Anda di halaman 1dari 18

A.

Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang
dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa
tercapai sesuai dengan tujuan. Metode pembelajaran ini sangat penting di
lakukan agar proses belajar mengajar tersebut nampak menyenangkan dan
tidak membuat para siswa tersebut suntuk, dan juga para siswa tersebut
dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut dengan mudah.
Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam Kapita Selekta
Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui,
dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam
buku Metodologi Pendidikan Agama Islam (2001:19) Metode berarti cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut WJS. Poerwadarminta
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara
yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu
maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh
seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Ada beberapa macam metode pembelajaran, diantaranya:
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode belajar mengajar secara tradisional,
sebab metode pembelajaran ini telah gunakan sebagai alat komunikasi
lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif sejak dari
dahulu.
b. Metode eksperimen
Metode eksperimen ini memberikan kesempatan kepada para anak
didik secara individu atau pun berkelompok untuk dilatih dalam
melakukan suatu proses atau percobaan-percobaan. Metode ini
bertujuan agar para anak didik tersebut berpikir kreatif, mandiri dan
inovatif.
c. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas di maksudkan para pendidik memberikan
penjelasan dalam suatu bahasan lalu para pendidik tersebut
memberikan tugas kepada para siswa untuk mengembangkan
pembahasan yang telah di bahas, hal tersebut bertujuan agar para siswa
berpikir dan memiliki wawasan yag luas.
d. Metode diskusi
Metode ini adalah suatu alternatif dalam mengamati dan mencari jalan
keluar dari suatu masalah melalui gagasan-gagasan yang di berikan
para siswa, metode ini bertujuan untuk melatih para siswa agar berani
dalam menyampaikan pendapat atau pun saran dan untuk
mengembangkan pemikiran mereka.
e. Metode latihan
Metode latihan atau metode training yaitu metode yang menanamkan
tentang kebiasaan-kesbiasaan tertentu dan untuk memelihara
kebiasaan-kebiasaan baik terhadap anak. Metode latihan ini bertujuan
untuk membentuk kebiasaan serta ketepatan dan kecepatan dalam
pelaksanaan.
f. Metode proyek
Metode ini menggunakan cara mengajar dengan memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan hal-hal yang ada di
kehidupan sehari-hari sebagai bahan pendidikan. Metode ini bertujuan
agar anak didik tertarik untuk terus belajar dan juga untuk membentuk
pola pikir anak menjadi luas
3. Tujuan
Metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan
dengan tujuan pembelajaran. Metode harus mendukung kemana kegiatan
interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok
pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan anak secara individu
agar bisa menyelesaikan segala permasalahan yang dihatapinya Dr. sayyid
Ibrahim al-jabar mengatakan :
Sesungguhnya tujuan pokok pendidikan haruslah dapat
memberikanrangsangan kuwat untuk pengembangan kemampuan
individudalam upaya mengatasi semua permasalahan baru yang muncul
serta dapat mencari terobosan-terobosan solusi alternative dalam
menghadapinya.
Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran
bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi
pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam
konteks lain, metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji
dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu
ilmu. Dalam hal ini metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan
hasil pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakanbisa diraih
dengan sebaik dan semudah mungkin.
Dari pemaparan di atas tadi segara dapat dilihat bahwa pada intinya
metode bertujuan mengantarkan sebuah pembelajaran kearah tujuan
tertentu yang ideal dengan tepat dan cepat sesuai yang diinginkan.
Karenanya terdapat suatu prinsip yang umumdalam memfungsikan metode
yaitu prinsip agar pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana
menyenangkan, mengembirakan penuh dorongan dan motivasi sehingga
materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah untuk diterima oleh peserta
didik.
B. Metode Cerita
1. Pengertian
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara
lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus
disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng
yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena itu orang
yang menyajikkan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik
(Dhieni, 2008 : 6.3).
Menurut Bachir (2005:10) Bercerita adalah menuturkan sesuatu
yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan
disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan
pengetahuan kepada orang lain.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 210)
cerita adalah: Tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu
hal atau peristiwa atau karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman
kebahagiaan atau penderitaan orang, kejadian tersebut sungguh-sungguh
atau rekaan.
Berdasarkan pengertian di atas maka cerita anak dapat
didefinisikan "tuturan lisan, karya bentuk tulis atau pementasan tentang
suatu kejadian, peristiwa, dan sebagainya yang terjadi di seputar dunia
anak (Musfiroh et al, 2005: 59). Berdasarkan keberagaman pengertian
metode bercerita diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : "metode
bercerita adalah cara bertutur kata dalam penyampaian cerita atau
memberikan penjelasan kepada anak secara lisan", dalam upaya
memperkenalkan ataupun memberikan keterangan hal baru pada anak.
2. Tujuan Bercerita
Metode ini bertujuan untuk memberi pengalaman pelajaran agar anak
memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui
bercerita anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan
bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai itu dihayati
anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Moeslichatoen (1996 : 155) Dalam kegiatan bercerita anak
dibimbing mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita guru
yang bertujuan untuk memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai
sosial, moral, dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik
dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik itu meliputi segala sesuatu yang ada
disekitar anak yang non manusia. Dalam kaitan lingkungan fisik melalui
bercerita anak memperoleh informasi tentang binatang. Peristiwa yang terjadi
dari lingkungan anak meluputi : bermacam makanan, pakaian, perumahan,
tanaman yang terdapat di halaman rumah, sekolah, kejadian di rumah, di jalan.
Sedang informasi tentang lingkungan sosial meliputi : orang yang ada dalam
keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Dalam masyarakat tiap orang itu
memiliki pekerjaan yang harus dilakukan setiap hari yang memberikan
pelayanan jasa kepada orang lain, atau menghasilkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan orang lain.
Selain itu, tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak
mampu mendengarkan dengan seksama terrhadap apa yang disampaikan
orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat
menjawab pertanyaan, selanjutnya dapat melatih daya konsentrasi
,mendengarkan,membangun pemahaman, mengungkapkan apa yang
dipahaminya dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan
diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat
laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang
lain. Karena menurut Frunner (Tampubolon, 1991 : 10 dalam Dhieni 2008 :
6.5) Bahasa berpengaruh besar pada perkembangan pikiran anak.
3. Langkah-langkah metode cerita
a. Menjalin Interaksi dengan Siswa
Sebagai kegiatan awal pembelajaran, guru mengarahkan siswa pada situasi
siap memasuki kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini antara lain dapat
berupa (1) tanya jawab singkat mengenai cerita-cerita yang pernah
didengar atau dibaca siswa, dapat juga pembelajaran dimulai dari sebuah
kisah film yang diperkirakan dapat menarik minat siswa pada topik
pembelajaran.
Contoh (untuk siswa SMA), Anak-anak, Romeo dan Juliet adalah sebuah
kisah tragis kehidupan dua anak manusia yang berakhir dengan kematian.
Kisah ini abadi sepanjang zaman. Selalu menarik untuk diceritakan dan
didengar! Masih ingat siapa pengarang cerita Romeo dan Juliet?
Hari ini topik kita adalah berbicara (guru menulis topik di papan tulis).
Indikator yang akan kita capai dalam pembelajaran ini adalah sebagai
berikut.... Sekarang kita akan membentuk formasi kelas. (guru
memberikan beberapa instruksi)
b. Membentuk Formasi Kelas
Formasi kelas yang disarankan dalam pembelajaran bercerita adalah duduk
melingkar. Posisi guru berada di tengah-tengah lingkaran sebagaimana
terlihat pada denah berikut.
Dalam pembelajaran bercerita, disarankan formasi kelas berbentuk
melingkar. Dalam lingkaran itu, guru sebagai pencerita mengambil posisi
di tengah lingkaran atau di tengah-tengah para siswa. Di tengah lingkaran
itu, guru harus bebas bergerak ke setiap sudut. Hanya terdapat sedikit
ruang terbuka dalam lingkaran itu sebagai pintu bagi guru masuk di
tengah lingkaran. Di tengah lingkaran sebaiknya diletakkan sebuah kursi
karena guru tidak mungkin sepenuhnya bercerita sambil berdiri.
Adakalanya guru juga harus duduk. Akan lebih mantap lagi jika guru
mengambil posisi duduk sesuai dengan tuntutan cerita. Contoh, Pangeran
itu pun bertitah dari singgasananya yang megah. Pada penggalan ini
cukup beralasan jika guru mengambil posisi duduk.
c. Pemberian Instruksi
Setelah semua siswa duduk dalam formasi melingkar, guru memberikan
beberapa petunjuk sebagai berikut.
1) Anak-anak! (Bapak atau Ibu) sudah mempersiapkan fotokopi teks
cerita yang akan Bapak/Ibu bacakan sebentar lagi. (membagikan teks
cerita kepada semua siswa). Ketika (Bapak atau Ibu) membacakan
teks cerita, silakan anak-anak mengikutinya melalui teks yang sudah
Bapak/Ibu bagikan. Penting untuk diingat, jangan ada yang membaca
bersuara ketika Bapak/Ibu membacakan cerita. Upayakan perhatian
sepenuhnya terpusat pada teks cerita yang dibacakan.
2) Setelah pembacaan cerita selesai, setiap siswa (individu) menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut! (pertanyaan diberikan setelah
pembacaan cerita selesai).
Tuliskan sisi yang paling menarik dari cerita tersebut!
Mengapa sisi itu paling menarik menurut pandanganmu!
Bagaimanakah karakter tokoh utama dalam cerita?
Apa yang akan Anda lakukan seandainya Anda tokoh utama cerita!
Tulislah nilai-nilai religius, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai moral
yang terdapat dalam cerita!
d. Perubahan Formasi Kelas
(perubahan formasi kelas untuk kerja kelompok)
1) Setelah tugas individu diperkirakan selesai dikerjakan oleh siswa (10
menit), langkah berikutnya adalah mengubah formasi kelas dari
formasi melingkar menjadi formasi duduk berkelompok. Dalam
kelompok, siswa saling sharing terhadap tugas yang sudah dikerjakan
secara individu tadi dan hasil tugas individu disatukan menjadi tugas
kelompok untuk dipresentasikan.
catatan: pada setiap kelompok jangan ada ketua kelompok. Dalam
kelompoknya, semua siswa adalah anggota kelompok)
2) Presentasi hasil kerja kelompok (dapat berupa menempelkan hasil
kerja kelompok pada dinding kelas atau pada papan tulis, dan seorang
siswa mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil kerja kelompok
yang sudah ditempelkan)
3) Diskusi pleno
Pemberian penguatan, penyimpulan hasil pembelajaran, dan penentuan
batas-batas tugas.
e. Penulisan Refleksi Pembelajaran
1) Meminta semua siswa menulis refleksi terhadap pembelajaran sebagai
salah satu dokumen portofolio.
2) Jika waktu masih memungkinkan, mintalah salah seorang siswa
membacakan refleksinya dan berilah komentar.
Contoh Refleksi (Asrul Fuadi, kelas II SMP Negeri Antara)
Pembelajaran hari ini berbeda. Selama menjadi siswa, baru hari ini
saya mengikuti pelajaran yang suasananya lain dari biasa. Sungguh
sangat menyenangkan. Ini sudah 13.30 WIB, tetapi saya belum merasa
lelah dan belum merasa lapar. Waktu kerja kelompok tadi memang
agak repot. Semua teman dalam kelompok saya mempertahankan ide
masing-masing. Hasilnya, kelompok kami adalah yang paling terakhir
siap menyelesaikan tugas. Tapi alhamdulillah walaupun ada sedikit
ketegangan, tugas kami selesai juga.
Komentar guru (ditulis di bagian bawah refleksi siswa)
Saya memang berharap pembelajaran hari ini bermakna bagi siswa.
Kerja sama dalam kelompok memang tidak mudah.
Kita harus membiasakan diri mendengarkan gagasan orang lain
karena setiap orang mempunyai gagasan, dan itu patut dihargai. Saling
menghargai inilah sebetulnya salah satu tujuan kerja kelompok.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Bentuk penyajian proses pembelajaran Anak Usia Dini adalah terpadu
antara Bidang pengembangan satu dengan yang lain, termasuk Bidang
pengembangan Bahasa. Dan setiap metode pembelajaran pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan, untuk itu dengan adanya pembelajaran terpadu
maka pengembangan metode yang bervariasi dapat membantu pencapaian
tujuan tiap materi pembelajaran. Demikan pula untuk metode bercerita cerita
memiliki kelebihan dan kekurangan.
a. Kelebihannya antara lain :
1) Dapat menjangkau jumlah anak yang relative lebih banyak
2) Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan
efesian
3) Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.
4) Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.
5) Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya.
b. Kekurangannya, antara lain :
1) Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendegarkan atau
menerima penjelasan dari guru.
2) Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan anak
untuk mengutarakan mendapatnya.
3) Daya tangkap atau serap anak didik berbeda dan masih lemah sehinnga
sukar memahami tujuan pokok isi cerita.
4) Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apa bila penyajiannya tidak
menarik (Dhieni, 2008 : 6.6).
C. Pembelajaran PAI
1. Pengertian
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, mengayati, hingga
mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa1
Dan untuk mencapai pengertian tersebut maka harus ada
serangkaian yang saling mendukung antara lain:
a. Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan
bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara
berencana dan sadar akan tujuan yang hendak dicapai.
b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti
yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan keyakinan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama
Islam.
c. Pendidik/ Guru (GBPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan,
pengajaran dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya
untuk mencapai tujuan tertentu.
Kegiatan PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan terhadap peserta didik, yang di samping
untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk
membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga membentuk kesalehan
sosial.2
Menurut Zakiyah Darajdat (1989; 87) yang dikutip oleh Abdul Majid
dan Dian Andayani, Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
1
Lihat Kurikulum PAI, 2002, hlm. 3

2
Muhaimin, Abd. Aghofir & Nur Ali, Op.cit., hlm. 3
ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan
hidup.
Sedangkan Tayar Yusuf (1986; 35) mengartikan pendidikan agama
Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar
menjadi manusia bertakwa kepada Allah.3
Dari pengertian dapat diketahui bahwasannya dalam penyampaian PAI
maupun menerima PAI adalah dua hal yang dilakukan secara sadar dan
terencana oleh peserta didik dan guru untuk untuk meyakini akan adanya
suatu ajaran kemudian ajaran tersebut difahami, dihayati dan setelah itu
diamalkan atau diaplikasikan, akan tetapi disitu juga dituntut untuk
menghormati agama lain
Sedangkan dalam buku Ilmu pendidikan Islam yang ditulis H.M.
Arifin dikatakan Pendidikan agama Islam adalah sistem pendidikan yang
dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya
sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan
mewarnai corak kepribadiannya.
Pengertian pendidikan agama Islam dengan sendirinya adalah suatu
sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hambah Allah. Pendidikan Islam pada khususnya yang
bersumberkan nilai-nilai tersebut juga mengembangkan kemampuan
berilmu pengetahuan. Sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya
adalah merupakan proses ikhtiariah yang secara pedagogis kematangan
yang mengutungkan4

3
Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130
4
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 13
2. Tujuan Pembelajaran PAI
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha
atau kegiatan selesai. Maka pendidikan merupakan suatu usaha dan
kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan,
sehingga tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah
suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu
keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek
kehidupannya.
Dan dari sini dapat diketahui betapa pentingnya kedudukan
pendidikan agama dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya, dapat
dibuktikan dengan ditempatkannya unsur-unsur agama dalam sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa, serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 5
Pendidikan agama Islam juga mempunyai tujuan pembentukan
kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya
dijiwai oleh ajaran Islam.6
Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam sendiri diarahkan pada
pencapaian tujuan, yakni tujuan jangka panjang (tujuan umum/ tujuan
khusus) dan tujuan jangka pendek atau tujuan khusus adalah merupakan
hasil penjabaran dari tujuan pendidikan jangka panjang tadi atau tujuan
hidup. Karena tujuan umum tersebut akan sulit dicapai tanpa dijabarkan
secara operasional dan terperinci secara specifik dalam suatu pengajaran.

5
Lihat Kurikulum PAI, 2002
6
Irpan Abd. Gafar & Muhammad Jamil, Reformulasi Rancangan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), hlm. 37
Maka jika kita perhatikan tujuan dari pendidikan agama Islam
adalah sejalan dengan tujuan hidup manusia itu sendiri, yakni sebagaimana
tercermin dalam firman Allah dalam surat Adzariat ayat 56.
Dan aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku (Q.S Adzariat, 56)
Dari beberapa tujuan itu dapat ditarik beberapa dimensi yang
hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan PAI, yaitu :
a. Dimensi keimana peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
b. Dimensi pemahaman atau penalaran (itelektual) serta keilmuan peserta
didik terhadap ajaran agama Islam.
c. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta
didik dalam menjalankan ajaran Islam.
d. Dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang
telah diimani, difahami dan dihayati sebagai manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta
diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.7
e. Tujuan pendidikan agama Islam yang bersifat umum kemudian
dijabarkan lagi dengan disesuaikan dengan jenjang pendidikan menjadi
tujuan-tujuan khusus pada setiap jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar bertujuan
memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik tentang agama Islam
untuk mengembangkan kehidupan beragama, sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Serta berakhlak
mulia sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota
umat manusia.
Sedangkan pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan
menengah (SMU) bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,

7
Tayar Yusuf & Syaiful Anwar, Metodelogi & Pengajaran Agama & Bahasa Arab (Jakarta: Raja
Grafindo, 1992), hlm. 11
penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi.
Untuk mencapai tujuan-tujuan khusus tersebut, kemudian dijabarkan
secara rinci dalam bentuk kemampuan-kemampuan dasar yang diharapkan
dari peserta didik setelah menyelesaikan (tamat dari) jenjang pendidikan
Tujuan pendidikan agama Islam tidak hanya bisa dipandang dari satu
sisi saja atau bisa dikatakan bahwasannya pendidikan agama Islam
membentuk manusia melakukan hal baik dalam segala sisi, antara manusia
dengan tuhan dan manusia dengan manusia yang lainya.
Dalam buku yang berjudulkan Pendidikan Islam Di Rumah Dan
Sekolah yang ditulis oleh Abdurrahman An Nahlawi dikatakan
bahwasannya tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan
penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik secara
individual maupun secara sosial.
Sedangkan Prof. H.M. Arifin, dalam bukunya Pendidikan Islam
halaman 38 dikatakan bahwasanya bila dilihat dari ilmu pendidikan
teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya tujuan
intermediair (sementara atau antara) yang dijadikan batas sasaran
kemampuan yang harus dicapai dalam proses pada tingkat tertentu, untuk
mencapai tujuan akhir.
Tujuan insidental merupakan peristiwa tertentu yang tidak
direncanakan, akan tetapi dapat dijadikan sasaran pendidikan yang
mengandung tujuan tertentu yaitu anak didik timbul kemampuan untuk
memahami arti kekuasaan tuhan yang harus diyakini kebenarannya. Tahap
kemampuan ini menjadi bagian dari tujuan antara untuk mencapai tujuan
akhir pendidikan.
Tujuan pendidikan agama Islam juga dapat dirumuskan sebagaimana
berikut:
a. Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakekat)
agama Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan
agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia.
b. untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama
yang asli, bagaimana penjabaran Islam sepanjang sejarahnya.
c. untuk mempelajari secara mendalam sumber ajaran agama Islam yang
tetap abadi dan dinamis, bagaimana aktualisasinya sepanjang
sejarahnya.
d. untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prisip dan nilai-nilai dasar
ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing
dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan
peradaban manusia pada zaman modern ini. 8

8
Muhaimin, Abd. Ghofir & Nur Ali Rahman, Op. Cit., hlm. 2
3. Bentuk Pembelajaran PAI
Secara garis besar metode yang sering di gunakan dalam pembelajaran
agama islam , diantaranya9 :
a. Ceramah dan Tanya jawab
Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan
oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah. Metode
ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional,
karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar
mengajar.. Berdasarkan pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa
metode ceramah merupakan metode yang sudah sejak lama digunakan
dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pada kegiatan pembelajaran
yang bersifat konvesional atau pembelajaran yang berpusat pada guru
(teacher centered). Metode ceramah pada umumnya digunakan karena
sudah menjadi kebiasaan dalam suaan pembalajaran tidak melakukan
ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala
ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah.
b. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan
penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem
produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi
dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua
anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.Jika
metode ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam
forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada
pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan
menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana
diskusi tanpa tekanan.

9
Moedjiono, Moh. dan Dimyati. 1991/1992. Strategi Belajar Mengajar.
Depdikbud Diektorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan.
Tujuan penggunaan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran
seperti yang diungkapkan Killen (1998) adalah tujuan utama metode
ini adalah untuk memecahakan suatau permasalahan, menjawab
pertanyaan, menambah dan memahami pengatahuan siswa, serta untuk
membuat suatu keputusan.10
c. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran
dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan
siswa memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi
efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang
dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan
berpariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya
hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan
banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang
menarik.
d. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian
materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan.
Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian
tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula
berbeda.
e. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di
mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini
siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,

10
Ramayulis, Haji. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam
Mulia, 2005.
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang
obyek yang dipelajarinya.
f. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang
dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda
baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan
penjelasan lisan.
g. Metode Tutorial/Bimbingan
Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan
oleh guru kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil
siswa. Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan
Teknologi Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya pada
saat siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok.
h. Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) merupakan
metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan suatu
permasalahan, yang kemudian dicari penyelasainnya dengan dimulai
dari mencari data sampai pada kesimpulan.
i. Metode Latihan
Menurut Zuhairini, yaitu suatu metode dalam pengajaran dengan
jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah
diberikan atau biasa disebut dengan ulangan.
j. Metode Sosio-drama
Yaitu suatu metode mengajar dimana guru memberikan
kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan
peran tertentu, seperti yang terdapat dalam masyarakat sosial.
Tujuannya adalah agar siswa menghayati dan menghargai perasaan
orang lain, membagi tanggung jawab dalam kelompok, merangsang
siswa berpikir dan memecahkan masalah.
k. Metode Simulasi
Yaitu penekanan dalam metode simulasi adalah pada kemampuan
siswa untuk berimitasi sesuai dengan objek yang diperankan. Dan pada
titik finalnya siswa mampu untuk mendapatkan kecakapan bersikap
dan bertindak sesuai dengan situasi yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai