Anda di halaman 1dari 33

BAB III

TEKNIK PRODUKSI

Tahap operasi produksi dimulai apabila sumur telah selesai


dikomplesi (Well Completion), dimana tipe komplesi yang akan digunakan
tergantung pada karakteristik dan konfigurasi antara formasi produktif dengan
formasi diatas maupun dibawahnya, tekanan formasi, jenis fluida dan metoda
produksi.

3.1. Produktifitas Sumur (Well Productivity/Performance)


Well Completion adalah pekerjaan tahap akhir atau pekerjaan
penyempur naa n untuk mempersiapkan suatu sumur pemboran menjadi sumur
produksi. Untuk mendapatkan hasil produksi yang optimum dan mengatasi
efek negatif dari setiap lapisan produktif maka harus dilakukan pemilihan
metode well completion yang tepat dan ukuran peralatan yang sesuai untuk
setiap sumur.

Produktifitas sumur dipengaruhi oleh beberapa faktor :

3.1.1. Inflow Performance Relationship (IPR)


IPR adalah hubungan tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan laju alir
(q). Hubungan ini menggambarkan kemampuan suatu sumur untuk mengangkat
fluida dari formasi ke permukaan atau berproduksi. Kurva hubungan ini
disebut kurva IPR. Berdasarkan jenis reservoir, tenaga pendorong reservoir,
tekanan reservoir dan permeabilitas, kurva IPR dapat berbentuk garis lurus
dan garis melengkung, seperti terlihat pada gambar d bawah ini.

96
Gambar 3.1 Kurva IPR

Arah lengkungan menunjukkan bahwa PI akan berkurang dengan naiknya laju


produksi. Hal ini terutama pada reservoir yang mempunyai mekanisme pendorong
solution gas drive, sedangkan pada water drive reservoir harga PI-nya relatif konstan.
Arah lengkungan yang terjadi seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1, disebabkan
karena harga Pwf berada di bawah bubble point pressure, sehingga sewaktu minyak
mendekati sumur, tekanan akan turun terus dan akan mengakibatkan terlepasnya gas
dari minyak. Jadi gas bebas yang terjadi akan meningkat jumlahnya, sehingga
menaikkan saturasinya, juga permeabilitas efektif gas naik, maka akibatnya akan
menurunkan permeabilitas efektif minyak.
Metoda-metoda pembuatan kurva IPR telah banyak dikembangkan yang tergantung
dari fasa yang mengalir. Metoda-metoda tersebut diantaranya adalah :

1. Metoda Gilbert
Hanya memberikan gambaran yang tepat pada reservoir dengan aliran satu fasa
yaitu aliran dengan kondisi tekanan di atas tekanan jenuh (Pb). Sering digunakan untuk
reservoir water drive.

.......................................... (3-1)

Dimana Pwf adalah tekanan alir dasar sumur, Ps adalah tekanan statik reservoir , q laju
alir dan PI adalah Productivity Index .

97
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa hubungan antara Pwf dan q merupakan
persamaan linier, seperti terlihat pada gambar.

2. Metoda Vogel
Model ini ditulis dalam bentuk fraksi Pwf/Ps vs q/qmax, yang dapat dilihat pada
Gambar 3.3. Kira-kira persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

..(3-2)

Dimana :
qmax = laju alir maksimum, bpd
Pwf = tekanan alir dasar sumur,
Ps = tekanan statik reservoir ,
q = laju alir

Gambar 3.2 Grafik IPR Metoda Vogel

98
3.1.2. Productivity Index (PI)
PI adalah indeks yang digunakan untuk menyatakan kemampuan suatu sumur
untuk berproduksi, pada suatu kondisi tertentu secara kwalitatif. Secara definsi PI
adalah perbandingan antara laju alir produksi (q) suatu sumur pada suatu harga tekanan
alir dasar sumur tertentu (Pwf) dengan perbedaan tekanan static formasi (Ps).

...................................................................... (3-3)
Dimana :
q = gross liquid rate, STB/day
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pwf = tekanan aliran di dasar sumur, psi
(Ps-Pwf) = draw-down, psi

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga PI dapat ditentukan dengan penurunan


persamaan PI dari persamaan Darcy, untuk aliran radial dapat berbentuk :

........................................................................ (3-4)

Dimana :
k = permeabilitas, md
h = ketebalan formasi, ft
o = viskositas minyak, cp
Bo = faktor volume formasi
rw = jari-jari sumur, ft
re = jari-jeri pengurasan, ft
q = laju produksi, bpd

Sehingga diperoleh suatu persamaan :

..(3-5)
99
Faktor-faktor yang mempengaruhi PI adalah karakteristik batuan dan fluida
resrvoir, ketebalan lapisan dan mekanisme pendorong.
Karakteristik batuan reservoir :
1. Permeabilitas
Permeabilitas adalah ukuran kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida.
Dengan turunnya permeabilitas maka fluida akan lebih sukar mengalir, sehingga
kemampuan berproduksi atau PI turun.
2. Saturasi
Saturasi adalah ukuran kejenuhan fluida dalam pori-pori batuan. Dalam proses
produksi, saturasi minyak berkurang dengan naiknya produksi kumulatif minyak dan
kekosongan diganti oleh air atau gas bebas. Disamping itu proses produksi berlangsung
terus dengan penurunan tekanan sehingga timbul fasa gas yang mengakibatkan saturasi
gas bertambah dan saturasi minyak berkurang. Hal ini akan mengurangi permeabilitas
efektif terhadap minyak sehingga dapat menurunkan PI.

Karakteristik fluida reservoir :


1. Kelarutan gas dalam minyak
Untuk tekanan reservoir yang lebih besar dari tekanan gelembung (bubble point
pressure), adanya drawdown pressure tidak mengakibatkan perubahan terhadap
permeabilitas karena fluida yang mengalir masih terdiri dari satu fasa. Apabila tekanan
reservoir lebih kecil dari tekanan gelembung (bubble point pressure), maka adanya
drawdown pressure dapat mengakibatkan permeabilitas berkurang karena hadirnya
saturasi gas yang dapat menghambat aliran minyak ke permukaan. Dengan kata lain
bahwa adanya perubahan fasa dalam reservoir yaitu timbulnya fasa gas dalam bentuk
gelembung yang akan mengisi ruang pori-pori batuan akan mengha langi aliran minyak
sehingga harga PI akan turun.

100
2. Faktor Volume Minyak
Diatas tekanan gelembung, penurunan tekanan akan menyebabkan naiknya Bo akibat
pengembangan minyak. Sedangkan dibawah tekanan gelembung harga Bo turun
dengan cepat karena penyusutan akibat dibebaskannya gas yang terlarut. Dengan kata
lain kenaikan harga Bo akan menurunkan harga PI.
3. Viskositas
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap pengaliran. Bila tekanan
reservoir sudah berada di bawah tekanan bubble point maka penurunan takanan akan
mengakibatkan bertambahnya gas yang dibebaskan dari larutan, sehingga viskositas
naik. Hal ini akan mempengaruhi harga PI.

Drawdown
Semakin besar drawdown, maka besar pula laju lirannya, sehingga PI naik. Tetapi
dengan semakin besarnya drawdown yang dikibatkan mengecilnya Pwf, sehinga di
bawah tekanan saturasi akan mengakibatkan dibebaskannya gas yang terlarut dalam
hal ini akan menyebabkan turunya harga PI.
Dengan terbebaskannya gas yang semula larut dalam minyak akan mengakibatka n
kehilangan tekanan yang besar dalam aliran vertikal ke permukaan sehingga Tubing
Head Pressure (THP) yang dihasilkan akan kecil, dan ini memungkinka n
Ketidak mampuan untuk mengalirkan fluida selanjutnya ke separator, karena tidak
dapat mengatasi tekanan balik yang terjadi. Disamping itu laju produksi minyak akan
turun karena terhambat oleh aliran gas. Perlu kita perhatikan bahwa, dengan
membesarnya drawdown untuk formasi yang kurang kompak dapat menimbulkan
masalah terproduksinya pasir.

101
Ketebalan Lapisan
Semakin tebal suatu zona produktif, maka makin besar pula harga PI yang berarti
laju produksi juga dapat naik tetapi apabila lapisan tersebut diselingi oleh lapisan tipis
dari air maupun gas, maka laju produksi minyak akan berkurang. Terproduksinya air
dapat pula menyebabkan terjadinya scale yang mengurangi kapasitas kerja dari alat-
alat atau terjadi korosi pada alat. Untuk mencegah hal ini, antara lain dengan memasang
casing, sehingga menembus formasi/zona produktif, kemudian diperforasi pada
interval- interval minyaknya.

Mekanisme Pendorong
Kecepatan perubahan tekanan reservoir akibat proses produksi sangat
dipengaruhi oleh jenis mekanisme pendorong yang dimilikinya. Kelakuan tekanan
reservoir untuk masing-masing reservoir dapat dilihat pada Gambar 3.3.
1. Solution Gas Drive
Semakin turun tekanannya semakin banyak gas yang dibebaskan dari larutan,
sehingga saturasi gas naik dan saturasi minyak turun yang menyebabkan permebilitas
efektif minyak (ko) turun, sehingga PI turun. Bila tekanan masih berada di atas tekanan
saturasi maka PI konstan, karena belum ada gas yang dibebaskan .
2. Gas Cap Drive
Penurunan tekanan agak lambat dibandingkan dengan solution gas drive. Hal ini
disebabkan karena tenaga pendorong selain dari pengembangan gas juga oleh
pendesakan dari gas cap drive. Akibatnya penurunan PI tidak secepat pada solution gas
drive.

102
3. Water Drive
Selama pengosongan minyak dari reservoir oleh water influx, sehingga tidak
dapat mengimbangi pengosongan, maka tekanan akan turun sampai dibawah tekanan
saturasi, sehingga terbentuk fasa gas. Dalam kondisi ini dapat terjadi aliran minyak, air
dan gas, dimana PI-nya akan turun selama produksi berlangsung.

3.1.3 Flow Efisiensi (FE)


Flow efisiensi didefinisikan sbagai perbandingan antara selisih tekanan statik
reservoir dengan tekanan alir reservoir jika di sekitar lubang tidak terjadi perubahan
permeabilitas (ideal drawdown).

Secara matematika dinyatakan dengan :

(3-6)

Dimana : Pwf = Pwf + Pskin

3.2. Macam-macam Metode Produksi


Metode pengangkatan fluida dari dasar sumur ke permukaan disesuaikan
dengan tekanan reservoirnya. Bila tekanan reservoir mampu mengangkat fluida
reservoir ke permukaan, maka dapat diterapkan metode pengangkatan sembur alam.
Tetapi apabila tekanan reservoir sudah tidak mampu lagi mengangkat fluida reservoir
ke permukaan, maka metode yang diterapkan adalah metode pengangkatan buatan
(artificial lift). Ada berbagai jenis metode artificial lift, diantaranya yaitu : Gas Lift,
Pompa Angguk (Sucker Rod) dan Pompa Reda (ESP).

103
3.2.1. Metode Sembur Alam
Apabila tekanan reservoir cukup besar sehingga mampu mendorong fluida
reservoir dari reservoir ke permukaan, maka sumur yang memproduksi dengan cara
demikian disebut dengan sumur sembur alam. Keadaan demikian umumnya hanya
ditemui pada masa permulaan produksi dan ini tidak dapat dipertahankan karena
adanya penurunan tekanan reservoir.

3.2.1.1. Prinsip Sumur Sembur Alam


Pada metode produksi sembur alam, untuk memproduksikan minyak dilakukan
dengan memanfaatkan energi alamiah reservoir dan tanpa menggunakan peralatan
pembantu untuk mengangkat minyak dari dalam reservoir sampai ke permukaan,
sehingga pada waktu reservoir dapat diproduksi secara sembur alam diusahakan selama
mungkin agar cadangan dapat diambil secara maksimal. Usaha yang harus dilakukan
untuk mencapai maksud tersebut adalah dengan menganalisa performance dari
sumurnya yang hasilnya berguna untuk menentukan peralatan-peralatan sumur yang
sesuai.
Di dalam menganalisa sumur sembur alam ada tiga prinsip yang harus diuraikan, yaitu:
1. Inflow Performance.
2. Vertical lift performance.

3.2.1.1.1. Inflow Performance


Inflow performance adalah aliran air, minyak dan gas dari formasi menuju
kedalaman sumur (dasar sumur), yang dipengaruhi oleh productivity index-nya atau
lebih umum oleh Inflow Performance Relationship (IPR).

Kalau IPR diumpamakan merupakan grafik linier maka PI merupakan angka yang akan
menentukan potensial formasi yang bersangkutan, dimana angka tersebut didapat dari
persamaan berikut :

........................................ (3-7)

104
Dimana :
PI = Productivity Index
q = Laju produksi, Bbl / day
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
Ps = Tekanan statik reservoir, psi

Untuk menentukan harga PI secara langsung adalah sewaktu sumur tersebut


flowing. Kemudian dicatat harga P wf dan q sumur tersebut dari pressure build-up
curve dapat ditentukan tekanan statik reservoir (P s).

3.2.1.1.2. Vertical Lift Performance


Vertical Lift Performance adalah meliputi studi mengenai kehilangan tekanan
(pressure loss) sepanjang pipa vertikal yang disebabkan oleh adanya gesekan antara
dinding pipa dengan fluida yang mengalir.
Gradien tekanan yang terjadi pada pipa vertikal secara umum dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut :

..(3-8)

Dimana :
dP dL = gradien tekanan total

(dP/dL)el = g/gc sin , merupakan komponen yang ditimbulkan oleh


adanya perubahan energi potensial atau perubahan keting-
gian ( elevasi ).

105
fv 2
(dP/dL)f = , merupakan komponen yang ditumbulkan oleh adanya
2g c d
gesekan.

v dv
(dP/dL)acc = 2g dZ , merupakan komponen yang ditimbulkan oleh peru-
c

bahan energi kinetik.

3.2.2.2. Peralatan Sumur Sembur Alam


Peralatan sumur sembur alam ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua
komponen besar, yaitu peralatan di atas permukaan dan peralatan di bawah permukaan.

3.2.2.2.1. Peralatan Di Atas Permukaan


Merupakan peralatan sumur sembur alam yang terletak di atas permukaan yang
terdiri dari :

a. Well Head
Peralatan yang digunaka n untuk mengontrol kebocoran sumur di permukaan.
Well head tersusun dari dua rangkaian di dalamnya, yaitu casing head dan tubing head.
Casing head berfungsi sebagai tempat menggantungkan rangkaian casing dan
mencegah terjadinya kebocoran. Pada casing head terdapat gas outlet yang berfungs i
meredusir gas yang mungkin terkumpul di antara rangkaian casing. Tubing head
merupakan bagian dari well head yang diperlukan untuk menyokong rangkaian tubing
yang berada di bawahnya dan untuk menutup ruangan yang terdapat di antara casing
dan tubing, sehingga aliran fluida hanya dapat keluar melalui tubing

106
Gambar 3.3 Well Head

b. Christmas Tree
Merupakan kumpulan valve-valve dan fitting- fitting yang dipasang di atas tubing
head, yang terbuat dari besi baja kualitas tinggi yang dapat menahan tekanan tinggi
dari sumur dan dapat menahan reaksi dari air formasi yang bersifat korosif yang
bersama-sama mengalir dengan minyak atau dapat menahan pengikisan pasir yang
terbawa ke prmukaan. Ditinjau dari sayapnya (wings), Christmas tree dibagi menjadi
dua macam, yaitu :

bercabang satu (single wing atau single arm)


bercabang dua (double wing atau double arm).

107
Gambar 3.4 Christmas tree

Christmas tree terdiri dari komponen-komponen peralatan utama, yaitu :


1. Monitor Tekanan
Merupakan peralatan yang digunakan untuk mengukur tekanan pada casing (Pc)
dan tekanan pada tubing.
2. Master Gate
Merupakan jenis valve yang digunakan untuk menutup sumur jika diperlukan.
Untuk sumur-sumur yang bertekanan tinggi, selain dipasang master gate juga
dipasang suatu valve lain yang letaknya di bawah master gate tersebut.
3. Choke
Choke berfungsi untuk menahan sebagian aliran dari sumur sehingga produksi
minyak dan gas pada suatu sumur dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
Dalam prakteknya dikenal dua macam choke, yaitu :

Positive choke
Choke jenis ini terbuat dari besi baja pejal dimana pada bagian dalamnya terdapat
lubang kecil berbentuk silinder sebagai tempat mengalirnya minyak dan gas menuju
separator. Besarnya perbedaan tekanan sebelum dan sesudah aliran melewati choke dan
besarnya aliran fluida tersebut tergantung pada diameter choke yang digunakan.

108
Adjustable choke
Pada choke jenis ini besarnya diameter dapat diatur sesuai dengan kebutuhan,
dengan jalan memutar handwheel yang tedapat pada bagian atasnya tanpa harus
melepas atau menggantinya. Pemasangan choke jenis ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya penggantian choke yang terlalu sering, terutama pada sumur -
sumur yang menggunakan christmas tree jenis single wing atau single arm.

3.2.2.2.2. Peralatan Di Bawah Permukaan


Peralatan bawah permukaan sumur sembur alam meliputi : sekumpula n
peralatan yang didalam sumur yang terdiri dari tubing, packer, nipple, sliding sleeve
door, bottom hole choke, blast joint, dan flow coupling.

a. Tubing
Merupakan pipa vertikal di dalam sumur, berfungsi mengalirkan fluida reservoir
dari dasar sumur ke permukaan.
b. Packer
Berfungsi menyekat annulus antara casing dan tubing serta memberika n
drawdown yang lebih besar.
c. Nipple
Berfungsi untuk menempatkan alat-alat kontrol aliran di dalam tubing. Terdapat
dua jenis nipple, yaitu leading dan no-go nipple.
d. Sliding Sleeve Door
Alat ini digunakan untuk memproduksikan hidrokarbon dari beberapa zona
produktif dengan single tubing, dengan adanya alat ini memungkinkan hubunga n
antara annulus dengan tubing. Cara membuka sliding sleeve door dilakukan dengan
metode wire line.

109
e. Bottom Hole Choke
Disamping choke yang dipasang di permukaan kadang-kadang dipasang choke
yang ditempatkan di dalam sumur. Pemasangan bottom hole choke diantaranya
dimaksudkan untuk :

Memperpanjang umur sembur alam dengan jalan membebaskan gas yang berasal
dari larutan minyak untuk memperingan kolom minyak atau menambah
kecepatan alir dalam tubing.
Mengurangi atau mencegah pembekuan (freezing) pada peralatan kontrol di atas
permukaan dengan jalan memasang choke pada ujung bawah tubing.
Mencegah terjadinya endapan hydrate, karbonat dan paraffin yang menga lir
bersama-sama dengan fluida dari formasi ke permukaan.
Mencegah atau mengurangi air masuk ke dalam sumur dengan jalan menjaga
tekanan dasar sumur tetap konstan.

f. Blast Joint
Merupakan sambungan pada tubing yang memiliki dinding yang tebal, dipasang
tepat di depan formasi produktif yang berfungsi untuk menahan semburan aliran fluida
formasi.

g. Flow Coupling
Alat ini mempunyai bentuk yang sama dengan blast joint. Alat ini dipasang di
atas dan di bawah nipple yang berfungsi untuk menahan turbulensi fluida akibat adanya
kontrol aliran yang dipasang di nipple.

3.2.2.2.3. Perencanaan Sumur Sembur Alam


Dalam perencanaan sumur sembur alam, selain mengetahui keadaan reservoir
sumur yang bersangkutan, dan beberapa metode yang digunakan untuk menentuka n
aliran fluida dalam tubing, juga harus diketahui bagaimana perencanaan peralatan
sumur tersebut.

110
Untuk perencanaan sumur sembur alam, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan :
1. Verifikasi Atau Pengujian Tubing Dari Segi Kekuatan Bahan
Pengujian tubing dari segi kekuatan bahan meliputi joint strength, collapse
pressure serta bursting pressure tubing dalam menahan tekanan. Sedangkan besarnya
diameter dari segi kekuatan bahannya, tubing yang direncanakan tergantung dari
beberapa faktor, antara lain :

a. Kemungkinan menghilangkan paraffin secara mekanis.


b. Kemungkinan memasukkan tubing ke dalam string produksi.
c. Kemungkinan evaluasi pasir yang masuk ke dalam sumur.
d. Sifat-sifat kekuatan bahan yang dipakai untuk membuat tubing terutama kalau
tubing tersebut dimasukkan ke dalam sumur yang dalam.

2. Penentuan Panjang Dan DiameterTubing Yang Digunakan


Selama sumur flowing dieksploitir, kondisi di dalam sumur dapat berubah
(produksi sumur, GOR, tekanan dasar sumur). Oleh sebab itu untuk menyesua ika n
dengan keadaan yang baru, tubing sudah seharusnya diganti seandainya penyesuaia n
laju aliran dengan merubah ukuran choke sudah tidak dapat dilakukan lagi.
Operasi penggantian tubing pada sumur sembur alam merupakan operasi yang sulit,
karena itu ukuran tubing yang dipakai ditentukan sehingga ukuran tubing dapat
digunakan selama waktu sumur menyembur.

3.2.2. Metoda Artificial Lift


Sembur Buatan (artificial lift) digunakan untuk mempertahankan tekanan
produksi dasar sumur yang berkurang. Hal ini dilakukan supaya formasi dapat
memberikan fluida reservoir yang diinginkan. Pada tahap awal, sumur mampu
melakukan produksi dengan tenaganya sendiri (natural flow). Pada tahap aliran yang
lebih akhir, sumur hanya mampu memproduksi sebagian dari fluida yang diinginka n.
Selama masa aliran sumur, terutama setelah sumur mati, suatu metode sembur
buatan yang sesuai harus dipasang. Hal ini dilakukan agar tekanan alir dasar sumur
yang diperlukan dapat dipertahankan.

111
Mempertahankan tekanan alir dasar sumur, yang diperlukan adalah perencanaan
(desain) setiap instalasi sembur buatan. Banyak tipe metode sembur buatan yang
tersedia, seperti pompa angguk (sucker rod pump), Electrical Submergible
Pump (ESP), Plunger Lift, Gas Lift, dan lainnya. Masing-masing tipe sembur buatan
mempunyai keuntungan dan kekurangan masing- masing.

3.2.2.1.Pump Jack / Sucker Rod Pump (Pompa Angguk)

Gambar 3.5. Skema Sumur SRP

Pump Jack / SRP umum digunakan di dunia perminyakan karena biaya yang
diperlukan relatif murah dan pengoperasiannya pun mudah. Prinsip mengangkat fluida
dengan energi dari prime mover permukaan yang ditransfer ke subsurface pump yang
diletakkan di dalam sumur.

112
SRP dikelompokan berdasarkan letak Counterbalance, yaitu:
- Crank BalancedConventional dan Front Mount Mark (Mark II)
- Beam Balanced-Conventional
- Air BalancedFront Mounted
- Non Beam Pumping Unit

Pump Jack merupakan pompa yang terletak di atas permukaan tanah. Pompa ini
bertujuan untuk mengendalikan piston yang terpasang pada sumur minyak. Pump Jack
biasanya digunakan untuk pada daerah yang kandungan minyaknya cukup banyak.
Besarnya pompa juga ditentukan oleh kedalaman dan berat minyak yang akan
dipindahkan. Pump Jack mengubah gerakan putaran dari motor menjadi gerakan
vertikal untuk mendorong batang pompa. Pump Jack disokong oleh sebuah prime
mover. Umumnya digunakan motor elektrik untuk menggerakannya, namun untuk
daerah yang aksesnya terpencil, kemungkinan digunakan proses pembakaran mesin
seperti diesel. Begitu juga di area ini, penggunaan motor elektrik disuplai oleh power plant.

1. Prinsip Kerja SRP


Bagian alat ini terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama adalah bagian permukaan dan
kedua adalah bagian bawah permukaan. Dari setiap bagian memiliki tugas yang
berbeda.
1. Prinsip Kerja Alat Atas Permukaan
Peralatan Surface SRP meliputi :
- Wireline
Wireline adalah seling baja yang diletakkan pada horse head dan pada
ujung bawah dirangkai dengan carrier bar.
- Carrier Bar
Carrier Bar adalah alat pengikat pada polished rod dalam rangkaian wireline
yang mana pengikatannya dapat di setting.

113
- Polished Rod
Polished Rod adalah alat yang menghubungkan dari pumping unit ke
sucker rod di dalam rangkaian barrel pump. Pada bagian permukaan kita bisa lihat
pada gambar di atas. Alat-alat ini meneruskan energi dari motor dan merubahnya
dari gerak putar ke gerak naik-turun ke alat bawah permukaan. Untuk merubah dari
putaran mesin sampai gerakan naik-turun tersebut, putaran mesin harus dikurangi
dengan menggunakan gear reducer dan juga diameter pulli belt sehingga
kecepatan sesuai dengan gerakan naik - turun yang diinginkan. Pada bagian
teratas dari rod adalah polishedrod, rod sangat halus permukaannya, sehingga
bisa bergerak lancar serta tidak bocor di stuffing box. Polished rod di klem pada
carrier bar yang dihubungkan dengan horse head melalui wireline hanger yang
bersifat fleksibel agar polished rod tetap tegak lurus dalam stuffing box.

- Walking Beam
Walking Beam ditunjang dekat titik beratnya oleh sampson post.
Walking beam meneruskan gerakan dari pitman yang diberikan oleh crank. Panjang
langkah polished rod (PRSL) ditentukan oleh jarak dari pitmann bearing ke crakshaft.
Umumnya tersedia tiga posisi untuk PRSL sehingga bisa diubah di tuas di pin
bearing sehingga diameter putaran akan lebih kecil kalau produksi menurun
misalnya.Alat penting lainnya adalah counter balance yang digunakan untuk
mengimbangi gerakan naik turun pompa agar tidak berbeda jauh dalam hal
pembebanannya. dengan ini pompa dan motor akan lebih tahan lama. Efek
counterbalance ini tergantung dari berat, posisi, dan geometri alat.

114
2. Prinsip Kerja Alat Bawah Permukaan
Downhole pump meliputi :
- Travelling valve
Travelling valve merupakan suatu rangkaian pada system artificial
lift SRP yang terkoneksi ke rangkaian sucker rod sampai ke atas permukaan.
Secara umum pada saat down stroke, travelling valve terbuka, maka fluida
masuk mengisi ruang yang ada dalam plunger. Pada saat up stroke,
travelling valve tertutup karena adanya gaya gravitasi dan juga karena
adanya tekanan dari fluida yang berada diatasnya, Sedangkan pada saat down
stroke travelling valve akan membuka di karena ada nya tekanan dari fluida
yang berada di barrel dan ketika ball travelling valve membuka maka
kemudian fluida akan mengisi kolom plunger, dan begitu seterusnya,
Traveling valve pada rangkaian SRP tipe TBHM berada di plunger,
sedangkan pada SRP tipe RWAC berada di barrel.
- Standing valve
Standing valve di rangkai dengan PSN serta mud Anchor. Pada
waktu up stroke, standing valve terbuka karena adanya gaya hisap fluida
dari plunger yang bergerak keatas, kemudian fluida dari sumur masuk ke
dalam barreldan mengisi kolom barrel. Sedangkan ada saat down stroke
standing valve tertutup karena tekanan dari fluida yang berada didalam
barrel akibat turunnya plunger sehingga fluida tidak kembali ke sumur .
Standing Valve pada tipe TBHM dan RWAC berada di barrel.
- Working Barrel
Working Barell adalah pipa silinder yang berfungsi sebagai liner untuk
memompakkan fluida sehingga terjadi efek suap atau penghisapan, sehingga
fluida dalam sumur terpompakan dalam sumur.

115
Gambar 3.6. Peralatan Bawah Permukaan

Terdapat dua jenis Alat Bawah Permukaan pada SRP, yaitu THBM
dan RWAC. Dimana jenis-jenis tersebut meiliki ukuran yang berbeda-
beda. THBM memilik i ukuran diameter 2 inch, 2.5 Inch dan 3 Inch.
Sedangkan RWAC hanya berdiameter 2 inch. Dimana setiap ukuran juga
memiliki panjang yang berbeda-beda. Panjang dari rod tersebut akan
mempengaruhi stroke length yang digunakan.
- Intake
Intake pada SRP merupakan salah satu rangkaian subsurface yang berguna
sebagai tempat masuknya fluida reservoir. Ada beberapa jenis intake pada SRP
dimana intake pada SRP disesuaikan dengan problem pada sumur, seperti
kepasiran dan bubble gas (pada sumur dengan kandungan gas yang tinggi).

116
3.2.2.2. ESP ( Electrical Submersible Pump)
Electrtic Submersible Pump (ESP) adalah rangkaian pompa sentrifugal yang terdiri
dari beberapa unit yang dipergunakan untuk mengangkat fluida dari dalam sumur
ke permukaan. Pompa ini bekerja dengan tenaga listrik dan dipasang dibawah
permukaan fluida dalam suatu sumur produksi.
Adapun urutan rangkaian pompa dari bawah ke atas adalah :

1. Downhole Sensor (Pressure Unit)


Untuk memonitor kondisi di sekitar string ESP, yang di monitor antara
lain : Temperature motor, Vibrasi dari Rangkaian Pompa, P absolute Intake. Kemudian
data - data tersebut akan di terudkan melalui kable ke PSD dimana pada PSD bisa di
monitor sekaligus data pada PSD bisa di download sehingga memudahkan dalam
mengontro l kejadian di bawah sumur. Kerapatan data juga bisa di setting pada
PSD, sehingga semakin ingin akurat maka semakin kecil jarak kerapatan data.

2. Centralizer
Kegunaannya adalah agar string pompa selalu center, sehingga ketika terjadi
vibrasi kabel pompa akan tetap memiki ruang dan tidak menabrak annulus dari casing.

117
3. Motor (HP)
Motor digunakan untuk menggerakkan sub coupling yang di sambungkan
oleh coupling guna memutar impeller di dalam diffuser sehingga akan ada tarikan
fluida dari ruang pompa ke intek dan menarik fluida tersebut untuk masuk ke ruang
pompa dan mengalir ke atas permukaan, hal ini terjadi karena adanya perbedaan
pressure dari annulus dan ruang pompa.panjang pompa tergantung dari kekuatan
yang dibutuhka n dalam menggerkan sub coupling. Semakin besar daya yang di
butuhkan maka semakin panjang pompa. Di dalam pompa juga terdapat
kumparan-kumparan untuk mengalirkan aliran listrik. Aliran listrik berasal dari
atas permukaan yang di alirkan melalui kabel dan di sambung melalui konektor pada
motor ESP.Di dalam pompa di gunakan cairan air collar yang mirip oli namun fisiknya
berwarna bening yang berguna meminimalisir panas yang di keluarkan oleh pompa
pada saat bekerja.

Gambar 3.7. Motor ESP

118
4. Seal Section/Protector
Penyekat yang berfungsi melinfungi motor ESP agar tidak kemasukan fluida,
karena jika di dalam motor di aliri oleh fluida maka motor akan mati dan menimbulkan
biaya. Di lapangan tanjung pada seal section menggunakan 3 bed. Sehingga saat fluida
telah memasuki bed pertama maka masih ad 2 bed lagi sehingga motor masih bisa
berjalan dengan baik.

Gambar 3.8. Seal Section ESP

5. Intake/RGS (Rotary Gas Separator)


Intake merupakan jalur bagi fluida untuk masuk ke ruang pompa dan mengalir
ke surface. Intake yang di gunakan bisa bervariasi sesuai kebutuhan dan kondisi
lapangan. Jika GOR pada lapangan tersebut <25% maka menggunakan intake,
sedangkan untuk GOR >25% menggunakan RGS dan untuk GOR >75%
menggunakan MVP (Multi Ventilation Pump)/AGH (Andvance Gas Handling).

Prinsipnya cara kerja ketiganya sama saja, hanya saja pada RGS dan MVP
digunakan untuk meminimalisir masuknya bubble gas yang terlalu besar
kedalam pompa. Sehingga bubble yang masuk ke pompa tidak terlalu besar. Bubble
gas diperkecil agar tidak terjadi gas lock dan mengurangi efisiensi pompa.

119
Gambar 3.9. Intake ESP

6. Pump
Pompa berfungsi untuk menghisap fluida sehingga dapat dialirkan ke atas
permukaan. Panjang pompa bervariasi tergantung dari stages yang di butuhkan untuk
mengalirka n fluida, dalam satu stages terdapat 1 impeller dan 1 diffuser.

Gambar 3.10. Impeller dan Diffuser pada ESP

120
Semakin panjang stages yang dibutukan maka semakin panjang pula pompa nya. Pada
umunya kepasiran tidak menggangu kinerja dari pompa karena sejatinya sub di dalam
pompa akan selalu berputar untuk mengantarkan fluida ke atas permukaan, sehingga
jika ada kepasiran maka pasir akan digerus oleh impeller dan diffuser.

Gambar 3.11. Pompa ESP

7. Discharge Head
Fungsi utama dari discharge head adalah untuk menyambungkan top rangkaian
ESP dengan bottom dari tubing.

Gambar 3.12. Discharge Head

121
8. Junction Box
Fungsi utama dari Junction Box adalah untuk membuang aliran gas yang
masuk kedalam kabel. Aliran gas bisa masuk melalui sela-sela atau lubang kecil dari
kabel. Sebelum aliran listrik dari bawah permukaan masuk ke PSD maka sebelumnya
akan melewati junction box yang akan membuang aliran gas yang terikut di dalam
kabel. Prinsip kerja nya yaitu kabel dari bawah permukaan kulit pembungkus kabel
akan di potong sehingga gas akan menguap ke udara kemudian jaket kabel dari PSD
juga akan di potong seperti aliran kabel dari bawah permukaan dan kemudian
keduanya akan dihubungkan, yang terhubung hanya kabel bagian dalam saja,
sehingga PSD akan aman dari bahaya konslet ataupun meledak dan terbakar karena
gas tidak akan ikut masuk ke PSD.

9. PSD
PSD merupakan otak dari ESP, dimana segala kegiatan ESP dapat dikontrol oleh
PSD dan dapat dilakukan pengaturan pada PSD dalam membaca kegiatan dari ESP.

Gambar 3.13. PSD untuk ESP

122
10. Kabel
Kabel merupakan media penghantar listrik untuk menghidpkan motor dan
kemudian menggerakkan pompa. Satuan kabel untuk pompa ESP adalah AWG
(American Wire gauge) dimana semakin besar nilai AWG nya semakin kecil size
dari kabel tersebut. Ada 2 tipe kabel yang di gunakan pada ESP :
a. Flat di gunakan dari rangkaian paling bawah pompa hingga 55 ft dari forehead,
karena jarak pompa terhadap annulus casing relative lebih kecil sehingga
membutuhkan kabel yang flat agar msh ada sisa jarak antara kabel dan dinding
casing agar meminimalisir potensi rusak, ataupun dogleg.
b. Round digunakan setelah 55ft keatas karena ukuran tubing lebih kecil dari pada
pompa ESP sehingga jarak dari tubing ke dinding casing masih lebih besar di
bandingkan pada jarak motor dan dinding casing.

Gambar 3.14. Round Cable ESP

123
Kabel ESP dilapisi oleh rubber yang seperti karet kemudian armor yang
bersifat stainless stell hal ini bertujuan untuk memproteksi kabel agar tidak terjadi
kerusakan karena kabel di bawah permukaan memiliki kemungkinan untuk
berbenturan metal to metal yaitu dari ESP dan dinding casing. Namun tidak di
pungkiri bahwa masih saja kabel akan terjadi kemasukan gas dikarena partikel gas
yang lebih kecil dan dapat masuk ke lapisan armor maupun rubber sehingga
untuk mengantisipasi masuknya aliran gas ini ke PSD digunakanlah junction box.
Sebelum ESP running ke downhole , terlebih dahulu kabel diikatkan pada string ESP
dengan menggunakan bend dengan jarak 3 bend/5ft sepanjang pompa sedangkan untuk
tubing dipasangan 30% di atas tubing dan 30% di bawah tubing.

3.3. Dasar Pemilihan Metode Produksi


Untuk memilih salah satu metoda produksi yang optimum, maka sebagai dasar
pemilihan metoda produksi yang perlu diperhatikan adalah :
1. Karakteristik (kondisi) reservoir
2. Karakteristik lubang sumur

3.3.1. Karakteristik Reservoir


Kondisi reservoir merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan metode
produksi. Kondisi reservoir yang sangat mempengaruhi pemilihan metode produksi,
adalah kondisi batuan dan karakteristik fluda reservoir serta produktifitas sumurnya.

Kondisi Batuan Reservoir


Seperti diketahui bahwa di dalam suatu reservoir, kemungkinan terdapat lapisan
produktif lebih dari satu, perhitungannya berbeda dengan lapisan produktif yang satu,
terutama diperlukan harga rata-ratanya. Adanya lapisan produktif yang lebih dari satu,
maka akan mempengaruhi komplesi sumurnya. Ada dua kemungkinan cara
memproduksikan lapisan produktif yang lebih dari satu, yaitu :

124
1. Comingle Completion
Yaitu komplesi sumur pada lapisan produktif yang lebih dari satu dan diproduksikan
melalui satu pipa (tubing) produksi. Kemungkinan yang sering dijumpai dalam lapisan
produktif adalah :
Lapisan batuan paralel, dimana tidak diselingi atau tipis sekali lapisan
impermeabel dan mempunyai sifat yang homogen.
Lapisan batuan impermeabel, dimana diselingi lapisan tebal lainnya dan mempunya i
tekanan antara aliran yang berbeda. Adanya perbedaaan tekanan antara lapisan dari
masing- masing lapisan produktif ini maka akan mempengaruhi kemampuan
produksinya, sehingga didalam pemilihan metode produksi perlu dipertimbangka n
sebaik-baiknya. Besarnya tekanan antara aliran ini, dapat ditentukan dengan persamaan
berikut :

Pif = PsU - PsL + Gf h................................................................................ (3-9)

Dimana :
Pif = Tekanan antar aliran, psi.
PsU = Tekanan statis dasar sumur untuk lapisan produktif teratas, psi.
PsL = Tekanan statis dasar sumur untuk lapisan produktif terbawah, psi.
Gf = Gradien tekanan fluida produksi, psi/ft.
H = Perbedaan kedalaman antar lapisan produktif teratas dengan terbawah, ft.

2. Multiple Completion
Yaitu metode komplesi sumur dimana setiap lapisan produktif diproduksikan sendiri-
sendiri secara terpisah sesuai dengan kemampuan masing- masing lapisannya. Karena
cara komplesi sumur ini relatif lebih mahal dari dibandingkan dengan cara comingle
completion, dimana diperlukan tubing yang lebih banyak, maka didalam memilih
metode produksi perlu dipertimbangkan.

125
Karakteristik Fluida Reservoir
Data karakteristik fluida reservoir yang mempengaruhi metode produksi yaitu
viskositas dan specific gravity. Untuk viskositas minyak yang tinggi, biasanya waktu
diproduksikan ikut terbawa pasir atau padatan lainnya, sehingga apabila dipergunaka n
plungr fits (rongga antara plunger dan core barrel) yang kecil, maka plunger akan cepat
aus. Untuk itu apabila viskositas tinggi, maka sebaiknya digunakan plunger fits yang
besar, sehingga efisiensi pompa akan tinggi. Untuk minyak dengan specific gravity
tinggi (oAPI minyak rendah), bisanya sering terjadi penyumbatan pada lubang-luba ng
kecil (port) pompa, sehingga akan menaikan gradien tekanan aliran dan akan
mengakibatkan kenaikan tenaga pompa untuk mengangkat fluida (minyak) ke
permukaan.

3.3.2. Kondisi Lubang Sumur Produksi


Kondisi lubang bor akan sangat mempengaruhi didalam pemilihan metode produksi
yang optimum dan sesuai. Kondisi lubang bor yang dimaksud adalah kedalaman
sumur, kemiringan lubang bor, diameter casing dan komplesi sumurnya.
Kedalaman dan kemiringan lubang sumur produksi
Pengaruh dari kedalaman dan kemiringan lubang sumur produksi terhadap pemiliha n
metode produksi adalah merupakan faktor yang ditimbulkan akibat kelemahan-
kelemahan dari perlatan produksi itu sendiri.
Secara umum sumur tersebut dikatakan lurus jika perubahan sudut kemiringan lubang
sumur tidak melebihi 3o/100 ft. Dan batas penyimpangan lubang bor dari permukaan
sampai titik yang dituju tidak melebihi 5 o.

126
Pada metode sembur alam faktor kedalaman tidak banyak diperhatikan, karena metode
ini hanya ditinjau dari segi kemampuan fluida itu sampai ke permukaan. Sedangkan
untuk metode pengangkatan buatan, hal ini sangat diperhatikan sekali. Untuk gas lift
dengan semakin dalamnya lubang sumur produksi, maka akan mempengar uhi
penggunaan volume dan tekanan gas injeksi yang semakin besar, sedangkan
kemiringan lubang sumur yang terlalu besar, akan menyulitkan dalam perencanaannya.
Untuk pompa sucker rod dengan semakin dalamnya lubang sumur maka semakin kecil
volume minyak yang diperoleh. Adanya kemiringan lubang sumur besar, maka akan
mengakibatkan kesulitan dari gerakan tangkai pompa hal ini dapat mengakiba tka n
putusnya tangkai pompa tersebut. Untuk pompa ESP dengan semakin dalamnya lubang
sumur produksi, maka akan mempengaruhi panjang kabel listrik yang digunakan.

Diameter Casing

Seperti diketahui bahwa untuk mengalirkan minyak dari dalam sumur ke permukaa an
digunakan tubing, dimana jumlahnya tergantung pada ukuran dan diameter casingnya.
Dengan demikian diameter casing ini (diameter dalamnya) akan mempengar uhi
volume dan kapasitas produksinya. Dengan diketahui diameter casing, maka dapat pula
dipilih metode produksi yang digunakan, yaitu dengan melihat ukuran dan volume atau
kapasitas produksinya.

Komplesi Formasi Sumur

Seperti diketahui bahwa metode komplesi formasi sumur dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu : open hole completion, perforated completion dan linier completion.
Open hole completion merupakan metode komplesi dimana casing dipasang diatas
zone produktif dan lubang di depan zona produktif secara mekanis dibiarkan secara
terbuka.
Perforated completion merupakan meode komplesi dimana casing menembus interva l
formasi produktif, disemen lalu formasi produktif dan lubang sumur dihubungka n
dengan perforasi. Melalui perforasi ini minyak dan gas masuk ke lubang sumur.

127
Sedangkan metode linier completion yaitu metode komplesi sumur yang merupakan
pengembangan dari metode open hole dan perforated completion, dimana dengan
menambahkan linier yang diturunkan ke dalam sumur lalu digantung dan diletakkan di
depan zona produktif. Metode linier completion ini ada dua macam yaitu yaitu linier
yang disemen lalu diperforasi dan linier yang tergantung bebas dan tidak disemen.
Metode linier completion ini digunakan untuk mengatasi adanya problem khusus
dalam sumur, misalnya problem kepasiran. Pada problem kepasiran biasanya dipasang
suatu saringan (screen) yang berfungsi untuk menahan aliran pasir dari formasi yang
tidak kompak (unconsolidated).
Adanya macam-macam metode komplesi sumur ini akan mengakibatkan aliran fluida
dari formasi ke lubang sumur terganggu, sehingga kapasitas fluidanya tidak mencapai
maksimum. Hal ini bisa terjadi pada perforated dan linier completion, sedangkan untuk
open hole completion pangaruhnya sedikit kecuali jika terjadi kerusakan formasi.
Dengan demikian dengan adanya pengaruh kapasitas produksi ini, maka komplesi
sumur dapat mempengaruhi cara produksi dari sumur tersebut.

128

Anda mungkin juga menyukai