PENILAIAN FORMASI
129
Tabel 4.1 Jenis dari Penilaian Formasi
Phase Activity Formation Evaluation
Methods
Exploration Define Structure Seismic Data, Gravity,Magnetics
Drilling Drill Well Mud Logging, Coring
Measurement While Drilling
Logging Log Well Openhole Logs
Primary Evaluation Log Analysis Sidewall Cores
Testing Wireline Formation Testing
Drillsteam Testing
Vertical Seismic Profile
Analysis Core Analysis Laboratory Studies
Feedback Refinement of Seismic Log-core Integration
Model
Log Analysis Log-seismic Integration
Exploitation Producing Hydrocarbons Material Balance Analysis
Secondary Production Logging Production Log Analysis
Recovery
Log-inject Log Flood Efficiency Analysis
Water or Gas Injection Micro-rock Property Analysis
Abandonment Economic Decisions
Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang teknik yang sering digunakan
dalam operasi penilaian formasi.
130
4.2.2. Coring
Yaitu dengan mengambil contoh batuan formasi melalui operasi coring pada
dinding bor. Pada proses pengambilan core ini menggunakan peralatan khusus.
Tujuan dari pengambilan sampel core ini adalah untuk mengetahui sifat fisik dari
batuan reservoir, yaitu porositas, permeabilitas, kebasahan serta saturasi fluida
yang terdapat dalam batuan.
4.2.4. Testing
Formation testing adalah salah satu cara untuk membuktikan ada tidaknya
hidrokarbon dalam formasi tersebut, bila terdapat aliran hidrokarbon pada saat
dilakukan drillstem test. Drill Stem Test (DST) menyediakan data tidak hanya
kandungan hidrokarbon namun juga memberikan data besarnya reservoir dan
kemampuan produksi suatu reservoir.
4.3. Logging
Logging adalah suatu metoda penelitian dengan pekerjaan mencatat atau
merekam data-data di bawah permukaan untuk setiap kedalaman, mulai dari dasar
sumur sampai ke permukaan dengan menggunakan peralatan log. Log adalah
gambar kurva yang memberikan informasi tentang sifat- sifat batuan dan fluida
yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur. Jadi tujuan dari
logging adalah untuk memperoleh data sumur yang akan diinterpretasikan.
Kegiatan logging dapat dilakukan setelah proses pemboran (open hole logging)
atau bersamaan dengan proses pemboran (LWD) maupun pada tahap produksi
(cased hole logging). Pada waktu pelaksanaan pemboran akan terjadi filtrasi
131
lumpur yang merembes atau masuk ke dalam formasi (perbedaan tekanan)
akibatnya akan terbentuk tiga zona akibat pengaruh lumpur pemboran, yaitu :
a. Zona Terinvasi (Invaded Zone atau Flushed Zone)
Zona ini terletak paling dekat dengan lubang bor dan terisi oleh air
filtrasi lumpur yang mendesak kandungan semula, namun mungkin saja
tidak semua kandungan fluida awal terdesak ke dalam zona yang lebih
dalam.
b. Zona Peralihan (Transition Zone)
Zona peralihan terletak di sebelah dalam zona terinvasi, sebagian
isinya adalah kandungan fluida awal dan filtrat lumpur pemboran yang
masuk ke dalam zona ini.
c. Zona Tidak Terinvasi (Uninvaded Zone)
Zona ini terletak paling jauh dari lubang bor. Oleh karena itu sifat
petrofisik yang ada pada zona ini merupakan sifat asal dari formasi atau
reservoir tersebut. Sifat petrofisik yang bias dikaji secara kuantitatif pada
zona ini adalah Rt (Resistivitas formasi sebenarnya), Rw (Resistivitas air),
dan Sw .
132
Disamping ketiga jenis log tersebut di atas, digunakan pula Log Caliper
yang merupakan log penunjuk kondisi lubang sumur.
133
Besarnya resistivitas suatu batuan tergantung pada sifat atau karakter fisik
dari batuan tersebut. Sifat atau karakter fisik dari batuan diantaranya adalah
porositas, salinitas dan jenis batuan. Disamping itu, factor kandungan fluida juga
ikut menentukan besarnya harga resistivitas.
a. Induction Log
Alat logging ini terdiri dari transmitter dan receiver. Prinsip kerja
induction log yaitu didalam kumparan pemancar mengalir arus dengan
amplitude konstan dan frekuensi sebesar 20 kHz. Arus ini menimbulkan
sebuah medan magnet yang menyebabkan suatu arus circular mengalir
dalam media di sekitar alat yang disebut arus eddy. Arus eddy ini lalu
menimbulkan medan magnet dan menghasilkan arus sekunder didalam
formasi batuan. Arus sekunder (arus induksi) yang dihasilkan akan diterima
kumparan penerima sebagai arus konduktivitas yang sebanding dengan
konduktivitas formasi, dimana selanjutnya dikonversikan kedalam
resistivitas. Induction Log dapat dipakai untuk lubang bor yang berisi selain
lumpur air tawar.
b. Lateral Log
Lateral Log merupakan alat electric survey log yang telah ditingkatkan
kemampuannya karena dilengkapi dengan pelindung (guarded) electrode
sehingga dapat bekerja tanpa dipengaruhi efek lubang bor yang tidak
diinginkan. Arus listrik dengan kuat arus tertentu dipancarkan dari
transmitter masuk ke dalam formasi. Arus listrik yang dipancarkan dapat
dipaksakan mengalir masuk ke formasi karena arus listrik yang dipancarkan
dapat diatur. Alat ini terdiri dari dua elektroda arus A dan B serta dua
elektroda potensial M dan N.
Lateral Log akan sangat baik digunakan pada lubang bor yang berisi
lumpur air tawar dan rasio Rmf/Rw kurang dari 3. Selain itu, Lateral Log
akan memberikan hasil yang lebih baik ketika lapisan formasi yang tebalnya
minimal 10 ft. Lateral Log akan menghasilkan hasil yang lebih baik dari
induction log. Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivitas
formasi yang terinvasi.
134
c. Micro Lateral Log
Micro Lateral Log merupakan alat resistivitas yang dirancang khusus
untuk menentukan resistivity flushed zone (Rxo) pada lumpur dasar air
(water base mud). Prinsip kerja alat tersebut adalah elektroda-elektroda yang
ada, terbuat dari bahan konduktif yang berbentuk lingkaran atau persegi
yang melekat pada sebuah bantalan hidrolik, dan mempunyai jangkauan
pengukuran yang sangat dangkal.
135
=
Dimana:
Vshale = Volume Shale, fraksi
GRlog = Pembacaan log pada lapisan yang diteliti, API
GRmin = Pembacaan log pada lapisan yang bersih, API
GRmax =Pembacaan log pada lapisan 100% shale (clay), API
2. Density Log
Density Log mengukur perbedaan intensitas radiasi sinar gamma yang
dipancarkan dan diterima detektor dan merupakan kurva yang menunjukkan
besarnya densitas batuan. Sinar gamma merupakan partikel dengan kecepatan
yang tinggi akan membentur elektro-elektron yang terdapat dalam formasi,
sehingga benturan tersebut akan menyebabkan sinar gamma kehilangan energi.
Bila jumlah elektron diformasi meningkat maka jumlah sinar gamma yang
kehilangan juga meningkat,meyebabkan sinar gamma yang tercatat pada detektor
menurun. Jadi sinar gamma yang terukur oleh alat pencatat (detektor) tergantung
pada jumlah elektron yang berbenturan.
Rekaman densitas log ini diukur denga satuan gr/cc dan biasanya
ditampilkan pada track 3 (tiga) bersama-sama dengan Neutron Log. Densitas dari
batuan (pma) dalam gr/cc adalah sebagai berikut:
Sandstone =2.65 g/cc
Limestone =2.71 gr/cc
Dolomite =2.85 gr/cc
Anhydrite =2.95 gr/cc
136
Penentuan porositas dari densitas batuan dinyatakan dengan rumus:
=
Dimana:
Pma = Densitas alatrik (gr/cc)
Pb = Pembacaan dari Densitas log (gr/cc)
Pf = Densitas fluida lumpur pemboran (gr/cc)
3. Neutron Log
Neutron Log digunakan untuk menentukan porositas total bantuan formasi.
Biasanya semakin banyak fluida (minyak atau air) yang terkandung dalam formasi
akan memberikan pembacaan porositas yang tinggi. Sedangkan pada formasi yang
mengandung gas akan memberikan pembacaan porositas yang lebih rendah karena
pada gas konsentrasi hidrogen lebih rendah. Neutron Log ini biasanya ditampilkan
pada Track 3 (tiga), bersama-sama dengan Densitas Log.
137
1. Menentukan lapisan permeable dan impermeable dengan melihat kandungan
kerak lumpur.
2. Untuk menghitung volume lubang bor guna menentukan volume semen
pada operasi cementing.
139