Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASAM URAT

Disusun oleh:

NUR ASNI
1511040004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2015
A. Pengertian
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam
urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah (Merkie, Carrie. 2005). Gout merupakan
penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang
menyebabkan nyeri pada sendi (Moreau, David. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan
dengan defek genetic pada metabolisme purin atau hiperuricemia (Brunner &
Suddarth. 2001). Jadi, Gout atau sering disebut asam urat adalah suatu
penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga
terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan
sendi.

B. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya penimbunan kristal asam
urat dalam sendi.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang
menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau
keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal (Brunner & Suddarth. 2001)

C. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
a. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine
abnormal.
b. Menurunnya ekskresi asam urat.
c. Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam
urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh
tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon
inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya
merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini
akan menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak.
Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri
yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang
sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian
mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya
disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung
berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama
serangan gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6
sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan
polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan
yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout
kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang
besar pada kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi
terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles
dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan
mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat (Moreau,
David. 2005).
D. Manifestasi Klinis
a. Nyeri tulang sendi
b. Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
c. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
d. Peningkatan suhu tubuh.
Gangguan akut :
a. Nyeri hebat
b. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
c. Sakit kepala
d. Demam.
Gangguan kronis :
a. Serangan akut
b. Hiperurisemia yang tidak diobati
c. Terdapat nyeri dan pegal
d. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi
(penumpukan monosodium urat dalam jaringan)
(Merkie, Carrie. 2005).

E. Penatalaksanaan Medik
Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan
berulang, dan pencegahan komplikasi.
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral),
Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone, Indomethacin.
b. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
c. Kompres dingin
b. Diet rendah purin
c. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
d. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis
dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
e. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan
inflamasi.
f. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan
untuk mencegah serangan.
g. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan
ekskresi asam urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi
pada pasien dengan gagal ginjal).
h. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat
menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada
pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan
asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2 kali/hari (Price, Sylvia.A. 2006.

F. Komplikasi
a. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi
kronis dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
b. Hipertensi dan albuminuria.
c. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan
inflamasi
b. SDP meningkat (leukositosis)
c. Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
d. Pada pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi di bawah mikroskop
khusus akan tampak kristal urat yang berbentuk seperti jamur
e. Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan
masa tefoseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi (Muttaqin, Arif.
2008)

H. Pencegahan
a. Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu :
Jeroan (jantung, hati, lidah ginjal, usus dll).
b. Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat
karena adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat
melalui urine.
c. Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti
dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena
akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
d. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang
mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal,
otak, paru dan limpa.
e. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui
urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega
sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total
kalori.
f. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui
buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang
disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan
jambu air.. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian,
karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
g. Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam
urat mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka
yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan
meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat
pengeluaran asam urat dari tubuh (Lukman, Ningsih, Nurna. 2009)

I. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur (sekitar 50 tahunan), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya
95% penderita gout adalah pria), dll
b. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari
kaki (sendi lain)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif) : Kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien
R (Region) : Kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya
pada pangkal ibu jari)
S (Saverity) :` Apakah mengganggu aktivitas motorik
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ? (Biasanya
terjadi pada malam hari)
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
f. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Psikologi : Biasanya klien mengalami peningkatan stress
Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan
Spiritual : Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien
menjalankan ibadah menurut agamanya

g. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


1. Kebutuhan nutrisi
a) Makan : Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan
kaya protein)
b) Minum : Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
2. Kebutuhan eliminasi
a) BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
b) BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
3. Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan
h. Pemeriksaan Fisik
i. Keadaan umum :
1) Tingkat kesadaran
2) GCS
3) TTV
j. Peningkatan penginderaan
k. Sistem integument
Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta teraba hangat
l. Sistem penginderaan
1) Mata : Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera,
gerakan bola mata
2) Hidung : Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan
penciuman atau tidak
3) Telinga : Kaji pendengaran, terdapat gangguan
pendengaran atau tidak, biasanya terdapat tofi pada telinga
m. Sistem kardiovaskuler
1) Inspeksi : Apakah ada pembesaran vena jugularis
2) Palpasi : Kaji frekuensi nadi (takhikardi)
3) Auskultasi : Apakah suara jantung normal S1 + S2 tunggal /
ada suara tambahan
n. Sistem penceranaan
1) Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya
pembesaran pada abdomen
2) Palpasi : Apakah ada nyeri tekan pada abdomen
3) Perkusi : Apakah kembung / tidak
4) Auskultasi : Apakah ada peningkatan bising usus
o. Sistem muskuluskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan
nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi perifer,
deformitas (pembesaran sendi)
p. Sistem perkemihan
1) Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal
2) Pemeriksaan diasnostik.
3) Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan
yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus
lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out).

J. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane
sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan
pembentukan panus.
b. Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan
otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi
tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
c. Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya
tofus.
d. Perubahan pola tidur b.d nyeri

K. Intervensi Keperawatan
1. Dk. I : Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada
membrane sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia
dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan : Nyeri berkurang, hilang, teratasi.
Kriteria hasil :
Klien melaporkan penelusuran nyeri.
menunjukan perilaku yang lebiih rileks.
memperagakan keterampilan reduksi nyeri.
Skala nyeri 0 1 atau teratasi.
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian allopurinol
2. Dk. II : Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak,
kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat
erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai
dengan kemampuannya.
Kriteria hasil :
Klien ikut dalam program latihan
Tidak mengalami kontraktur sendi
Kekuatan otot bertambah
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan
mempertahankan koordinasi optimal.
3. Dk. III : Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan
terbenuknya tofus.
Tujuan perawatan : Citra diri klien meningkat
Kriteria hasil :
Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi
Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
Mengakui dan menggabungkan perubhan dalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa merasakan harga dirinya negatif.
4. DK IV : Perubahan Pola Tidur b/d Nyeri.
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.
Tentukan kebiasaan tidurnya dan perubahan saat tidur.
Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru.
Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat
dan massage.
Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi ; rendahkan tempat tidur
jika memungkinkan.
Kolaborasi dalam pemberian obat sedative, hipnotik sesuai dengan
indikasi.
Mengkaji pola tidurnya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress
dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang
Membantu menginduksi tidur
Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi
tempat tidur, memberikan kenyamanan pagar tempat untuk membantu
mengubah posisi.
Tidur tanpa gangguan lebih menim- bulkan rasa segar, dan pasien
mungkin tidak mampu untuk kembali ke tempat tidur bila terbangun.
Di berikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.

DAFTAR PUSTAKA

Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6 ;
Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.
Merkie, Carrie (2005) Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Moreau, David (2005) Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Cet. 1. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth (2001) Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Ed.3 ; Cet. 1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai