Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Strain bakteri yang menguntungkan dalam meningkatkan pertumbuhan

tanaman dikelompokkan sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)

(Kloepper, 1991). Secara umum, mekanisme PGPR dalam meningkatkan

pertumbuhan tanaman adalah (i) sebagai biostimulan, PGPR mampu

menghasilkan atau melepaskan hormon tanaman seperti indole-3-acetic acid

(IAA), asam giberelin, sitokinin, dan etilen atau prekursornya (1-

aminosiklopropena-1-karboksilat deaminase) di dalam tanaman, berperan dalam

fiksasi N2, serta mampu melarutkan fosfat anorganik; (ii) sebagai bioprotektan,

PGPR memberikan efek antagonis terhadap patogen tanaman melalui beberapa

cara yaitu produksi antibiotik, siderofore, enzim kitinase, kompetisi sumber nutrisi

dan niche, menginduksi ketahanan tanaman secara sistemik (Fernando et al.,

2005).

Actinomycetes adalah kelompok bakteri gram positif yang paling banyak

terdistribusi di alam dan dikenal sebagai mikroorganisme tanah yang bersifat

saprofit (Takizawa et al., 1993). Sebagian besar actinomycetes yang ditemukan di

tanah adalah strain anggota genus Streptomyces (Suzuki et al., 2000) dan 60%

sumber senyawa biologis aktif seperti antijamur dan antibakteri serta senyawa

pemacu pertumbuhan tanaman yang telah dikembangkan untuk pertanian berasal

dari genus ini (Ilic et al., 2007).

1
2

Streptomycetes yang ditemukan di rhizosfer mampu memproduksi substansi

pemacu pertumbuhan berupa auksin, giberelin (Brown, 1972; Aldesuquy et al.,

1998) dan sitokinin (Aldesuquy et al., 1998). Hal ini disebabkan karena

melimpahnya nutrien yang tersedia dalam eksudat akar sehingga isolat

Streptomyces spp. mampu untuk mensintesis IAA (Kravchenko et al., 1991;

Martens & Frankenberger, 1994). Auksin adalah kelompok senyawa cincin indol

yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan

merangsang pemanjangan sel, inisiasi akar, perkecambahan biji dan pertumbuhan

benih (El-Tarabily, 2008). Indol-3-acetic acid (IAA) adalah auksin alami umum

dan merupakan produk metabolisme L-tryptophan pada mikroorganisme. Sekitar

80% bakteri rhizosfer dapat mensekresi IAA (Bhavdish et al., 2003).

Beberapa spesies anggota genus Streptomyces, yaitu S. olivaceoviridis, S.

rimosus, S. rochei, dan Streptomyces spp. dari rhizosfer tomat memiliki

kemampuan untuk menghasilkan IAA sehingga dapat meningkatkan

perkecambahan biji, pemanjangan akar dan berat kering akar tanaman gandum

dan legum Pisum sativum (Aldesuquy et al., 1998; El-Tarabily, 2008). Penelitian

oleh Khamna et al. (2010), menunjukan bahwa Streptomyces sp. CMU-H009

yang diisolasi dari tanaman Cymbopogon citratus memiliki kemampuan untuk

menghasilkan IAA, meningkatkan perkecambahan, serta pemanjangan akar pada

tanaman jagung dan kacang-kacangan. Saat ini, beberapa anggota genus

Streptomyces telah dipelajari dan dikembangkan sebagai produk komersial.

Sebagai contoh, Mycostop, yang diproduksi dari S. griseoviridis K61 dan S.

1
3

lydicus WYEC108 dapat menghasilkan IAA untuk meningkatkan pertumbuhan

tanaman (Mahadevan & Crawford, 1997).

Pada bakteri terdapat beberapa jalur yang berbeda dalam mensintesis IAA dan

strain bakteri mampu melakukan sintesis lebih dari satu jalur (Costacurta &

Vanderleyden, 1995). Dua jalur utama yang paling umum ditemukan pada bakteri

adalah jalur indole-3-acetamide (IAM) dan indole-3-pyruvat (IpyA). Jalur IAM

telah diidentifikasi dalam beberapa spesies bakteri misalnya, Pseudomonas

syringae pv. syringae (White & Ziegler, 1991), Bradyrhizobium japonicum dan

Rhizobium fredii (Sekine et al., 1989), Azospirillum brasilense (Bar & Okon,

1993), patogen tanaman Agrobacterium tumefaciens dan Pseudomonas savastanoi

(Comai & Kosuge, 1982;. Yamada et al., 1985) dan Streptomyces spp. (Manulis et

al. 1994). Pada jalur IAM, terdapat dua enzim yang berperan yaitu, enzim

triptofan monooksigenase (IaaM) yang dikode oleh gen iaaM dan enzim IAM

hydrolase (IaaH) yang dikode oleh gen iaaH (Spaepen et al., 2007). Hal ini

menunjukkan bahwa pada isolat Streptomyces spp. yang mampu menghasilkan

IAA dapat dideteksi gen fungsional yang terlibat dalam biosintesis IAA.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penggunaan PGPR berpotensi besar

sehingga penelitian mengenai pemanfaatannya sangat penting dilakukan dalam

usaha untuk meningkatkan produksi pertanian. Oleh karena itu, penelitian ini telah

dilakukan untuk mengkaji kemampuan isolat Streptomyces spp. yang diperoleh

dari rhizosfer Cyperus rotundus L. untuk menghasilkan IAA.

1
4

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah isolat Streptomyces spp. yang telah diisolasi dari rhizosfer Cyperus

rotundus L. dapat menghasilkan IAA?

2. Apakah gen iaaM dapat terdeteksi pada isolat Streptomyces spp. yang mampu

menghasilkan IAA?

3. Bagaimana pengaruh konsentrasi triptofan terhadap kemampuan isolat

Streptomyces spp. dalam menghasilkan IAA?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengevaluasi kemampuan isolat Streptomyces spp. yang mampu

menghasilkan IAA.

2. Mengetahui keberadaan gen iaaM pada isolat Streptomyces spp. yang mampu

menghasilkan IAA.

3. Mengetahui pengaruh konsentrasi triptofan terhadap kemampuan isolat

Streptomyces spp. dalam menghasilkan IAA.

1
5

4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang kemampuan isolat Streptomyces spp. dalam

menghasilkan IAA sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agen biostimulan.

2. Memberikan informasi tentang jalur biosintesis IAA pada isolat Streptomyces

spp. melalui deteksi gen iaaM yang mengkode enzim Tryptophan

Monooxigenase.

3. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu bentuk

pengembangan ilmu melalui publikasi ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai