I. PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15
Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa Neraca
Pemerintah Pusat tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), dan Laporan Arus Kas (LAK) untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Pemeriksaan dilakukan atas LKPP Tahun 2013 yang meliputi LKKL, LKBUN,
dan Laporan Keuangan Bagian Anggaran BUN (LK BABUN). Pemeriksaan dilakukan
atas LKPP Tahun 2013 yang terdiri dari Neraca per 31 Desember 2013, LRA, LAK, dan
CaLK yang telah direviu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. LKPP
Tahun 2013 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Lampiran II
(PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual). LKPP Tahun 2013 disusun berdasarkan
konsolidasian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan
Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN).
Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara APBN TA 2013
dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, dan
pembiayaan selama periode 1 Januari 2013 - 31 Desember 2013.
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah
Pusat mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2013.
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama TA 2013 serta saldo kas
dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2013.
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan kebijakan makro,
kebijakan fiskal, metodologi penyusunan LKPP, dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan. Selain itu, dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos laporan
keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. Dalam CaLK ini diungkapkan
pula kejadian penting setelah tanggal pelaporan keuangan serta beberapa informasi
tambahan yang diperlukan.
2. Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah
Pusat mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2013.
Jumlah Aset per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp3.567,59triliun yang
terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp252,74 triliun, Investasi Jangka Panjang sebesar
Rp1.183,17 triliun, Aset Tetap sebesar Rp1.709,86 triliun, Piutang Jangka Panjang
sebesar Rp2,90 triliun, dan Aset Lainnya sebesar Rp418,92 triliun.
Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp2.652,10 triliun
yang terdiri dari Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp368,09 triliun dan Kewajiban
Jangka Panjang sebesar Rp2.284,01 triliun. Sementara itu, jumlah Ekuitas Dana Neto
per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp915,49 triliun yang terdiri dari Ekuitas Dana
Lancar sebesar minus Rp113,36 triliun dan Ekuitas Dana Investasi sebesar
Rp1.028,85 triliun.
1
Wild Subramanyan dan Halsey (2003)
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI | 18
Laporan Realisasi Anggaran :
Pendapatan Negara :
Selama tahun 2013, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai
Rp1.438,89 triliun atau 95,80 persen dari pagu anggaran sebesar Rp1.502,01 triliun.
Capaian realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2013 ini didukung oleh realisasi
penerimaan perpajakan sebesar Rp1.077,31 triliun atau 93,81 persen dari pagu
anggaran sebesar Rp1.148,36 triliun, realisasi penerimaan PNBP sebesar Rp354,75
triliun atau 101,60 persen dari pagu anggaran sebesar Rp349,16 triliun, dan realisasi
penerimaan hibah sebesar Rp6,83 triliun atau 152,39 persen dari pagu anggaran
sebesar Rp4,48 triliun.
Rendahnya capaian realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2013 sangat
dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian, baik domestik maupun global
yaitu terkontraksinya ekonomi Eropa dan menurunnya kinerja ekonomi negara
berkembang. Ekonomi negara maju khususnya Amerika Serikat dan Jepang
cenderung membaik, sedangkan di sisi lain ekonomi China dan India mengalami
perlambatan. Ekonomi yang belum kuat tersebut berpengaruh terhadap inflasi global
yang cenderung turun, pasar keuangan dengan tingkat ketidakpastian yang masih
tinggi, serta mendorong respon kebijakan moneter bank sentral global masih
bersifat akomodatif. Ekonomi global tahun 2013 tumbuh lebih rendah dibanding
tahun 2012. Hal ini didorong oleh terjadinya penurunan harga komoditas global dan
perubahan kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) terkait penghentian stimulus
(tapering off) yang berperan dalam meningkatkan ketidakpastian. Perkembangan
terkini menunjukkan bahwa ekonomi global dalam tren membaik yang dimotori
oleh AS dan Jepang, serta indikasi pemulihan ekonomi Eropa, China dan India.
Diketahui bahwa saat ini terdapat 141 BUMN yang beroperasi di Indonesia Ini
berarti bahwa 19% laba BUMN berasal dari 131 BUMN. Ini berarti kinerja BUMN-
BUMN saat ini masih kurang optimal.
- Terdapat 5 temuan BPK terkait pendapatan negara dan hibah berupa
ketidakpatuhan terdapat ketentuan perundangang, yaitu :
Belanja Negara :
Tahun 2013 realisasi belanja negara mencapai Rp1.650,56 triliun atau 95,62
persen dari pagu APBNP 2013 sebesar Rp1.726,19 triliun. Secara nominal realisasi
belanja negara tahun 2013 tersebut naik sebesar Rp159,15triliun atau 10,67
persen dari realisasi tahun 2012 sebesar Rp1.491,41 triliun. Realisasi belanja
negara tahun 2013 terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.137,17
triliun atau 95,02 persen dari pagu APBNP 2013 sebesar Rp1.196,83 triliun dan
belanja transfer ke daerah sebesar Rp513,26 triliun atau 96,96 persen dari pagu
APBNP sebesar Rp529,36 triliun.
Adapun perbandingan persentase realisasi belanja negara 2013 dan 2012
adalah sebagai berikut
Realisasi belanja pemerintah pusat tahun 2013 apabila dilihat dari klasifikasi
ekonomi meliputi belanja pegawai yang terealisasi sebesar Rp221,69 triliun (94,89
persen dari pagu), belanja barang yang terealisasi sebesar Rp169,72 triliun (88,71
persen dari pagu), belanja modal yang terrealisasi sebesar Rp180,87 triliun (92,96
persen dari pagu), belanja pembayaran bunga utang yang terrealisasi sebesar
Rp113,04 triliun (100,46 persen dari pagu), belanja subsidi yang terrealisasi sebesar
Rp355,05 triliun (101,99 persen dari pagu), belanja hibah yang terealisasi sebesar
Rp1,30 triliun (55,53 persen dari pagu), belanja bantuan sosial yang terrealisasi
sebesar Rp92,14 triliun (96,93 persen dari pagu), dan belanja lainnya yang
terrealisasi sebesar Rp3,37 triliun (17,47 persen dari pagu)
Catatan :
- Secara keseluruhan persentase penyerapan belanja negara tahun 2013 yaitu
95,62% sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 96,33%.
- Realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat didominasi oleh belanja
operasional, yakni belanja pegawai, belanja barang, subsidi, dan pembayaran
bunga. Selama periode tahun 2009 - 2013, belanja operasional ini rata-rata
mencapai 75,37 persen dari total belanja pemerintah pusat.Belanja pemerintah
pusat dalam periode 2009 - 2013 secara nominal menunjukkan peningkatan
rata-rata 16,13 persen per tahun, yaitu dari Rp628,81 triliun dalam tahun 2009
menjadi Rp1.137,17 triliun dalam tahun 2013.. Hampir seluruh komponen
belanja pemerintah pusat penyerapannya di tahun 2013 lebih tinggi
dibandingkan penyerapan tahun 2012 kecuali untuk belanja subsidi.
Pembiayaan
Realisasi pembiayaan tahun anggaran 2013 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2011 dari Rp237,39Triliun menjadi Rp175,16Triliun. Sebagian
besar peningkatan bersumber dari penerbitan Surat Berharga Negara dari Rp159,70
Triliun tahun 2012 menjadi Rp224,67Triliun tahun 2013.
Catatan :
- Perlu dicermati komposisi dari kepemilikan Surat Berharga Negara tersebut
serta profil nya.
- Pembiayaan dari Penggunaan SAL adalah penerimaan pembiayaan yang berasal
dari penggunaan rekening SAL. Realisasi Penggunaan SAL TA 2013 adalah
sebesar Rp30.000.000.000.000, yang berarti 100 persen dari jumlah yang
dianggarkan dalam APBN-P sebesar Rp30.000.000.000.000.
2
Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana
lancar antara lain sisa lebih pembiayaanv anggaran, cadangan piutang, cadangan persediaan, dan
dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi
mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan
aset lainnya, dikurangidengan kewajiban jangka panjang.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI | 29
sifatnya yang melayani publik dan tidak berorientasi laba. Adapun rasio-rasio yang
akan digunakan adalah current ratio dan total debt to equity.
Tabel 11. Analisis Rasio
Ket 2012 2013
Current Ratio 110% 68%
Total Debt to Equity 169% 289%
ratio
Sumber : Neraca LKPP 2012, diolah
Berdasarkan tabel tersebut besarnya current ratio Pemerintah tahun 2013
sebesar 68% artinya setiap Rp 1 utang lancar pemerintah ditanggung oleh Rp0.68
aktiva lancar pemerintah, rasio ini mengalami penurunan 42% dibandingkan tahun
2012.
Total utang terhadap total ekuitas pemerintah pada tahun 2013 menunjukkan
hasil 289% artinya setiap Rp1 ekuitas dana pemerintah menanggung utang sebesar
Rp289. Terjadi peningkatan dibandingkan dengan kondisi tahun 2012.
Cash Flow Analysis
Analisis aliran kas terutama digunakan untuk menilai sumber dan penggunaan
dana yang terjadi pada institusi selama periode tertentu. Analisis aliran kas
memberikan suatu pandangan tentang bagaimana institusi memperoleh pendanaannya
dan cara menggunakannya dalam bentuk sumber daya. Dengan analisis aliran kas
dapat diketahui seberapa besar sumber kas yang berasal dari kegiatan operasi,
seberapa besar yang berasal dari kegiatan investasi dan kegiatan pendanaan.
Adapun kondisi arus kas pemerintah pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Arus Kas dari Aktivitas Operasi menjelaskan aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas untuk kegiatan operasional Pemerintah selama satu periode yang
berakhir 31 Desember2013. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator
yang menunjukkan kemampuan operasi. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi
adalah sebesar minus Rp31.315.578.643.473, dengan rincian sebagai berikut (dalam
Rp):
Tabel 12. Arus Kas Aktivitas Operasi
Uraian TA 2013 (Audited) TA 2012 (Audited)
Arus Kas Masuk 1.436.403.062.653.687 1.336.338.396.928.787
Dikurangi Arus Kas Keluar 1.467.718.641.297.160 1.345.212.463.916.358
Arus Kas Bersih (31.315.578.643.473) (8.874.066.987.571)