Kakekku Malang
Oleh :
Hendra saleh
N101 13 029
Kelompok XV
Jawaban :
Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
a. Kasus baru
Infeksi sekunder
Infeksi jamur
TB paru kambuh
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita
tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
e. Kasus Gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan)
g. Kasus bekas TB
Catatan :
Sumber referensi :
3. Pathogenesis
Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernapasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB
terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil ; gumpalan basil yang lebih besar
cenderung tertahan disaluran dihidung dan saluran besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada diruangan alveolus, biasanya dibagian
bawah lobus atas paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan.leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut sebgai fagosit yang kemudian diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul pneumonia akut. Bisa
sembuh sendiri tetapi jika dia berkembangbiak maka akan menginfiltrasi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang
dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 20
hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative padat
dan seperti keju disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
fibroblast menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut kolagenosa yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis
penyebaran ini disebut penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh
sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan TB milier. Contoh Pada pasien HIV.
Sumbe referensi :
Sylvia A. Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed 6. EGC ;
Jakarta
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama
dan tambahan.
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1)yang digunakan adalah:
Rifampisin
INH
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini terdiri
dari :
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid. 400 mg
3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat
Derivat rifampisin dan INH
Dosis OAT
Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali
INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 mg/kg BB 2
X semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : 600 mg / kali
Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu, 50 mg /kg
BB 2 X semingggu atau :
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1 000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg /kg BB, 30mg/kg BB
3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau :
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
Streptomisin:15mg/kgBB atau
BB >60kg : 1000mg
BB 40 - 60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
Kombinasi dosis tetap
Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap, penderita
hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase
lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti
yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan. Pada
kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek
samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / fasiliti yang mampu
menanganinya.
Factor resiko :
Lingkungan
Keturunan
Gender
Makanan dan minuman
Sumber referensi :
Susanto J. 2009.Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Binarupa
Aksara ; Tangerang selatan
Sumber referensi :
Sylvia A. Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed 6. EGC ;
Jakarta
5. 1 Influenza 4A
2 Pertusis 4A
3 Acute Respiratory distress syndrome (ARDS) 3B
4 SARS 3B
5 Flu burung 3B
6 Faringitis 4A
7 Tonsilitis 4A
8 Laringitis 4A
9 Hipertrofi adenoid 2
10 Abses peritonsilar 3A
11 Pseudo-croop acute epiglotitis 3A
12 Difteria (THT) 3B
13 Karsinoma laring 2
14 Karsinoma nasofaring 2
Trakea
15 Trakeitis 2
16 Aspirasi 3B
17 Benda asing 2
Paru
18 Asma bronkial 4A
19 Status asmatikus (asma akut berat) 3B
20 Bronkitis akut 4A
21 Bronkiolitis akut 3B
22 Bronkiektasis 3A
23 Displasia bronkopulmonar 1
24 Karsinoma paru 2
25 Pneumonia, bronkopneumonia 4A
26 Pneumonia aspirasi 3B
27 Tuberkulosis paru tanpa komplikasi 4A
28 Tuberkulosis dengan HIV 3A
29 Multi Drug Resistance (MDR) TB 2
30 Pneumothorax ventil 3A
31 Pneumothorax 3A
32 Efusi pleura 2
33 Efusi pleura masif 3B
34 Emfisema paru 3A
35 Atelektasis 2
36 Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) eksaserbasi akut 3B
37 Edema paru 3B
38 Infark paru 1
39 Abses paru 3A
40 Emboli paru 1
41 Kistik fibrosis 1
42 Haematothorax 3B
43 Tumor mediastinum 2
44 Pnemokoniasis 2
45 Penyakit paru intersisial 1
46 Obstructive Sleep Apnea (OSA) 1
Sumber Referensi :
konsil kedokteran indonesia.2012. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA. Ed
2 ; Jakarta
RONCHI (RALES)
Adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran
nafas yang berisi sekret/ eksudat atau akibat saluran nafas yang menyempit atau oleh
oedema saluran nafas. Ada dua jenis ronchi yaitu ronchi basah (moist rales) dan
ronchi kering (dry rales). Ronchi basah adalah suara tambahan disamping suara nafas,
yaitu bunyi gelembung-gelembung udara yang melewati cairan (gurgling atau
bubling) terutama pada fase inspirasi. Ronchi basah disebabakan oleh adanya eksudat
atau cairan dalam bronkiolus atau alveoli dan bisa juga pada bronkus dan trakea. Ada
ronchi basah nyaring contohnya pada infiltrat paru dan ronchi basah tak nyaring
misalnya pada bendungan paru. Ada ronchi basah kasar, ini biasanya berasal dari
cairan yang berada dibronkus besar atau trakea, ada ronchibasah sedang dan ada pula
ronchi basah halus yang terutama terdengar pada akhir inspirasi, terdengar seperti
bunyi gesekan rambut antara jari telunjuk dengan empu jari.Ronchi kering disebabkan
lewatnya udara melalui penyempitan saluran nafas, inflamasi atau spasme saluran
nafas seperti pada bronchitis atau asma bronchial. Ronchi kering lebih dominant pada
fase expirasi terdengar squeking dan grouning, pada saluran yang lebih besar adalah
deep tone grouning (sonorous) dan pada saluran yang lebih kecil terdengar squeking
dan whistling (sibilant). Ronchi kering dengan berbagai kwalitas frekwensi pitchnya
disebut musical rales (seperti pada asma bronchial).
PLEURAL FRICTION
Terjadinya bunyi pergeseran antara pleura parietal dengan pleura fiseral waktu
inspirasi disebut Pleura friction. Dapat terjadi pada pleuritis fribrinosa. Lokasi yang
sering terjadi pleurafriction adalah pada bagian bawah dari axilla, namun dapat juga
terjadi dibagian lain pada lapangan paru. Terdengar seperti menggosok ibu jari
dengan jari telunjuk dengan tekanan yang cukup keras pada pangkal telinga kita,
terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi.
Bronchophoni
Vocal sound (suara biasa) bila didengarkan pada dinding thorax (lapangan
paru) akan terdengar kurang keras dan kurang jelas dan terdengar jauh. Bila terdengar
lebih keras, lebih jelas dan pada pangkal te linga pemeriksaan disebut bronchoponi
positif terdapat pada pemadatan parenkim paru, misal pada infiltrat dan aktelektasis
kompresif.
Eugophoni
ADVENTITIOUS
Crackles (Rales)
Wheeze
Rhonchi
Stridor
Pleural Rub
Sumber referensi :
Nurini A, 2013. Thorax Examination. FK UGM ; Yogyakarta