Anda di halaman 1dari 14

CEKUNGAN TARAKAN

1. Dasar umum Cekungan Tarakan

Cekungan Tarakan secara geografis terletak sekitar 240 km arah Utara


Timur Laut dari Balikpapan. Cekungan ini terletak dibagian utara kota Balikpapan
dan masih merupakan bagian dari NE Kalimantan Basin.

Gambar 1.1. Letak Setting Fisiografi Cekungan Tarakan ( penulis : 2013)

Pada Dasarnya cekungan tarakan dibatasi oleh :

1. Sampurna High di bagian Utara


2. Mangkalihat Ridge di Selatan
3. dan Kuching Orogenic Complex di bagian Baratnya.

Menurut penelitian dari Biantoro (1996) dalam cekungan Tarakan terbagi


menjadi 4 sub-cekungan bagian, yaitu:

1. Sub-cekungan Tidung
2. Sub-cekungan Berau
3. Sub-cekungan Tarakan
4. dan Sub-cekungan Muara

GEOLOGI INDONESIA 1
CEKUNGAN TARAKAN

Gambar 1.2. Pembagian batas cekungan Tarakan (Biantoro : 1996)

GEOLOGI INDONESIA 2
CEKUNGAN TARAKAN

Gambar 1.3. Pembagian Sub Cekungan (Biantoro : 1996)

GEOLOGI INDONESIA 3
CEKUNGAN TARAKAN

2. Proses Pembentukan

Perkembangan struktur-struktur di Sub-cekungan Tarakan, Cekungan Tarakan


berlangsung dalam beberapa tahapan yang mempengaruhi pengendapan sedimen pada
area tersebut. Konfigurasi secara struktural sudah dimulai oleh Rifting sejak Eosen
Awal. Pemekaran (rifting) pada sub-cekungan ini disebabkan oleh pembentukan
sesar-sesar normal. Pergerakan dari sesar-sesar tersebut menghasilkan daerah-daerah
rendahan yang kemudian terisi oleh sedimen-sedimen tertua pada sub-cekungan ini,
seperti Formasi Sembakung (akhir Miosen Awal-Miosen Tengah).
Proses Rifting berjalan dengan terus menerus disertai dengan adanya
pengangkatan secara lokal di bagian barat dari sub-cekungan mengontrol siklus-siklus
pengendapan sedimen pada sub-cekungan ini. Pengendapan pada sub-cekungan ini
dapat dibagi menjadi 4 siklus berhubungan dengan beberapa kejadian tektonik pada
regional.

2.1. Siklus Tahapan Pembentukan

(Siklus 1)
Terjadi pada saat terjadinya pengangkatan pada Eosen Tengah yang menyebabkan
erosi di Tinggian/Punggungan Sekatang.

(Siklus 2)
Dimulai sejak pengangkatan Oligosen Awal pada fasa transgresif, dengan sedimen
yang diendapkan secara tidakselarasan terhadap Siklus 1. Fasa ini berubah menjadi
regresif ketika proses rifting berakhir dan pengangkatan mencapai puncaknya pada
akhir dair Miosen Akhir. Pengangkatan yang kedua ini berbeda dengan proses
pengangkatan pertama karena berkembang ke arah timur Proses rifting yang kedua ini
menghasilkan sesar-sesar normal yang memiliki arah timurlaut-baratdaya.

(Siklus 3)
Proses regresif berlangsung pada lingkungan transisional-deltaik. Sedimen-sedimen
yang diendapkan dalam jumlah yang besar menyebabkan rekativasi dari sesar-sesar
tua yang terbentuk selama Oligosen sampai Miosen Awal yang berkembang

GEOLOGI INDONESIA 4
CEKUNGAN TARAKAN

menjadi growth fault. Petumbuhan dari sesar-sesar tersebut berhenti untuk sementara
waktu pada awal pengendapan dari Formasi Santul dikarenakan oleh terjadinya fasa
trangresif yang pendek. Pensesaran tersebut berlangsung selama Pliosen ketika siklus
pengedapan keempat.

(Siklus 4)
Pada siklus ke-4 yaitu formasi Tarakan diendapkan.

GEOLOGI INDONESIA 5
CEKUNGAN TARAKAN

3. Struktur Geologi

Struktur yang terjadi di cekungan ini berarah Barat Utara Tenggara karena
dipengaruhi sesar geser Mangkalihat dan terjadinya tumbukan lempeng Asia dengan
lempeng Pasifik, menyebabkan munculnya struktur antiklin, sesar naik dan normal
serta sesar geser timur- barat dan timur laut baratdaya.

4. Tektonik Regional

Aktivitas Tektonik pada Pliosen Akhir-Pleistosen bersifat kompresif dan


menghasilkan sesar-sesar . Di beberapa tempat, kompresi ini menginversikan sesar-
sesar normal menjadi sesar-sesar naik (Biantoro dkk., 1996). Kegiatan tekonik yang
menyebabkan pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran keseluruhan Cekungan
Tarakan pada Pliosen Akhir kemudian menyebabkan munculnya ketidakselarasan di
beberapa daerah secara lokal.

5. Stratigrafi Regional Cekungan Tarakan

Batuan dasar pada cekungan Kalimantan Timur Utara terdiri dari sedimen-
sedimen berumur tua, meliputi Formasi Danau (Heriyanto dkk., 1991) atau disebut
juga Formasi Damiu, Formasi Sembakung, dan Batulempung Malio. Sedimen-
sedimen tersebut telah terkompaksi, terlipatkan, dan tersesarkan.

Formasi Danau
Formasi Danau terdeformasi kuat dan sebagian termetamorfosa, mengandung breksi
terserpentinitisasi, rijang radiolaria, spilit, serpih,slate, dan kuarsa.

Formasi Sembakung dan Batulempung Malio


Formasi Sembakung diendapkan di atas Formasi Danau secara tidak selaras. Formasi
ini terdiri dari sedimen volkanik dan klastik yang berumur Eosen Awal-Eosen Tengah.
Di atas Formasi Sembakung diendapkan batulempung berfosil, karbonatan, dan
mikaan yang dikenal dengan Batulempung Malio yang berumur Eosen Tengah.

Formasi Sujau
GEOLOGI INDONESIA 6
CEKUNGAN TARAKAN

Formasi Sujau terdiri dari sedimen klastik (konglomerat dan batupasir), serpih, dan
volkanik.

Formasi Selor
Formasi Selor terdiri dari lapisan-lapisan batubara dan Batugamping mikritik yang
diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Sujau.

Formasi Mangkabua
Formasi Mangkabua yang terdiri dari serpih laut dan napal yang berumur Oligosen.

Formasi Tempilan
Formasi Tempilan terdiri dari fasies klastik basalt.

Formasi Taballar
Formasi Taballar terdiri dari batugamping mikritik yang merupakan sikuen paparan
karbonat dengan perkembangan reef lokal Oligosen Akhir sampai Miosen Awal.

Formasi Mesalai
Formasi ini secara gradual cekungan menerus dari formasi Taballar menipis ke arah
formasi mesalai. Pada formasi ini terdiri dari napal.

Formasi Naintupo
Formasi ini terdiri dari batulempung dan serpih.

Formasi Meliat
Formasi ini diendapkan secara tidak selaras dengan Serpih Naintupo. Formasi ini
terdiri dari batupasir kasar, serpih karbonatan, dan batugamping tipis. Di beberapa
bagian, Formasi Meliat terdiri dari batulanau dan serpih dengan sedikit lensa-lensa
batupasir.

Formasi Tabul
Formasi ini terdiri dari batupasir, batulanau, dan serpih yang kadang disertai dengan
kemunculan lapisan batubara dan batugamping.

GEOLOGI INDONESIA 7
CEKUNGAN TARAKAN

Formasi Santul
Pada formasi ini sering dijumpai lapisan batubara tipis yang berinterkalasi dengan
batupasir, batulanau, dan batulempung.

Formasi Tarakan
Formasi ini terdiri dari interbeding batulempung, serpih, batupasir, dan lapisan-
lapisan batubata lignit, dasar dari Formasi Tarakan pada beberapa ditepresentasikan
oleh ketidakselarasan.

Formasi Bunyu
Formasi Bunyu terdiri dari batupasir tebal, berukuran butir medium sampai kasar,
kadangkala konglomeratan dan interbeding batubara lignit dengan serpih.
batupasir formasi ini lebih tebal, kasar, dan kurang terkonsilidasi jika dibandingkan
dengan batupasir Formasi Tarakan.

GEOLOGI INDONESIA 8
CEKUNGAN TARAKAN

Kolom stratigrafi cekungan Tarakan

Gambar 1.4.Kolom Stratigrafi Cekungan Kalimantan Timur Utara Kolom Stratigrafi Cekungan
Kalimantan Timur Utara (kiri: dimodifikasi dari Heriyanto dkk., 1991)

GEOLOGI INDONESIA 9
CEKUNGAN TARAKAN

6. Sejarah Geologi

Formasi Sembakung dan Batulempung Malio.


Berumur Eosen Awal-Eosen Tengah. Di atas Formasi Sembakung diendapkan
batulempung berfosil, karbonatan, dan mikaan yang dikenal dengan Batulempung
Malio yang berumur Eosen Tengah.

Formasi Sujau, Mangkabua, dan Selor


(Eosen Akhir Oligosen)
Sejarah geologi yang terjadi pada formasi ini menjelaskan adanya proses
pengangkatan, diamana sebagian tersingkap dan tererosi sebagian di tepi barat dari
cekungan berkaitan dengan aktivitas volkanisme yang terjadi sepanjang tepian
deposenter pada akhir Oligosen.

Formasi Tempilan, Formasi Taballar, Napal Mesalai, Formasi Naintupo


(Oligosen Akhir Miosen Tengah).
Terdapatnya batulempung dan serpih yang bergradasi ke atas menjadi napal dan
batugamping yang menandakan pernah terjadinya perluasan genang laut di cekungan
Tarakan.

Formasi Meliat, Formasi Tabul, dan Formasi Santul


(Miosen Tengah Miosen Akhir).
Terdiri dari sikuen-sikuen deltaik regresif yang terbentuk setelah tektonisma Miosen
Awal. Pada formasi ini sering dijumpai lapisan batubara tipis yang berinterkalasi
dengan batupasir, batulanau, dan batulempung, yang diendapkan di lingkungan delta
plain sampai delta front pada Miosen Akhir.

Formasi Tarakan
(Pliosen)
Formasi Tarakan di endapkan pada siklus sedimentasi Pliosen adanya endapan -
endapan lapisan-lapisan batubata lignit, menunjukan bahwa fasies pengendapan
formasi ini dahalunya adalah daerah delta plain.

GEOLOGI INDONESIA 10
CEKUNGAN TARAKAN

Formasi Bunyu
(Plistosen)
Pada Formasi Bunyu terjadinya peninggian muka laut akibat terjadinya transgresi
pada kala Pleistosen Akhir menyebabkan garis pantai mundur ke arah barat seperti
garis pantai saat ini.

7. Potensi Geologi

Cekungan Tarakan dalam potensi Geologinya memiliki aspek potensi adanya


akumulasi Hidrokarbon dan terdapatnya potensi Batubara. Dengan terdapatnya dua
potensi tersebut Cekungan Tarakan dapat dinilai sebagai cekungan dengan
potensional yang cukup besar untuk di kelola.

7.1. Potensi Geologi Batubara


Pada potensi Batubara yang terdapat pada Cekungan Tarakan meliputi pada formasi
formasi :
Formasi Selor
Pada formasi Selor ini terdiri dari keterdapatan batubara yang berlapis secara baik.
Formasi Tabul
Pada formasi ini ditandai dengan kemunculan batubara yang berlapis.
Formasi Tarakan
Formasi ini terdiri dari interbeding lapisan-lapisan batubata lignit.
Formasi Bunyu
Pada formasi Bunyu ini terdapat interbeding batubara lignit.

7.2. Potensi Hidrokarbon dan Sistem Minyak Bumi (Petroleum System)


7.2.1. Batuan Source Rock dan Reservoir
Batuan reservoir penghasil minyak dan gas bumi di cekungan Tarakan adalah
batupasir baik dari Formasi Tarakan yang berumur Pliosen, maupun Formasi Santul
dan Tabul yang berumur Miosen. Formasi ini pada umumnya terdiri dari suatu urutan
batupasir, serpih, lempung dengan lapisan batubara. Di beberapa tempat ditemukan
juga lapisan batugamping. Lapisan batupasirnya sangat dominan, tebal dan sangat
banyak mengandung mineral kuarsa dengan ikatan yang lepas (unconsolidated sand).

GEOLOGI INDONESIA 11
CEKUNGAN TARAKAN

Batuan induk di Cekungan Tarakan sendiri terbentuk pada kala akhir Miocene,
yaitu batuan lempung pada formasi Mangkubua , Naintupu dan Mleliat. Bahhkan batu
lempung pada formsi Santul, Sesanip dan Tarakan sendiri pun bisa bertindak sebagai
batuan induk karena daerah ini diendapkan pada lingkungan delta.

7.2.2. Migrasi Hidrokarbon


Migrasi hidrokarbon dari batuan induk atau dapur hidrokarbon ke perangkap
diduga melalui bidang patahan. Biantoro dkk (1996) menyebutkan, hidrokarbon
terbentuk semenjak Miosen Akhir. Dengan terisinya formasi Tarakan yang berumur
Pliosen dan pembentukan struktur Plio-Pleistosen maka waktu migrasi hidrokarbon
akan lebih muda lagi.

Gambar.1.5. Sistem Petroleum Cekungan Tarakan (Biantoro: 1996)

GEOLOGI INDONESIA 12
CEKUNGAN TARAKAN

7.2.3. Batuan Penutup


Umumnya batuan penutup berupa batuan klastik yang merupakan bagian dari
formsai-formasi Sembakung, Mangkabua, Birang. Yang terutama adalah batulempung
endapan delta formasi Meliat atau Latih, Formasi Tabul, dan Formasi Tarakan.

7.2.4. Perangkap
Mengingat bahwa di Cekungan Tarakan sedimen yang diendapkan
dilingkungan delta, maka perangkap hidrokarbon yang sering ditemukan adalah
perangkap stratigrafi. Meskipun demikian, karena pada Plio- Pleistosen terjadi
tektonik, kemungkinan perangkap struktur dapat juga terjadi, terutama perangkap
struktur antiklin (roll over) yang berasosiasi dengan patahan normal. Umumnya
jebakan hidrokarbon yang terdapat di Formasi Tarakan terkumpul pada blok yang
turun (down thrown). Disamping bentuk struktur, akumulasi hidrokarbon juga sangat
tergantung pada intra formational seal diantara batuan pasir yang sangat tebal. Akibat
kandungan batupasir yang sangat tinggi didalam Formasi Tarakan menyebabkan
patahan normal yang memotong Formasi ini menjadi bocor kearah vertical (dip-leak)
sehingga daya tampung maksimum perangkap hanya sampai titik perpotongan antara
kontak hidrokarbon-air dengan bidang patahan.

GEOLOGI INDONESIA 13
CEKUNGAN TARAKAN

Daftar Pustaka

Biantoro, E., M.I. Kusuma, dan L.F. Rotinsulu. 1996.Tarakan Sub-basin Growth
Fault, North-East Kalimantan: Their Roles in Hydrocarbon Entrapments. Proceedings
Indonesian Petroleum Association, 21st Silver Anniversary Convention, 175-189.
Heriyanto, N., W. Satoto, dan S. Sardjono. 1991. Stratigrafi Regional Cekungan
Tarakan. Makalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ke-20, hal. 261-280.
Purwanti, Yulie. 2009. Aplikasi Atribut Geologi Cekungan Tarakan, Geologi
Cekungan Tarakan, hal. 6 10. Universitas Indonesia.

GEOLOGI INDONESIA 14

Anda mungkin juga menyukai