Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KONSERVASI GIGI 2

Bahan Medikamen Saluran Akar Gigi

KELOMPOK 2:
Ade Rizki Putri Ratih 04031381419058
Dewi Indah Sari 04031381419059
Claudine Radot Pamela B.T 04031381419060
Dona Fiorentina 0403138141906

Dosen Pembimbing :
drg. Siti Rusdiana Puspa Dewi, M.Kes

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi


Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
TA. 2015 2016
A. MEDIKAMEN
Perawatan endodontik pada gigi non vital menurut aturannya, tidak dapat
diselesaikan dalam satu kali kunjungan. Akan tetapi harus mempunyai kunjungan-
kunjungan selanjutnya setelah satu periode desinfeksi final akar dan sistem saluran akar.
Selama perawatan saluran akar, diperlukan untuk menyingkirkan bakteri
sebanyak mungkin dari saluran akar. Penggunaan medikamen intrakanal telah
dipertimbangkan sebagai langkah yang diperlukan untuk mengurangi populasi mikroba
tepat sebelum pengisian saluran akar. Bakteri yang bertahan setelah preparasi dan irigasi
akan dengan sangat cepat berlipatganda di antara kunjungan jika tidak ada medikamen
intrakanal yang digunakan.
Medikamen antar kunjungan harus mampu melanjutkan penyingkiran bakteri
yang tersisa setelah preparasi khemomekanik dan bertahan lama; mencegah kebocoran
mikro koronal dan tidak berdifusi sepanjang restorasi sementara; membantu
mengeringkan kanal yang terus-menerus basah; tidak diinaktivasi dengan kehadiran
materi organik, tetapi seharusnya menetralisasi dan melarutkan debris jaringan yang
tersisa; mengurangi inflamasi periapikal dan toksisitas rendah terhadap jaringan
periapikal serta harus tidak menurunkan sifat fisik struktur akar.
Bahan medikamen intracanal sendiri mempunyai 5 jenis, Kalsium hidroksida,
antibiotik, senyawa non-fenol, senyawa fenol, dan komponen iodine. Berikut adalah
penjabarannya.

1) Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) digunakan secara intensif dalam kedokteran gigi
sejak tahun 1920. Saat ini, kalsium hidroksida tersebut paling banyak digunakan sebagai
bahan medikasi.
Sifat sifat kalsium hidroksida yaitu:
a. Memiliki kelarutan dengan air yang rendah
Dengan adanya kelarutan didalam air yang rendah dapat menjadi sifat yang
bermanfaat dalam proses jangka panjang sebelum larut dengan cairan didalam
jaringan ketika berkontak langsung dengan jaringan yang vital.
b. pHnya tinggi (12,5 12,8)
Pasta kalsium hidroksida membunuh bakteri melalui efek pH dengan kontak
langsung terhadap bakteri tersebut, sehingga harus dipenuhi jumlah yang cukup
di daerah apikal agar dapat memberikan efek biologis ke jaringan yang sesuai.
Akan tetapi, kontak langsung bahan ini dengan baktei tidak selalu dapat dicapai
secara klinis.
c. Tidak larut dalam alkohol.
Aktifitas antimikroba kalsium hidroksida adalah melepaskan dan mendifusikan ion
hidroksil (OH-) ke lingkungan yang tinggi alkali (sangat basa) dimana lingkungan
tersebut tidak kondusif untuk kelangsungan hidup mikroorganisme. Tingkat difusi ion
hidroksil lambat karena adanya kapasitas buffer yang berada pada tubulus dentin. Adanya
ion kalsium pada kalsium hidroksida ini tampaknya berguna sebagai efek terapeutik yang
diperantarai melalui ion channel. Selain itu, ion kalsium ini juga sangat berperan dalam
stimulasi sel, migrasi, proliferasi serta mineralisasi.
Kalsium hidroksida ini mempunyai efek yang berbahaya bagi bakteri. Akan tetapi,
efek berbahaya tersebut sangat menguntungkan bagi operator dimana proses tersebut
dipengaruhi oleh beberapa mekanisme, seperti:
a. Secara kimiawi (peran dari senyawa kimia)
Menghancurkan membran sitoplasma dari mikroba yang berasal dari ion
hidroksil.
Supresi aktivitas enzim dan disruption metabolism sel.
Menghambat replikasi DNA dari penggandaan DNA
b. Secara Fisik
Berperan sebagai pertahanan fisik bahwa mengisi ruang di dalam saluran
dan mencegah masuknya bakteri ke dalam sistem saluran akar.
Membunuh mikroorganisme yang layak dengan cara mempertahankan
substrat untuk tumbuh dan membatasi ruang untuk multiplikasi.

Sifat biologis dari kalsium hidroksida adalah


a. Biokompatibel (dimana kelarutan dalam airnya rendah dan terbatasnya difusi)
b. Kemampuan untuk memicu perbaikan jaringan keras periapikal yang berada
disekitar gigi dengan cara menginfeksi saluran
c. Menghambat resorpsi akar dan stimulasi perbaikan periapikal setelah trauma.

Sifat ini berperan dalam aktivitas mikroba, dan kemampuannya untuk


menonaktifkan LPS, serta memicu untuk pembentukan jaringan keras dan gerakan
jangka lama.

Keterbatasan efektifitas penggunaan jangka pendek dari kalsium hidroksida dalam


desinfeksi tubulus dentin dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Kemampuan ion hidroksil untuk mencapai ketiga akar tersebut terhambat
dengan adanya buffer protein dentin.
b. Kelarutan yang rendah dan kemampuan difusi kalsium hidroksida dapat
menyebabkan kesulitan untuk memperoleh laju peningkatan pH dalam
mencapai level dimana kalsium hidroksida tersebut dapat membunuh bakteri
didalam tubulus dentin dan variasi anatomi lainnya.
c. Kondisi alkali beranekaragam yang disebabkan oleh adanya perbedaan
formulasi.
d. Tebalnya biofilm yang berada di tubulus dentin dapat melindungi bakteri-
bakteri lain yang berada di tubulus dentin yang lebih dalam.
e. Adanya jaringan nekrosis di percabangan, isthmus dan keireguleritasan dapat
melindungi bakteri dari adanya kalsium hidroksida.
f. Kemampuan E.faecalis untuk berkoloni didalam tubulus dentin dan kemudian
menghalangi ion hidroksil.
g. Kalsium hidroksida memicu adhesi bakteri terhadap kolagen (komponen utama
dentin) dimana dapat meningkatkan perluasan invasi tubulus dan adanya
resistensi untuk desinfeksi yang lebih lanjut.

Kerugian lain dari kalsium hidroksida adalah sulitnya mengasosiasi dengan cara
mengurangi kalsium hidroksida tersebut dari dinding akar dan efeknya terhadap
penurunan waktu pengerasan semen berbasis seng oksida untuk saluran akar.

Gbr.10. Kalsium Hidroksida

Indikasinya:
Dalam pengobatan phoenix abses
Dalam kasus resorpsi
Untuk apexifikasi
Selama pulpotomi
Untuk pengobatan non bedah lesi periapikal
Dalam kasus pulp capping langsung dan tidak langsung
Sebagai sealer untuk obturasi
Untuk mengurangi nyeri pasca operasi setelah lebih instrumentasi,
digunakan dalam kombinasi dengan Ledermix (1: 1)

2) Antibiotik
Penggunaan lokal antibiotik untuk keperluan endodontik pertama kali dikenalkan
pada 1951 ketika Grossman menggunakan pasta poliantibiotik yang dikenal sebagai
PBSC. PBSC mengandung penicillin untuk bakteri gram-positif, bacitracin untuk strain
yang resisten dengan penicillin, streptomisin untuk bakteri gram-negatif, dan carprylate
sodium untuk jamur, dimana senyawa-senyawa ini disuspensikan dalam media silikon.
Meskipun evaluasi klinis menunjukkan bahwa pasta tersebut memiliki efek terapeutik,
akan tetapi komposisi atau campurannya tidak efektif terhadap spesies anaerobik yang
dominan pada infeksi endodontik. Pada 1975, pemerintah Amerika Serikat bidang
makanan dan obat-obatan melarang penggunaan PBSC untuk perawatan endodontik
disebabkan adanya resiko terjadi sensitisasi dan reaksi alergi yang berhubungan dengan
pemakaian penisilin.

RESISTENSI ANTIBIOTIK
Bakteri anaerob gram positif yang sering ditemukan pada saluran akar yang
belum dilakukan perawatan sering menimbulkan ekserbasi akut pada periodontitis apikal
kronis. Sejak penelitian mengungkapkan dinding sel bakteri gram negatif lebih rapuh,
bakteri ini lebih sensitif terhadap biocide dan lebih mudah untuk mengeliminasinya
dibandingkan dengan bakteri gram positif yang anaerob fakultatif. Oleh karena itu,
bakteri bakteri ini telah mampu berkembang atau mengalami resistensi terhadap
antibiotik yang digunakan sehingga saat ini, setiap antibiotik memiliki keterbatasan
penggunaannya dan tidak dapat digunakan dalam jangka waktu perawatan yang panjang.
E.faecialis resisten terhadap antibiotik clindamycin, aminoglikosida,
cephalosporin, vancomycin, dan tetrasiklin. Pada tetrasiklin, resistensi E.faecialis
sebesar 60-80%.
Pada P.intermedia, terdapat resistensi tetrasiklin sebesar 21%
Pada P.nigrescens, terdapat resistensi tetrasiklin sebesar 34%

E.faecialis merupakan bakteri yang paling lama bertahan dalam saluran akar dan
bakteri ini menjadi dominan pada saluran akar yang telah mengalami perawatan. Oleh
karena itu, untuk desinfeksi dari E.faecialis ini harus menggunakan beberapa cara,
seperti:
Penggunaan teknik asepsis, seperti desinfeksi terhadap gigi dan rubber dam
dengan menggunakan CHX atau NaOCl, serta desinfeksi terhadap gutta percha
menggunakan NaOCl pula.
Instrumentasi minimal sepertiga saluran akar pada file ukuran 30 dengan kanal
cukup lancip menuju koronal orifis untuk memungkinkan penetrasi lebih lanjut
dari solusi irigasi.
Melakukan irigasi dengan bahan 1% NaOCl, 17% EDTAC, dan 2% larutan CHX
Melakukan medikasi intrakanal dengan menggunakan 2% gel CHX atau 2% gel
CHX + kalsium hidroksida
Menggunakan semen saluran akar, dimana semen tersebut harus ditempatkan
dengan baik dan disesuaikan dengan restorasi di mahkota gigi.

3) Golongan bukan fenol


Salah satu contoh golongan ini adalah klorheksidin. Klorheksidin ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri (sporostatic), tetapi tidak dapat membunuh spora
(sporocidal) yang ada pada bakteri. Klorheksidin berisi molekul hidrofobik dan lipofilik
yang berinteraksi dengan phospholipids dan lipopolysaccharides pada membran sel
bakteri, kemudian masuk ke dalam sel melalui beberapa mekanisme transport aktif atau
pasif.
Keefektifan bahan ini berdasarkan interaksi antara pengisian molekul dan
kelompok fosfat pada dinding sel bakteri. Hal ini akan meningkatkan permeabilitas
dinding sel, sehingga membuat molekul klorheksidin dapat berpenetrasi ke dalam bakteri
dengan efek toksik intraselular. Selain klorheksidin, contoh lain dari bahan medikasi
golongan non-fenol adalah glutaraldehide.
Glutaraldehide merupakan minyak tanpa warna yang larut dalam air. Seperti
formalin obat ini disinfektan kuat dan fiksatif. Dianjurkan digunakan dalam konsentrasi
rendah (2%) sebagai obat intra saluran. Pada penelitian ditemukan sedikit atau tidak ada
reaksi inflamasi pada pemeriksaan histologik. Komposisi dari glutaraldehide ini adalah
oligomer, derivate tidak jenuh dan siklik aldehid. Indikasinya untuk perawatan gigi
sulung yang pulpanya terlibat dengan manifestasi klinis perubahan inflamatori yang
terbatas pada pulpa mahkota
Gbr. 5. Glutaraldehide

Kelebihannya:
Toksisitas rendah
Memproduksi fiksasi jaringan pulpa dengan kedalaman terbatas pada bagian
1/3 apikal
Penyebaran sistemik lebih rendah disbanding formocresoll

Kekurangannya:
Adanya reaksi alergi

4) Golongan fenol dan turunannya


Beberapa contoh medikamen golongan ini, seperti paramonochlorophenol (PMCP),
cresol, dan camphorated monochlorophenol (CMCP). PMCP dan cresol mengkoagulasi
isi sel serta akan menyebabkan nekrosis jaringan pada saat berkontak dengan bahan-
bahan ini. Senyawa-senyawa tersebut telah terbukti menyebabkan iritasi jaringan dan
sangat toksik. Sedangkan CMCP, bergantung pada difusi uap untuk menyebarkan bahan
medikasi ke seluruh sistem saluran akar dan berkontak dengan mikroorganisme yang
tertinggal pada saat instrumentasi chemochemical dan penggunaan bahan irigasi. Aksi
antimikroba di bagian apikal akar dan di dalam tubulus dentin bergantung pada
penguapan medikamen. Oleh sebab itu, bahan ini harus diubah ke fase penguapan dan
berpenetrasi ke seluruh sistem saluran akar agar dapat berkontak langsung dengan
mikroorganisme.

Beberapa contoh golongan fenol dan turunannya adalah:


a) Eugenol
Bahan medikasi eugenol ini telah digunakan dalam endodontik selama bertahun-
tahun. Bahan ini adalah zesens (essence) kimiawi minyak cengkeh dan mempuyai
hubungan dengan fenol. Agak lebih mengiritasi dari minyak cengkeh dan keduanya
golongan anodyne. Eugenol menghalangi impuls saraf interdental. Biasanya
digunakan unuk perawatan pulpektomi. Bagian dari sealer (endomethasone-eugenol)
dan bahan canpuran tumpatan sementara. (Zn Oksid-eugenol).

Gbr. 1. Eugenol. Bahan Restorasi Sementara

Dosis Rendah Efek Menguntungkan, sehingga:


a. Dapat menghambat sintesis prostaglandin
b. Dapat menghambat aktivitas saraf
c. Dapat menghambat kemotaksis sel darah putih

Dosis Tinggi Efek Toksik, sehingga:


a. Menimbulkan kematian sel menginduksi
b. Menghambat respirasi sel

Penggunaan Eugenol yang tepat adalah:


a. Sebagai bahan medikasi intrakanal
b. Sebagai sealer saluran akar
c. Sealing agents.
b) Parachlorophenol
Parachlorophenol merupakan salah satu bahan medikasi yang paling popular.
Parachlorophenol termasuk golongan senyawa fenolik, akan tetapi fenol tidak lagi
digunakan dalam endodontik karena memiliki toksisitas yang tinggi terhadap rasio
keberhasilan. Pada dasarnya, komposisi parachlorophenol adalah produk substitusi
fenol dimana klorin menggantikan salah satu atom hidrogen (C 6H4OHCl). Pada
trituration dengan gum camphor, produk ini bergabung membentuk cairan berminyak.
Konsentrasi parachlorphenol yang paling banyak digunakan adalah 1%. Merk ini
dapat digunakan sebagai pengganti pilihan untuk gigi yang terinfeksi.

c) Camphorated Monoparachlorophenol (CMCP)


Camphorated Monoparachlorophenol (CMCP) merupakan obat yang mungkin
paling umum digunakan dalam endodontik saat ini, meskipun penggunaannya telah
menurun jauh dalam beberapa tahun terakhir. Penggunaan CMCP ini juga sebagai
bahan pengganti pilihan untuk gigi yang terinfeksi.

Gbr. 2. CMCP
Komposisi :
2 bagian para-chlorophenol
+
3 bagian gum camphor

Camphorated monochlorophenol (CMCP)

Camphor ditambahkan ke parachlorophenol (PCP) karena :


1. Memiliki sifat pengencer
2. Memperpanjang efek antimikroba
3. Mengurangi efek iritasi dari PCP
4. Berfungsi sebagai solusi

d) ChKM (Chlorphenol kamfer menthol)


Kandungan utama dari ChKM ini adalah para-klorophenol, kamfer, dan menthol
yang kemudian juga ditambahkan sedikit persentase gliserin. Fungsi dari ketiga
kandungan utama tersebut, yaitu:
Para-klorophenol yang mampu mengurangi berbagai mikroorganisme dalam
saluran akar.
Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari
para-klorophenol murni. Selain itu juga memperpanjang efek antimikrobial.
Menthol mengurangi sifat iritasi chlorphenol dan mengurasi rasa sakit.

Beberapa kegunaan dari ChKM ini sebagai bahan medikasi adalah


sebagai desinfektan pada dentin setelah preparasi kavitas
sebagai desinfektan setelah pulpektomi dan dressing
sebagai perawatan untuk radang/luka
sebagai desinfektan saluran akar

Gbr. 3. ChKM

e) Cresophene
Cresophene merupakan bahan yang mengandung 3 antiseptik : parachlorophenol,
thymol, camphor dan dexamethasone yang bertujuan untuk mengurangi inflamasi.
Selain itu juga, terdiri dari chlorphenol, hexachlorophene, thymol, dan
dexamethasone, yaitu sebagai anti-phlogisticum. Pemakaian terutama pada gigi
dengan periodontitis tahap awal, apikalis akut yang dapat terjadi misalnya pada
peristiwa over instrumentasi.
Gbr.7. Cresophene

Cara aplikasi :
Pulpa Vital
Setelah pulpotomi dan pembersihan saluran akar secara mekanik, diaplikasikan
ke saluran akar dan dibiarkan selama beberapa menit. Setelah kemudian
dibersihkan dengan paperpoint steril, kemudian saluran akar diisi dengan bahan
pengisi saluran akar yang radiopaque dan non resorbable.

Pulpa Non Vital


Setelah semua sisa jaringan pulpa dibuang dan dipreparasi, satu tetes cresophen
diletakkan pada setiap saluran akar dengan bantuan paper point. Satu tetes lagi bisa
diletakkan pada cotton pellet pada ruang pulpa. Ruang pulpa kemudian ditutup dengan
tumpatan sementara.

Obat ini ditinggal selama 3-7 hari. Pada kunjungan ke 2, jika gigi bebas gejala dan
saluran sudah steril, bisa dilakukan pengisian saluran akar secara permanen. Jika sterilitas
belum tercapai, maka perawatan diulang sampai tercapai kontrol antimikroba.
f) Cresatin (Metakresilasetat)
Bahan ini merupakan cairan jernih, stabil, berminyak dan tidak mudah menguap.
Mempunyai sifat antiseptik dan mengurangi rasa sakit. Efek antimikrobial lebih kecil
dari formocresol dan ChKM, sifat mengiritasi jaringan periapikal lebih kecil daripada
ChKM. Sifat anodine cresatin terhadap jarigan vital baik sekali, sehingga sering
dipakai sebagai bahan dressing pasca pulpektomi. Oleh karena itu, cresatin ini paling
banyak digunakan pada saat perawatan pulpektomi.
Gbr.6. Cresatin

Indikasinya:
Cairan jernih, stabil, berminyak dan tidak mudah menguap.
Sifat antiseptik dan mengurangi rasa sakit
Efek antimikrobial lebih kecil dari formocresol dan ChKM
Sifat mengiritasi jaringan periapikal lebih kecil daripada ChKM
Sifat anodyne cresatin terhadap jarigan vital baik sekali, sehingga sering
dipakai sebagai bahan dressing pasca pulpektomi.

g) Formocresol

Kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1. Formalin
adalah disinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu substansi
yang tidak dapat dilarutkan, tidak dapat menjadi busuk . Pada beberapa pengujian
mampu menimbulkan efek nekrosis dan inflamasi persisten pada jaringan vital.
Selain itu juga bisa menimbulkan respon imun berantara-sel. Dianjurkan digunakan
dalam konsentrasi rendah.
Gbr. 8. Formocresol

h) Paraformaldehyde
Paraformaldehyde adalah bentuk polimer formaldehida dan umumnya ditemukan
sebagai komponen beberapa bahan obturating saluran akar seperti endomethasone.
Perlahan-lahan terurai untuk memberikan formocresol, monomer nya. Sifat-sifatnya
mirip dengan formalin yang beracun, alergi dan genotoksik di alam.
Semua fenolik dan sejenis senyawa yang sangat volatile dengan tegangan
permukaan rendah. Oleh karena itu, jika ditempatkan pada cotton pellet pada ruang
gigi selama perawatan, uap akan menyerap sehingga saluran dapat disiapkan.

Gbr. 4. Paraformaldehyde

i) TKF (Trikresol formalin)


TKF adalah campuran ortho, metha, dan para-cresol dengan formalin. Bersifat
merangsang jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi nekrosis.

Gbr.9. TKF
5. Komponen Iodine
Iodine bersifat bactericidal (membunuh bakteri), fungicidal (membunuh jamur),
tuberocidal, virucidal (menghancurkan virus) dan sporicidal (menghancurkan spora
bakteri). Larutan iodone bersifat tidak stabil dengan molekul iodine (I 2) menjadi paling
responsible terhadap aktivitas antimikroba. Iodophors merupakan iodine kompleks dan
agent pelarut dimana iodophors ini berperan sebagai reservoir pada iodine bebas yang
aktif.
Peran antimikroba iodine yang terpenting adalah kelajuannya, meskipun
konsentrasinya rendah, tetapi cara yang tepat terhadap pengaplikasiann perannya tidak
sepenuhnya diketahui. Hal itu mengungkapkan bahwa serangan dari komponen
komponen iodine seperti protein, nukleotida, dan asam lemak dapat menyebabkan
kematian sel. Pada endodontik, sebuah preparasi dengan menggunakan 2% iodine
potassium iodide (IPI) telah dilakukan, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa dapat
mengurangi toksisitas atau iritasi jaringan jika dibandingkan dengan Formocresol, CMCP,
dan Cresatin.

B. MEDIA BAHAN MEDIKASI


Media dalam medikasi berperan penting dalam proses desinfeksi secara keseluruhan
karena hal tersebut menentukan kecepatan disosiasi ion dikarenakan pasta menjadi larut
dan terserap oleh variasi rata-rata oleh jaringan periapikal dan berasal dari saluran akar.
Semakin rendah viskositasnya, maka akan semakin tinggi disosiasi ion tersebut. Berat
molekular yang tinggi tersebut dapat digunakan untuk meminimalkan penyebaran
kalsium hidroksida ke dalam jaringan dan mempertahankan pasta di daerah yang
diinginkan dalam waktu yang cukup lama.

Ada 3 jenis media yang paling utama:

a. Media yang berbahan dasar cair.


Media berbahan dasar cair / larut contohnya seperti air, saline, anestesi dental, cairan
Ringers, metilselulosa, karbosilmetilselulosa, cairan detergen anion (termasuk sodium
lauryl sulfat dan sodium lauryl dietileneglikol. Beberapa contoh yang larut dalam cairan
medikasi adalah Calxyl, Pulpdent, Calasept, Hypocal (Ellinan Co., New York, USA) dan
DT temporary dressing (Dental Terapeutik AB, Nacka, Swedia)
Air yang bersih atau saline merupakan media yang paling sering digunakan sebagai
media bubuk kalsium hidroksida dimana apabila langsung diaplikasikan bubuk kalsium
hidroksida yang kering tersebut akan menyebabkan kesulitan. Selain itu air juga berfungsi
untuk melepaskan ion hidroksil.
b. Media yang berbahan dasar kental
Media yang berbahan dasar kental contohnya seperti gliserin, polietileneglikol (PEG) dan
propilen glikol. Beberapa contoh yang viskositas bahan medikasinya baik adalah pasta
Calen dan Ledermix.
Media yang kental pada substansi yang larut juga melepaskan ion kalsium dan ion
hidroksil secara pelan dalam jangka waktu yang cukup lama. Sebuah media dengan
viskositas tinggi dapat berada didalam saluran akar tersebut selama 2-4 bulan. Oleh
karena itu, jumlah perjanjian perawatannya harus mencukupi perubahan bahan dressing
yang akan dikurangi.
PEG (polietileneglikol) merupakan salah satu dari beberapa media yang paling
sering digunakan dalam bahan medikasi saluran akar. Ia mempunyai beberapa
sifat yang ideal sebagai media bahan medikasi, seperti toksisitasnya sangat
rendah, kelarutannya dalam cairan sangat baik, dan immunogenisitasnya rendah
serta antigenesitas.

c. Media yang berbahan dasar minyak.


Pada media ini terdapat keterbatasan pengaplikasian, media ini tidak direkomendasi sejak
diketahui bahwa media ini sulit untuk menghapuskan atau mengurangi biofilm minyak
yang berada pada dinding saluran akar dimana pada dinding saluran akar tersebut
seharusnya hal dapat melekatkan semen saluran akar atau material restorasi lain yang
digunakan untuk pengisian saluran.
Contoh dari media yang berbahan dasar minyak ini seperti seperti minyak zaitun, minyak
silikon, camphor (jenis yang paling penting camphorated parachlorophenol),
metacresylacetate, eugenol, dan beberapa asam lemak (termasuk, oleic, linoleic, dan asam
isostearik). Beberapa contoh bahan medikasi yang berbahan dasar minyak adalah
Endoapex (Lab. Inodon Ltda. Porto Alegre, RS, Brazil) dan Vitapex (Produk Neo Dental
Chemical Co. Ltd, Tokyo, Jepang)
REFERENSI

Athanasiadis et al. The use of calcium hydroxide, antibiotics and biocides as


antimicrobial medicaments in endodontics. Australian Dental Journal
Supplement. 2007;52:1
Ema Mulyati. Peran Bahan Disinfeksi Pada Perawatan Saluran Akar. Vol 18 (2) :
205-209. 2011
Nisha Garg. 2010. Textbook of endodontics. 2nd Edition. India: Jaypee Brothers
Medical Publishers.
Walton Richard. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai