Anda di halaman 1dari 13

BAB III

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

A. Kepemimpinan

1. Pengertian kepemimpinan

Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara i l m i a h mulai


b e r k e m b a n g b e r s a m a a n d e n g a n pertumbuhan manajemen ilmiah yang
Iebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya
literatur yang mengkaji tentang leadership dengan berbagai sudut pandang atau
perspektifnya. Leadership tidak hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi dapat dilihat
dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon -calon pemimpin.

Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu


social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan
manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 200 2). Ada banyak pengertian
yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut p a nda n g masi n g -m a si n g,
d ef i ni si -de f i ni si t er seb ut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.

Menurut Tead, Terry, Hoyt (dalam Kartono, 2003) Kepemimpinan yaitu kegiatan atau
seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan
orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok M e n u r u t Y o u n g ( d a l a m K a r t o n o , 2003) kepemimpinan yaitu bentuk
dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain
untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian
khusus yang tepat bagi situasi yang khusus. Moejiono (2002) memandang bahwa leadership
tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki
kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela
(compliance induction theorist) cenderung memandang leader-ship sebagai pemaksaan
atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk
kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002). Dad beberapa definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa kepemim-pinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain,
bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok,
memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya,
untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Men yi ma k d ari pen ge rtia n
ma najeme n da n kepemimpinan yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian manajemen kepemimpinan adalah ilmu dan seni mengatur dan mempengaruhi
orang lain untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
2. Fungsi Kepemimpinan

Tim Dosen MKDK Pengelolaan Organisasi dalam Arifin (2013: 17)


merinci fungsi pemimpin sebagai berikut:

a. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh rasa


kebebasan
b. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri
yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok
dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
c. Pemimpin membantu kelompok dalam prosedur kerja, yaitu membantu kelompok
dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang
paling praktis dan efektif.
d. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dalam
kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari
pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok
menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilainya secara
jujur dan objektif.

e. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi


organisasi.

Menurut Panji Aniraga dan Sri Suryati dalam Arifin (2013: 18) fungsi pemimpin
sebagai berikut:

1. Pemimpin sebagai perencana


2. Pemimpin sebagai pembuat kebijakan
3. Pemimpin sebagi ahli
4. Pemimpin sebagai pelaksana
5. Pemimpin sebagi pengendali
6. Pemimpin sebagai pemberi hadiah dan hukuman
7. Pemimpin sebagai teladan dan lambing
8. Pemimpin sebagai tempat menimpakan segala kesalahan
9. Pemimpin sebagai pengganti peranan anggota lain

Sedangkan menurut Hadad Nawawi dalam Arifin (2013: 19) fungsi pemimpin sebagai
berikut:
1. Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berpikir dan
mengeluarkan pendapat, baik secara perorangan maupun kelompok
sebagai usaha mengumpulkan data/bahan dari anggota kelompok
dalam menetapkan keputusan (decision making) yang mampu
memenuhi aspirasi di dalam kelompoknya. Dengan demikian
keputusan akan dipandangm sebagai sesuatu yang patut atau tepat
untuk dilaksanakan oleh setiap kelompok dalam rangka mencapai
tujuan tertentu

2. Mengembangkan sesuatu kerja sama yang efektif dengan memberikan


penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang
dipimpin sehingga timbil kepercayaan pada dirinya sendiri dan
kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Dalam bekerja setiap orang mengetahui kedudukan dan
fungsi masing-masing sehingga mampu memainkan peranan yang
tepat dalam ikut serta memberikan sumbangan terhadap usaha
pencapaian tujuan baik secara perorangan maupun melalui proses
kerja sama.

3. Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat


dengan sikap harga menghargai sehingga timbul perasaan ikut
terlibat di dalam kegiatan kelompok/organisasi dan tumbuh
perasaan tanggung jawab atas terwujudnya pekerjaan masing-
masing sebagai bagian dari usaha pencapaian tujuan.

4. Membantu menyelesaikan masalah-masalah baik yang dihadapi secara


perorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk-
petunjuk dan mengatasinya sehingga berkembang kesedian untuk
memecahkannya dengan kemampuan sendiri. Termasuk juga dalam hal
ini adalah mendorong kemampuan anggota kelompok untuk mengatasi
masalah peningkatan kesejahteraan dalam rangka menciptakan moral
kerja yang tinggi.

Menurut Saebani (2012: 301) fungsi pemimpin sebagai berikut:


1. Penyelenggaraan atau pelaksana organisasi, artinya berfungsi sebagai
eksekutif manajemen;
2. Penanggung jawab kemajuan dan kemunduran organisasi;
3. Pengelola organisasi;
4. Penguasa yang berwenang mendelegasikan tugastugasnya kepada
bawahannya;
5. Perencana kegiatan;
6. Pengambil keputusan;
7. Konseptor;
8. Penentu kesejahtraan bawahannya;
9. Pemberi reward dan imbalan;
10. Representasi kelompoknya;
11. Pemegang utama haromisasi antar pegawai;
12. Pembentuk kerja sama antarpegawai;
13. Suri teladan.

Dari pendapat di atas Arifin (2013:20) menyimpulkan bahwa pada dasarnya


fungsi pemimpin dalam organisasi yaitu untuk mengkondisikan suatu upaya untuk
menggerakan dan mengoordinasikan sumber daya organisasi untuk terlibat
langsung dalam proses pelaksanaan sehingga mampu mewujudkan tujuan
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
3. Unsur Kepemimpinan

Wahjosumidjo dalam Saebani (2012: 277) mengatakan bahwa kepemimpinan


merupakan kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan
sebagai pemimpin suatu kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama
bawahannya untuk berpikir dan bertindak memberikan sumbangsih nyata dalam
pencapaian tujuan. Dengan demikian, setiap kepemimpinan memiliki unsure-unsur sebagai
berikut:

1. Seorang pemimpin yang memimpin, mempengaruhi, dan memberikan bimbingan.

2. Anggota (bawahan) yang dikendalikan.


3. Tujuan yang diperjuangkan melalui serangkaian kegiatan .

4. Teori teori Kepemimpinan


-

Teori-teori kepemimpinan yang berkembang sebagaimana yang dikemukakan


oleh Saebani (2012: 284) sebagai berikut:
1. Teori genetic.
Teori genetic, yaitu seseorang dapat menjadi pemimpin karena memang dilahirkan sebagai
pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu.
2. Teori social
Teori yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok. Menurut teori
ini, sukses-tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan
atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi yang lebih penting adalah dipengaruhi
oleh sifat-sifat dan cirri-ciri kelompok yang dipimpinannya.
3. Teori situasional
Teori tersebut yaitu kepemimpinan sangat bergantung pada situasinya.
4. Teori ekologis
Suatu teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan penggabungan
antara bakat alami yang sudah ada sejak dilahirkan dengan pendidikan dan
pelatihan yang intensif. Teori ini tidak menolak adanya sumber natural
kepemimpinan, tetapi sumber structural pun sangat membantu terbentuknya
seseorang pemimpin yang fungsional dan berpengaruh.
Yaitu teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan
5. Teori sosio-behavioristik
Yaitu teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan dilahirkan oleh hal-hal berikut:

1. Pengalaman dalam kepemimpinan;


2. Bakat, turunan, dan kecerdasan alamiah;
3. Pembentukan formal dalam organisasi;
4. Situasi lingkungan;
5. Pendidikan dan pelatihan;
6. Kesepakatan social dan kontrak politik.
Yatik dalam http://yatik.blogspot.com menyebutkan pula beberapa teori kepemimpinan,
yaitu :
1. Teori sifat ( Traits Theory )
Kepemimpinan memerlukan serangkaian sifat-sifat atau perangia tertentu yang
menjamin keberhasilan pada setiap situasi. Oleh karena itu pemimpin dianggap
memilik sifat-sifat yang dibawa sejak lahir dan is menj ad i pemimpin
karena memilikibakat -bakat kepemimpinan.
2. Teori lingkungan ( Environmental theory )
Pemimpin akan timbul dalam situasi tertentu, dimana sekelompok orang sangat
memerlukan seseorang yang memilki kelebihan dan ketrampilan tertentu untuk dapat
mengatasi masalah-masalah yang ada pada situasi tertentu.
3. Teori pribadi dan situasi ( Personal-situational theory )
Kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kepribadiannya dengan
menyesuaikan kepada situasi yang dihadapi.
4. Teori interaksi dan harapan ( Interaction-Expectation theory )
Teori ini mendasarkan diri pada variabel-variabel : aksi, reaksi, interaksi dan
perasaan. Seorang pemimpin menggerakkan pengikut dengan harapan bahwa ia
akan berhasil, ia akan mencapai tujuan organisasi, ia akan mendapatkan
keuntungan, penghargaan dan sebagainya.
5. Teori humanistik ( Humanistic theory )
Teori berdasarkan bahwa " manusia karena sifatnya adalah organisme yang
dimotivasi, sedangkan organisasi karena sifatnya tersusun dan terkendali ".
Teori ini memberi kelonggaran kepada individu untuk mewujudkan
motivasinya sendiri yang potensial untuk memenuhi kebutuhannya dan
memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan organisasi.
6. Teori tukar-menukar ( Exchange theory )
Antara pemimpin dan yang dipimpin hams saling
menerima dan memberi(tukar-menukar pendapat ), sehingga akan selalu
terjadi gerak, yaitu gerak dari pengikutnya yang digerakkan oleh pemimpin.
6. Gaya dan Model Kepemimpinan
Menurut Saebani (2012: 294), ada beberapa gaya kepemimpinan, di antaranya gaya
kepemimpinan autokratis, militeristis, paternalistis dan demokratis.
a. Gaya kepemimpinan autokratis
Dalam kepemimpinan yang autokratis, pemimpin bertindak sebagai dictator
terhadap anggota-anggota kelompoknya. Seorang pemimpin yang autokratis ialah
seorang pemimpin yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi;


2. Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
3. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;
4. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat;
5. Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya;
Dalam tindakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung ungsur
paksaan dan punitive (bersifat menghukum).
b. Gaya kepemimpinan militeristis

Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang


memiliki sifat-sifat:

1. Dalam menggerakan bawahan lebih sering mempergunakan system perintah;


2. Dalam menggerakan bawahan senang bergantung pada pangkat dan jabatannya;

3. Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan;


4. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
5. Sukar menerima kritikan dari bawahannya;
6. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
c. Gaya kepemimpinan paternalistik
Ciri-ciri gaya kepemimipinan paternalistik ialah:

1. Seseorang yang menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak


dewasa;

2. Bersikap terlalu melindungi (overly protective);


3. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
inisiatif dan keputusan;

4. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan


daya kreasi dan fantasinya;

5. Sering bersikap mahatahu.

d. Gaya kepemimpinan demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis disebut juga dengan gaya kepemimpinan


modernis dan partisipatif. Dalam pelaksanaan kepemimpinan, semua anggota
diajak berpartisipasi menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk inencapai tujuan
organisasi. Gaya demokratis adalah kebalikan dari gaya autoratis.

Ciri-ciri pemimpin demokratis adalah:

1. Mengembangkan kreativitas anak buah;


2. Memberikan kesempatan kepada anak buah untuk mengambil keputusan;
3. Mengutamakan musyawarah dan kepentingan bersama;
4. Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan organisasi;
5. Mendahulukan kepentingan darurat demi keselamatan jiwa anak buahnya dan
keselamatan organisasi yang dip imp innya;
6. Mengembangkan regenerasi kepemimpinan;
7. Perluasan kaderisasi agar anak buahnya lebih maju dan menjadi pemimpin masa depan;
8. Memandang semua masalah dapat dipecahkan secara bersama.
e. Gaya kepemimpinan kharismatik
Gaya kepemimpinan kharismatik adalah kewibawaan alami yang dimiliki
pemimpin bukan karena adanya legalitas politik dan pembentukan yang dilakukan secara
sitematis. Pemimpin kharismatik mempunyai daya tarik yang amat besar dan pada
umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar.
6. Kompetensi Dasar Seorang Pemimpin
Kompetensi dasar ini didasarkan pada fondasi teoritis yang berasal dari Robrt Kantz
yang dikutip oleh Beni Ahmad Saebani, yaitu berupa keterampilan dan kemampuan
dasar manajerial sebagai berikut:

a. Keterampilan konseptual

Keterampilan konseptual ini berenaan dengan kemampuan dalam membuat


keputusan dan melihat hubunganhubungan penting dalam mencapai tujuan, perincian dari
keterampilan kepemipinan dalam manajerial, meliputi antara lain:

1) Mengidentifikasi karakteristik anggota;


2) Mengukur kemampuan SDM;
3) Menetapkan prioritas;
4) Menganalisis lingkungan pendidikan;
5) Mendesai alternative koningency;
6) Memonitor atau mengontrol aktivitas.

b. Keterampilan teknis

Keterampilan teknis ini berhubungan dengan pengetahuan, yaitu berupa


penggunaan metode, teknik, dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tertentu
yang diperoleh dari pengalaman pendidikan dan pelatihan. Keterampilan ini juga berkaitan
dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk memformasikan fungsi-fungsi pokok atau
tugas-tugas yang berkenaan dengan posisi sebagai supervisor.

c. Keterampilan hubungan manusiawi

Keterampilan hubungan kemanusiaan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin


dalam peranannya sebagai pengorganisasi adalah:

1) Merespon perbedaan individual;


2) Mendiagnosis kelebihan atau potensial individu;
3) Mengklasifikasi nilai;
4) Variasi persepsi;
5) Menentukan komitmen pekerjaan;
6) Memimpin diskusi;
7) Mendengar;
8) Berkoferensi;
9) Memimpin interaksi secara kooperatif;
10) Memecahkan konflik;
11) Menstimuli sikap kebersamaan;
12) Member contoh.

7. Kepemimpinan Cara Islam


Bagaimana kepemimpinan dilihat dari sudut pandangan Agama Islam. Jawaban yang pasti
untuk pertanyaan tersebut adalah "semua yang mempunyai jabatan atau kedudukan sebagai
seorang pemimpin baik dalam bidang pemerintahan, kemiliteran, dan organisasi harus menjadikan
Al-Quran sebagai pedoman dalam menjalankan kepemimpinannya". Menurut Daeng Arifin
(83:2013), seorang pemimpin harus berakhlak mulia yang meliputi: shiddiq, fathanah, amanah,
tablig dan istiqomah.

Saebani (299:2012) menyebutkan bahwa pemimpin ideal adalah pemimpin yang


memiliki sifat-sifat berikut:

1. Add, yaitu yang meletakan segala sesuatu secara proporsional, tertib, dan disiplin. Ia
tidak berat sebelah, tidak pilih-pilih bulu, dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
2. Amanah, artinya jujur, bertanggung jawab, dan mempertanggungjawabkan seluruh
titipan aspirasi masyarakat atau bawahannya. Tidak melakukan penghianatan kepada
rakyatnya.
3. Fathanah, artinya memiliki kecerdasan
4. Tablig, artinya menyampaikan segala hal dengan benar, tidak ada yang ditutu-tutupi, terbuka,
dan menerima saran atau kritik dari bawahan.
5. Shidiq, artinya benar, sebagai cirri dari perilaku pemimpin yang adil, apa yang
dikatakan sama dengan apa yang dilakukan.
6. Qana 'ah, artinya menerima apa adanya, tidak serakah dan pandai berterima kasih kepada
Tuhan. Pemimpin yang ciana'ah adalah pemimpin yang tidak akan melakukan
korupsi dan merugikan uang Negara, mengambinghitamkan masyarakat dan anak
buahnya.
7. Siyasah, artinya pemimpin yang pandai mengatur strategi guna memperoleh kemaslahatan bagi
masyarakat dan anak buahnya.
8. Sabar, artinya pandai mengendalikan hawa nafsu dan menyalurkan seluruh tenaga dan
pikirannya dengan kecerdasan emosional yang optimal.

B. PENDIDIKAN

1. Pengertian Pendidikan

Walaupun mengarah kepada suatu pemahaman tertentu, para pakar pendidik belum
memiliki keseragaman dalam mengartikan istilah pendidikan. Driyarkara sebagaimana yang
dikutip oleh Fattah (2009:4) mengatakan bahwa pendidikan itu m e r u p a k a n proses
memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf mendidik.
Sedangkan pendidikan adalah memanusiakan manusia (Nestche) . Artinya suatu usaha untuk
mengembangkan nilai-nilai yang ada pada manusia ( ilahiyah) sehingga menjadi manusia yang
bernilai, bermartabat. Ketika nilai-nilai ilahiyah dalam diri manusia telah tergali dan
diterjemahlan dalam kehidupana maka tidak ada lagi korupsi, kenakalan remaja, tawuran
pelajar, mafia narkoba dan free sex.

Jadi bagaimana kita menggali, mengembangkan potensi atau nilai ilahiyah dalam diri
seseorang untuk kemudian dapat diterjemahkan dalam kehidupanya Inilah sesungguhnya yang
dinamakan proses pendidikan. Dalam Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas,
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadi an,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Dalam dictionary of Education dinyatakan bahwa pendidikan adalah: (a) proses


seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah lakunya di dalam masyarakat tempat
mereka hidup, (b) proses social yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang dating dari sekolah), sehingga
mereka dapat memperoleh perkembangan kemampuan social dan kemampuan individu yang
optimum.

Pengertian secara umum dikutip pendapat Theodore Mayer Greene is mendefinisikan


pendidikan sebagai usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang
bermakna.

Definisi yang pendek diambil dari pendapat Marimba bahwa pendidikan sebagai
bimbingan atau pimpinan secara radar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
ruhani peserta didik menunu terbentuknya kepribadian yang utama.

Dari definisi-definisi tersebut akhirnya Tafsir (1996: 6) merumuskan bahwa pengertian


pendidikan itu merupakan usaha meningkatkan diri dalam segala aspek . definisi ini mencakup
kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru (pendidik),
mencakup pendidikan formal, informal, maupun non formal, segi yang dibina dalam definisi ini
adalah seluruh aspek kehidupan.

2. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendi di kan dari kaca mata bar at yaitu melahirkan individu-individu yang
pragmatis yang bekerja untuk memperoleh kejayaan material dan profesional sosial yang
memberi kesejahteraan kepada diri, industri dan negara. Diupayakan pendidikan berawal dari
manusia apa adanya atau aktualisasi dengan mempertimbangkan segala kemungkinan yang apa
adanya atau potensialitas dan manusia tersebut diarahkan menuju terwujudnya pribadi yang
dicita-citakan atau ideal itas.(http://seputarpendidikan003 . bl ogspot.com/2013/05/tu juan-dan-fungsi-
pendidikan.html

Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari


kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
(file.upi.edu/Direktori/FIP/.).

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak


serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab"
(imajinasichepyo.blogspot.corn)

Dalam Achmadi (2008:33) disebutkan bahwa fungsi pendidikan berfungsi:

1. Mengembangkan wawasan subjek didik mengenai dirinya dan alam sekitarnya,


sehingga dengannya akan t i m b u l k e m a m p u a n m e m b a c a ( a n a l i s) , a k a n
mengembangkan kreativitas dan produktivitas
2. Melestarikan nilai-nilai insani yang akan menuntun jalan kehidupannya sehingga
keberadaannya, baik secara individu maupun social bermakna.
3. Membuka pintu ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sangat bermanfaat bagi
kelangsungan dan kemajuan hdup individu maupun social. (achmadi, Ideologi Pendidikan
Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008: 33)

Sedangkan Fungsi pendidikan Islam menurut Achmadi (2008: 36) adalah:

1. Mengambangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri manusia, alam
sekitarnya mengenai kebesaran ilahi, sehingga tumbuh kemampuan membaca fenomena
alam dan kehidupan, serta memahami hokumhukum yang terkandung di dalamnya.
Dengan kemampuan ini akan menumbuhkan kreativitas dan produktivitas sebagai
implementasi identifikasi diri pada Tuhan "Pencipta".
2. Membebaskan manusia dari segala anasir yang dapat merendahkan martabat manusia
(futrah manusia), baik yang dating dari dalam dirinya maupun dari luar.
3. Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik
individu mapun social.

3.Unsur-Unsur Pendidikan
Menurut UU No. 20 thn 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terncana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk memujudkan tujuan tersebut perlu didukung
oleh berbagai unsur pendidikan yang sinergis. Adapun unsur -unsur pendi di kan
sebagai mana yan g dikemukakan oleh Akhdiyat (2009) sebagai berikut:

a. Pendidik

Peran serta pendidik dalam kaitan dengan mutu pendidikan sekurang-kurangnya


dapat dilihat dari 4 dimensi yaitu pendidik sebagai pribadi, pendidik s ebagai unsur
keluarga, pendidik sebagai unsur pendidikan, dan pendidik sebagai unsur masyarakat. Dalam
unsur pribadi kinerja peran pendidik dalam kaitan dengan mutu pendidikan harus dimulai
dengan dirinya sendiri. Pendidik Sebagai unsur Pendidikan. Kepribadian merupakan
landasan utama bagi perwujudan diri seorang pendidik yang efektif baik dalam
melaksanakan tugas profesionalnya di lingkungan pendidikan dan di lingkungan kehidupan
lainnya. Hal ini mengandung makna bahwa seorang pendidik harus mampu mewujudkan pribadi
yang efektif untuk dapat melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.

Anda mungkin juga menyukai