DASAR TEORI
3-1
3. Menyusun skala prioritas berdasarkan gambaran kondisi daerah target
eksplorasi.
4. Melakukan survei geologi pendahuluan dan pengambilan beberapa contoh
untuk dapat menghasilkan gambaran awal berdasarkan kriteria seleksi geologi
yang telah ditetapkan pada daerah terpilih.
5. Mencari informasi pada tambang-tambang endapan sejenis yang telah ditutup
maupun sedang beroperasi, dan mencoba menerapkannya jika mempunyai
kondisi geologi yang mirip.
6. Jika beberapa pendekatan memberikan hasil yang positif, maka perlu
disiapkan suatu program sosialisasi dengan komunitas lokal, berupa transfer
informasi/gambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan.
7. Menyusun program dan budget eksplorasi untuk pekerjaan-pekerjaan lanjutan.
Metode Eksplorasi terbagi 2 yaitu sebagai berikut :
1. Metode Eksplorasi Langsung
Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan
dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah
permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi
megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling terhadap objek yang
dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan
langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode eksplorasi
langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi
(tahap awal s/d detail). Beberapa metode (aspek) yang akan dibahas sehubungan
dengan Metode Eksplorasi Langsung ini adalah :
a. Pemetaan Geologi suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi
permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang
dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan
(lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang
mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain
pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan
tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.
b. Parit Uji di buat untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan
perlapisan, struktur tanah dan lain-lain. Pada Pembuatan parit memiliki
keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang tipis, karena
pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat
hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak
3-2
efektif dan ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus
ore body dan jika pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan
parit harus tegak lurus dengan arah arus sungai.
c. Sumur Uji untuk mendapatkan hasil lebih akurat dari pembuatan parit uji,
sumur uji dibuat dengan menggali lubang sedalam 10 sampai 20 meter. Pada
pembuatan sumur uji harus diperhatikan beberapa faktor, seperti adanya
bongkahan bongkahan yang akan mempersulit dalam proses penggalian. Faktor
lain yang juga harus diperhatikan adalah adanya air yang akan menyulitkan
dalam proses penggalian dan pada proses pengamatan struktur batuan yang ada
pada sumur uji yang telah dibuat. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dari
penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya gas beracun, dan lain-
lain.
d. Pemboran Eksplorasi adalah suatu kegiatan pembuatan lubang berdiameter
kecil pada suatu target eksplorasi dengan kedalaman mencakup ratusan meter
untuk memperoleh data yang representatif.
2. Metode Eksplorasi Tidak Langsung
Metode eksplorasi tidak langsung adalah kegiatan eksplorasi yang dilakukan
dengan tidak berhubungan langsung dengan bahan atau endapan bahan galian
yang dicari. Kegiatan eksplorasi ini dilakukan melalui mengamati atau
menganalisis kelainan kelainan sifat sifat baik itu sifat fisik maupun sifat kimia
dari batuan. Ada beberapa metode yang umum digunakan untuk melakukan
eksplorasi tidak langsung diantaranya adalah:
a. Metode Geofisika dilakukan berdasarkan perbedaan dari sifat fisik dari batuan,
mineral dan bijih dari endapan yang diukur. Secara umum eksplorasi geofisika
dilakukan dengan beberapa metode antara lain yaitu metode magnetik, metode
geolistrik, metode seismik.
b. Metode Geokimia, eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada
pengukuran kelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur unsur bijih atau unsur
unsur yang berhubungan erat dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan
bijih. Secara sederhana eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara
sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai
3-3
aktif, vegetasi, air, atau gas untuk mendapatkan anomali geokimia yaitu
konsentrai abnormal dari unsur tertentu yang kontras terhadap lingkungannya.
c. Survey geolistrik, jenis-jenis metode geolistrik jenis-jenis metode geolistrik
yaitu metode tahanan jenis, metode polarisasi terimbas (Induced Polarization),
metode potensial diri.
(Anonim, 2016e)
Informasi dari drill hole dapat diperoleh dari beberapa sumber yaitu batuan,
inti bor atau sludge, geofisika bawah permukaan dan informasi dari hasil
pemboran. Pada bagian ini akan lebih ditekankan pada pengamatan geologi.
a. Pemboran inti (Coring)
3-4
Core recovery (CR) atau perolehan inti sangat penting, biasanya dinyatakan
dalam persen volume. Jika CR kurang dari 8590% maka inti bor tersebut masih
diragukan nilainya, hal ini berarti terjadi loss selama pemboran dan inti bor
tersebut tidak menunjukkan conto yang sebenarnya. Logging biasanya dilakukan
di lokasi bor untuk menentukan apakah pemboran dilanjutkan atau dihentikan.
Beberapa organisasi memiliki prosedur standar dalam logging inti bor dan
terminologi standar untuk mendeskripsikan sifat geologi. Logging awal pada
lokasi bor biasanya dilengkapi dengan hasil analisis inti bor. Dari logging awal ini
biasanya diperoleh data tentang gambaran umum struktur (rekahan dan orientasi)
juga litologi (warna, tekstur, mineralogi, alterasi dan nama batuan) serta core
recovery. Deskripsi harus dilakukan secara sistematis menyangkut kualitas dan
kuantitasnya.
Potongan batuan dari hasil cutting dapat dikumpulkan selama pemboran,
keduanya menggambarkan batuan yang dipotong oleh mata bor intan. Pemboran
dengan menggunakan sirkulasi udara pada lubang dangkal biasanya menghasilkan
cutting yang sangat cepat ke permukaan. Namun demikian dengan pemboran inti
sirkulasi air untuk lubang yang dalam sering terjadi cutting lambat naik ke
permukaan, hal ini dapat dilihat bahwa untuk kedalaman 1000 m cutting dapat
diambil dalam waktu 2030 menit ke permukaan sehingga biasanya sludge yang
dianalisis dahulu selama pemboran.
b. Pemboran Non-Coring
Dalam pemboran non-coring dapat diperoleh pada selang 12 m dalam
keadaan kering dan dikumpulkan pada sisi lokasi bor, setelah dicuci conto tersebut
lebih mudah untuk dianalisis secara mikroskopi. Conto tersebut dapat juga
didulang untuk memperoleh mineral berat dan kemudian diberi perekat dan
disusun sesuai interval untuk memberikan gambaran drill hole tersebut.
(Anonim, 2016c)
3.2.2. Peralatan Pemboran
3-5
Mesin bor merupakan sumber energi penggerak utama yang
mengkonversikan energi dari bentuk asal (fluida, elektrik, pneumatik, atau
penggerak mesin combustion) ke energi mekanik untuk mengfungsikan sistem.
b. Mesin sirkulasi fluida
Jika fluida bor yang digunakan adalah lumpur, maka sebagai sumber tenaga
adalah pompa lumpur, dan jika fluida bor yang digunakan adalah udara maka
sumber tenaganya adalah kompresor.
c. Stang Bor
Stang bor merupakan pipa yang terbuat dari baja, dimana bagian pipa ujung-
ujungnya terdapat ulir, dimana fungsinya sebagai penghubung antara dua buah
stang bor. Dalam kegiatan pemboran, stang bor berfungsi untuk menstranmisikan
putaran, tekanan, dan tumbukan yang dihasilkan oleh mesin bor menuju mata bor.
Juga sebagai jalan keluar-masuknya fluida bor.
d. Mata Bor
Mata bor merupakan salah satu komponen dalam pemboran yang digunakan
khususnya sebagai alat pembuat lubang (hole making tool). Gaya yang bekerja
pada bit agar bit dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan secara garis besar
terbagi atas dua macam, yaitu gaya dorong dan gaya putar. Keefektifan penetrasi
yang dilakukan pada pemboran tergantung pada kedua gaya jenis ini. Gaya
dorong dapat dihasilkan melalui tumbukan yang dilakukan pada pemboran
tumbuk, pemuatan bit, tekanan di bawah permukaan. Gaya putar dapat dihasilakan
pada mekanisme pemboran putar dengan bantuan mesin putar mekanik yang dapat
memutar bit (setelah ditransmisikan oleh stang bor) dan dengan bantuan gaya
dorong static mengabrasi batuan yang ditembus. Gaya dorong yang bersifat static
yang secara tidak langsung turut menunjang gaya- gaya tersebut di atas misalnya
berat dari stang bor dan berat rig.
(Anonim, 2016a)
3-6
batuan, kedalaman dan keahlian juru bor. Seorang juru bor harus
mempertimbangkan berapa besar volume fluida yang akan digunakan, besar
tekanan yang akan dipakai, besarnya perubahan putaran dan pemilihan mata bor
yang benar. Sampai sekarang belum ada kondisi baku untuk menentukan faktor
kritis penggunaan mata bor jika kita menginginkan optimasi pemboran yang
efisien. Pemboran sampai kedalaman 10 m/jam mungkin saja terjadi tergantung
kepada kemampuan juru bor yang menanganinya dan juga kondisi batuan yang
dibor. Pada tabel 3.1. beberapa masalah dalam pemboran dan perkiraan solusi
pada permasalahan tersebut.
Tabel 3.1.
Beberapa Permasalahan dalam Pemboran dan Perkiraan Solusinya
No Permasalahan Solusi
1 Stang Bor Terjepit (Stuck) - Tekanan dan viskositas fluida (air)
diperbesar
- Ditarik memekai hoist/dongkrak
- Diputar dan ditekan dengan kuat
(Anonim, 2016)
3-8
Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling awal dengan
tujuan mengindentifikasi daerahdaerah yang secara geologis mengandung
endapan batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta
mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tata guna lahan dan
kesampaian daerah. Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional, penafsiran
penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan
pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya
1:100.000.
2) Prospeksi (Prospecting)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan
batubara yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini di antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal
1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan
sumuran, pemboran uji (scout drilling), pencontohan dan analisis. Metode
eksplorasi tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika, dapat dilaksanakan
apabila dianggap perlu.
3) Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal bentuk
tiga-dimensi endapan batubara yang meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi,
sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan yang dilakukan antara lain,
pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran
dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging)
geofisika, pembuatan sumuran atau paritan uji dan pencontohan yang lebih lanjut.
Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi mulai dapat dilakukan.
4) Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas
serta model tiga-dimensi endapan batubara secara lebih rinci. Kegiatan yang harus
dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000,
pemboran dan pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan
kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, serta pengkajian
geohidrologi dan geoteknik. Pada tahap ini perlu dilakukan penyelidikan
pendahuluan pada batubara, batuan, air dan lainnya yang dipandang perlu sebagai
3-9
bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan dengan rencana kegiatan
penambangan yang diajukan.
Klasifikasi sumberdaya batubara menurut Standar Nasional Indosia (SNI)
5015:2011, adalah sebagai berikut :
a. Sumberdaya Batubara Tereka (inferred coal resource)
bagian dari total estimasi sumberdaya batubara yang kualitas dan
kuantitasnya hanya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang rendah.
Titik lnformasi yang mungkin didukung oleh data pendukung tidak cukup untuk
membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya. Estimasi dari
kategori kepercayaan ini dapat berubah secara berarti dengan eksplorasi lanjut.
3-10
bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk yang dapai ditambang secara
ekonomis setelah faktor-faktor penyesuai terkait diterapkan, dapat juga sebagai
bagian dari sumberdaya batubara terukur yang dapat ditambang secara ekonomis,
tetapi ada ketidakpastian pada salah satu atau semua faktor penyesuai yang terkait
diterapkan.
b. Cadangan Batubara Terbukti (proved coal reserve)
Bagian yang dapat ditambang secara ekonomis dari sumberdaya
batubara terukur setelah faktor-faktor penyesuai yang terkait diterapkan.
3-12
secara continue memancarkan sinar gamma dalam bentuk pulsapulsa energi
radiasi tinggi. Sinar gamma ini mampu menembus batuan dan dideteksi oleh
sensor sinar gamma yang umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap gamma ray
yang terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik pada detektor. Parameter yang
direkam adalah jumlah dari pulsa yang tercatat per satuan waktu.
Kegunaan log gamma ray yaitu sebagai berikut:
a. Evaluasi kandungan shale (V shale ).
b. Menentukan lapisan permeabel dan non permeabel berdasarkan sifat
radioaktif.
c. Ketebalan lapisan batuan.
d. Korelasi antar sumur
Cara membaca repon gamma untuk mendapatkan batas litologi adalah
dengan cara mengambil sepertiga antara respon maksimal dan respon minimal.
Cara ini merupakan aturan yang ditara-ratakan untuk mendapat ketelitian batas
litologi. Biasanya aturan demikian cukup teliti untuk lapisan batubara yang tidak
banyak mengandung lapisan pemisah (parting) di dalamnya.
2 . Log density
Log density merupakan suatu tipe log porositas yang mengukur densitas
elektron suatu formasi. Prinsip kerja log density yaitu suatu sumber radioaktif dari
alat pengukur di pancarkan sinar gamma dengan intensitas energy tertentu
menembus formasi atau batuan. Batuan terbentuk dari butiran mineral, mineral
tersusun dari atom-atom yang terdiri dari proton dan elektron. Partikel sinar
gamma bertumbukan dengan elektron-elektron dalam batuan. Akibat tumbukan ini
sinar gamma akan mengalami pengurangan energi (loose energy). Energi yang
kembali sesudah mengalami benturan akan diterima oleh detektor yang berjarak
tertentu dengan sumbernya. Kandungan komponen kuarsa, seperti kuarsa
yang berbutir halus dapat memberikan efek yang sangat besar dalam pembacaan
density log. Hal tersebut dapat menyebabkan porositas semu batubara akan
menurun sedangkan densitas batubara akan meningkat. Semakin lemahnya energi
yang kembali menunjukkan semakin banyaknya elektron-elektron dalam batuan,
yang berarti semakin banyak, padat butiran, mineral penyusun batuan persatuan
volume. Cara membaca repon density untuk mendapatkan batas litologi adalah
dengan cara mengambil setangah antara respon maksimal dan respon minimal
3 . Resistivity Log
3-13
Resitivity Log Digunakan untuk merekam tahanan jenis batuan terhadap arus
arus listrik yang melaluinya sehingga dapat ditentukan jenis-jenis litologi yang
ada pada sumur bor.
4 . Spontaneous Potential
Spontaneous pontential merupakan rekaman perbedaan potensi elektroda
yang bergerak di dalam lubang bor dengan elektroda di permukaan. Lubang bor
harus terlebih dahulu diisi dengan lumpur konduktif. Satunya adalah milivolt. Log
SP dapat digunakan untuk memberikan indikasi secara kualitatif kadar serpih
dalam batuan.
(Anonim, 2016b)
3-14