Anda di halaman 1dari 12

Tugas PBL scenario 1 September 2015

Kakekku Malang

Oleh :
Hendra saleh
N101 13 029
Kelompok XV

Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan


Universitas tadulako
2015
Learning objektieve scenario 1 :

1. Klasifikasi dari penyakit TB !


2. Fisiologi system pernapasan !
3. Patogenesis,penatalaksanaan pencegahan dan factor resiko TB !
4. Epidemiologi TB !
5. Sebutkan jenis-jenis penyakit kelainan system respirasi (sesuai kompetensi dokter
umum) beserta definisinya !
6. Sebutkan bunyi normal dari auskultasi thorax !

Jawaban :

1. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,


tidak termasuk pleura (selaput paru)

1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi dalam :

a. Tuberkulosis Paru BTA (+)

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil


BTA positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif


dan kelainan radiologic menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif


dan biakan positif

b. Tuberkulosis Paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,


gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis
aktif serta tidak respons dengan pemberian antibiotic spektrum luas

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan


biakanM.tuberculosispositif

Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa

2. Berdasarkan Tipe Penderita

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan


sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu :

a. Kasus baru

Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT


atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
b. Kasus kambuh (relaps) Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagiberobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila hanya
menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik sehingga dicurigai lesi
aktif kembali, harus

dipikirkan beberapa kemungkinan :

Infeksi sekunder

Infeksi jamur

TB paru kambuh

c. Kasus pindahan (Transfer In) Adalah penderita yang sedang


mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan kemudian pindah berobat
ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah

d. Kasus lalai berobat

Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita
tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

e. Kasus Gagal

Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan)

Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik


positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau
gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan

f. Kasus kronik Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA


masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan
pengawasan yang baik

g. Kasus bekas TB

Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas)


negatif dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif,
terlebih gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran yang
menetap.Riwayat pengobatan OAT yang adekuat akan lebih
mendukung
Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB aktif,
namun setelah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan ternyata
tidak ada perubahan gambaran radiologic

B. TUBERKULOSIS EKSTRA PARU

Batasan:Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,


misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dll. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur spesimen
positif, atau histologi, atau bukti klinis kuat konsisten dengan TB
ekstraparu aktif, yang selanjutnya dipertimbangkan oleh klinisi untuk
diberikan obat anti tuberkulosis siklus penuh. TB di luar paru dibagi
berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit, yaitu :

1. TB di luar paru ringan

Misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral,


tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

2.TB diluar paru berat

Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis


eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing
dan alat kelamin.

Catatan :

Yang dimaksud dengan TB paru adalah TB pada parenkim paru.


Sebab itu TB pada pleura atau TB pada kelenjar hilus tanpa ada
kelainan radiologik paru, dianggap sebagai penderita TB di luar paru.
Bila seorang penderita TB paru juga mempunyai TB di luar paru, maka
untuk kepentingan pencatatan penderita tersebut harus dicatat sebagai
penderita TB paru. Bila seorang penderita ekstra paru pada beberapa
organ, maka dicatat sebagai ekstra paru pada organ yang penyakitnya
paling berat.

Sumber referensi :

Stephen J. McPhee,Md. 2010.Patofisiologi Penyakit. Ed 5 EGC ; Jakarta

2. System pernapasan ini membentuk sebuah saluran untuk masuknya


udara,pertama udara masuk melalui saluran hidung dan faring, tempat dari udara
pernapasan dihangatkan dan dilembabkan oleh uap air, kemudian udara inspirasi
ini berjalan menuruni trakea yang panjangnya 10-13 cm dan selanjutnya sudah
memasuki ke bronkiolus, didalam saluran bronkiolus masih belum terjadi
pertukaran gas, sehingga udara lanjut kebagian struktur paru, yang pertama
bronkiolus respiratorius kemudian lanjut keduktus alveolaris hingga sampai ke
alveolus.
Tiap alveolus dikelilingi oleh pembuluh kapiler paru. Di bagian besar
daerahnya, udara dan darah dipisahkan hanya oleh epitel alveolus dan endotel
kapiler, sehingga keduanya hanya terpisah sejauh 0,5 Um. Pembuluh kapiler paru
yang mengelilingi alveolus inilah yang membawah darah dari jaringan tubuh
kedalam alveolus untuk oksigenasi dalam hal ini yaitu arteri pulmonalis, yang
kemudian darah yang kaya akan oksigen itu, dikembalikan ke atrium kiri melalui
vena pulmonalis
Ada 2 pembuluh darah pada paru yaitu vasa publica yang berperan untuk
pertukaran gas darah,contohnya Aa. Pulmonales dan kemudian vasa private paru
untuk menyuplai jaringan paru itu sendiri. Contohnya Vv. Bronchiales
Setelah darah terdeoksigenasi diambil dari kapiler-kapiler dalam tubuh maka
selanjutnya sampai diarteri pulmonalis dan diteruskan ke alveolus untuk
dioksigenasikan atau terjadi pertukaran gas darah oleh vasa publica
Jadi, didalam alveolus yang dikelilingi pembuluh darah terjadi oksigenasi
terus menerus berdifusi keluar dari udara dalam alveolus kedalam aliran darah ,
dan CO2 terus menerus berdifusi dari darah kedalam alveolus. Pada keadaan
seimbang, udara inspirasi bercampur dengan udara alveolus, menggantikan O2
yang telah masuk kedalam darah dan mengencerkan CO2 yang telah memasuki
alveoli. Sebagian udara campuran ini akan dikeluarkan. Kandungan O2 udara
alveolus akan menurun dan kandungannya CO2 meningkat sampai inspirasi
berikutnya.
Untuk transportasi oksigen dibawah didalam darah dalam dua bentuk : bentuk
larut atau bentuk terikat dengan hemoglobin (paling penting). Sangat sedikit O2
yang larut secara fisik dalam cairan plasma karena O2 kurang larut dalam cairan
tubuh. Jelaslah, harus ada mekanisme lain untuk mengangkut O2 ke jaringan.
Mekanisme ini adalah hemoglobin. Hanya 1,5 % O2 dalam darah yang larut ; sisa
98,5 % nya diangkut dalam ikatan Hb. Sedangkan CO2 diproduksi dalam jaringan
dan di bawah keparu-paru lewat darah vena dalam 3 bentuk :
CO2 terlarut (dalam jumlah Kecil) yang bebas didalam larutan
Karbominohemoglobin (dalam jumlah kecil) yang berupa CO2 yang
terikat dengan Hb
HCO3- ( hasil hidrasi CO2 dalam sel darah merah) yang merupakan
bentuk utama (90%).
Sumber referensi :
Costanzo, Ls, 2012. Fisiologi Kedokteran. Binarupa Aksara, Tangerang Selatan.
Ganong, Wf, 2008 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta

3. Pathogenesis
Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernapasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB
terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil ; gumpalan basil yang lebih besar
cenderung tertahan disaluran dihidung dan saluran besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada diruangan alveolus, biasanya dibagian
bawah lobus atas paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan.leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut sebgai fagosit yang kemudian diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul pneumonia akut. Bisa
sembuh sendiri tetapi jika dia berkembangbiak maka akan menginfiltrasi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang
dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 20
hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative padat
dan seperti keju disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
fibroblast menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut kolagenosa yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis
penyebaran ini disebut penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh
sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan TB milier. Contoh Pada pasien HIV.

Sumbe referensi :
Sylvia A. Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed 6. EGC ;
Jakarta

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama
dan tambahan.
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1)yang digunakan adalah:
Rifampisin
INH
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini terdiri
dari :
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid. 400 mg
3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat
Derivat rifampisin dan INH
Dosis OAT
Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali
INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 mg/kg BB 2
X semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : 600 mg / kali
Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu, 50 mg /kg
BB 2 X semingggu atau :
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1 000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg /kg BB, 30mg/kg BB
3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau :
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
Streptomisin:15mg/kgBB atau
BB >60kg : 1000mg
BB 40 - 60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
Kombinasi dosis tetap
Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap, penderita
hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase
lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti
yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan. Pada
kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek
samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / fasiliti yang mampu
menanganinya.

Pencegahan dapat dilakuka dengan cara :


Terapi pencegahan
Diagnosis dan pengobatan TB paru BTA positif untuk mencegah
penularan
Terapi pencegahan :
Kemoprofilaksis diberikan kepada penderita HIV atau AIDS. Obat
yang digunakan pada kemoprofilaksis adalah Isoniazid (INH) dengan dosis 5
mg / kg BB (tidak lebih dari 300 mg ) sehari selama minimal 6 bulan.

Factor resiko :
Lingkungan
Keturunan
Gender
Makanan dan minuman

Sumber referensi :
Susanto J. 2009.Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Binarupa
Aksara ; Tangerang selatan

4. Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.


Padatahun 1993,WHO`mencanangkan kedaruratan global penyakit TB, karena
pada sebagian besar Negara di dunia, penyakit TB tidak terkendali, ini disebabkan
banyaknyapenderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular
(BTA positif ). P ada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta
penderita baru TB dengan 3 juta kematian akibat TB di seluruh dunia. Di negara-
negara berkembang kematian TB merupakan 25% dari keseluruhan kematian
yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkira-kan 95% penderita TB dan 98%
kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah
pasien TB di Indone-sia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan
Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia.
Pada tahun 2004, ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi
kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2006).
Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TB
paru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TB
paru. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TB paru di
dunia setelah India dan Cina. T erdapat sekitar 9 juta kasus baru dan kira-kira 2
juta kematian karena TB paru pada tahuN 2005. Perkiraan insidensinya adalah
8,9 juta kasus baru TB paru pada tahun 2005. Diperkirakan 1.6 juta orang
(27/100,000) meninggal karena TB paru pada tahun 2005, termasuk mereka yang
juga mem-peroleh infeksi HIV (219,000). Penemuan kasus di Indonesia pada
tahun 2005 adalah 68%, telah mendekati target global untuk penemuan kasus
padatahun 2005 yaitu sebesar 70%.

Sumber referensi :
Sylvia A. Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed 6. EGC ;
Jakarta

5. 1 Influenza 4A
2 Pertusis 4A
3 Acute Respiratory distress syndrome (ARDS) 3B
4 SARS 3B
5 Flu burung 3B

Laring dan Faring

6 Faringitis 4A
7 Tonsilitis 4A
8 Laringitis 4A
9 Hipertrofi adenoid 2
10 Abses peritonsilar 3A
11 Pseudo-croop acute epiglotitis 3A
12 Difteria (THT) 3B
13 Karsinoma laring 2
14 Karsinoma nasofaring 2

Trakea

15 Trakeitis 2
16 Aspirasi 3B
17 Benda asing 2

Paru

18 Asma bronkial 4A
19 Status asmatikus (asma akut berat) 3B
20 Bronkitis akut 4A
21 Bronkiolitis akut 3B
22 Bronkiektasis 3A
23 Displasia bronkopulmonar 1
24 Karsinoma paru 2
25 Pneumonia, bronkopneumonia 4A
26 Pneumonia aspirasi 3B
27 Tuberkulosis paru tanpa komplikasi 4A
28 Tuberkulosis dengan HIV 3A
29 Multi Drug Resistance (MDR) TB 2
30 Pneumothorax ventil 3A
31 Pneumothorax 3A
32 Efusi pleura 2
33 Efusi pleura masif 3B
34 Emfisema paru 3A
35 Atelektasis 2
36 Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) eksaserbasi akut 3B
37 Edema paru 3B
38 Infark paru 1
39 Abses paru 3A
40 Emboli paru 1
41 Kistik fibrosis 1
42 Haematothorax 3B
43 Tumor mediastinum 2
44 Pnemokoniasis 2
45 Penyakit paru intersisial 1
46 Obstructive Sleep Apnea (OSA) 1

Sumber Referensi :
konsil kedokteran indonesia.2012. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA. Ed
2 ; Jakarta

6. SUARA NAFAS (BREATH SOUNDS)

Lamanya Intensitas dan Contoh


pitch lokasi

VESICULAR Insp > exp Soft/low Kebanyakan


paru
BRONCHOVESICULAR Insp = exp Medium/medium RIC 1 dan 2
area
intrascapula

BRONCHIAL Exp > insp Loud/high Pada


manubrium,
pneumonia
lobaris

TRACHEAL Insp = exp Very loud/high Pada trake


PERNAFASAN BRONKIAL
Pernafasan bronchial ditandai oleh ekspirasi yang lebih keras. Lebih lama dan
nadanya lebih tinggi dibanding ekspirasi. Pernafasan bronchial disebabkan oleh
pemadatan dari parenkim paru seperti pada pneumonia dan kompresive atelektase.
Jenis pernafasan lain :
1. Asmatis yaitu pernafasan dengan ekspirasi yang memanjang disertai bunyi yang
menciut
(mengi) atau wheezing didapat pada penderita asma bronchial.
2. Amphoric sounds : suara nafas yang berasal dari caverne atau pneumotorax dengan
fistel
yang terbuka seperti mendengar botol kosong yang ditiup

RONCHI (RALES)
Adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran
nafas yang berisi sekret/ eksudat atau akibat saluran nafas yang menyempit atau oleh
oedema saluran nafas. Ada dua jenis ronchi yaitu ronchi basah (moist rales) dan
ronchi kering (dry rales). Ronchi basah adalah suara tambahan disamping suara nafas,
yaitu bunyi gelembung-gelembung udara yang melewati cairan (gurgling atau
bubling) terutama pada fase inspirasi. Ronchi basah disebabakan oleh adanya eksudat
atau cairan dalam bronkiolus atau alveoli dan bisa juga pada bronkus dan trakea. Ada
ronchi basah nyaring contohnya pada infiltrat paru dan ronchi basah tak nyaring
misalnya pada bendungan paru. Ada ronchi basah kasar, ini biasanya berasal dari
cairan yang berada dibronkus besar atau trakea, ada ronchibasah sedang dan ada pula
ronchi basah halus yang terutama terdengar pada akhir inspirasi, terdengar seperti
bunyi gesekan rambut antara jari telunjuk dengan empu jari.Ronchi kering disebabkan
lewatnya udara melalui penyempitan saluran nafas, inflamasi atau spasme saluran
nafas seperti pada bronchitis atau asma bronchial. Ronchi kering lebih dominant pada
fase expirasi terdengar squeking dan grouning, pada saluran yang lebih besar adalah
deep tone grouning (sonorous) dan pada saluran yang lebih kecil terdengar squeking
dan whistling (sibilant). Ronchi kering dengan berbagai kwalitas frekwensi pitchnya
disebut musical rales (seperti pada asma bronchial).

PLEURAL FRICTION
Terjadinya bunyi pergeseran antara pleura parietal dengan pleura fiseral waktu
inspirasi disebut Pleura friction. Dapat terjadi pada pleuritis fribrinosa. Lokasi yang
sering terjadi pleurafriction adalah pada bagian bawah dari axilla, namun dapat juga
terjadi dibagian lain pada lapangan paru. Terdengar seperti menggosok ibu jari
dengan jari telunjuk dengan tekanan yang cukup keras pada pangkal telinga kita,
terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi.

The Whispered Voice (Suara berbisik)


Dalam keadaan tidak memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan suara
nafas secara memuaskan, misalnya nyeri dada bila bernafas atau keadaan keletihan,
maka dapat dilakukan pemeriksaan suara berbisik (the whispered voice). Dimana
pasien disuruh mengucapkan kata 77 (tujuh puluh tujuh) secara berbisik sementara
pemeriksa mendengarkan dengan stetoskop pada seluruh lapangan paru. Pada
kelainan infiltrat maka suara berbisik tersebut akan terdengar jelas pada pangkal
telinga kita dan disebut bronchial whispered positif dapat mendeteksi infiltrat yang
kecil / minimal.

Bronchophoni

Vocal sound (suara biasa) bila didengarkan pada dinding thorax (lapangan
paru) akan terdengar kurang keras dan kurang jelas dan terdengar jauh. Bila terdengar
lebih keras, lebih jelas dan pada pangkal te linga pemeriksaan disebut bronchoponi
positif terdapat pada pemadatan parenkim paru, misal pada infiltrat dan aktelektasis
kompresif.

Eugophoni

Eugophoni yaitu bronchophoni yang terdengar nasal, biasanya disebabkan


oleh kompresif atelektasis akibat dorongan efusi pleura pada parenkim paru terdengar
pada perbatasan cairan dengan parenkim paru.

ADVENTITIOUS
Crackles (Rales)
Wheeze
Rhonchi
Stridor
Pleural Rub

Sumber referensi :
Nurini A, 2013. Thorax Examination. FK UGM ; Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai