Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
201
Oleh :
dr. Herdiantri Sufriyana
Seorang ibu sedang hamil muda dan selalu muntah-muntah, sehingga untuk minum
saja, sudah tidak bisa lagi. Ibu tersebut terlihat lemah dan bibirnya terlihat kering.
Setelah diinfus dan disuntik, ibu tersebut mulai terlihat segar dalam beberapa jam
dan akhirnya dapat tersenyum kembali. Pernahkah Anda berpikir mengapa
pemberian cairan lewat infus dapat mengembalikan ibu yang tadinya dehidrasi
menjadi segar kembali? Mengapa tubuh kita perlu air? Apakah semua cairan infus
itu sama efeknya? Apakah air saja cukup untuk tubuh kita? Semua pertanyaan
tersebut hanya bisa dijawab kalau Anda memahami tentang cairan dan elektrolit.
Itulah sebabnya materi ini penting dipelajari. Jika Anda menguasai materi ini, Anda
tidak perlu lagi banyak menghapal jenis infus dan kapan harus diberikan saat Anda
berpraktik nanti. Semangat mempelajarinya?!
Silakan mempelajari terlebih dahulu modul ini. Untuk semua Kegiatan Belajar dalam
modul ini, sesuai dengan pembagian kelompok beserta submateri, silakan buat
tayangan (MS Powerpoint Slideshow) dan jelaskan semudah mungkin kepada
teman Anda yang lain (pembelajaran teori). Kemudian masing-masing kelompok
buatlah poster tentang kompartemen cairan tubuh dengan cara mencari gambar-
gambar skematik berbagai jaringan dalam organ tertentu. Pada saat pertemuan
pembelajaran, kelompok yang mampu menjelaskan paling cepat dan tepat akan
menjadi pemenangnya (pembelajaran praktik). Kita juga akan bermain-main tentang
zat pelarut dan terlarut untuk memahami tentang konsentrasi cairan dan
perpindahan zat (pembelajaran praktik). Bagaimana? Anda pasti bersemangat!
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda akan mampu menjelaskan secara benar
fisiologi keseimbangan cairan dan elektrolit dan aspek biokimianya. Modul akan
dihabiskan dalam 2 x 60 menit pembelajaran teori dan 2 x 120 menit pembelajaran
praktik.
Materi ini akan sangat terkait dengan prinsip-prinsip terapi cairan (infus) saat Anda
bekerja nanti sebagai bidan. Saat mempelajari terapi cairan nanti, dan saat
mempelajari asuhan kebidanan, materi ini akan memudahkan Anda mengerti
tindakan dalam asuhan tersebut. Bacalah modul ini dengan seksama dan kerjakan
tugas/latihannya. Kemudian koreksilah jawaban Anda sendiri sesuai dengan kunci
jawaban di bagian penutup modul ini. Jika sudah benar, berarti Anda sudah
memahami dan mencapai tujuan pembelajaran yang dikemukakan di atas. Tidak
KEGIATAN BELAJAR 1
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
TUJUAN PEMBELAJARAN
URAIAN MATERI
Sebelum Anda mempelejari materi ini, coba Anda baca secara ringkas tentang
bagaimana sel diibaratkan seperti kolam senyawa kimia yang sangat pekat
karena materi ini akan sangat memerlukan Anda untuk membayangkan sel-sel
tersebut dengan tepat.
Tabel 1 menunjukkan kebutuhan cairan masuk dan keluar per hari untuk
manusia pria dewasa. Dari cairan masuk, kita dapat melihat bahwa kebutuhan
minum air seseorang akan sangat tergantung pada aktifitas fisik hariannya.
Ternyata, kita juga dapat melihat bahwa air tidak hanya masuk dari luar tetapi
juga sudah air yang dihasilkan dari reaksi-reaksi kimia yang sudah pernah kita
bicarakan di modul tentang sel sebelumnya. Jumlah air dari metabolisme ini
cenderung tetap terlepas aktifitas yang dilakukan seseorang, yaitu 200 cc/hari.
Kehilangan air dalam tubuh dapat terjadi melalui pernafasan atau difusi melalui
kulit secara total menghilangkan 700 cc/hari, bahkan dalam kondisi normal. Hal
ini dinamakan insensible water loss. Kejadian terjadi bahkan dalam kondisi
tubuh tidak berkeringat, dan jangan disamakan dengan keringat! Perhatikan
pada Tabel 1, jelas bahwa kehilangan air melalui kulit tetap sama dalam
keadaan istirahat maupun olahraga, sedangkan melalui saluran nafas justru
meningkat. Tahukah Anda mengapa? Karena saat berolahraga, tentu
pernafasan seseorang menjadi lebih cepat sehingga lebih banyak air yang
menguap keluar bersama udara nafas. Tahukah juga Anda bahwa lapisan kulit
kita dilapisi oleh lapisan tak larut air yang mencegah insensible water loss di
kulit? Pada pasien luka bakar, dimana lapisan kulit tersebut juga rusak,
Kehilangan cairan melalui keringat sangat tergantung pada suhu lingkungan dan
aktifitas seseorang. Jika terus berkeringat dan tidak ada cairan masuk, maka
akan memicu mekanisme rasa haus. Kehilangan cairan melalui tinja tidak
terpengaruh oleh aktifitas. Namun, pada orang yang mengalami diare,
kehilangan cairan melalui tinja dapat banyak sekali dan dapat mengancam
nyawa jika tidak diatasi dalam beberapa hari.
Selain yang tertera pada Tabel 1, kehilangan air kemih dapat mencapai 500 cc
saja per hari pada orang yang dehidrasi, tetapi juga dapat mencapai 20 Liter per
hari pada orang yang banyak minum air. Lihatlah bahwa keluarnya air kemih
justru berkurang pada keadaan olahraga berat. Hal ini terjadi karena tubuh
mengompensasi pengeluaran lewat keringat dengan mengurangi jumlah air
kemih yang dikeluarkan. Pengeluaran ini diatur oleh ginjal yang mengatur
proporsi cairan dan elektrolit yang dikeluarkan.
Coba Anda ingat kembali modul tentang sel dan jaringan. Ingatkah Anda cairan
itu berada dimana saja? Apakah di dalam sel saja? Atau juga di luar sel?
Ruang-ruang itu kita sebut sebagai kompartemen. Untuk lebih memahaminya,
perhatikan Gambar 1 berikut ini.
Bagaimana cairan dalam darah ke sel-sel tubuh kita? Cairan tersebut akan
keluar menembus dinding pembuluh darah kapiler dengan prinsip Hukum
Starling yang akan kita bahas dalam pertemuan-pertemuan berikutnya. Akhirnya
sampailah cairan ke lingkungan dalam (internal environment) sel-sel tubuh kita.
Cairan yang berada di luar pembuluh darah, tetapi masih di luar sel, kita sebut
sebagai cairan interstitisial. Cairan plasma dan interstisial berada dalam
ruangan yang kita sebut kompartemen ekstrasel. Cairan interstisial ini
berjumlah total sekitar 11 Liter dalam tubuh seseorang.
Selanjutnya, dengan teknik difusi dan/atau osmosis yang akan kita bahas nanti,
cairan tersebut akhirnya memasuki sel melewati membran sel, bergabung
Jika Anda totalkan jumlah cairan = 3 Liter plasma + 11 Liter cairan interstisial +
28 Liter cairan intrasel, maka jumlahnya mencapai 42 Liter. Tahukah Anda
bahwa jumlah cairan itu diukur dari penelitian terhadap banyak orang pria
dewasa dengan berat badan 70 kg? Bukankah sudah pernah dijelaskan pada
modul sel bahwa 60% dari massa tubuh manusia adalah cairan? Coba hitung,
berapa 60% x 70 kg? Jika 1 kg = 1 Liter, maka jumlah cairannya adalah 42 Liter.
Dua per tiga total cairan tubuh tersebut berada pada kompartemen intrasel
(coba Anda hitung apakah memang benar demikian?). Dari sepertiga sisanya
yang berada di kompartemen ekstrasel, hanya seperlima yang berada di dalam
pembuluh darah (plasma), sedangkan lainnya di ruang interstisial. Lihatlah pada
Gambar 1 tersebut, ada jalan lain cairan kembali dari ruang interstisial ke
pembuluh darah, yaitu pembuluh limfe (lymphatic). Sepersepuluh cairan
interstisial masuk ke pembuluh limfe untuk kembali ke pembuluh darah. Sisanya
langsung ke dalam pembuluh darah dengan Hukum Starling.
Masih semangat?! Jika Anda memahami tentang hal ini, Anda akan mudah
mengerti mengapa seseorang mengalami bengkak, mengapa dehidrasi harus
memakai cairan infus tertentu, dan mengapa pula cedera kepala tidak
menggunakan cairan infus tertentu. Okay, mari kita lanjut ke subjudul
berikutnya!
Terutama untuk difusi dan osmosis, Anda pasti sudah mempelajarinya ketika
SMU dulu pada pelajaran fisika maupun biologi. Apa itu difusi? Saat SMU, kita
diajari bahwa difusi adalah perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke rendah.
Jika demikian, lantas apa itu osmosis? Osmosis adalah perpindahan zat dari
konsentrasi rendah ke tinggi melalui membran semi-permeabel. Ya, harus ada
membran semi-permeabel sebagai syarat terjadinya osmosis. Tahukah Anda
A B
Sistem seleksi zat oleh protein penyalur ada 2 jenis. Pertama, protein penyalur
tertentu hanya akan melewatkan zat tertentu dengan memiliki struktur senyawa
kimia tertentu pada dinding dalam saluran yang hanya dapat bereaksi dengan
zat yang dilewatkan. Pada Gambar 3A, ion kalium (potassium) dilewatkan
dengan bereaksi secara berantai dan beruntun sehingga akhirnya ion tersebut
masuk ke dalam sel. Kedua, protein penyalur menggunakan sistem gerbang
buka-tutup. Contoh, protein penyalur Na+ bersifat negatif sehingga menarik ion
tersebut yang bersifat positif. Saat Na+ berlekatan, maka gerbang protein
membuka, kemudian setelah Na+ langsun menutup kembali. Demikian juga
beberapa protein penyalur untuk K+. Demikian, sistem-sistem pengaturan pada
difusi sederhana.
Selanjutnya, kita akan mempelajari difusi terfasilitasi. Lihat Gambar 5 berikut ini.
Difusi terfasilitasi terjadi melalui protein pembawa. Protein ini memiliki titik ikat di
dalamnya yang akan mengubah bentuk protein tersebut jika berikatan dengan
zat tertentu yang akan dilewatkan. Selain zat tersebut, tidak ada yang akan
mengubah bentuk protein. Perubahan bentuk protein ini membuat zat tersebut
dihantarkan melewati protein. Saat protein mencapai bentuk tertentu, ikatan zat
pada titik ikat pun lepas dan protein pun kembali seperti semula.
Transpor aktif adalah difusi yang dibantu dan bantuan tersebut memerlukan
energi berupa ATP. Lihat Gambar 6 berikut ini.
Pada Gambar 6A, Anda dapat melihat Na+ dan K+ ditukar keluar masuk oleh
protein pembawa yang juga enzim ATPase. Dapat dilihat bahwa perpindahan
zat tersebut memerlukan energi dari ATP yang diubah menjadi ADP. Protein
pembawa pada Gambar 6A ini juga sebagai pompa Na+-K+-ATPase. Ada 2 jenis
sistem transpor aktif, yaitu sistem co-transport (Gambar 6B) dan counter-
transport (Gambar 6C).
Pada Gambar 6B, dapat dilihat contoh protein pembawa untuk glukosa dimana
glukosa akan dilewatkan jika terikat pada titik ikat disertai pengikatan Na+ pada
titik ikatnya sendiri. Disini glukosa ditemani oleh Na+ yang bergerak dengan
arah yang sama dengan glukosa.
Pada Gambar 6C, dapat dilihat transpor aktif dimana kedua ion bertukar
sehingga bergerak dalam arah yang berlawanan. Gambar 6A juga termasuk
sebagai contoh sistem counter-transport.
Semua bentuk difusi sudah kita pelajari, apakah Anda sudah mengerti? Jika
belum, silakan Anda pelajari dahulu sebelum lanjut ke penjelasan berikutnya.
Ada beberapa faktor yang menentukan kecepatan dan arah difusi. Lihat Gambar
7 berikut ini.
Pada Gambar 7A, faktor pertama penentu kecepatan dan arah difusi adalah
gradien konsentrasi (selisih nilai konsentrasi). Misal, di luar sel terdapat suatu
zat dengan nilai konsentrasi C0 sedangkan di dalamnya Ci, maka kecepatan
difusi = C0 Ci, dan jika hasilnya positif, maka arahnya dari luar ke dalam, tetapi
jika negatif (misalnya krena Ci > C0), maka arahnya dari dalam ke luar, tetapi
meskipun demikian, arah tersebut sebenarnya tetap mengikuti prinsip difusi,
yaitu dari konsentrasi tinggi ke rendah.
Pada Gambar 7B, faktor kedua penentu kecepatan dan arah difusi adalah
elektrisitas zat dan membran. Misalnya, pada gambar tersebut, sisi luar
membran bersifat negatif, sedang sisi dalamnya positif, maka zat di luar yang
bersifat negatif akan tertolak oleh membran luar dan tertarik ke membran dalam.
Tergantung pada keseimbangan antara gaya oleh gradien konsentrasi dengan
gaya oleh tarikan elektrisitas, maka bisa saja zat tersebut masuk ke dalam sel
seluruhnya meskipun konsentrasi zat tersebut di dalam jauh lebih tinggi
daripada di luar.
Perpindahan zat dari konsentrasi rendah ke tinggi pada peristiwa osmosis dapat
terjadi karena adanya membran semi-permeabel. Membran semi-permeabel
tersebut hanya melewatkan (permeabel) terhadap molekul kimia tertentu saja.
Contohnya yang paling jelas adalah membran sel. Sifat selektif membran semi-
permeabel timbul karena pori pada membran berukuran terlalu kecil bagi
banyak molekul kecuali molekul air dan gas. Molekul kimia paling kecil yang
lebih besar dari air adalah ion natrium. Ion natrium sendiri cenderung menarik
air dengan prinsip osmosis.
Masih belum mengerti? Jika difusi adalah perpindahan zat dari konsentrasi
tinggi ke rendah, pada dasarnya, osmosis juga dari konsentrasi tinggi ke
rendah. Bedanya, pada difusi, yang berpindah adalah zat terlarutnya, dari yang
konsentrasi zat terlarutnya yang tinggi ke yang rendah, sedangkan pada
osmosis, yang berpindah adalah zat pelarutnya, dari konsentrasi zat pelarut
yang tinggi (tetapi konsentrasi zat terlarutnya rendah) menuju ke konsentrasi zat
pelarut yang rendah (tetapi konsentrasi zat terlarutnya tinggi). Tapi ingat,
osmosis hanya dapat terjadi jika terdapat membran semi-permeabel. Paham?
Apakah osmosis akan memindahkan semua air pada Gambar 8 di atas? Tentu
saja tidak, karena kompartemen di sebelah kanan pasti akan semakin sesak
dengan molekul air, Na+ dan Cl-. Hal ini akan membuat tubrukan molekul
semakin cepat atau kinetika semakin tinggi sehingga memberikan gaya
penolakan. Perhatikan Gambar 9 berikut ini.
Saat terjadi osmosis dari kanan ke kiri pada Gambar 9 di atas, ada gaya yang
memiliki arah berlawanan yang menahan perpindahan tersebut. Gaya ini timbul
dari kinetika molekul yang semakin bertambah di kiri. Gaya tersebut memiliki
besar yang persis sama, tetapi arah yang berkebalikan 180o, terhadap gaya
osmotik, yaitu gaya perpindahan air. Gaya osmotik ini menekan luas permukaan
membran semi-permeabel sehingga disebut sebagai tekanan osmotik. Pada
Terakhir, kita akan berbicara tentang filtrasi. Organ di dalam tubuh manusia
yang memiliki fungsi filtrasi adalah ginjal. Filtrasi adalah proses menyaring
cairan sehinggi dihasilkan cairan dengan komposisi molekul tertentu. Perhatikan
Gambar 10 berikut ini.
Gambar 10 adalah gambar sebagian dinding saluran air kemih di dalam ginjal.
Saluran tersebut akan Anda kenal sebagai tubulus ginjal saat Anda belajar
tentang sistem uropatika (perkemihan) nanti. Pada Gambar 10 tersebut,
terdapat kata lumen yang artinya lubang saluran, bayangkan saja tubulus ini
seperti pipa. Ruang di dalam pipa itulah lumen, diibaratkan gambar ini adalah
sebagian dinding pipa. Dinding tubulus ada beberapa lapis. Gambar 10 hanya
memperlihatkan lapisan terdekat ke lumen. Di sebelah kanan adalah lapisan
jaringan ikat (ingat kembali modul sel dan jaringan).
Pada contoh ini, terdapat air kemih di dalam tubulus yang mengandung Na+
yang harus diserap kembali sebagian. Ion natrium disini ada yang masuk ke sel
epitel dinding tubulus dengan cara difusi sederhana hingga konsentrasi dalam
Namun, akan berbeda halnya dengan cairan hipotonis maupun hipertonis. Jika
sel dicelupkan ke cairan hipotonis, maka sel akan membengkak (swelling).
Sebaliknya, jika sel dicelupkan ke cairan hipertonis, maka sel akan mengerut
(shrinking). Sel mengerut mirip seperti ujung jari tangan Anda yang cepat
mengerut di dalam air asin atau air laut. Itu terjadi karena prinsipnya sama.
Setelah mempelajari tentang perpindahan zat di atas, pertanyaannya adalah,
menurut Anda mengapa hal itu bisa terjadi?
Pada sel yang dicelupkan ke cairan hipotonis, osmolalitas di luar sel lebih
rendah daripada di dalam sel sehingga terjadi osmosis dari luar ke dalam sel.
Air masuk ke dalam sehingga sel membengkak.
Prinsip inilah yang digunakan ketika melakukan infus. Cairan infus rata-rata
adalah cairan hipotonis karena cairan diperlukan masuk hingga ke dalam sel.
Namun, pada kasus dimana sel membengkak, cairan yang diberikan harus
isotonis karena tidak akan masuk ke dalam sel. Sekarang perhatikan Gambar
12 di bawah ini.
Gambar 12. Efek cairan isotonis, hipotonis, dan hipertonis terhadap volume cairan dan osmolalitas
sel.
Dari uraian di atas, Anda sudah dapat melihat bagaimana efek dari pemberian
cairan infus tertentu. Ingatlah bahwa infus dimasukkan ke pembuluh darah.
Artinya memasuki kompartemen cairan ekstrasel, terutama plasma darah,
kemudian berpindah ke cairan interstisial. Dengan prinsip osmosis, cairan
tersebut dapat masuk ke kompartemen cairan intrasel.
TUGAS / LATIHAN
Bagaimana? Apakah melalui kegiatan belajar di atas Anda sudah mulai memahami
tentang keseimbangan cairan dan elektrolit? Bagus. Jika Anda sudah memahami,
maka dapat dilanjutkan pada kegiatan belajar berikutnya.
Rangkuman
Cairan tubuh total merupakan keseimbangan antara cairan masuk, yaitu asupan
minuman/makanan dan hasil metabolisme, dengan cairan keluar, yaitu insensible
water loss baik melalui kulit maupun saluran nafas, keringat, tinja dan air kemih.
Cairan tubuh total adalah 60% massa tubuh pada orang dewasa.
Komposisi elektrolit cairan ekstrasel didominasi Na+, Cl-, Ca2+, dan HCO3-.
Sedangkan komposisi cairan intrasel didominasi K+, Mg2+, PO43-, anion organik dan
protein.
Difusi adalah perpindahan zat terlarut dari konsentrasi zat terlarut yang tinggi ke
rendah. Sedangkan osmosis adalah perpindahan zat pelarut dari konsentrasi zat
pelarut yang tinggi (konsentrasi zat terlarutnya rendah) ke rendah (konsentrasi zat
terlarutnya tinggi) melalui membran semi-permeabel. Filtrasi adalah proses
penyaringan cairan melalui difusi dan/atau osmosis untuk menghasilkan cairan
dengan komposisi tertentu.
Sistem Penilaian
Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th Ed. Saunders,
2011.