Anda di halaman 1dari 14

BAB III

DASAR TEORI

3.1. Definisi Eksplorasi

Eksplorasi merupakan penyelidikan geologi yang dilakukan untuk


mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan
kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis atau
kajian kemungkinan dilakukannya penambangan. Banyak definisi yang dapat
diuraikan dalam istilah eksplorasi, namun dalam konteks ini secara umum,
eksplorasi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk mencari, menemukan
dan mendapatkan suatu bahan tambang (bahan galian) yang kemudian secara
ekonomis dapat dikembangkan untuk diusahakan. Secara konsep, dalam lingkup
industri pertambangan, eksplorasi dinyatakan sebagai suatu usaha (kegiatan) yang
karena faktor resiko, dilakukan secara bertahap dan sistematik untuk mendapatkan
suatu area yang representatif untuk dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai rea
penambangan.
Kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan
sebelum suatu usaha pertambangan dilaksanakan. Hasil dari kegiatan eksplorasi
tersebut harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai
sumberdaya mineral/bahan galian maupun kondisi-kondisi geologi yang ada, agar
dapat diketahui layak atau tidaknya suatu pembukaan usaha penambangan.
Kegiatan eksplorasi dapat dimulai setelah target endapan yang akan dieksplorasi
telah ditetapkan.
Prosedur berikut merupakan prosedur umum yang diterapkan dalam suatu
program eksplorasi yaitu :
1. Melakukan pengumpulan data awal mineral dan informasi-informasi yang
berhubungan dengan mineral target dan melakukan analisis terhadap
informasi-informasi tersebut untuk mendapatkan hubungan antara ukuran
(size), keterdapatan (sebaran), serta kadar endapan tersebut dalam beberapa
kondisi geologi yang berbeda.
2. Melakukan seleksi data serta membuat sintesis-sintesis untuk menyusun
model yang menggambarkan endapan pada beberapa kombinasi lingkungan
geologi.

3-1
3. Menyusun skala prioritas berdasarkan gambaran kondisi daerah target
eksplorasi.
4. Melakukan survei geologi pendahuluan dan pengambilan beberapa contoh
untuk dapat menghasilkan gambaran awal berdasarkan kriteria seleksi geologi
yang telah ditetapkan pada daerah terpilih.
5. Mencari informasi pada tambang-tambang endapan sejenis yang telah ditutup
maupun sedang beroperasi, dan mencoba menerapkannya jika mempunyai
kondisi geologi yang mirip.
6. Jika beberapa pendekatan memberikan hasil yang positif, maka perlu
disiapkan suatu program sosialisasi dengan komunitas lokal, berupa transfer
informasi/gambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan.
7. Menyusun program dan budget eksplorasi untuk pekerjaan-pekerjaan lanjutan.
Metode Eksplorasi terbagi 2 yaitu sebagai berikut :
1. Metode Eksplorasi Langsung
Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan
dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah
permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi
megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling terhadap objek yang
dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan
langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode eksplorasi
langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi
(tahap awal s/d detail). Beberapa metode (aspek) yang akan dibahas sehubungan
dengan Metode Eksplorasi Langsung ini adalah :
a. Pemetaan Geologi suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi
permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang
dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan
(lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang
mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain
pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan
tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.
b. Parit Uji di buat untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan
perlapisan, struktur tanah dan lain-lain. Pada Pembuatan parit memiliki
keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang tipis, karena
pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat
hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak
3-2
efektif dan ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus
ore body dan jika pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan
parit harus tegak lurus dengan arah arus sungai.
c. Sumur Uji untuk mendapatkan hasil lebih akurat dari pembuatan parit uji,
sumur uji dibuat dengan menggali lubang sedalam 10 sampai 20 meter. Pada
pembuatan sumur uji harus diperhatikan beberapa faktor, seperti adanya
bongkahan bongkahan yang akan mempersulit dalam proses penggalian. Faktor
lain yang juga harus diperhatikan adalah adanya air yang akan menyulitkan
dalam proses penggalian dan pada proses pengamatan struktur batuan yang ada
pada sumur uji yang telah dibuat. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dari
penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya gas beracun, dan lain-
lain.
d. Pemboran Eksplorasi adalah suatu kegiatan pembuatan lubang berdiameter
kecil pada suatu target eksplorasi dengan kedalaman mencakup ratusan meter
untuk memperoleh data yang representatif.
2. Metode Eksplorasi Tidak Langsung
Metode eksplorasi tidak langsung adalah kegiatan eksplorasi yang dilakukan
dengan tidak berhubungan langsung dengan bahan atau endapan bahan galian
yang dicari. Kegiatan eksplorasi ini dilakukan melalui mengamati atau
menganalisis kelainan kelainan sifat sifat baik itu sifat fisik maupun sifat kimia
dari batuan. Ada beberapa metode yang umum digunakan untuk melakukan
eksplorasi tidak langsung diantaranya adalah:
a. Metode Geofisika dilakukan berdasarkan perbedaan dari sifat fisik dari batuan,
mineral dan bijih dari endapan yang diukur. Secara umum eksplorasi geofisika
dilakukan dengan beberapa metode antara lain yaitu metode magnetik, metode
geolistrik, metode seismik.
b. Metode Geokimia, eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada
pengukuran kelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur unsur bijih atau unsur
unsur yang berhubungan erat dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan
bijih. Secara sederhana eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara
sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai

3-3
aktif, vegetasi, air, atau gas untuk mendapatkan anomali geokimia yaitu
konsentrai abnormal dari unsur tertentu yang kontras terhadap lingkungannya.
c. Survey geolistrik, jenis-jenis metode geolistrik jenis-jenis metode geolistrik
yaitu metode tahanan jenis, metode polarisasi terimbas (Induced Polarization),
metode potensial diri.
(Anonim, 2016e)

3.2. Pemboran Eksplorasi

Pada prinsipnya pemboran adalah suatu kegiatan pembuatan lubang


berdiameter kecil pada suatu target eksplorasi dengan kedalaman mencakup
ratusan meter untuk memperoleh data yang representatif. Salah satu keputusan
penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan kegiatan
pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika
kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan
sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah
dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah
permukaan secara menyeluruh.
Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan
dan direncanakan dengan baik yaitu :
1. Kondisi geologi dan topografi,
2. Tipe pemboran yang akan digunakan,
3. Waktu pemboran, dan pelaksanaan pemboran.

3.2.1. Metode Pemboran

Informasi dari drill hole dapat diperoleh dari beberapa sumber yaitu batuan,
inti bor atau sludge, geofisika bawah permukaan dan informasi dari hasil
pemboran. Pada bagian ini akan lebih ditekankan pada pengamatan geologi.
a. Pemboran inti (Coring)

3-4
Core recovery (CR) atau perolehan inti sangat penting, biasanya dinyatakan
dalam persen volume. Jika CR kurang dari 8590% maka inti bor tersebut masih
diragukan nilainya, hal ini berarti terjadi loss selama pemboran dan inti bor
tersebut tidak menunjukkan conto yang sebenarnya. Logging biasanya dilakukan
di lokasi bor untuk menentukan apakah pemboran dilanjutkan atau dihentikan.
Beberapa organisasi memiliki prosedur standar dalam logging inti bor dan
terminologi standar untuk mendeskripsikan sifat geologi. Logging awal pada
lokasi bor biasanya dilengkapi dengan hasil analisis inti bor. Dari logging awal ini
biasanya diperoleh data tentang gambaran umum struktur (rekahan dan orientasi)
juga litologi (warna, tekstur, mineralogi, alterasi dan nama batuan) serta core
recovery. Deskripsi harus dilakukan secara sistematis menyangkut kualitas dan
kuantitasnya.
Potongan batuan dari hasil cutting dapat dikumpulkan selama pemboran,
keduanya menggambarkan batuan yang dipotong oleh mata bor intan. Pemboran
dengan menggunakan sirkulasi udara pada lubang dangkal biasanya menghasilkan
cutting yang sangat cepat ke permukaan. Namun demikian dengan pemboran inti
sirkulasi air untuk lubang yang dalam sering terjadi cutting lambat naik ke
permukaan, hal ini dapat dilihat bahwa untuk kedalaman 1000 m cutting dapat
diambil dalam waktu 2030 menit ke permukaan sehingga biasanya sludge yang
dianalisis dahulu selama pemboran.
b. Pemboran Non-Coring
Dalam pemboran non-coring dapat diperoleh pada selang 12 m dalam
keadaan kering dan dikumpulkan pada sisi lokasi bor, setelah dicuci conto tersebut
lebih mudah untuk dianalisis secara mikroskopi. Conto tersebut dapat juga
didulang untuk memperoleh mineral berat dan kemudian diberi perekat dan
disusun sesuai interval untuk memberikan gambaran drill hole tersebut.
(Anonim, 2016c)
3.2.2. Peralatan Pemboran

Beberapa komponen atau peralatan pemboran yang diperlukan untuk


kegiatan pemboran di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Mesin Bor

3-5
Mesin bor merupakan sumber energi penggerak utama yang
mengkonversikan energi dari bentuk asal (fluida, elektrik, pneumatik, atau
penggerak mesin combustion) ke energi mekanik untuk mengfungsikan sistem.
b. Mesin sirkulasi fluida
Jika fluida bor yang digunakan adalah lumpur, maka sebagai sumber tenaga
adalah pompa lumpur, dan jika fluida bor yang digunakan adalah udara maka
sumber tenaganya adalah kompresor.
c. Stang Bor
Stang bor merupakan pipa yang terbuat dari baja, dimana bagian pipa ujung-
ujungnya terdapat ulir, dimana fungsinya sebagai penghubung antara dua buah
stang bor. Dalam kegiatan pemboran, stang bor berfungsi untuk menstranmisikan
putaran, tekanan, dan tumbukan yang dihasilkan oleh mesin bor menuju mata bor.
Juga sebagai jalan keluar-masuknya fluida bor.
d. Mata Bor
Mata bor merupakan salah satu komponen dalam pemboran yang digunakan
khususnya sebagai alat pembuat lubang (hole making tool). Gaya yang bekerja
pada bit agar bit dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan secara garis besar
terbagi atas dua macam, yaitu gaya dorong dan gaya putar. Keefektifan penetrasi
yang dilakukan pada pemboran tergantung pada kedua gaya jenis ini. Gaya
dorong dapat dihasilkan melalui tumbukan yang dilakukan pada pemboran
tumbuk, pemuatan bit, tekanan di bawah permukaan. Gaya putar dapat dihasilakan
pada mekanisme pemboran putar dengan bantuan mesin putar mekanik yang dapat
memutar bit (setelah ditransmisikan oleh stang bor) dan dengan bantuan gaya
dorong static mengabrasi batuan yang ditembus. Gaya dorong yang bersifat static
yang secara tidak langsung turut menunjang gaya- gaya tersebut di atas misalnya
berat dari stang bor dan berat rig.
(Anonim, 2016a)

3.2.3. Permasalahan dalam Pemboran

Mesin bor yang digunakan dalam eksplorasi mineral biasanya memiliki


kapasitas sampai 2000 m dan dapat diletakan horisontal atau vertikal. Rata-rata
penggunaannya bergantung kepada tipe alat bor, mata bor, diameter lubang, tipe

3-6
batuan, kedalaman dan keahlian juru bor. Seorang juru bor harus
mempertimbangkan berapa besar volume fluida yang akan digunakan, besar
tekanan yang akan dipakai, besarnya perubahan putaran dan pemilihan mata bor
yang benar. Sampai sekarang belum ada kondisi baku untuk menentukan faktor
kritis penggunaan mata bor jika kita menginginkan optimasi pemboran yang
efisien. Pemboran sampai kedalaman 10 m/jam mungkin saja terjadi tergantung
kepada kemampuan juru bor yang menanganinya dan juga kondisi batuan yang
dibor. Pada tabel 3.1. beberapa masalah dalam pemboran dan perkiraan solusi
pada permasalahan tersebut.
Tabel 3.1.
Beberapa Permasalahan dalam Pemboran dan Perkiraan Solusinya

No Permasalahan Solusi
1 Stang Bor Terjepit (Stuck) - Tekanan dan viskositas fluida (air)
diperbesar
- Ditarik memekai hoist/dongkrak
- Diputar dan ditekan dengan kuat

2 Kehilangan Air (Water Loss) - Menggunakan Cassing


- Menggunakan pulimer
- Penambahan lumpur bor
4 Batuan yang keras - Penyesuian Mata bor
- Mempercepat kinerja alat bor
- Tekanan dan viskositas fluida (air)
diperbesar

5 Runtuhnya dinding Bor - Menggunakan Cassing


- Penambahan lumpur bor
- Mengurangi Kecepatan bor
- Mengurangi Tekanan Fluida yang
digunakan

(Anonim, 2016)

3.3. Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam Eksplorasi

Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk klasifikasi sumberdaya dan


cadangan batubara dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) pada
tahun 1999. Standar Nasional Indonesia adalah satu-satunya standar yang berlaku
3-7
secara nasional di Indonesia yang dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan
oleh Badan Standarisasi Nasional. Standar ini diperlukan untuk menghindari
kerancuan dalam menafsirkan berbagai istilah dan pengertian yang berkenaan
dengan sumberdaya dan cadangan batubara di Indonesia. Dimana kajian
kelayakan dalam SNI didasarkan pada faktor ekonomi, penambangan,
pengolahan, pemasaran, kebijakan pemerintah, peraturan atau perundang-
undangan, lingkungan dan sosial.
Dasar-dasar klasifikasi Standar Nasional Indonesia terdiri dari beberapa
aspek, yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.
a. Aspek Geologi
Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumberdaya terukur harus
mempunyai tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya
tertunjuk, begitu pula sumberdaya tertunjuk harus mempunyai tingkat keyakinan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya tereka. Sumberdaya terukur
dan tertunjuk dapat ditingkatkan menjadi cadangan terkira dan terbukti apabila
telah memenuhi kriteria layak. Tingkat keyakinan geologi tersebut secara
kuantitatif dicerminkan oleh jarak titik informasi yang diperoleh dari singkapan
dan drill hole.
b. Aspek Ekonomi
Ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat ditambang dan ketebalan
maksimal lapisan pengotor atau (dirt parting) yang tidak dapat dipisahkan pada
saat ditambang menyebabkan kualitas batubaranya menurun karena kandungan
abunya meningkat, merupakan salah satu unsur yang terkait dengan aspek
ekonomi dan perlu diperhatikan dalam menggolongkan sumberdaya batubara.
Klasifikasi berdasarkan Standar Nasional Indonesia adalah upaya
pengelompokan sumberdaya dan cadangan batubara berdasarkan keyakinan
geologi dan kelayakan ekonomi. Di dalam Standar Nasional Indonesia terdapat
acuan dalam tahap-tahap eksplorasi sumberdaya batubara. Tahapannya meliputi
empat tahap eksplorasi yaitu survei tinjau (Reconnaissance), prospeksi
(Prospecting), eksplorasi pendahuluan (Preliminary exploration) dan eksplorasi
rinci (Detailed exploration).
1) Survei Tinjau (Reconnaissance)

3-8
Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling awal dengan
tujuan mengindentifikasi daerahdaerah yang secara geologis mengandung
endapan batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta
mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tata guna lahan dan
kesampaian daerah. Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional, penafsiran
penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan
pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya
1:100.000.
2) Prospeksi (Prospecting)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan
batubara yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini di antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal
1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan
sumuran, pemboran uji (scout drilling), pencontohan dan analisis. Metode
eksplorasi tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika, dapat dilaksanakan
apabila dianggap perlu.
3) Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal bentuk
tiga-dimensi endapan batubara yang meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi,
sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan yang dilakukan antara lain,
pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran
dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging)
geofisika, pembuatan sumuran atau paritan uji dan pencontohan yang lebih lanjut.
Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi mulai dapat dilakukan.
4) Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas
serta model tiga-dimensi endapan batubara secara lebih rinci. Kegiatan yang harus
dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000,
pemboran dan pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan
kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, serta pengkajian
geohidrologi dan geoteknik. Pada tahap ini perlu dilakukan penyelidikan
pendahuluan pada batubara, batuan, air dan lainnya yang dipandang perlu sebagai

3-9
bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan dengan rencana kegiatan
penambangan yang diajukan.
Klasifikasi sumberdaya batubara menurut Standar Nasional Indosia (SNI)
5015:2011, adalah sebagai berikut :
a. Sumberdaya Batubara Tereka (inferred coal resource)
bagian dari total estimasi sumberdaya batubara yang kualitas dan
kuantitasnya hanya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang rendah.
Titik lnformasi yang mungkin didukung oleh data pendukung tidak cukup untuk
membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya. Estimasi dari
kategori kepercayaan ini dapat berubah secara berarti dengan eksplorasi lanjut.

b. Sumberdaya Batubara Tertunjuk (indicated coal resource)


bagian dari total sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya
dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang masuk akal, didasarkan pada
informasi yang didapatkan dari titik-titik pengamatan yang mungkin didukung
oleh data pendukung. Titik lnformasi yang ada cukup untuk menginterpretasikan
kemenerusan lapisan batubara, tetapi tidak cukup untuk membuktikan
kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya.

c. Sumberdaya Batubara Terukur (measured coal resource)


bagian dari total sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya
dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan pada
informasi yang didapat dari titik-titik pengamatan yang diperkuat dengan
data-data pendukung. Titik-titik pengamatan jaraknya cukup berdekatan untuk
membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya.

Klasifikasi cadangan batubara menurut Standar Nasional Indosia (SNI)


5015:2011, adalah sebagai berikut :
a. Cadangan Batubara Terkira (probable coal reserve)

3-10
bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk yang dapai ditambang secara
ekonomis setelah faktor-faktor penyesuai terkait diterapkan, dapat juga sebagai
bagian dari sumberdaya batubara terukur yang dapat ditambang secara ekonomis,
tetapi ada ketidakpastian pada salah satu atau semua faktor penyesuai yang terkait
diterapkan.
b. Cadangan Batubara Terbukti (proved coal reserve)
Bagian yang dapat ditambang secara ekonomis dari sumberdaya
batubara terukur setelah faktor-faktor penyesuai yang terkait diterapkan.

Gambar 3.1. Hubungan antara Sumberdaya Dan Cadangan Batubara

3.4. Logging Geofisika

Penerapan metode geofisika dalam eksplorasi sumberdaya mineral dan


energi merupakan hal yang sangat sulit, karena disatu pihak dituntut untuk
memberikan hasil yang nyata, sedangkan disisi lain kondisi alam yang sangat
tidak homogen dan kecilnya kontras sifat fisika yang ada, serta penerapan metode
yang tidak cocok yang kadang-kadang dipaksakan dan akurasi alat yang kurang
baik menyebabkan hasil yang diperoleh sangat sulit untuk diprediksi dan
diinterpretasi.
Lubang bor untuk logging geofisika dilakukan setelah selesainya kegiatan
pemboran untuk mendapatkan informasi dari lubang bor tersebut. Informasi ini
meliputi berbagai data menurut bentuk-bentuk fisik dari lapisan batuan yang
ditembus oleh bor. Pemboran yang dilakukan memerlukan biaya yang cukup
3-11
mahal, maka dari itu kita harus memaksimalkan perolehan informasi yang
bermanfaat, karena ongkos pengadaan data logging lebih rendah dibandingkan
pengeborannya.
Informasi yang didapatkan dari pelaksanaan logging geofisika dilubang bor
antara lain :
1. Kedalaman dan thickness berbagai lapisan yang ditembus alat bor.
2. Untuk mengetahui garis diameter lubang bor
3. Data bentuk kurva (seperti densitas, gamma, resitivity) akan menyajikan
penentuan geologi yang tepat.
4. Pemeriksaan kondisi aktual pada bor yang dapat mengidentifikasi sumber
dengan air yang baik.
Geophysical Logging diperlukan dalam eksplorasi batubara untuk
membantu menyediakan informasi lubang bor dari suatu lokasi pengamatan. Hasil
dari sebuah logging dapat membantu memperkuat hasil sampel pemboran. Secara
umum, logging geofisika untuk drill hole terdiri atas caliper, gamma, singlepoint
resistance, spontaneous potential, normal resistivity, electromagnetic induction,
fluid resistivity, temperature.
Secara umum, kombinasi metode logging yang digunakan dalam eksplorasi
batubara adalah electric log, gamma ray log, density log, neutron
log dan acoustic velocity log. Dalam kegiatan logging yang ada dilakukan
kombinasi penggunaan metode logging untuk saling memperkuat hasil identifikasi
dari metode lainnya. Setiap metode log memiliki keterbatasan terhadap
identifikasi bawah permukaan. Misalnya, dengan satu jenis metode log, batuan A
dapat teridentifikasi, akan tetapi batuan B tidak. Hal seperti ini, banyak terjadi
dalam eksplorasi batubara ketika membedakan batugamping yang sangat resistif
pada log resistivity atau batupasir kuarsa murni pada log gamma terhadap
batubara.

1. Gamma Ray Log


Prinsip pengukuran gamma ray log adalah perekaman radioaktivitas
alami bumi. Radioaktivitas gamma ray berasal dari unsur-unsur radioaktif yang
ada dalam batuan yaitu uranium (U), thorium (Th) dan potasium (K), yang

3-12
secara continue memancarkan sinar gamma dalam bentuk pulsapulsa energi
radiasi tinggi. Sinar gamma ini mampu menembus batuan dan dideteksi oleh
sensor sinar gamma yang umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap gamma ray
yang terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik pada detektor. Parameter yang
direkam adalah jumlah dari pulsa yang tercatat per satuan waktu.
Kegunaan log gamma ray yaitu sebagai berikut:
a. Evaluasi kandungan shale (V shale ).
b. Menentukan lapisan permeabel dan non permeabel berdasarkan sifat
radioaktif.
c. Ketebalan lapisan batuan.
d. Korelasi antar sumur
Cara membaca repon gamma untuk mendapatkan batas litologi adalah
dengan cara mengambil sepertiga antara respon maksimal dan respon minimal.
Cara ini merupakan aturan yang ditara-ratakan untuk mendapat ketelitian batas
litologi. Biasanya aturan demikian cukup teliti untuk lapisan batubara yang tidak
banyak mengandung lapisan pemisah (parting) di dalamnya.
2 . Log density
Log density merupakan suatu tipe log porositas yang mengukur densitas
elektron suatu formasi. Prinsip kerja log density yaitu suatu sumber radioaktif dari
alat pengukur di pancarkan sinar gamma dengan intensitas energy tertentu
menembus formasi atau batuan. Batuan terbentuk dari butiran mineral, mineral
tersusun dari atom-atom yang terdiri dari proton dan elektron. Partikel sinar
gamma bertumbukan dengan elektron-elektron dalam batuan. Akibat tumbukan ini
sinar gamma akan mengalami pengurangan energi (loose energy). Energi yang
kembali sesudah mengalami benturan akan diterima oleh detektor yang berjarak
tertentu dengan sumbernya. Kandungan komponen kuarsa, seperti kuarsa
yang berbutir halus dapat memberikan efek yang sangat besar dalam pembacaan
density log. Hal tersebut dapat menyebabkan porositas semu batubara akan
menurun sedangkan densitas batubara akan meningkat. Semakin lemahnya energi
yang kembali menunjukkan semakin banyaknya elektron-elektron dalam batuan,
yang berarti semakin banyak, padat butiran, mineral penyusun batuan persatuan
volume. Cara membaca repon density untuk mendapatkan batas litologi adalah
dengan cara mengambil setangah antara respon maksimal dan respon minimal
3 . Resistivity Log
3-13
Resitivity Log Digunakan untuk merekam tahanan jenis batuan terhadap arus
arus listrik yang melaluinya sehingga dapat ditentukan jenis-jenis litologi yang
ada pada sumur bor.
4 . Spontaneous Potential
Spontaneous pontential merupakan rekaman perbedaan potensi elektroda
yang bergerak di dalam lubang bor dengan elektroda di permukaan. Lubang bor
harus terlebih dahulu diisi dengan lumpur konduktif. Satunya adalah milivolt. Log
SP dapat digunakan untuk memberikan indikasi secara kualitatif kadar serpih
dalam batuan.
(Anonim, 2016b)

3.5. Pengolahan Data


Pengolahan data adalah manipulasi dari data ke dalam bentuk yang lebih
berguna dan lebih berarti, berupa suatu informasi. Pengolahan data yang
dilakukan dengan mengkorelasi tiap titik bor agar mengetahui seam yang sama.
Pengolahan data dibantu dengan menggunakan software sebagai berikut :
1. LogPlot merupakan program yang digunakan untuk mengolah data hasil
pengeboran baik eksplorasi, eksploitasi, maupun geoteknik, bisa juga untuk
membuat statigrafi singkapan dan lain-lain.
2. Rockworks merupakan salah satu software geological data management &
analysis begitu disebutkan dari pembuatnya. Adapun kegunaanya adalah
untuk modeling, visualisasi surface dan subsurface serta reporting.
3. AutoCAD merupakan program menggambar yang mampu menghasilkan
gambar-gambar berpresisi tinggi, baik 2D mupun 3D. Dengan gambar 3D,
dapat memvisualisasikan desain secara lebih jelas dan realistik.
Korelasi merupakan salah satu teknik analisis dalam statistik yang
digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang bersifat kuantitatif.
Dua variabel dikatakan berkolerasi apabila perubahan pada variabel yang satu
akan diikuti perubahan variabel dengan arah yang sama (korelasi positif) atau
berlawanan (korelasi negatif).
(Anonim, 2016f)

3-14

Anda mungkin juga menyukai