurahan Debong Lor Kecamatan Tegal

Barat Kota Tegal Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Sehat

bagi Bayi Usia 0-12 Bulan di Kelurahan Debong Lor Kecamatan

Tegal Barat Kota Tegal Tahun 2016 pada kategori baik

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu tentang Makanan

Sehat bagi Bayi Usia 0-12 Bulan di Kelurahan Debong Lor

Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal Tahun 2016 pada kategori cukup

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu tentang Makanan

Sehat bagi Bayi Usia 0-12 Bulan di Kelurahan Debong Lor

Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal Tahun 2016 pada kategori

kurang

C. Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang yang telah diuraikan, dirumuskan masalah

penelitian: Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Sehat

bagi Bayi Usia 0-12 Bulan di Kelurahan Debong Lor Kecamatan Tegal

Barat Kota Tegal Tahun 2016?.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Landasan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011) tingkat pengetahuan ada enam

tingkat yaitu :

1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mempelajari

antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-

tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.


2) Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat

menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi riil (sebenarnya).

4) Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau

obyek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang


ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan di atas.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat

informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,

berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-

ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.


c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat, seseorang yang dewasa lebih dipercaya dari

orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan

sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2. Zat Gizi

a. Pengertian

Zat gizi merupakan unsur yang penting dalam nutrisi, zat gizi

dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi. Kebutuhan nutrisi

tidak akan berfungsi secara optimal jika tidak mengandung beberapa

zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi

yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang

optimal (Hidayat, 2011).

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan


cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis

besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas,

berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status

gizi yang baik ( Proverawati dan Asfuah, 2009).

b. Macam-macam zat gizi

Menurut Hidayat (2011), Ada beberapa komponen zat gizi

yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang jumlahnya sangat

berbeda untuk setiap usia. Secara umum zat gizi dibagi menjadi dua

golongan, yaitu golongan makro dan golongan mikro. Zat gizi

golongan makro terdiri atas kalori (berasal dari karbohidrat, lemak,

dan protein) dan H2O (air), sedangkan zat gizi golongan mikro terdiri

atas vitamin dan mineral.

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan

mudah disetiap makanan. Karbohidrat harus tersedia dalam

jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15%

dari kalori yang ada dapat menyebabkan kelaparan dan berat

badan menurun. Demikian sebaliknya, apabila jumlah kalori yang

berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat

menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Jumlah

karbohidrat yang cukup dapat diperoleh dari susu, padi-padian,

buah-buahan, sukrosa, sirup, tepung, dan sayur-sayuran.

2. Lemak

Lemak dapat dibagi ke dalam dua kelas, yaitu lemak yang

terdapat dalam pangan tubuh, dan lemak struktural atau komplek


yang dihasilkan dalam tubuh untuk membentuk membran, untuk

mentranspor lemak atau untuk mensintesis hormon-hormon atau

katalis. Fungsi lemak bagi tubuh adalah sebagai simpanan lemak,

sumber asam esensial, menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh

manusia, sebagai pelarut vitamin A, D, E, K, sebagai pelindung

terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan pelindung bagian

tubuh pada temperatur rendah (Hasdianah dkk, 2014).

3. Protein

Protein dibentuk dari unit-unit pembentukannya yang disebut

asam amino. Dua golongan asam amino adalah asam amino

esensial dan asam amino nonesensial. Protein berfungsi untuk

pertumbuhan dan mempertahankan jaringan, membentuk

senyawa-senyawa esensial tubuh, mengatur keseimbangan air,

mempertahankan kenetralan (asam-basa) tubuh, membentuk

antibodi, dan mentranspor zat gizi, membangun sel-sel yang

rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon,

membentuk zat inti energi (Hasdianah dkk, 2014).

4. Air

Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting. Kebutuhan

air pada bayi relatif tinggi, yaitu sebesar 75-80% dari berat badan.

Sedangkan orang dewasa hanya 55-60%. Air bagi tubuh dapat

berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai


medium untuk ion, transport nutrient dan produk buangan, serta

pengaturan suhu tubuh (Hidayat, 2011).

5. Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk

mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan

dan perkembangan serta pertahanan tubuh anak. Vitamin yang

dibutuhkan tubuh antara lain sebagai berikut:

a) Vitamin A (retinol) harus tersedia dalam jumlah yang cukup.

Vitamin A mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi

mata, pertumbuhan tulang dan gigi, serta pembentukan

maturasi epitel. Vitamin ini dapat diperoleh dari hati, minyak

ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh-tumbuhan, sayur-

sayuran, dan buah-buahan.

b) Vitamin B kompleks (tiamin) merupakan vitamin yang larut

dalam air, namun tidak larut dalam lemak. Kekurangan

vitamin ini dapat menyebabkan penyakit beri-beri, kelelahan,

anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi,

edema, dan peningkatan kadar asam piruvat dalam darah.

Kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari hati, daging, susu,

c) padi, biji-bijian, kacang, dan lain-lain.

d) Vitamin B2 (riboflavin) merupakan vitamin yang sedikit larut

dalam air. Vitamin ini harus tersedia dalam jumlah cukup

karena jika tidak akan menyebabkan fotopobia, penglihatan


kabur, dan gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat

diperoleh dari susu, keju, hati daging, telur, ikan, sayur-

sayuran hijau, dan padi.

e) Vitamin B12 (sianokobalamin) merupakan vitamin yang

sedikit larut dalam air. Vitamin ini sangat baik, untuk

maturasi sel darah merah dalam sumsum tulang. Kekurangan

vitamin ini dapat menyebabkan anemia. Vitamin ini dapat

diperoleh dari daging organ, ikan, telur, susu, dan keju.

f) Vitamin C (asam askorbat) merupakan vitamin yang larut

dalam air yang mudah dioksidasi dan dipercepat oleh panas

atau cahaya. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan

proses penyembuhan luka terhambat. Vitamin ini dapat

diperoleh dari tomat, semangka, kubis, dan sayur-sayuran

hijau.

g) Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak

dan akan stabil dalam suasana panas. Vitamin ini selain

berguna untuk mengatur penyerapan serta pengendapan

kalsium dan fosfor dengan memengaruhi permeabilitas

membran usus, juga mengatur kadar alkalin fosfotase serum.

Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan gangguan

pertumbuhan dan osteomalasia. Vitamin ini dapat diperoleh

dari susu, margarin, minyak ikan, sinar matahari, dan sumber

ultraviolet lain.
h) Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan

tidak stabil terhadap sinar ultraviolet. Vitamin E berfungsi

untuk meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A, dan asam

linoleat, disamping menstabilkan membran sel. Apabila

kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan hemolisis sel

darah merah pada bayi prematur dan kehilangan kebutuhan

sel saraf. Vitamin E ini dapat diperoleh dari minyak, biji-

bijian, dan kacang-kacangan.

i) Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang

berfungsi untuk pembentukan protombin, faktor koagulasi II,

VII, IX, dan X yang harus tersedia pada tubuh dalam jumlah

yang cukup. Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan

perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil.

Vitamin ini tersedia dalam sayur-sayuran hijau, daging sapi,

dan hati (Hidayat, 2011).

6. Mineral

Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam

kelompok mikro, yaitu mencakup kalsium, klorida, kromium,

kobalt, tembaga, fluorin, iodium, zat besi, magnesium, mangan,

fosfor, kalium, natrium, sulfur, dan seng. Semua unsur tersebut

akan dijelaskan berikut (Hidayat, 2011).

a) Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan

struktur tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas saraf,


koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium

ini akan diekskresi 70% dalam tinja, 10% dalam urine,

sedangkan 15-25% tertahan dan tergantung dalam kecepatan

pertumbuhan. Kadar kalsium ini harus tersedia dalam jumlah

yang cukup, karena jika tidak akan menyebabkan

mineralisasi tulang dan gigi jelek, osteomalasia, osteoporosis,

rakhitis, dan gangguan pertumbuhan. Kalsium dapat

diperoleh dari susu, keju, sayur-sayuran hijau, kerang, dan

lain-lain.

b) Klorida sangat berguna dalam pengaturan tekanan osmotic

serta keseimbangan asam dan basa. Klorida dapat diperoleh

dari garam, daging, susu, dan telur.

c) Kromium berguna untuk metabolisme glukosa dan

metabolisme dalam insulin. Kromium dapat diperoleh dari

ragi.

d) Tembaga berguna untuk produksi sel darah merah,

pembentukan hemoglobin, penyerapan besi, dan lain-lain.

Tembaga dapat diperoleh dari hati, daging, ikan, padi, dan

kacang-kacangan.

e) Fluor merupakan mineral yang berfungsi untuk pngaturan

struktur gigi dan tulang sehingga jika kekurangan fluor dapat

menyebabkan karies gigi. Sumber fluor terdapat dalam air,

makanan laut, dan tumbuh-tumbuhan.


f) Iodium merupakan unsur tiroksin dan triodotironin yang

harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan iodium

dapat menyebabkan penyakit gondok. Iodium dapat diperoleh

dari garam.

g) Zat besi merupakan mineral yang menjadi bagian dari

struktur hemoglobin untuk pengangkutan CO2 dan O2.

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia dan

osteoporosis, sedangkan kelebihan zat besi menyebabkan

sirosis, gastritis, dan hemolisis. Zat besi dapat diperoleh dari

hati, daging, kuning telur, sayur-sayuran hijau, padi, dan

tumbuh-tumbuhan.

h) Magnesium berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme

karbohidrat dan sangat penting dalam proses metabolisme.

Magnesium dapat diperoleh dari biji-bijian, kacang-

kacangan, daging, dan susu.

i) Mangan berfungsi dalam aktifitas enzim. Mangan dapat

diperoleh dari kacang-kacangan, padi, biji-bijian, dan sayur-

sayuran hijau.

j) Fosfor merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang

dan gigi. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan kelemahan

otot. Fosfor dapat diperoleh dari susu, kuning telur, kacang-

kacangan, padi-padian, dan lain-lain.


k) Kalium berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls

saraf, keseimbangan cairan, dan pengaturan irama jantung.

Kalium dapat diperoleh dari semua makanan.

l) Natrium berguna dalam pengaturan tekanan osmotic serta

pengaturan keseimbangan asam, basa, dan cairan.

Kekurangan natrium dapat menyebabkan kram otot, nausea,

dehidrasi, dan hipotensi. Natrium dapat diperoleh dari garam,

susu, telur, tepung, dan lain-lain.

m) Sulfur merupakan unsur pokok dalam protein seluler yang

membantu proses metabolisme jaringan saraf. Sulfur

dapatdiperoleh dari garam, susu, telur, tepung, dan lain-lain.

n) Seng merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karbonik

anhidrase yang penting dalam pertukaran CO2. Seng dapat

diperoleh dari daging, padi-padian, kacang-kacangan, dan

keju.

3. Makanan Pendamping ASI

a. Pengertian

MPASI adalah singkatan dari Makanan Pendamping Air Susu

Ibu. MPASI adalah makanan yang diberikan untuk bayi atau batita

yang masih menyusu pada ibunya. Sebagaimana diketahui, ASI

merupakan makanan utama yang pertama bagi bayi. Kandungan yang

kaya akan berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh bayi


semuanya berada dalam ASI, sehingga jenis makanan apapun akan

sulit menandingi kehebatan ASI (Sudaryanto, 2014).

Jangka waktu pemberian ASI eksklusif yang baik bagi anak

adalah hingga mencapai usia 6 bulan. Artinya, sampai usia 6 bulan

bayi tidak memerlukan makanan lain karena segala kebutuhan yang

diperlukan oleh bayi terdapat dalam ASI ( Sudaryanto, 2014).

Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan

lunak yang bergizi yang sering disebut MPASI. MPASI merupakan

makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan

pemberian MPASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk

maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi dan

anak (Proverawati dan Asfuah, 2009).

b. Syarat Pemberian MPASI

Menurut Sudaryanto (2014) makanan bayi dan batita jelas

berbeda dengan makanan orang dewasa. Makanan Pendamping ASI

yang baik harus memenuhi syarat utama, yakni sehat, mudah dicerna,

dan mengandung sejumlah nutrisi terutama energi dan protein.

Apalagi untuk MPASI yang sudah diberikan rutin setiap hari. Berikut

ini beberapa persyaratan MPASI yang baik.

1) Sehat

Makanan harus bebas dari kuman penyakit, pengawet, pewarna,

dan racun. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat rentan

terhadap pengaruh kuman penyakit dan bahan tambahan makanan


(zat aditif). Zat tambahan yang umunya berupa bahan kimia harus

dijauhkan dari makanan bayi.

2) Mudah diperoleh

Makanan tambahan untuk bayi hanya terdiri dari satu bahan atau

beberapa bahan saja. Ini karena sistem pencernaan bayi yang

belum siap untuk menerima bermacam-macam makanan. Bahan

makanan seperti pisang dan pepaya dapat diperoleh dengan

mudah di negara-negara tropis, sementara apel dan pir

kebanyakan dibudidayakan di daerah subtropis. Demikian pula

dengan jenis-jenis sayuran dan sumber karbohidrat yang berbeda-

beda untuk beberapa daerah. Walaupun telah banyak pusat

perbelanjaan yang menjual barang-barang impor, penggunaan

bahan makanan lokal akan lebih menjamin kesegaran dan

merupakan bentuk ketahanan pangan yang baik.

3) Masih segar

Sebaiknya MPASI disiapkan saat sebelum diberikan kepada bayi

dan dibuat dari bahan-bahan segar yang bebas polusi. Oleh karena

itu, bahan MPASI harus memenuhi standar higienis baik dalam

bentuk bahan mentah maupun cara pengolahannya.

4) Mudah diolah

Pengolahan bahan MPASI sebaiknya tidak terlalu lama, tetapi

teksturnya cukup lembut untuk pencernaan bayi yang baru


mengenal MPASI. Bahan yang mudah diolah tentu akan

memudahkan orang tua menyiapkan MPASI untuk anaknya.

5) Harga terjangkau

MPASI tidak harus mahal. Jika harganya terjangkau, tentu lebih

baik. Secara umum, harga bahan pangan nabati lebih murah

daripada bahan pangan hewani. Selain itu, porsi makan bayi

masih sedikit sehingga tidak perlu membeli MPASI terlalu

banyak.

6) Cukup kandungan gizinya

Makanan tambahan yang diberikan ke bayi harus memenuhi

kecukupan gizi bayi. Kombinasi yang tepat antara bahan nabati

dan hewani diharapkan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi untuk

tumbuh kembang dengan baik. Selain itu, bahan nabati lebih

berisiko kecil menyebabkan alergi daripada bahan hewani. Selain

itu, perlu diingat bahwa bahan makanan sumber protein dapat

memacu pertumbuhan fisik bayi lebih baik.

7) Jenis makanan sesuai umur bayi

Ada beberapa makanan yang tidak pantas diberikan untuk bayi

usia 6 bulan karena baru tepat diberikan ke bayi berumur 9 bulan.

Ini harus diperhatikan karena kemampuan pencernaan bayi yang

lebih muda usianya berbeda dengan bayi yang sudah besar.

Kemampuan cerna bayi berkembang sesuai dengan umurnya.

Untuk pengenalan MPASI awal, sari buah tunggal, bubur buah


tunggal, atau bubur nasi lembut lebih mudah dicerna daripada

buah utuh, bubur aneka buah, atau roti.

8) Pengolahan MPASI harus higienis

Alat yang digunakan juga diperhatikan kebersihannya, agar bisa

memberikan MPASI yang sehat dan aman bagi anak.

c. Tanda-tanda Bayi Siap Menerima MPASI

Menurut Prabantini (2010) secara umum, bayi menunjukkan

kesiapan menerima makanan pendamping jika menunjukkan tanda-

tanda berikut:

1) Bayi mulai memasukkan tangan ke mulut dan mengunyahnya.

2) Berat badan sudah mencapai dua kali lipat berat lahir.

3) Bayi merespon dan membuka mulutnya saat disuapi makanan.

4) Hilangnya refleks menjulurkan lidah.

5) Bayi lebih tertarik pada makanan dibandingkan botol susu atau

ketika disodori puting susu.

6) Bayi rewel atau gelisah, padahal sudah diberi ASI atau susu

formula sebanyak 4-5 kali sehari.

7) Bayi sudah dapat duduk sembari disangga dan dapat mengontrol

kepalanya pada posisi tegak dengan baik.

8) Keingintahuannya terhadap makanan yang dimakan orang lain

semakin besar. Bayi memperhatikan dengan seksama saat orang

lain makan (biasanya mulut mereka ikut mengecap).


d. Tahapan Pemberian MPASI

1) Pada umur 6 9 bulan

Tekstur makanan untuk bayi sebaiknya makanan cair dan lembut

seperti bubur buah, bubur susu, atau bubur sayuran yang

dihaluskan.

2) Memasuki usia 10 12 bulan

Bayi mulai bisa diberikan makanan kental dan padat, tetapi tetap

harus bertekstur lunak, seperti aneka nasi tim.

3) Usia 12 24 bulan

Bayi sudah mulai dikenalkan pada makanan keluarga atau

makanan padat, tetapi tetap mempertahankan rasa. Hindari

memberikan makanan-makanan yang dapat mengganggu organ

pencernaan, seperti makanan terlalu berbumbu tajam, pedas,

terlalu asam, atau berlemak. Pada masa ini, kenalkan finger snack

atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies, nugget, atau

potongan sayuran rebus atau buah. Ini penting untuk melatih

ketrampilan dalam memegang makanan dan merangsang

pertumbuhan giginya (Sudaryanto, 2014).


Tabel 2.1 panduan makanan padat untuk bayi

Umur 6 bulan 7-9 bulan 9-13 bulan

Sifat Lembut, tak perlu Makanan lunak, Sebagian makanan


makanan dikunyah, cair secara berangsur- yang disajikan di
hingga agak padat angsur sajikan meja makan keluarga
makanan kasar
Berapa 1 sendok teh, Porsi kecil: Porsi kecil:
banyak secara bertahap Bahan dasar Bahan dasar
diperbanyak genggam, roti genggam, roti 1
potong, sayur 1/3 potong, sayur
genggam Protein: genggam
1-2 sdm Protein: 2-3 sdm
(kuning telur 1-2 kali (kuning telur 2-3 kali
seminggu) keju seminggu) keju 1
ukuran kartu domino ukuran kartu domino
yogurt 25 ml. yogurt 50 ml.
Frekuensi 1-2 kali sehari, 1 2-3 kali sehari 3-4 kali sehari makan
kali camilan (buah makan besar,1 kali besar, 2 kali camilan
halus) camilan (air buah, (air buah, roti,
roti, sayuran) sayuran, keju)
Prabantini (2010), sumber Pujiarto (2008).

e. Alasan Pemberian MPASI Usia 6 Bulan

Berikut alasan pemberian MPASI umur 6 bulan:

1) ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan

bayi hingga umur 6 bulan

2) Memberikan perlindungan yang lebih baik pada bayi terhadap

berbagai penyakit

3) Memberikan kesempatan pada sistem pencernaan bayi agar

berkembang menjadi lebih matang

4) Mengurangi risiko alergi makanan

5) Membantu melindungi bayi dari anemia karena kekurangan zat

besi
6) Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu menjaga

suplai ASI

7) Pemberian makanan padat terlalu dini dapat menyebabkan

obesitas dikemudian hari

8) Bayi belum dapat mengontrol dengan baik otot-otot tenggorokan

dan lidah

9) Membantu para ibu memberi jarak pada kelahiran bayi

10) Membuat pemberiannya lebih mudah (Prabantini, 2010; Marmi,

2014).

f. Risiko pemberian makanan tambahan terlalu dini

Menurut Wirda (2009) Risiko pemberian makanan tambahan pada

bayi terlalu dini adalah

1) Tingginya solute load hingga dapat menimbulkan

hiperosmolaritas

2) Peningkatan berat badan terlalu cepat hingga menjerumus ke

obesitas

3) Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan

4) Mendapat zat tambahan, seperti garam dan nitrat yang merugikan

5) Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat

pewarna atau zat pengawet yang tidak diinginkan

6) Ada kemungkinan pencemaran dalam penyediaan atau

penyimpanan
g. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian MPASI dini

menurut Siregar (2004) antara lain:

1) Perubahan sosial budaya

a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.

Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan

adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di

kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan

menyusui dan lamanya menyusui.

b) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang

memberikan susu botol. Persepsi masyarakat akan gaya hidup

mewah membawa dampak menurutnya kesediaan menyusui.

Bahkan adanya pandangan bagi kalangan terentu bahwa susu

botol sangat cocok untuk bayi dan dianggap gizi yang

terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu mau

meniru orang lain.

c) Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.

Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara

barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan

memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.

2) Faktor psikologis

a) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.

Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak

penampilan. Padahal setiap ibu yang mempunyai bayi selalu


mengubah payudara, walaupun menyusui atau tidak

menyusui.

b) Tekanan batin.

Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat

menyusui bayi sehingga dapat mendesak si ibu untuk

mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan

mengurangi menyusui.

c) Faktor fisik ibu

Alasan yang cukup sering bagi ibu untuk tidak menyusui

adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Tetapi.

sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan

berhenti menyusui. Dan jauh lebih berbahaya untuk mulai

memberi bayi makanan buatan daripada membiarkan bayi

menyusu dari ibunya yang sakit.

d) Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat

kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat

pemberian ASI.

e) Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.

Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang

memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan

tumbuhnya kesediaan memberikan susu buatan baik di desa

dan perkotaan. Distibusi, iklan, dan promosi susu buatan

berlangsung terus dan bahkan meningkat tidak hanya di


televisi, radio dan surat kabar melainkan juga ditempat- tempat

praktek swasta dan klinik-klinik kesehatan masyarakat di

Indonesia.

f) Penerangan yang salah justru datang dari petugas kesehatan

sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng.

Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk

meningkatkan gizi bayi, seringkali menyebabkan salah arah dan

meningkatkan pemberian susu botol. Promosi ASI yang efektif

haruslah dimulai pada profesi kedokteran, meliputi pendidikan di

sekolah-sekolah kedokteran yang menekankan pentingnya ASI

dan nilai ASI pada umur 2 tahun atau lebih.

g) Faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin. Untuk menunjang

keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini

mungkin setelah lahir. Namun tidak semua persalinan berjalan

normal dan tidak semua dapat dilaksanakan menyusui dini.


BAB III

RANCANGAN SURVEILENS

A. Tujuan Khusus

B. Metodologi Penelitian

1. Populasi : Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau

obyek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dari penelitian

yang diambil adalah jumlah ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan

di Kelurahan Debong Lor Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal

Tahun 2016 yaitu 30 orang.

2. Jenis dan Rancangan Penelitian

Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak

dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif

kuantitatif. Menurut Arikunto (2013), deskriptif yang berarti

memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya

keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain.

Kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-

angka (Riwidikdo, 2012). Deskriptif kuantitatif adalah

mendiskripsikan data menggunakan angka-angka (Setiawan

dan saryono, 2010). Penelitian ini mendiskripsikan tentang

tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan sehat

bagi bayi usia 0-12 bulan.

3. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan

lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuisioner atau


angket pada ibu yang memiliki bayi di Kelurahan Debong Lor

Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal Tahun 2016, kemudian

menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta

mengisi kuisioner sampai selesai dan kuisioner diambil pada saat

itu juga oleh peneliti.

Data yang diperoleh terdiri dari :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara

langsung dari obyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo,

2012). Data primer diperoleh dari kuesioner mengenai

makanan pendamping ASI yang dibagikan pada responden.

4.
BAB IV

HASIL

Anda mungkin juga menyukai