KELOMPOK 2:
Ade Rizki Putri Ratih 04031381419058
Dewi Indah Sari 04031381419059
Claudine Radot Pamela B.T 04031381419060
Dona Fiorentina 0403138141906
Dosen Pembimbing :
drg. Siti Rusdiana Puspa Dewi, M.Kes
1) Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) digunakan secara intensif dalam kedokteran gigi
sejak tahun 1920. Saat ini, kalsium hidroksida tersebut paling banyak digunakan sebagai
bahan medikasi.
Sifat sifat kalsium hidroksida yaitu:
a. Memiliki kelarutan dengan air yang rendah
Dengan adanya kelarutan didalam air yang rendah dapat menjadi sifat yang
bermanfaat dalam proses jangka panjang sebelum larut dengan cairan didalam
jaringan ketika berkontak langsung dengan jaringan yang vital.
b. pHnya tinggi (12,5 12,8)
Pasta kalsium hidroksida membunuh bakteri melalui efek pH dengan kontak
langsung terhadap bakteri tersebut, sehingga harus dipenuhi jumlah yang cukup
di daerah apikal agar dapat memberikan efek biologis ke jaringan yang sesuai.
Akan tetapi, kontak langsung bahan ini dengan baktei tidak selalu dapat dicapai
secara klinis.
c. Tidak larut dalam alkohol.
Aktifitas antimikroba kalsium hidroksida adalah melepaskan dan mendifusikan ion
hidroksil (OH-) ke lingkungan yang tinggi alkali (sangat basa) dimana lingkungan
tersebut tidak kondusif untuk kelangsungan hidup mikroorganisme. Tingkat difusi ion
hidroksil lambat karena adanya kapasitas buffer yang berada pada tubulus dentin. Adanya
ion kalsium pada kalsium hidroksida ini tampaknya berguna sebagai efek terapeutik yang
diperantarai melalui ion channel. Selain itu, ion kalsium ini juga sangat berperan dalam
stimulasi sel, migrasi, proliferasi serta mineralisasi.
Kalsium hidroksida ini mempunyai efek yang berbahaya bagi bakteri. Akan tetapi,
efek berbahaya tersebut sangat menguntungkan bagi operator dimana proses tersebut
dipengaruhi oleh beberapa mekanisme, seperti:
a. Secara kimiawi (peran dari senyawa kimia)
Menghancurkan membran sitoplasma dari mikroba yang berasal dari ion
hidroksil.
Supresi aktivitas enzim dan disruption metabolism sel.
Menghambat replikasi DNA dari penggandaan DNA
b. Secara Fisik
Berperan sebagai pertahanan fisik bahwa mengisi ruang di dalam saluran
dan mencegah masuknya bakteri ke dalam sistem saluran akar.
Membunuh mikroorganisme yang layak dengan cara mempertahankan
substrat untuk tumbuh dan membatasi ruang untuk multiplikasi.
Kerugian lain dari kalsium hidroksida adalah sulitnya mengasosiasi dengan cara
mengurangi kalsium hidroksida tersebut dari dinding akar dan efeknya terhadap
penurunan waktu pengerasan semen berbasis seng oksida untuk saluran akar.
Indikasinya:
Dalam pengobatan phoenix abses
Dalam kasus resorpsi
Untuk apexifikasi
Selama pulpotomi
Untuk pengobatan non bedah lesi periapikal
Dalam kasus pulp capping langsung dan tidak langsung
Sebagai sealer untuk obturasi
Untuk mengurangi nyeri pasca operasi setelah lebih instrumentasi,
digunakan dalam kombinasi dengan Ledermix (1: 1)
2) Antibiotik
Penggunaan lokal antibiotik untuk keperluan endodontik pertama kali dikenalkan
pada 1951 ketika Grossman menggunakan pasta poliantibiotik yang dikenal sebagai
PBSC. PBSC mengandung penicillin untuk bakteri gram-positif, bacitracin untuk strain
yang resisten dengan penicillin, streptomisin untuk bakteri gram-negatif, dan carprylate
sodium untuk jamur, dimana senyawa-senyawa ini disuspensikan dalam media silikon.
Meskipun evaluasi klinis menunjukkan bahwa pasta tersebut memiliki efek terapeutik,
akan tetapi komposisi atau campurannya tidak efektif terhadap spesies anaerobik yang
dominan pada infeksi endodontik. Pada 1975, pemerintah Amerika Serikat bidang
makanan dan obat-obatan melarang penggunaan PBSC untuk perawatan endodontik
disebabkan adanya resiko terjadi sensitisasi dan reaksi alergi yang berhubungan dengan
pemakaian penisilin.
RESISTENSI ANTIBIOTIK
Bakteri anaerob gram positif yang sering ditemukan pada saluran akar yang
belum dilakukan perawatan sering menimbulkan ekserbasi akut pada periodontitis apikal
kronis. Sejak penelitian mengungkapkan dinding sel bakteri gram negatif lebih rapuh,
bakteri ini lebih sensitif terhadap biocide dan lebih mudah untuk mengeliminasinya
dibandingkan dengan bakteri gram positif yang anaerob fakultatif. Oleh karena itu,
bakteri bakteri ini telah mampu berkembang atau mengalami resistensi terhadap
antibiotik yang digunakan sehingga saat ini, setiap antibiotik memiliki keterbatasan
penggunaannya dan tidak dapat digunakan dalam jangka waktu perawatan yang panjang.
E.faecialis resisten terhadap antibiotik clindamycin, aminoglikosida,
cephalosporin, vancomycin, dan tetrasiklin. Pada tetrasiklin, resistensi E.faecialis
sebesar 60-80%.
Pada P.intermedia, terdapat resistensi tetrasiklin sebesar 21%
Pada P.nigrescens, terdapat resistensi tetrasiklin sebesar 34%
E.faecialis merupakan bakteri yang paling lama bertahan dalam saluran akar dan
bakteri ini menjadi dominan pada saluran akar yang telah mengalami perawatan. Oleh
karena itu, untuk desinfeksi dari E.faecialis ini harus menggunakan beberapa cara,
seperti:
Penggunaan teknik asepsis, seperti desinfeksi terhadap gigi dan rubber dam
dengan menggunakan CHX atau NaOCl, serta desinfeksi terhadap gutta percha
menggunakan NaOCl pula.
Instrumentasi minimal sepertiga saluran akar pada file ukuran 30 dengan kanal
cukup lancip menuju koronal orifis untuk memungkinkan penetrasi lebih lanjut
dari solusi irigasi.
Melakukan irigasi dengan bahan 1% NaOCl, 17% EDTAC, dan 2% larutan CHX
Melakukan medikasi intrakanal dengan menggunakan 2% gel CHX atau 2% gel
CHX + kalsium hidroksida
Menggunakan semen saluran akar, dimana semen tersebut harus ditempatkan
dengan baik dan disesuaikan dengan restorasi di mahkota gigi.
Kelebihannya:
Toksisitas rendah
Memproduksi fiksasi jaringan pulpa dengan kedalaman terbatas pada bagian
1/3 apikal
Penyebaran sistemik lebih rendah disbanding formocresoll
Kekurangannya:
Adanya reaksi alergi
Gbr. 2. CMCP
Komposisi :
2 bagian para-chlorophenol
+
3 bagian gum camphor
Camphorated monochlorophenol (CMCP)
Gbr. 3. ChKM
e) Cresophene
Cresophene merupakan bahan yang mengandung 3 antiseptik : parachlorophenol,
thymol, camphor dan dexamethasone yang bertujuan untuk mengurangi inflamasi.
Selain itu juga, terdiri dari chlorphenol, hexachlorophene, thymol, dan
dexamethasone, yaitu sebagai anti-phlogisticum. Pemakaian terutama pada gigi
dengan periodontitis tahap awal, apikalis akut yang dapat terjadi misalnya pada
peristiwa over instrumentasi.
Gbr.7. Cresophene
Cara aplikasi :
Pulpa Vital
Setelah pulpotomi dan pembersihan saluran akar secara mekanik, diaplikasikan
ke saluran akar dan dibiarkan selama beberapa menit. Setelah kemudian
dibersihkan dengan paperpoint steril, kemudian saluran akar diisi dengan bahan
pengisi saluran akar yang radiopaque dan non resorbable.
Obat ini ditinggal selama 3-7 hari. Pada kunjungan ke 2, jika gigi bebas gejala dan
saluran sudah steril, bisa dilakukan pengisian saluran akar secara permanen. Jika sterilitas
belum tercapai, maka perawatan diulang sampai tercapai kontrol antimikroba.
f) Cresatin (Metakresilasetat)
Bahan ini merupakan cairan jernih, stabil, berminyak dan tidak mudah menguap.
Mempunyai sifat antiseptik dan mengurangi rasa sakit. Efek antimikrobial lebih kecil
dari formocresol dan ChKM, sifat mengiritasi jaringan periapikal lebih kecil daripada
ChKM. Sifat anodine cresatin terhadap jarigan vital baik sekali, sehingga sering
dipakai sebagai bahan dressing pasca pulpektomi. Oleh karena itu, cresatin ini paling
banyak digunakan pada saat perawatan pulpektomi.
Gbr.6. Cresatin
Indikasinya:
Cairan jernih, stabil, berminyak dan tidak mudah menguap.
Sifat antiseptik dan mengurangi rasa sakit
Efek antimikrobial lebih kecil dari formocresol dan ChKM
Sifat mengiritasi jaringan periapikal lebih kecil daripada ChKM
Sifat anodyne cresatin terhadap jarigan vital baik sekali, sehingga sering
dipakai sebagai bahan dressing pasca pulpektomi.
g) Formocresol
Kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1. Formalin
adalah disinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu substansi
yang tidak dapat dilarutkan, tidak dapat menjadi busuk . Pada beberapa pengujian
mampu menimbulkan efek nekrosis dan inflamasi persisten pada jaringan vital.
Selain itu juga bisa menimbulkan respon imun berantara-sel. Dianjurkan digunakan
dalam konsentrasi rendah.
Gbr. 8. Formocresol
h) Paraformaldehyde
Paraformaldehyde adalah bentuk polimer formaldehida dan umumnya ditemukan
sebagai komponen beberapa bahan obturating saluran akar seperti endomethasone.
Perlahan-lahan terurai untuk memberikan formocresol, monomer nya. Sifat-sifatnya
mirip dengan formalin yang beracun, alergi dan genotoksik di alam.
Semua fenolik dan sejenis senyawa yang sangat volatile dengan tegangan
permukaan rendah. Oleh karena itu, jika ditempatkan pada cotton pellet pada ruang
gigi selama perawatan, uap akan menyerap sehingga saluran dapat disiapkan.
Gbr. 4. Paraformaldehyde
Gbr.9. TKF
5. Komponen Iodine
Iodine bersifat bactericidal (membunuh bakteri), fungicidal (membunuh jamur),
tuberocidal, virucidal (menghancurkan virus) dan sporicidal (menghancurkan spora
bakteri). Larutan iodone bersifat tidak stabil dengan molekul iodine (I 2) menjadi paling
responsible terhadap aktivitas antimikroba. Iodophors merupakan iodine kompleks dan
agent pelarut dimana iodophors ini berperan sebagai reservoir pada iodine bebas yang
aktif.
Peran antimikroba iodine yang terpenting adalah kelajuannya, meskipun
konsentrasinya rendah, tetapi cara yang tepat terhadap pengaplikasiann perannya tidak
sepenuhnya diketahui. Hal itu mengungkapkan bahwa serangan dari komponen
komponen iodine seperti protein, nukleotida, dan asam lemak dapat menyebabkan
kematian sel. Pada endodontik, sebuah preparasi dengan menggunakan 2% iodine
potassium iodide (IPI) telah dilakukan, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa dapat
mengurangi toksisitas atau iritasi jaringan jika dibandingkan dengan Formocresol, CMCP,
dan Cresatin.