Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya saya
diberikan kesehatan serta kemampuan sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem
Informasi Kesehatan 3 dengan membuat makalah berjudul Riwayat Alamiah Penyakit Pertusis
dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Dalam makalah ini saya mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-
teman mahasiswa lainnya serta dapat menjadi bahan referensi untuk menambah pengetahuan
dalam pembuatan makalah tentang Riwayat Alamiah Penyakit Pertusis selanjutnya.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
menjadi yang lebih baik. Akhir kata saya berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Judul......................................................................................................................................... i
Kata Pengantar.........................................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1,1 Latar Belakang................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 2
2.1 Pengertian...................................................................................................2
2.2 Etiologi........................................................2
2.3 Manisfestasi klinis...2
2.4 Cara penularan.....3
2.5 Patofisiologis................3
2.6 Komplikasi...................4
2.7 Uji laboratoriumDiagnostik..................................................................................................4
2.8 Pengobatan dan perawatan.......5
2.9 Pencegahan...........................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan.......7
3.2 Saran.....7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pertussis (batuk rejan) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi tenggorokan
dengan bakteri Bordatella Pertussis. Penyakit batuk rejan / juga dikenal sebagai Pertussis
atau dalam bahasa Inggris Whooping Cough adalah satu penyakit yang menular. Pertussis bisa
ditularkan melalui udara. Gejala awalnya mirip dengan infeksi saluran nafas atau lainnya yaitu
pilek dengan lendir cair dan jernih, mata merah dan berair, batuk ringan, demam ringan. Pada
stadium ini, kuman paling mudah menular. Setelah 1-2 minggu, timbullah stadium kedua dimana
frekuensi dan derajat batuk bertambah. Stadium penyembuhan terjadi 2-4 minggu kemudian,
namun batuk bisa menetap hingga lebih dari 1 bulan.
Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia dibawah 1 tahun. 90% kasus ini terjadi
dinegara berkembang. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh Bakterium Bordetella namun tidak
jarang diakibatkan oleh Bordetella Parapertussis. Pertussis dikenal dengan batuk serius yang
diakhiri bunyi apabila anak-anak bernafas. Ia juga disertasi dengan selema, bersin dan demam
yang tidak begitu panas. Selain menyerang anak-anak batuk pertussis juga menyerang bayi
berusia dibawah 1 tahun, ini disebabkan karena ia belum mendapatkan vaksin. Untuk itu anak-
anak diberi vaksin DPT yang diberikan pada 2 bulan, 3 bulan dan akhirnya 5 bulan dari dosis
tambahan pada usia 18 bulan. Vaksin ini berkisar selama 5 tahun. Penyakit ini lama-kelamaan
dapat menyebabkan kematian. Sampai saat ini manusia dikenal sebagai satu-satunya tuan rumah
dan penularannya melalui udara secara kontak langsung dari droplet penderita selama batuk.
Untuk itulah saya menyusun makalah yang berjudul Penyakit Pertusis.
1.3 Tujuan
1. Masyarakat mengetahui apa itu penyakit pertussis
2. Masyarakat mamapu untuk mencegah penyakit pertussis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular dengan
ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal
disertai nada yang meninggi. Penyakit saluran nafas ini disebabkan oleh Bordetella pertusis,
nama lain penyakit ini adalah tussis quirita, whooping coagh, batuk rejan. Istilah pertussis (batuk
kuat) pertama kali diperkenalkan oleh Sydenham pada tahun 1670. dimana istilah ini lebih
disukai dari batuk rejan (whooping cough). Selain itu sebutan untuk pertussis di Cina adalah
batuk 100 hari.
Penyakit ini menimbulkan Serangan batuk panjang yang bertubi-tubi, berakhir dengan
inspirasi berbising dan juga dengan suara pernapasan dalam bernada tinggi atau melengking.
2.2. Etiologi
Bordetella pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu bakteri gram negatif, tidak
bergerak, dan ditemukan dengan melakukan swab pada daerah nasofaring dan ditanamkan
pada media agar Bordet-Gengou. (Arif Mansjoer, 2000)
Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain:
1. Berbentuk batang (coccobacilus).
2. Tidak dapat bergerak.
3. Bersifat gram negatif.
4. Tidak berspora, mempunyai kapsul.
5. Mati pada suhu 55C selama jam, dan tahan pada suhu rendah (0- 10C).
6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik.
7. Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap penicillin.
B.pertusis menghasilkan toksin dan substansi yang mengiritasi permukaan sel, menyebabkan
batuk dan limfositosis yang nyata. Kemudian, mungkin terjadi nekrosis bagian epitelium dan
infiltrasi polimorfonuklear dengan inflamasi peribronkhial dan pneumonia interstitial.
Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah
penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat
makan yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang
menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah
batuk dimulai.
2.5 Patofisiologi
Bordella merupakan kokobasili gram negatif yang sangat kecil yang tumbuh secara aerobik
pada agar darah tepung atau media sintetik keseluruhan dengan faktor pertumbuhan dengan
faktor tikotinamid, asam amino untuk energi dan arang atau resin siklodekstrin untuk menyerap
bahan-bahan berbahaya.
Bordella pertusis menghasilkan beberapa bahan aktif secara biologis, banyak darinya
dimaksudkan untuk memainkan peran dalam penyakit dan imunitas. Pasca penambahan aerosol,
hemaglutinin felamentosa (HAF), beberapa aglutinogen (terutama FIM2 dan Fim3), dan protein
permukaan nonfibria 69kD yang disebut pertaktin (PRN) penting untuk perlekatan terhadap sel
epitel bersilia saluran pernafasan. Sitotoksin trakhea, adenilat siklase, dan TP tampak
menghambat pembersihan organisme. Sitotoksin trakhea, faktor demonekrotik, dan adenilat
siklase diterima secara dominan, menyebabkan cedera epitel lokal yang menghasilkan gejala-
gejala pernapasan dan mempermudah penyerapan TP. TP terbukti mempunyai banyak aktivitas
biologis (misal, sensitivitas histamin, sekresi insulin, disfungsi leukosit). Beberapa darinya
merupakan manifestasi sistemik penyakit. TP menyebabkan limfositisis segera pada binatang
percobaan dengan pengembalian limfosit agar tetap dalam sirkulasi darah. TP tampak
memainkan peran sentral tetapi bukan peran tunggal dalam patogenesis.
2.6 Komplikasi
1. Alat Pernafasan
Bronchitis, atelektasis yang disebabkan sumbatan mucus, emfissema, bronkiektasis dan
bronkopneumonia yang disebabkan infeksi sekunder, misalnya karena streptokokkus hemolitik,
pneumukokkus, stafilokokkus, dll.
2. Saluran Pencernaan
Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolaps rectum atau hernia, ulkus
pada ujung lidah dan stomatitis.
1. Spesimen
pencucian nasal dengan larutan saline adalah spesimen yang dipilih. Usapan nasofaring atau
droplet yang dikeluarkan dari batuk ke dalam cawan batuk yang dipegang di depan mulut
pasien selama batuk paroksimal kadang-kadang digunakan tetapi tidak sebagus pencucian nasal
dengan larutan saline,
3. Biakan
Cairan hasil pencucian nasal dengan saline dibiakkan pada agar medium solid. Antibiotik di
dalam media cenderung untuk menghambat flora respirasi yang lain tetapi memungkinkan
pertumbuhan B.pertusi. organisme diidentifikasi dengan pewarnaan immunofluoresens atau
dengan aglutinasi slide menggunakan antiserum spesifik.
Pengobatan :
1. Eritromisin : 50 mg/kg BB/hari selama 114 hari dapat mengeliminasi organisme pertussis dari
nasofaring dalam 3-4 hari. Eritromisin biasanya tidak memperbaiki gejala-gejala jika
diberikan terlambat.
2. Suportif : terutama menghindarkan faktor-faktor yang menimbulkan serangan batuk, mengatur
hidrasi dan nutrisi
3. Oksigen diberikan pada distres pernapasan akut/kronik.
4. Penghisapan lendir terutama pada bayi dengan pneumonia dan distres pernapasan.
5. Betametason dan salbutamol (albuterol) dapat mengurangi batuk paroksismal yang berat
walaupun kegunaannya belum dibuktikan melalui penelitian kontrol.
6. Penekan batuk (suppressants) tidak menolong.
Perawatan :
2.9 Pencegahan
a) Secara aktif
Dengan pemberian imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan(DPT tidak
boleh dibrikan sebelum umur 6 minggu)dengan jarak 4-8 minggu. DPT-1 deberikan pada
umur 2 bulan,DPT-2 pada umur 4 bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan. Ulangan DPT
selanjutnya diberikan 1 tahun setelah DPT-3 yaitu pada umur 18-24 bulan,DPT-5 pada saat
masuk sekolah umur 5 tahun. Pada umur 5 tahun harus diberikan penguat ulangan DPT.
Untuk meningkatkan cakupan imunisasi ulangan,vaksinasi DPT diberika pada awal sekolah
dasar dalam program bulan imunisasi anak sekolah(BIAS). Beberapa penelitian menyatakan
bahwa vaksinasi pertusis sudah dapat diberikan pada umur 1 bulan dengan hasil yang baik
sedangkan waktu epidemi dapat diberikan lebih awal lagi pada umur 2-4 minggu.
b) Secara pasif
Isolasi: mencegah kontak dengan individu yang terinfeksi, diutamakan bagi bayi dan anak
usia muda, sampai pasien setidaknya mendapatkan antibiotik sekurang-kurangnya 5 hari
dari 14 hari pemberian secara lengkap. Atau 3 minggu setelah batuk paroksismal reda
bilamana pasien tidak mendapatkan antibiotik.
Karantina: kasus kontak erat terhadap kasus yang berusia <7 tahun, tidak diimunisasi, atau
imunisasi tidak lengkap, tidak boleh berada di tempat publik selama 14 hari atau setidaknya
mendapat antibiotic selama 5 hari dari 14 hari pemberian secara lengkap.
Disinfeksi: direkomendasikan untuk melakukan pada alat atau ruangan yang terkontaminasi
sekret pernapasan dari pasien pertusis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular dengan
ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal
disertai nada yang meninggi.
b. Penyakitpertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis.
c. Penyakit pertusis dapat dicegah dengan cara pemberian imunisasi DPT
3.2 Saran
Imunisasi sangat penting di berikan pada bayi karena dapat meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap PD3I, jadi sebaiknya bayi harus diberikan Lima Imunisasi Dasar Lengkap
(LIDL) tanpa ada yang terlewat.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Manjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Jakarta: EGC
Ngastiyah. 1997. Perawat Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Suryadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto
Shehab, Ziad M. Taussig-Landau : Pediatric Respiratory Medicine. Missouri, USA. Mosby Inc.
2000. Chapter 42. h: 693-699.
Garna, Harry, Azhali M.S, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Penyakit Infeksi Tropik. Bandung,
Indonesia. FK Unpad, 1993. h: 80-86.