Finish
Finish
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya-karya yang terlahir dari seseorang atau sekelompok orang
menghasilkan sesuatu yang berguna perlu di akui dan dilindungi, agar hasil karya
yang telah dibuat tidak ditiru atau diklaim oleh orang lain. Oleh karna itu
Pemerintah membuat perlindungan hukum atas kekayaan intelektual untuk hasil
karya agar tidak diklaim atau ditiru orang lain berupa HAKI ( Hak Asasi Kekayaan
Intelektual ). Untuk tingkat Internasional organisasi yang mewadai Hak Kekayaan
Intelektual (Convention Establishing The World Intellectual Property Organization /
WIPO) berdiri pada tahun 1970.
Hak Asasi Kekayaan Intelektual di Indonesia sangat sekali dibutuhkan
sebagai pelindung hasil ciptaan, penyebarluasan hasil karya dan untuk menunjang
perkembangan kemajuan teknologi, agar masyarakat Indonesia mampu bersaing
di Pasar Internasional. Karena sudah mulai banyaknya kasus-kasus yang di
dalamnya melibatkan kekayaan intelektual. Dengan adanya Undang-Undang HAKI
diharapkan dapat lebih mengatur tentang hak-hak seseorang terhadap karyanya,
dan juga dapat menjerat pelaku kejahatan HAKI.
Di Republik Rakyat Tiongkok, ada pepatah Shanghai yang mengatakan di
sana semua bisa ditiru, kecuali ibu Anda. Jadi mobil Mercedes atau BMW, jam
Rolex, sepatu Bally, dan sebut apa saja bisa dijiplak. Namun hak kekayaan
intelektual (HKI) mengatur agar peniruan itu berada dalam norma, tidak merugikan
orang lain. Investor ingin mendapat jaminan agar proses pembuatan produknya,
termasuk yang diekspor ke suatu negara, tidak akan ditiru oleh siapa pun. Proses
produksi tersebut perlu dilindungi dengan sistem HKI. Itulah yang hendak dicapai
dengan konsep hak kekayaan intelektual, yang dewasa ini secara internasional
tercantum dalam WTO Agreement/Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights (TRIPs) setelah melalui perundingan dan keberatan dari Negara-negara
berkembang. Salah satu alasan penandatanganan TRIPs oleh negara negara
berkembang yaitu agar investor asing mau datang. Konsekuensi dari keikutsertaan
adalah melakukan perombakan atau penyesuaian atas legislasi nasional dibidang
HKI. Indonesia ikut mereformasi praktis semua undang-undang tentang HKI,
namun tidak semata-mata didorong oleh keanggotaan kita dalam TRIPs, tapi
karena kebutuhan nasional yang berunsurkan dimensi lokal. Seluruh undang-
undang tersebut masih berlaku kecuali UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta, yang sekarang sudah diganti dengan UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta. 1
________________________________
1
Achmad Zen Umar Purba, Hukum dalam kolom, Jakarta:Tempo Publishing,2016, halaman 133-134
2
D. Metode Penulisan
1. Observasi Data
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara mengamati, menyelidiki,
mendengar, dan mencari sumbersumber dari ditemukan atau refrensi
(studi pustaka).
2. Diskusi Kelompok
Yaitu cara pengumpulan data dengan mendiskusikan materimateri yang
berkaitan dengan kelompok Pengantar Hukum Bisnis.
3
E. Sistematika Penulisan
BAB I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, maksud dan
tujuan, ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II adalah
tinjauan teoritis yang berisikan prinsip prinsip yang ada hubungannya dengan
permasalahan yng meliputi topik.
BAB III adalah hasil penelitian dan pembahasan, pelaksanaan berhubungan
dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI). BAB IV adalah hasil diskusi kelas
antara kelompok. BAB V adalah penutup, dengan adanya kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka adalah diambil hasil dari buku dan artikel. Lampiran adalah bahan
presentasi, kegiatan dalam gambar, dan biodata kelompok.
4
BAB II
POKOK PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka secara umum pokok
permasalahan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan HaKI?
2. Apa saja ruang lingkup HaKI?
3. Apa pengertian dan landasan hukum dari hak cipta, hak paten, desain
industry, hak merek, perlindungan varietas tanaman, rahasia dagang, dan
desain tata letak sirkuit terpadu?
4. Bagaimana sifat dan dasar hukum HaKI?
5. Mengapa HaKI itu penting?
6. Bagaimana sejarah perkembangan perlindungan HaKI di Indonesia?
7. Analisis Kasus?
5
BAB III
PEMBAHASAN
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Hak eksklusif yaitu hak yang dimiliki oleh seorang Pencipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu Ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.5 Maka seseorang
tidak boleh mengumumkan atau meperbanyak ciptaan seseorang tanpa izin
pemilik Hak Ciptanya.
____________________________
4
Ok.Saidin.Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual.Depok:RajaGrafindo Persada,2015, halaman. 191
5
Muhamad Djumhana dan Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014,
halaman 70
8
ekonom atas Ciptaan.6 Pencipta atau Pemegang Hak Cipta memiliki hak
ekonomi untuk melakukan:
1) Penerbitan Ciptaan;
2) Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;
3) Penerjemahan Ciptaan;
4) Pengadaptasian, Pengarasemenan, atau Pentransformasian
Ciptaan;
5) Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
6) Pertunjukan Ciptaan;
7) Pengumuman Ciptaan;
8) Komunikasi Ciptaan; dan
9) Penyewaan Ciptaan.
Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi tersebut wajib
mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Setiap Orang yang
tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan
Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan. 7
______________________________________
6
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 8
7
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 8
10
Permainan video;
Program komputer;
Perwajahan karya tulis;
Terjemahan, Tafsir, Saduran, Bunga rampai, Basis data,
Adaptasi, Aransemen, Modifikasi dan karya lain dari hasil
transformasi;
Terjemahan, Adaptasi, Aransemen, Transformasi atau
modifikasi ekspresi budaya tradisional;
Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat
dibaca dengan program komputer atau media lainnya; dan
b. Merk (Trademark)
Merk adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersbut yang
memiliki daya pembeda dan dipergunakan dalam kegiatan perdagangan
barang dan jasa.
9
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 42
13
yang mengandung nilai estetika dan dapat diwujudkan dalam pola tiga
dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu
produk, barang atau komoditi industri dan kerajinan tangan.
C. Pengertian dan Dasar Hukum dari Hak Cipta (Copyrights), Paten (Patent),
Desain Industri (Industrial Design) dan Merek (Trademark), Perlindungan
Varietas Tanaman (Plant Variety Protection), Rahasia Dagang
(Trade Secret), Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Layout Design of
Integrated Circuit)
11
Candra Irawan, Politik Hukum Hak Kekayaan Intelektual Indonesia Kritik Tehadap WTO/TRIPs Agreement dan Upaya
Membangun Hukum Kekayaan Intelektual Demi Kepentingan Nasional, Mandar Maju:Bandung, 2011, halaman 1
16
logika yang bekerja dalam ekonomi. Bentuk standarisasi hukum tersebut adalah
pengaturan mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual sebagaimana yang
disepakati dalam TRIPs Agreement.
Undang Merek tahun 1885, Undang-Undang Paten tahun 1910, dan Undang-
Undang Hak Cipta tahun 1912. Indonesia yang pada waktu itu masih bernama
Netherlands East-Indies telah menjadi angota Paris Convention for the Protection
of Industrial Property sejak tahun 1888, anggota Madrid Convention dari tahun
1893 sampai dengan 1936, dan anggota Berne Convention for the Protection of
Literaty and Artistic Works sejak tahun 1914. Pada zaman pendudukan Jepang
yaitu tahun 1942 sampai dengan 1945, semua peraturan perundang-undangan di
bidang Hak atas Kekayaan Intelektual tersebut tetap berlaku. Pada tanggal 17
Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.
Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945, seluruh peraturan
perundang-undangan peninggalan kolonial Belanda tetap berlaku selama tidak
bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU Merek tetap berlaku,
namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang dianggap bertentangan
dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam UU Paten
peninggalan Belanda, permohonan Paten dapat diajukan di Kantor Paten yang
berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas permohonan
Paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di Belanda
1. Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman
yang merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur
tentang Paten, yaitu Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.S 5/41/4,
yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan Paten dalam
negeri, dan Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.G 1/2/17 yang
mengatur tentang pengajuan sementara permintaan paten luar negeri.
2. Pada tanggal 11 Oktober 1961 Pemerintah RI mengundangkan UU No.
21 tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan untuk
mengganti UU Merek Kolonial Belanda. UU No. 21 Tahun 1961 mulai
berlaku tanggal 11 November 1961. Penetapan UU Merek ini untuk
melindungi masyarakat dari barang-barang tiruan atau bajakan.
3. 10 Mei 1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris Paris Convention for
the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967)
berdasarkan keputusan Presiden No. 24 tahun 1979. Partisipasi
Indonesia dalam Konvensi Paris saat itu belum penuh karena Indonesia
membuat pengecualian (reservasi) terhadap sejumlah ketentuan, yaitu
Pasal 1 sampai dengan 12 dan Pasal 28 ayat 1.
4. Pada tanggal 12 April 1982 pemerintah mengesahkan UU No. 6 tahun
1982 tentang Hak Cipta untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan
Belanda. Pengesahan UU Hak Cipta tahun 1982 dimaksudkan untuk
mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil
kebudayaan di bidang karya ilmu, seni, dan sastra serta mempercepat
pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.
5. Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era moderen sistem Hak atas
Kekayaan Intelektual di tanah air. Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI
19
14. Pada tahun 2000 pula disahkan UU No. 29 tahun 2000 Tentang
Perlindungan Varietas Tanaman dan mulai berlaku efektif sejak tahun
2004.
15. . Tahun 2014 disahkannya UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta menggantikan UU yang lama.
16. Dengan demikian, perangkat peraturan perundang-undangan di bidang
Hak atas Kekayaan Intelektual di Indonesia sampai saat ini sudah
lengkap. Namun, hal tersebut masih belum banyak diketahui oleh
masyarakat. Hal ini dihadapkan pula pada masih
rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
Hak atas Kekayaan Intelektual. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan
dan pemahaman masyarakat tentang HaKI perlu terus menerus
ditingkatkan melalui berbagai kegiatan sosialisasi kepada masyarakat.
Adanya pemahaman maka terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual
maka para warga masyarakat akan menghargai karya-karya yang
dilindungi oleh hukum hak kekayaan intelektual. Selain itu, anggota
masyarakat berkreasi untuk menghasilkan karya yang dapat dilindungi
oleh hak kekayaan intelektual.
G. Analisis Kasus
Dikaitkan dengan kasus yang ada suatu merek tidak dapat didaftar atas
dasar permohonan yang diajukan pemohon yang beritikat tidak baik dan pemohon
ada niat dan sengaja untuk meniru, membonceng atau menjiplak ketenaran merek
lain demi kepentingan usahanya yang mengakibatkan menimbulkan kerugian
pihak lain atau menyesatkan konsumen. Pemohon adalah pihak yang mengajukan
permohonan. Permohonan yaitu permintaan pendaftaran merek yang diajukan
secara tertulis kepada Direktorat Jenderal. Direktorat Jenderal adalah Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di bawah departemen yang
dipimpin oleh Menteri.
Pendaftaran suatu merek berfungsi sebagai berikut:
1. Untuk barang bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang terdaftar,
2. Dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhannya atau sama
pada pokoknya yang dimohonkan oleh permohonan lain untuk barang atau
jasa sejenis,
3. Dan untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan
atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang atau jasa sejenis.
4. Syarat dan Tata cara Permohonan Pendaftaran Merek menurut Undang-
Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek terdapat pada pasal 7 yaitu:
a. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal dengan mencantumkan:
- Tanggal, bulan, dan tahun;
- Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;
21
mempunyai persamaan baik dalam tulisan ucapan kata, maupun suara dengan
merek dagang yang lain yang sudah terlebih dulu dipakai dan didaftarkan,
walaupun kedua barang tersebut tergolong tidak sejenis terutama bila hal tersebut
berkaitan dengan merek dagang yang sudah terkenal didunia internasional.
Dalam kasus ini Mahkamah Agung konsisten pada putusannya dalam
perkara merek terkenal Seven Up LANVIN DUNHILL: MA-RI No. 689
K/SIP/1983 dan MA-RI No. 370 K/SIP/1983, yang isinya sebagai berikut: Suatu
pendaftaran merek dapat dibatalkan karena mempunyai persamaan dalam
keseluruhan dengan suatu merek yang terdahulu dipakai atau didaftarkan,
walaupun untuk barang yang tidak sejenis, terutama jika menyangkut merek
dagang terkenal. Pengadilan tidak seharusnya melindungi itikad buruk Tergugat I.
Tindakan Tergugat I, tidak saja melanggar hak Penggugat tetapi juga melanggar
ketertiban umum di bidang perdagangan serta kepentingan khalayak ramai.
Setelah memeriksa perkara ini Mahkamah Agung dalam putusannya
berpendirian bahwa judex facti salah menerapkan hukum, Pengadilan Negeri
mengesampingkan kenyataan bahwa Penggugat adalah pemakai pertama dari
merek LOTTO di Indonesia. Ini merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan
perlindungan hukum menurut UU Merek No. 21 tahun 1961. Sementara itu,
Tergugat I tidak dapat mengajukan bukti-bukti yang sah dengan tidak dapat
membuktikan keaslian bukti-bukti yang diajukannya.
Sehingga putusannya harus dibatalkan selanjutnya, Mahkamah Agung akan
mengadili sendiri perkara ini. Pendirian Mahkamah Agung tersebut di dasari oleh
alasan juridis yang intinya sebagai berikut :
- Newk Plus Four Far East Ltd, Singapore telah mendaftarkan merek
LOTTO di Direktorat Paten & Merek Departemen Kehakiman RI tanggal
29/6/1976 dan 4-3-1985.
- Merek LOTTO secara umum telah terkenal di kalangan masyarakat
sebagai merek dagang dari luar negeri. Merek tersebut mempunyai ciri
umum untuk melengkapi seseorang yang berpakaian biasa atau
berkaitan olah raga beserta perlengkapannya.
- Merek LOTTO, yang didaftarkan Tergugat I adalah jenis barang handuk
dan saputangan, pada 6 Oktober 1984.
- Mahkamah Agung berpendapat, walaupun barang yang didaftarkan
Tergugat I berbeda dengan yang didaftarkan Penggugat, tetapi jenis
barang yang didaftarkan Tergugat I tergolong perlengkapan berpakaian
seseorang. Dengan mendaftarkan dua barang yang termasuk dalam
kelompok barang sejenis kelengkapan berpakaian seseorang dengan
merek yang sama, dengan kelompok barang yang telah didaftarkan lebih
dahulu, Mahkamah Agung menyimpulkan Tergugat I ingin dengan mudah
mendapatkan keuntungan dengan cara menumpang keterkenalan satu
merek yang telah ada dan beredar di masyarakat. Hal ini berarti Tergugat
I dalam prilaku perdagangannya yaitu menggunakan merek perniagaan
23
yang telah ada merupakan perbuatan yang bersifat tidak jujur, tidak patut
atau tidak mempunyai itikad baik.
BAB IV
HASIL DISKUSI KELAS
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi
kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu,
karya tulis, karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia.
Ruang Lingkup Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) pada prinsipnya HaKI
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: Cipta (Copyrights) dan hak kekayaan industri,
lalu hak kekayaan industri terdiri dari paten, merek, desain industri, desain tata
letak sirkuit terpadu, rahasia dagang, indikasi.
Pengertian dan Dasar Hukum dari Hak Cipta (Copyrights), Paten (Patent),
Desain Industri (Industrial Design) dan Merek (Trademark), Perlindungan Varietas
Tanaman (Plant Variety Protection), Rahasia Dagang (Trade Secret), Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu (Layout Design of Integrated Circuit)
Hukum yang mengatur Hak atas Kekayaan Intelektual bersifat teritorial,
pendaftaran ataupun penegakan Hak atas Kekayaan Intelektual harus dilakukan
secara terpisah di masing-masing yurisdiksi bersangkutan. Dan Dasar Hukum Hak
atas Kekayaan Intelektual (HaKI), terdiri dari perjanjian Internasional dan undang-
undang di Indonesia.
Pentingnya Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI), Secara umum disepakati
bahwa Hak Kekayaan Intelektual memegang peranan penting dalam pertumbuhan
ekonomi saat ini.
Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang Hak atas
Kekayaan Intelektual di Indonesia telah ada sejak tahun 1840. Pemerintah kolonial
Belanda memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HaKI
pada tahun 1844. Selanjutnya, pemerintah Belanda mengundangkan Undang-
Undang Merek tahun 1885, Undang-Undang Paten tahun 1910, dan Undang-
Undang Hak Cipta tahun 1912. Indonesia yang pada waktu itu masih bernama
Netherlands East-Indies telah menjadi angota Paris Convention for the Protection
of Industrial Property sejak tahun 1888, anggota Madrid Convention dari tahun
1893 sampai dengan 1936, dan anggota Berne Convention for the Protection of
Literaty and Artistic Works sejak tahun 1914. Pada zaman pendudukan Jepang
yaitu tahun 1942 sampai dengan 1945, semua peraturan perundang-undangan di
bidang Hak atas Kekayaan Intelektual tersebut tetap berlaku.
Analisis Kasus, dikaitkan dengan kasus yang ada suatu merek tidak dapat
didaftar atas dasar permohonan yang diajukan pemohon yang beritikat tidak baik
dan pemohon ada niat dan sengaja untuk meniru, membonceng atau menjiplak
ketenaran merek lain demi kepentingan usahanya yang mengakibatkan
menimbulkan kerugian pihak lain atau menyesatkan konsumen.
26
B. Saran
Ditinjau dari sudut perangkat perundang-undangan, Indonesia sudah
mempunyai perangkat yang cukup di bidang HaKI. Namun pengetahuan tentang
HaKI dan perangkat perundang-undangan dimasyarakat dirasakan masih kurang
dan perlu ditingkatkan, sehingga perlindungan HaKI betul-betul dapat ditegakkan
sebagai mana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Djumhana, Muhamad dan R. Djubaedillah, 2014, Hak Milik Intelektual,
Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Saidin, Ok, 2015, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Purba, Achmad Zen Umar, 2016, Hukum dalam Kolom, Jakarta : Tempo
Publishing
B. Artikel
perjanjian internasional terkait Hak atas Kekayaan Intelektual yang diratifikasi
oleh Indonesia : '' http://www. academia.edu/12985006/Politik_Hukum_HaKI,
2017
27
BAHAN PRESENTASI
28
29
30
31