Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PENILAIAN FORMASI

4.1. Tujuan Penilaian Formasi


Penilaian formasi dilakukan setelah terdapat lubang pemboran yang
membuktikan terdapatnya hidrokarbon pada cekungan tersebut. Evaluasi formasi
adalah ilmu atau keahlian untuk dapat melihat atau meneliti keadaan subsurface
baik untuk keperluan pemboran, produksi, penelitian reservoir dan lain-lain.
Evaluasi formasi meliputi penilaian litologi, petrofisik, isi atau kandungan batuan,
dan produktifitas batuan. Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara pemeriksaan di
laboratorium (analisa core) maupun dengan cara pengukuran langsung di sumur
(well logging, drill stem test, dan lain-lain). Tujuan utama dan evaluasi formasi
adalah Identifikasi reservoir, Perkiraan cadangan hidrokarbon di tempat, dan
Perkiraan perolehan hidrokarbon.
Secara umum logging dapat melakukan pengukuran dengan parameter-
parameter berikut ini :
1. Porositas, baik primer maupun sekunder.
2. Permeabilitas.
3. Saturasi air dan kemampuan bergeraknya hidrokarbon.
4. Tipe hidrokarbon.
5. Lithologi.
6. Kemiringan formasi dan struktur.
7. Lingkungan sedimentasi.

4.2. Metode Penilaian Formasi


Secara keseluruhan jenis dari penilaian formasi dapat dirangkum seperti
terlihat pada table 4.1.

129
Tabel 4.1 Jenis dari Penilaian Formasi
Phase Activity Formation Evaluation
Methods
Exploration Define Structure Seismic Data, Gravity,Magnetics
Drilling Drill Well Mud Logging, Coring
Measurement While Drilling
Logging Log Well Openhole Logs
Primary Evaluation Log Analysis Sidewall Cores
Testing Wireline Formation Testing
Drillsteam Testing
Vertical Seismic Profile
Analysis Core Analysis Laboratory Studies
Feedback Refinement of Seismic Log-core Integration
Model
Log Analysis Log-seismic Integration
Exploitation Producing Hydrocarbons Material Balance Analysis
Secondary Production Logging Production Log Analysis
Recovery
Log-inject Log Flood Efficiency Analysis
Water or Gas Injection Micro-rock Property Analysis
Abandonment Economic Decisions

Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang teknik yang sering digunakan
dalam operasi penilaian formasi.

4.2.1. Mud Logging


Yaitu dengan mengamati, meneliti dan mencatat kondisi lumpur yang
disirkulasikan dalam pemboran dengan mengamati cutting hasil pemboran atau
kandungan hidrokarbon yang ikut terbawa aliran lumpur dengan menggunakan
beberapa jenis peralatan.

130
4.2.2. Coring
Yaitu dengan mengambil contoh batuan formasi melalui operasi coring pada
dinding bor. Pada proses pengambilan core ini menggunakan peralatan khusus.
Tujuan dari pengambilan sampel core ini adalah untuk mengetahui sifat fisik dari
batuan reservoir, yaitu porositas, permeabilitas, kebasahan serta saturasi fluida
yang terdapat dalam batuan.

4.2.3. Measurement While Drilling (MWD)


Karakteristik formasi dapat diukur selama pemboran sedang berlangsung
(measurement while drilling, MWD). Alat ini biasanya digunakan untuk
pemboran sumur-sumur berarah atau miring, sehingga dapat mengurangi operasi
tripping dan dapat menghemat waktu pemboran.

4.2.4. Testing
Formation testing adalah salah satu cara untuk membuktikan ada tidaknya
hidrokarbon dalam formasi tersebut, bila terdapat aliran hidrokarbon pada saat
dilakukan drillstem test. Drill Stem Test (DST) menyediakan data tidak hanya
kandungan hidrokarbon namun juga memberikan data besarnya reservoir dan
kemampuan produksi suatu reservoir.

4.3. Logging
Logging adalah suatu metoda penelitian dengan pekerjaan mencatat atau
merekam data-data di bawah permukaan untuk setiap kedalaman, mulai dari dasar
sumur sampai ke permukaan dengan menggunakan peralatan log. Log adalah
gambar kurva yang memberikan informasi tentang sifat- sifat batuan dan fluida
yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur. Jadi tujuan dari
logging adalah untuk memperoleh data sumur yang akan diinterpretasikan.
Kegiatan logging dapat dilakukan setelah proses pemboran (open hole logging)
atau bersamaan dengan proses pemboran (LWD) maupun pada tahap produksi
(cased hole logging). Pada waktu pelaksanaan pemboran akan terjadi filtrasi

131
lumpur yang merembes atau masuk ke dalam formasi (perbedaan tekanan)
akibatnya akan terbentuk tiga zona akibat pengaruh lumpur pemboran, yaitu :
a. Zona Terinvasi (Invaded Zone atau Flushed Zone)
Zona ini terletak paling dekat dengan lubang bor dan terisi oleh air
filtrasi lumpur yang mendesak kandungan semula, namun mungkin saja
tidak semua kandungan fluida awal terdesak ke dalam zona yang lebih
dalam.
b. Zona Peralihan (Transition Zone)
Zona peralihan terletak di sebelah dalam zona terinvasi, sebagian
isinya adalah kandungan fluida awal dan filtrat lumpur pemboran yang
masuk ke dalam zona ini.
c. Zona Tidak Terinvasi (Uninvaded Zone)
Zona ini terletak paling jauh dari lubang bor. Oleh karena itu sifat
petrofisik yang ada pada zona ini merupakan sifat asal dari formasi atau
reservoir tersebut. Sifat petrofisik yang bias dikaji secara kuantitatif pada
zona ini adalah Rt (Resistivitas formasi sebenarnya), Rw (Resistivitas air),
dan Sw .

4.3.1. Alat Logging


Alat logging yang digunakan pada tugas akhir ini terdiri atas , Gamma Ray
Log, Density Log, Neutron Log, dan Sonic Log. Alat logging tersebut untuk
mengukur parameter petrofisik pada setiap kedalaman secara tepat dan
berkesinambungan dari informasi yang sesuai dengan kegunaan masing-masing
alat logging tersebut. Konsep dan dasar interpretasi logging ini didasarkan pada
jenis deteksi yang digunakan. Untuk melakukan suatu interpretasi atau analisa log
baik kualitatf maupun kuantitatif, digunakan tiga jenis log utama, yaitu :
1. Log listrik atau elektrik
2. Log radioaktif
3. Log akustik atau sonic log

132
Disamping ketiga jenis log tersebut di atas, digunakan pula Log Caliper
yang merupakan log penunjuk kondisi lubang sumur.

4.3.1.1.Jenis Log Listrik atau Elektrik


Log listrik atau elektrik adalah jenis log yang digunakan untuk mengukur
resistivitas atau tahanan jenis batuan dan potential diri batuan. Adapun jenis log
listrik atau elektrik diantaranya adalah :
1. SP Log (Spontaneous Potential Log)
2. Resistivity Log

1. Spontaneous Potensial Log (SP Log)


Spontaneous Potensial (SP) Log adalah rekaman selisih potesial antara
sebuah elektroda yang ditempatkan di permukaan tanah dengan suatu elektroda
yang diturunkan ke dalam lubang. Satuannya adalah millivolt (mV). SP Log tidak
dapat direkam di dalam lubang sumur yang diisi oleh lumpur yang tak konduktif
karena diperlukan medium yang dapat menghantarkan arus listrik antara elektroda
alat dan formasi. Pada lapisan serpih (shale), kurva SP log umumnya berupa garis
lurus yang disebut garis dasar serpih (shale base line), sedangkan pada formasi
permeable kurva SP log menyimpang dari garis dasar serpih yaitu garis pasir
(sand line). Penyimpangan kurva SP log dapat ke kiri shale base line (disebut
defleksi negatif) atau kekanan (disebut defleksi positif), hal ini karena adanya
perbedaan kadar garam atau salinitas dan air formasi dan filtrasi lumpur.
2. Resistivity Log
Resistivitas atau tahanan jenis suatu batuan adalah suatu kemampuan batuan
untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui batuan tersebut.
Resistivitas rendah bila batuan mudah mengalirkan arus listrik dan resistivitas
tinggi bila batuan sulit mengalirkan arus listrik. Resistivitas kebalikan dari
konduktivitas, satuan dari resistivitas adalah ohm-meter. Adapun tujuan
pengukuran resistivitas ini adalah untuk menentukan resistivitas batuan didaerah
uninvided zone.

133
Besarnya resistivitas suatu batuan tergantung pada sifat atau karakter fisik
dari batuan tersebut. Sifat atau karakter fisik dari batuan diantaranya adalah
porositas, salinitas dan jenis batuan. Disamping itu, factor kandungan fluida juga
ikut menentukan besarnya harga resistivitas.
a. Induction Log
Alat logging ini terdiri dari transmitter dan receiver. Prinsip kerja
induction log yaitu didalam kumparan pemancar mengalir arus dengan
amplitude konstan dan frekuensi sebesar 20 kHz. Arus ini menimbulkan
sebuah medan magnet yang menyebabkan suatu arus circular mengalir
dalam media di sekitar alat yang disebut arus eddy. Arus eddy ini lalu
menimbulkan medan magnet dan menghasilkan arus sekunder didalam
formasi batuan. Arus sekunder (arus induksi) yang dihasilkan akan diterima
kumparan penerima sebagai arus konduktivitas yang sebanding dengan
konduktivitas formasi, dimana selanjutnya dikonversikan kedalam
resistivitas. Induction Log dapat dipakai untuk lubang bor yang berisi selain
lumpur air tawar.
b. Lateral Log
Lateral Log merupakan alat electric survey log yang telah ditingkatkan
kemampuannya karena dilengkapi dengan pelindung (guarded) electrode
sehingga dapat bekerja tanpa dipengaruhi efek lubang bor yang tidak
diinginkan. Arus listrik dengan kuat arus tertentu dipancarkan dari
transmitter masuk ke dalam formasi. Arus listrik yang dipancarkan dapat
dipaksakan mengalir masuk ke formasi karena arus listrik yang dipancarkan
dapat diatur. Alat ini terdiri dari dua elektroda arus A dan B serta dua
elektroda potensial M dan N.
Lateral Log akan sangat baik digunakan pada lubang bor yang berisi
lumpur air tawar dan rasio Rmf/Rw kurang dari 3. Selain itu, Lateral Log
akan memberikan hasil yang lebih baik ketika lapisan formasi yang tebalnya
minimal 10 ft. Lateral Log akan menghasilkan hasil yang lebih baik dari
induction log. Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivitas
formasi yang terinvasi.
134
c. Micro Lateral Log
Micro Lateral Log merupakan alat resistivitas yang dirancang khusus
untuk menentukan resistivity flushed zone (Rxo) pada lumpur dasar air
(water base mud). Prinsip kerja alat tersebut adalah elektroda-elektroda yang
ada, terbuat dari bahan konduktif yang berbentuk lingkaran atau persegi
yang melekat pada sebuah bantalan hidrolik, dan mempunyai jangkauan
pengukuran yang sangat dangkal.

4.3.1.2.Jenis Log Radioaktif


Log Radioaktif pad adasarnya adalah log yang menggunakan detektor
radioaktif. Sampai saat ini berbagai log yang menggunakan detektor radioaktif
telah dikembangkan untuk memperkirakan karakteristik formasi, diantaranya
adalah Gamma Ray Log, Densitas Log, dan Neutron Log. Alat tersebut antara lain
digunakan untuk menentukan litologi formasi, porositas dan volume shale.

1. Gamma Ray Log (GR Log)


Gamma Ray Log merupakan log radioaktif yang baik untuk memisahkan
antara lapisan shale dan lapisan permeabel. Prinsip dasar Gamma Ray Log adalah
perekaman radioaktif alami yang dikandung suatu batuan yang berasal dari tiga
unsur utama, yaitu, Uranium-U, Thorium-T, dan Potasium-K yang secara kontinu
memancarkan Gamma Ray dalam bentuk pulsa-pulsa energi radiasi tinggi. Sinar
Gamma ini mampu menebus batuan dan diseteksi oleh detector. Selama proses
perubahan geologi batuan, umumnya tingkat radiasi shale lebih tinggi
dibandingkan dengan batuan lain, ini disebabkan karena unsur radioaktif. Lebih
cenderung mengendap dilapisan shale yang impermeable.
Rekaman Gamma Ray Log diukur dalam satuan API dan biasanya
ditampilkan pada kolom pertama bersama-sama dengan kurva SP Log dan
Caliper. Hubungan antara kandungan shale dengan Gamma Ray Log dirumuskan
sebagai berikut.

135

=

Dimana:
Vshale = Volume Shale, fraksi
GRlog = Pembacaan log pada lapisan yang diteliti, API
GRmin = Pembacaan log pada lapisan yang bersih, API
GRmax =Pembacaan log pada lapisan 100% shale (clay), API

Kegunaan dari Gamma Ray Log adalah:


1. Menghitung besarnya volume shale.
2. Menentukan lapisan permeabel.
3. Korelasi lg pada sumur dengan sumur lainnya.

2. Density Log
Density Log mengukur perbedaan intensitas radiasi sinar gamma yang
dipancarkan dan diterima detektor dan merupakan kurva yang menunjukkan
besarnya densitas batuan. Sinar gamma merupakan partikel dengan kecepatan
yang tinggi akan membentur elektro-elektron yang terdapat dalam formasi,
sehingga benturan tersebut akan menyebabkan sinar gamma kehilangan energi.
Bila jumlah elektron diformasi meningkat maka jumlah sinar gamma yang
kehilangan juga meningkat,meyebabkan sinar gamma yang tercatat pada detektor
menurun. Jadi sinar gamma yang terukur oleh alat pencatat (detektor) tergantung
pada jumlah elektron yang berbenturan.
Rekaman densitas log ini diukur denga satuan gr/cc dan biasanya
ditampilkan pada track 3 (tiga) bersama-sama dengan Neutron Log. Densitas dari
batuan (pma) dalam gr/cc adalah sebagai berikut:
Sandstone =2.65 g/cc
Limestone =2.71 gr/cc
Dolomite =2.85 gr/cc
Anhydrite =2.95 gr/cc

136
Penentuan porositas dari densitas batuan dinyatakan dengan rumus:

=

Dimana:
Pma = Densitas alatrik (gr/cc)
Pb = Pembacaan dari Densitas log (gr/cc)
Pf = Densitas fluida lumpur pemboran (gr/cc)

3. Neutron Log
Neutron Log digunakan untuk menentukan porositas total bantuan formasi.
Biasanya semakin banyak fluida (minyak atau air) yang terkandung dalam formasi
akan memberikan pembacaan porositas yang tinggi. Sedangkan pada formasi yang
mengandung gas akan memberikan pembacaan porositas yang lebih rendah karena
pada gas konsentrasi hidrogen lebih rendah. Neutron Log ini biasanya ditampilkan
pada Track 3 (tiga), bersama-sama dengan Densitas Log.

4.3.1.3.Log Akustik atau Sonic Log


Log Akustik atau Sonic Log berfungsi untuk mendapatkan porositas batuan.
Walaupun Sonic Log mengukur kelajuan gelombang suara akan tetapi secara
praktis Sonic Log diskalakan menurut besaran waktu transit yang mempunyai
satuan /. Pada alat Sonic log ini terdapat transmitter (pemancar) yang
mengirimkan gelombang suara kedala formasi yang diterima oleh receiver
(penerima).
4.3.1.4.Caliper Log
Caliper Log digunakan sebagai log penunjang, untuk mengetahui perubahan
diameter sepanjang lubang bor. Log ini mengukur diameter lubang bor yang
bervariasi akibat adanya invasi lumpur pada saat pemboran ataupun adanya
caving pada lapisan unconsolidated. Peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas
yang dapat mengembang secara fleksibel. Satuan caliper log ini adalah inch.
Adapun fungsi dan log caliper yaitu:

137
1. Menentukan lapisan permeable dan impermeable dengan melihat kandungan
kerak lumpur.
2. Untuk menghitung volume lubang bor guna menentukan volume semen
pada operasi cementing.

4.3.2. Penentuan Volume Shale (Vsh)


Volume shale dapat dihitung dengan menggunakan 4 (empat) rekaman log,
yaitu Resistivity, Neutron, Spontaneous Potensial dan Gamma Ray. Adanya shale
atau serpih dalam lapisan formasi dapat menyebabkan kekeliruan dalam
perhitungan porositas dan saturasi air. Shale dapat mengurangi keakuratan
interpretasi log.

4.3.3. Ketebalan Formasi


Net pay atau ketebalan formasi adalah ketebalan formasi batuan yang
prosuktif. Simbol biasa digunakan untuk ketebalan formasi adalah h. Untuk dapat
membedakan net pay atau interval produktif (h) dan non produktif digunakan
beberapa cut off reservoir. Cut off adalah penghilangan beberapa bagian reservoir
yang tidak produktif untuk menentukan ketebalan formasi yang prosuktif. Secara
umum yang dimaksud dengan net pay adalah ketebalan formasi yang dihitung
menggunakan harga cut off Vsh,, dan Sw.

4.3.4. Perhitungan Cadangan Minyak Secara Volumetrik


Apabila suatu pemboran eksplorasi migas berhasil menemukan adanya
cadangan minyak dan gas di suatu reservoir, penentuan besarnya cadangan migas
tersebut penting untuk diketahui. Hal ini berkaitan dengan kelanjutan
pengembangan terhadap reservoir tersebut, apakah cadangan minyak dan gas
tersebut ekonomis atau tidak untuk diproduksikan.
Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung besarnya cadangan
minyak dan gas tersebut adalah dengan menggunakan metode volumetrik. Metode
volumetrik lebih banyak menggunakan data-data geologi dari bawah permukaan
138
dan parameter petrofisik batuan formasi sehingga dapat menghitung cadangan
migas ditempat.
Metode perhitungan cadangan secara volumetrik membutuhkan peta
cadangan atau reserve map. Peta cadangan tersebut dibuat atas dasar peta struktur
dan peta geologi bawah tanah. Reserve map adalah peta bawah tanah yang
menggambarkan bentuk akumulasi minyak dan gas yang meliputi luas akumulasi
dan penyebaran ketebalan (h) lapisan gas. Dengan bantuan peta tersebut maka
volume batuan yang mengandung hidrokarbon dapat di hitung.
Untuk menghitung cadangan minyak menggunakan metode volumetrik
dibutuhkan data-data seperti porositas, saturasi air, faktor volume formasi minyak,
dan volume batuan. Berikut adalah persamaan untuk menghitung cadangan
minyak secara volumetrik:
7758 (1 )
=

Dimana:
OOIP = Volume minyak awal ditempat, STB
Vb = Volume batuan, acre-ft
= Porositas, fraksi
Swi = Saturasi air formasi awal, fraksi
Boi = Faktor volume formasi minyak awal, bbl/STB
Berikut adalah persamaan untuk menghitung cadangan gas secara
volumetrik:
43560 (1 )
=

Dimana:
OGIP = Volume gas awal ditempat, SCF
Vb = Volume batuan, acre-ft
= Porositas, fraksi
Swi = Saturasi air formasi awal, fraksi
Bgi = Faktor volume formasi gas awal, cuft/SCF

139

Anda mungkin juga menyukai