Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

SMF/ BAGIAN ILMU BEDAH


(LONG CASE)

TUMOR SUPRARENAL

Oleh

Maria Vinsensia Balun


1108011014

Pembimbing : dr. Jean E. Pello, SpB

SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG
2017

1
LONG CASE
TUMOR SUPRARENAL

SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

PENDAHULUAN
Kanker adrenal merupakan kondisi tumor ganas yang terdapat pada

kelenjar adrenal, yang dibagi menjadi sub-kortikal adrenal adenoma, kanker

adrenal kortikal dan tumor medula adrenal

Kelenjar adrenal atau suprarenal adalah kelenjar endokrin yang terbagi

menjadi dua bagian utama yaitu korteks dan medula. Hormon utama yang

dihasilkan korteks adalah kortisol sedangkan hormon utama yang dihasilkan

medula adalah epinefrin.

Korteks adrenal menghasilkan 3 hormon utama: kortisol, aldosteron, dan

dehydroepiandrosteron (DHEA). Hormon ini mengontrol metabolisme, tekanan

darah, dan fitur tubuh dengan hati-hati, seperti pertumbuhan rambut dan bentuk

tubuh. Medulla adrenal menghasilkan 3 hormon: epinephrine, norepinefrin, dan

dopamin. Hormon ini, yang sering disebut katekolamin, mengendalikan respons

tubuh terhadap stres, termasuk gelombang adrenalin.

Angka kejadian tumor suprarenal atau tumor adrenal cukup jarang yaitu

7,3%. Sedangkan tumor adrenokortikal (Adrenocortical Tumor/ ACT) sangat

jarang terjadi pada populasi anak-anak, dimana angka kejadiannya hanya sekitar

0,3-0,4 % dari keseluruhan keganasan pada anak-anak. Kasus pertama yang

dilaporkan terjadi pada tahun 1865 dan hingga tahun 1937, sebagian besar anak

2
yang dilakukan adrenalectomy mengalami kematian akibat insufisiensi

adrenokortikal akut pasca operasi. Namun ketika sudah tersedia kortison secara

luas, prognosis pasien-pasien ini menjadi lebih baik. ACT pada anak-anak

memiliki klinis dan sifat biologis yang khas dan tidak seperti keganasan lain pada

anak-anak. Insiden keganasan pada anak-anak akan meningkat seiring dengan

pertambahan usia, dimana 65% angka kejadian ACT terjadi pada usia di bawah 5

tahun. Fakta tentang distribusi penyebaran di usia ini, sesuai dengan asal

embrionik tumor.Selain itu, anak yang menderita ACT pada umumnya terlihat

sehat dan memiliki pertumbuhan yang normal. Bahkan pada kasus ACT dengan

ukuran kecil, sindroma endokrin masih berfungsi normal sehingga sering

diagnosis tertutupi atau tertunda ditegakkan.

Sebagian besar ACT adalah tipe jinak (adenoma) dimana angka

kejadiannya cukup sering. Sebaliknya, tipe ganas (Adrenocortical Carsinoma/

ACC) angka kejadiannya lebih jarang yaitu hanya 4-12 kasus per 1 juta populasi.

Walaupun angka kejadiannya jarang, namun ACC memiliki prognosis yang

buruk.Perbedaan prognosis antara tipe yang jinak dengan ganas menjadikan

pentingnya penegakkan diagnosis untuk membedakan kedua tipe ini.

Penegakkan diagnosis harus meliputi pemeriksaan yang tepat dari sisi

klinis, biologis dan pemeriksaan penunjang lain sebelum dilakukan tindakan

operasi maupun pemeriksaan histopatologi setelah reseksi tumor.

3
KELENJAR ADRENAL

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di sisi anterosuperior (depan-

atas) dan terletak sejajar dengan vertebra thorax ke-12 dan mendapatkan suplai

darah dari arteri adrenalis. Tiap kelenjar memiliki berat sekitar 4 gram rata-rata

panjang 5 cm, lebar 3 cm serta tebal 1 cm . Secara histologis, terbagi atas dua

bagian yaitu medula dan korteks. Bagian korteks mimiliki berat sekitar 90%

massa kelenjar, pada orang dewasa bagian ini diklasifikasi lebih lanjut menjadi

tiga lapisan zona: zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona retikularis. Tiap

zona menghasilkan hormon steroid

Lapisan luar zona glomerulosa merupakan tempat dihasilkannya

mineralokortikoid (aldosterone), yang terutama diatur oleh angiotensin II, kalium ,

dan ACTH. Juga dipengaruhi oleh dopamine, atrial natriuretic peptide (ANP) dan

neuropeptida. Zona fasciculata pada lapisan tengah, dengan mensintesis

glukokortikoid, terutama diatur oleh ACTH. Juga dipengaruhi oleh beberapa

sitokin (IL1, IL 6, TNF) dan neuropeptida. Zona reticularis pada lapisan terdalam,

merupakan tempat sekresi androgen adrenal (terutama

dehydroepiandrostenedion (DHEA), DHEA sulfat dan androstenedion) juga

glukokortikoid (kortisol and corticosteron). Zona yang keempat disebut zona fetal

yang terdapat hanya sepanjang masa tumbuh kembang.

Oleh karena enzim 17 hydroxylase (CYP 17) tidak terdapat pada

lapisan korteks terluar, hormon kortisol dan androgen tidak dapat disintesis pada

bagian korteks. Steroid dan produk sampingan lain seperti lipid hidroperoksida

4
dilepaskan ke dalam sirkulasi adrenal melalui pembuluh darah dan menghambat

beberapa enzim penting misalnya hormon aldosteron tidak dapat disintesis pada

zona di bawah zona glomerulosa, dan 17-OH progesteron tidak dapat dikonversi

menjadi kortisol pada zona retikularis, namun dibutuhkan untuk membentuk

formasi androgen.

Bagian dalam kelenjar disebut medula mengandung sel kromafin yang

merupakan sumber penghasil hormon jenis katekolamin yaitu hormon adrenalin

dan norepinefrin, dengan jenjang reaksi yang distimulasi kelenjar hipotalamus

sebagai berikut Tirosin DOPA dopamina norepinefrin adrenalin

Hormon kortisol dari zona fasikulata yang menjadi medulla akan

menstimulasi sintesis enzim phenylethanolamine-N-methyltransferase yang

mempercepat konversi norepinefrin menjadi adrenalin.

Korteks berasal dari mesoderm yang tumbuh dari sel mesotel antara radiks

mesenterium dan gonad yang sedang tumbuh. Fungsi dari korteks ini adalah

membentuk beberapa hormon tertentu dengan struktur kimia yang mirip dan

disebut hormon-hormon steroid (kortisol, mineralokortikoid seperti aldosteron dan

androgen adrenal). Sekresi kortisol dipengaruhi oleh hormone ACTH yang dibuat

oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. ACTH selanjutnya dipengaruhi oleh

beberapa faktor pelepas kortikotropin yang disekresi oleh hipotalamus. Kortisol

mempengaruhi proses glukoneogenesis, katabolisme protein, aktivitas

antiinflamasi dan imunosupresi serta penambahan deposit lemak.

Mineraokortikoid bekerja pada tubulus ginjal, kelenjar keringat dan sistem

saluran cerna. Sedangkan produksi diatur oleh sistem rennin angiotensin. Hormon

5
yang ketiga yang diproduksi pada korteks adalah hormon androgen dan estrogen

yang umumnya tidak berpengaruh besar pada perkembangan cirri seksual

sekunder kecuali jika muncul tumor yang akan mengakibatkan hipersekresi.

Bagian medula berguna membentuk hormon sistem saraf (katekolamin)

yaitu norepinefrin dan epinefrin (adrenalin). Kedua hormon ini dikeluarkan

sebagai reaksi terhadap stress akibat rasa takut, hipoglikemi dan tindakan bedah.

Katekolamin bekerja di jaringan dengan cara merangsang reseptor alfa atau beta

dan berpengaruh luas terhadap metabolism karbohidrat dan sistem kardiovaskuler.

Pada jantung, katekolamin berpengaruh inotropik positif, sedangkan pada

pembuluh darah berpengaruh vasokontriksi.

Tumor yang berkembang dari bagian medula meliputi pheochromocytoma

(pada umumnya bersifat jinak) dan neuroblastoma.

EPIDEMIOLOGI

Tumor kelenjar adrenal jarang dijumpai dan sebagian besar diketahui

secara kebetulan. Sejak ditemukan dan ditegakkan diagnosis, 40-70% telah terjadi

penyebaran. Tumor adrenal yang bersifat jinak merupakan penyebab kematian

sebesar 0,02-0,2%. Sedangkan tumor adrenal ganas yaitu Adrenocortical

Carsinoma (ACC) jarang ditemukan. Insidennya sebesar 0,6-1,67 per 1 juta orang

per tahun. Secara keseluruhan, prevalensi ACC adalah sebesar 0.02-0,2% dari

total kanker yang menyebabkan kematian.

Jenis Kelamin perempuan dan pria sebesar kurang lebih 2,5-3 : 1. Pasien

laki-laki cenderung pada usia tua dan mempunyai prognosis lebih buruk

6
dibanding perempuan. Pasien perempuan lebih cenderung mempunyai gangguan

yang berhubungan dengan sindrom endokrin.

Usia tersering pada 2 usia puncak yaitu: awal decade kehidupan dan

decade keempat sampai kelima. Kurang lebih 75% pasien anak-anak dengan ACC

mempunyai usia kurang dari 5 tahun. Tumor fungsional lebih sering terjadi pada

anak-anak, sedangkan tumor nonfungsional sering terjadi pada usia dewasa. Pada

neuroblastoma umumnya terjadi pada usia di bawah 3 tahun dan bersifat fatal.

ETIOLOGI

Saat ini, faktor-faktor penyebab kanker adrenal yang tepat masih tidak begitu

jelas, tetapi faktor lainnya yang juga relevan antara lainnya sebagai berikut :

1. TBC pada jaringan adrenal : setelah tuberkulosis atau TBC pada adrenal

terkendali dengan baik, maka disfungsi adrenal kronis yang disebabkan oleh

penyakit akan berkurang.

2. Gangguan autoimun : penyakit autoimun mendadak yang disebabkan oleh

atrofi korteks adrenal ini dianggap penyebab kanker yang paling umum.

3. Tumor ganas di bagian tubuh lainnya yang mengalami metastasis pada kelenjar

adrenal : persentasinya kanker adrenal 26% -50%, kanker pencernaan, kanker

paru, kanker payudara, kanker tiroid, melanoma, dll.

7
KLASIFIKASI

A. Berdasarkan Anatomi

1. Tumor Korteks Adrenal

a. Jinak (Adrenokortikal Adenoma)

Sebagian besar tumor korteks adrenal adalah tipe jinak atau yang disebut

sebagai adenoma. Ukuran adenoma tidak lebih dari 2 inci (5 sentimeter) dan

biasanya mengenai 1 sisi kelenjar adrenal. Pada umumnya tipe adenoma ini

adalah non fungsional dimana adenoma tidak menghasilkan hormon kelenjar

adrenal. Selain tipe yang non fungsional, terdapat pula adenoma yang

menghasilkan hormon steroid adrenal secara berlebihan dan menyebabkan gejala

klinis. Gejala yang diakibatkan peningkatan hormon-hormon adrenal ini mirip

dengan gejala pada ACC. Namun harus segera dibedakan apakah kelainan

disebabkan tipe adenoma atau ACC, karena perbedaan prognosis yang bermakna.

b.Ganas (Adrenokortikal Karsinoma/ ACC)

Adrenocortical Carsinoma disebut juga dengan istilah Adrenal Cancer .

Tipe ini sering ditemukan oleh karena 2 hal. Pertama adalah adanya produksi

berlebihan dari hormon kelenjar adrenal yang menyebabkan peningkatan berat

badan dan retensi cairan, pubertas dini pada anak dan pertumbuhan rambut

berlebihan pada wajah dan tubuh pada wanita. Alasan yang kedua adalah

munculnya gejala akibat ukuran tumor yang semakin membesar. Ukuran tumor

yang membesar akan menekan organ di sekitarnya dalam abdomen dan

menyebabkan rasa nyeri serta rasa penuh pada perut.

8
Umumnya ukuran ACC lebih besar dari adenoma yaitu lebih dari 5-6

sentimeter, dengan ukuran rata-rata sebesar 13 cm (5 inchi). Sebagian besar ACC

tidak berasal dari kelenjar adrenal, namun berasal dari organ lain yang kemudian

menyebar hematogen menuju kelenjar adrenal. Sebagai contoh adalah kanker

paru, melanoma dan kanker payudara yang sering menyebar menuju kelenjar

adrenal.

2. Tumor Medula Adrenal

a. Jinak ( Feokromositoma)

Feokromitoma jarang ditemukan dan biasanya terdapat hipertensi berat

yang dapat muncul episodik maupun terus-menerus. Tumor ini 10% multiple dan

10% lainnya terdapat di luar kelenjar adrenal. Serangan hipertensi biasanya

dikenal dengan trias palpitasi, nyeri kepala dan berkeringat. Serangan ini

disebabkan oleh pengeluaran katekolamin dan kadang peptide vasoaktif.

b.Ganas (Neuroblastoma)

Satu dari 3 kasus neuroblastoma berasal dari kelenjar adrenal, sedangkan

1 dari 4 kasus berasal dari ganglia simpatis pada abdomen. Klasifikasi lain yang

sering digunakan pada tumor adrenal adalah fungsional dan non fungsional

tergantung dari produksi hormon adrenokortikal. Jika tumor menghasilkan

hormon ini maka disebut sebagai tipe yang fungsional, begitu juga sebaliknya.

Kejadian ACC tipe fungsional lebih banyak ditemukan yaitu sebesar 50-80% dan

menimbulkan gejala cushing syndrome

9
B. Berdasarkan Fungsi

1. Tumor Fungsional
a. Adenoma Adrenal
b. Adreno Cortical Carcinoma
c. Feokromositoma

d. Congenital Adrenal Hyperplasia

2. Tumor Non Fungsional

a. Neuroblastoma
b. Kista Adrenal
c. Hemangioma
d. Leiomioma
e. Leiomiosarkoma
f. Limfoma Non Hodgkin

g. Melanoma Maligna

GEJALA KLINIS
Tumor adrenal sering tidak dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik

karena letaknya yang tersembunyi. Kelainan kelenjar adrenal yang memerlukan

tindakan bedah sebagian besar disebabkan oleh hipersekresi satu atau lebih

hormon kelenjar adrenal oleh tumor atau hyperplasia. Tumor yang tidak berfungsi

sering dijumpai, dan biasanya asimtomatis tetapi selanjutnya dapat menimbulkan

gejala desakan dan menjadi ganas.

Dari data penelitian menunjukkan bahwa manifestasi klinis 50% pasien

tumor adrenal disebabkan oleh peningkatan produksi hormon adrenal, 50%

sisanya muncul akibat ukuran tumor yang semakin membesar sehingga menekan

organ sekitarnya. Pembagian manifestasi klinis tersebut meliputi:

1. Gejala akibat produksi hormon androgen dan estrogen

10
Pada anak-anak gejala klinis yang muncul sebagian besar

disebabkan oleh peningkatan hormon androgen yang diproduksi tumor.

Gejala yang paling sering muncul adalah pertumbuhan rambut berlebihan

pada wajah dan tubuh (contoh: area pubis dan bawah lengan). Hormon

androgen juga dapat menyebabkan pembesaran penis pada anak laki-laki dan

klitoris pada anak perempuan. Gejala lain juga dapat disebabkan oleh

produksi hormon estrogen yang menyebabkan pubertas dini pada anak

perempuan berupa perkembangan payudara dan periode menstruasi yang

lebih dini. Hormon estrogen akan menyebabkan pembesaran payudara pada

anak laki-laki.
Pada populasi dewasa, gejala yang disebabkan oleh peningkatan

hormon seksual tidak terlalu tampak terlihat karena populasi ini sudah

melewati masa pubertas. Wanita dengan tumor adrenal yang memproduksi

hormon estrogen dan pria dengan tumor adrenal yang memproduksi hormon

androgen, pada umumnya tidak menimbulkan gejala dan baru muncul gejala

saat tumor semakin besar serta menekan organ sekitarnya. Gejala akan lebih

tampak muncul jika peningkatan hormon seksual ditemukan pada jenis

kelamin yang berkebalikan. Sebagai contoh, pria dengan tumor yang

menghasilkan hormon estrogen akan menimbulkan gejala pembesaran

payudara dan disfungsi ereksi. Sebaliknya, pada wanita dengan tumor adrenal

yang memproduksi hormon androgen akan mengalami pertumbuhan rambut

berlebihan pada wajah dan tubuh, periode menstruasi yang tidak teratur dan

memiliki suara yang lebih dalam.


2. Gejala akibat produksi kortisol

11
Hormon kortisol yang berlebihan akan menyebabkan Cushing Syndrome.

Beberapa pasien tumor adrenal menunjukkan semua gejala Cushing Syndrome,

namun ada beberapa pasien yang hanya menderita 1-2 gejala saja. Tanda dan

gejala yang dapat muncul meliputi:


a. Peningkatan berat badan: pada umumya penambahan berat badan tersering

terjadi pada lokasi di atas tulang clavicula dan sekitar abdomen


b. Deposit lemak di belakang leher dan bahu
c. Stretch mark keunguan pada abdomen

d. Pertumbuhan rambut berlebihan pada wajah, dada dan punggung pada

wanita

e. Periode menstruasi yang tidak reguler

f. Kelemahan dan kehilangan massa otot pada tungkai

g. Depresi dan atau gangguan mood

h. Kelemahan tulang (osteoporosis) yang dapat memicu fraktur

i. Peningkatan gula darah dan sering memicu diabetes

j. Peningkatan tekanan darah

3. Gejala akibat produksi hormon aldosteron

Gejala utama yang yang muncul akibat tingginya produksi aldosteron

adalah tekanan darah yang tinggi, kelemahan, kram otot dan rendahnya kadar

kalium. Jenis adenoma lebih sering memberikan gejala peningkatan hormon ini,

sedangkan pada ACC lebih jarang ditemukan.

Aldosterone-producing adenomas (Aldosteronoma) tumbuh dari korteks

adrenal zona glomerulosa.Ini merupakan tumor jinak dengan kejadian 60-70%

pada pasien dengan aldosteronome primer. Lesi unilateral, tunggal dengan ukuran

12
diameter kurang dari 2 cm. Idiopatik aldosteronisme merupakan penyebab kedua

dari aldosteronisme primer yang ditandai dengan hiperplasi adrenokortikal

bilateral.

Diagnosis yang tepat untuk membedakan Aldosterone-producing

adenomas dengan idiopatik aldosteronisme sangatlah penting karena perbedaan

dalam penatalaksanaannya (reseksi vs medikamentosa). Penyebab lain dari

aldosteronisme primer adalah Aldosterone-producing carcinoma, glucocorticoid-

remediable hyperaldosteronism dan hiperplasi glomerulosa adrenal primer.

4. Gejala penekanan tumor adrenal pada organ sekitar

Semakin besar ukuran tumor semakin menekan organ dan jaringan sekitarnya.

Hal ini akan menyebabkan nyeri pada sekitar tumor dan perasaan penuh pada

abdomen dan mengganggu saat makan karena perut lebih cepat terasa penuh.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ultrasonografi
Computed tomography
PET scan
MRI
Darah lengkap
Biopsi

STADIUM
Penentuan stadium menggunakan sistem TNM
TUMOR (T)
Dengan menggunakan sistem TNM, "T" (0 sampai 4) digunakan untuk

menggambarkan ukuran dan lokasi tumor. Beberapa tahap juga dibagi menjadi

13
kelompok yang lebih kecil yang membantu menggambarkan tumor secara lebih

rinci. Informasi stadium tumor spesifik tercantum di bawah ini.


TX : Tumor primer tidak bisa dievaluasi
T0 : Tidak ada tumor primer.

T1 : Tumornya berukuran 5 sentimeter (cm) atau kurang dan belum tumbuh di

luar kelenjar adrenal


T2 : Tumor lebih besar dari 5 cm dan belum tumbuh di luar kelenjar adrenal.

T3 : Tumor bisa bermacam-macam. Ini telah tumbuh ke daerah sekitar kelenjar

adrenal namun belum menyebar ke organ terdekat.

T4 : Tumor itu memiliki ukuran dan telah berkembang menjadi salah satu dari

berikut ini:

Jaringan atau organ terdekat, seperti ginjal

Diafragma

Pembuluh darah lebih besar, seperti aorta dan vena cava

Pankreas

Limpa

Hati

NODE (N)
NX: Kelenjar getah bening regional tidak dapat dievaluasi.

N0 : Kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening regional.

N1: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening regional.

Metastasis (M)

M0 : Kanker belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.

M1: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain di luar organ terdekat.

14
PENENTUAN STADIUM

Stadium I: Tumornya 5 cm atau lebih kecil dan belum tumbuh melampaui

kelenjar adrenal. Ini belum menyebar ke kelenjar getah bening regional atau ke

bagian tubuh lainnya (T1, N0, M0).


Stadium II : Tumor lebih besar dari 5 cm. Ini belum berkembang melampaui

kelenjar adrenal atau menyebar ke kelenjar getah bening regional atau bagian

tubuh lainnya (T2, N0, M0).


Stadium III : Tumor digambarkan sebagai berikut

Ukuran 5 cm atau lebih kecil dan telah menyebar ke kelenjar getah bening
regional tetapi tidak ke bagian tubuh yang lain (T1, N1, M0).
Ukuran lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening
regional namun tidak ke bagian tubuh yang lain (T2, N1, M0).
Semua ukuran dan telah tumbuh melampaui kelenjar adrenal tapi tidak ke
organ terdekat (T3, N0, M0)

Stadium IV : Tumor digambarkan sebagai berikut:

Semua ukuran dan telah tumbuh ke daerah sekitar kelenjar adrenal tapi
tidak ke organ terdekat. Tumor telah menyebar ke kelenjar getah bening
regional namun tidak ke bagian tubuh yang lain (T3, N1, M0).
Semua ukuran kuran dan telah menyebar ke organ terdekat tapi tidak ke
kelenjar getah bening atau bagian tubuh lainnya di luar organ terdekat (T4,
N0, M0).
Semua ukuran dan telah menyebar ke organ terdekat. Tumor telah
menyebar ke kelenjar getah bening regional namun tidak ke bagian tubuh
lain di luar organ terdekat (T4, N1, M0).
Tumor telah menyebar ke bagian lain dari tubuh (setiap T, N, M1).

15
PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Pembedahan adalah pengangkatan tumor dan, jika perlu, beberapa jaringan

sehat di sekitarnya selama operasi. Adrenalektomi adalah operasi pengangkatan

kelenjar adrenal dengan tumor. Ini mungkin diperlukan untuk mengobati tumor

kelenjar adrenal. Jika tumor lebih kecil dari 5 cm dan, berdasarkan ukuran atau

tampilannya pada pencitraan, tidak menunjukkan bukti bahwa itu adalah kanker,

maka operasi laparoskopi mungkin dilakukan. Operasi laparoskopi adalah teknik

invasif minimal dimana ahli bedah menggunakan kamera yang menyala dan

instrumen khusus dan membuat sayatan kecil di kulit. Teknik ini mengurangi rasa

sakit dan waktu pemulihan setelah operasi dibandingkan dengan sayatan

tradisional yang lebih besar. Bedah laparoskopi bisa dilakukan dari perut atau

punggung, tergantung lokasi tumor dan pengalaman ahli bedah. Jika tumornya

mungkin kanker atau lebih besar dari 5 cm, operasi dengan menggunakan sayatan

lebih besar di perut atau punggung dianjurkan. Jika pasien sebelumnya pernah

menjalani operasi perut, sayatan di bagian belakang mungkin lebih mudah.

Pembedahan juga merupakan pilihan pengobatan utama untuk

pheochromocytoma, tumor medulla adrenal yang menghasilkan kelebihan

katekolamin. Operasi kelenjar adrenal bisa menyebabkan pendarahan. Tumor juga

bisa membuat hormon stres berlebih, yang disebut katekolamin. Jika ini

masalahnya, pasien perlu dipantau dan mendapat obat untuk mengobati tekanan

darah tinggi selama operasi. Pasien dengan tumor yang menghasilkan hormon

dalam jumlah sangat besar mungkin memerlukan pengobatan dan persiapan

ekstensif sebelum operasi.

16
2. Terapi hormonal
Tumor kelenjar adrenal dapat menghasilkan hormon berlebih,

dokter mungkin meresepkan berbagai obat untuk mengendalikan kadar

hormon ini sebelum, selama, atau setelah perawatan lainnya. Misalnya,

jika tumor adalah pheochromocytoma yang memproduksi katekolamin

berlebih, pasien mungkin memerlukan obat untuk menurunkan kadar

bahan kimia tubuh ini sebelum pengobatan tambahan dapat diberikan.

Atau, setelah operasi untuk karsinoma adrenokortikal yang menghasilkan

hormon, pasien mungkin memerlukan obat untuk menghambat efek

kelebihan kortisol. Obat ini termasuk metyrotone (Metopirone),

metyrosine (Demser), spironolakton (Aldactone), dan streptozocin

(Zanosar).

3. Chemoterapy
Kemoterapi adalah penggunaan obat untuk menghancurkan sel

tumor, biasanya dengan menghentikan kemampuan sel untuk tumbuh dan

membelah. Regimen kemoterapi (jadwal) biasanya terdiri dari sejumlah

siklus tertentu yang diberikan selama periode waktu tertentu. Seorang

pasien mungkin menerima 1 obat pada satu waktu atau kombinasi obat

yang berbeda pada saat bersamaan. Mitotane (Lysodren) adalah obat yang

digunakan untuk mengobati kanker di korteks adrenal. Ini mengurangi

jumlah adrenokortikoid yang diproduksi oleh korteks adrenal. Efek

samping kemoterapi bergantung pada individu dan dosis yang digunakan,

tetapi bisa termasuk kelelahan, risiko infeksi, mual dan muntah, rambut

17
rontok, kehilangan nafsu makan, dan diare. Efek samping ini biasanya

hilang begitu pengobatan selesai.

4. Terapi radiasi
Terapi radiasi adalah penggunaan sinar-x energi tinggi atau partikel

lainnya untuk menghancurkan sel-sel tumor. Jenis perawatan radiasi yang

paling umum disebut terapi radiasi sinar eksternal, yaitu radiasi yang

diberikan dari mesin di luar tubuh. Regimen terapi radiasi (jadwal)

biasanya terdiri dari sejumlah perawatan tertentu yang diberikan selama

periode waktu tertentu. Efek samping dari terapi radiasi bisa meliputi

kelelahan, reaksi kulit ringan, sakit perut, dan buang air besar. Sebagian

besar efek samping hilang segera setelah perawatan selesai.

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. Bernadus Babo

Umur : 13 tahun

Jenis kelamin : Laki laki

Agama : Kristen Katolik

Alamat : Maumere

II. ANAMNESIS
Heteroanamnesis dan Autoanamnesis
Keluhan Utama :
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari SMRS. Sesak
dirasakan terus menerus sepanjang hari dan terasa semakin memberat. Sesak
yang dialami disertai dengan keluhan lemas yang mulai dirasakan pasien 2

18
hari SMRS dimana keluhan ini diawali dengan keluhan mual muntah yang
dialami pasien sejak 1 minggu SMRS sehingga pasien tidak dapat makan.
Pasien juga mengeluhkan nyeri perut yang sudah dirasakan sejak 2 minggu
SMRS. Nyeri dirasakan di perut bagian atas dan terasa seperti tertusuk tusuk
dan disertai dengan keluhan susah BAB. Selain itu pasien juga mengeluhkan
sakit kepala seperti tertusuk tusuk dan jantung yang berdebar debar sejak 1
minggu SMRS.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mempunyai riwayat Tumor suprarenal dan infeksi jantung sehingga
dirawat di RSUD Maumere. Pasien juga mempunyai riwayat menderita
sumbatan pembuluh darah otak sehingga tubuh sebelah kiri pasien susah
digerakan.

III. PEMERIKSAAN FISIK


TD = 140/70 mmHg
Nadi = 50 x/menit
RR = 48 x/menit
Suhu = 36,3C

Kepala
Rambut : hitam, sukar dicabut
Mata : konjungtiva anemis ; sclera tidak ikterik
Hidung : rhinorhea (-), epistaksis (-), deviasi septum (-)
Mulut : mukosa bibir kering, sianosis (-)

Leher
Pembesaran Kelenjar getah bening (-)
Thoraks/ Pulmo:
Inspeksi : Pengembangan dada simetris, Retraksi (+)
Palpasi : Massa (-), krepitasi (-)
Perkusi: sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+) , Ronchi (+/+), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V kiri

19
Perkusi : pekak, batas jantung kanan pada linea parasternal dextra,
batas jantung sinistra pada line midclavicula sinistra, batas jantung atas
pada ICS II kiri.
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, Gallop (-), Murmur (+)
Abdomen
Inspection :Massa (-), jejas (-)
Auscultation : peristaltik normal
Palpation : Nyeri tekan (+) , massa (+) regio epigastrik dan
hipokondrial kanan
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas :
Look: dalam batas normal
Feel : Dalam batas normal
Movement : ROM normal
IV. ASSESSMENT
Tumor suprarenal dd tumor abdomen
V. TERAPI
IVFD Aminofluid : D5 : NaCl 1:1:1 /24 jam
Ceftriaxon 2 x 1 g
Ranitidin 2 x 1
Ketorolac 3 x 1

20
21

Anda mungkin juga menyukai