4/Okt-Des/2012
24
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
25
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
bahwa "Segala keputusan pengadilan harus negara lain. Kalau belakangan terdengar
berisi alasan-alasannya dan dalam perkara nyaring disuarakan, kita butuh
hukuman menyebut aturan-aturan undang- pembentukan hukum yang demokratis,
undang dam aturan-aturan hukum adat namun pembentukan hukum yang
yang dijadikan dasar hukuman itu. "Tetapii demokratis tidak sekaligus berarti hukum
ketentuan ini, yang jikalau kita mengartikan yang dibentuk akan efektif. Dalam konteks
"hukum adat" itu seluas-Iuasnya, memuat ini misalnya, mission dari sebuah undang-
suatu grondwettelijke grondslag (dasar undang bukan terletak dari seberapa
konstitusional) berlakunya hukum adat, demoraktis pembentukan undang-undang
sampai sekarang belum diberikan dasar yang dibentuk, tetapi terletak pada sejauh
hukum penyelenggaraannya (Undang- mana apa yang ingin dituju dari
Undang organik). pembentukkan undang-undang dapat
Dasar perundang-undangan berlakunya dicapai atau tercapai. Artinya, keuntungan
hukum adat, yang berasal darii zaman dari pembuatan hukum partisipatif lebih
kolonial dan yang pada zaman sekarang merupakan sebagai upaya meningkatkan
masih tetap berlaku, adalah Pasal 131 ayat karakter demokratis dan legitimasi hukum
2 sub b IS. Menurut ketentuan tersebut, dari undang-undang yang dibentuk.
maka bagi golongan hukum Indonesia asli Jika hukum suatu bangsa merupakan
dan golongan hukum timur asing berlaku pencerminan kehidupan social bangsa
hukum adat mereka. Tetapi bilamana bersangkutan, maka ia menjadi paradox
keperluan sosial mereka memerlukanya, dengan globalisasi hukum. Meskipun dalam
maka pembuat ordonansi dapat beberapa hal tertentu globalisasi hukum
menentukan bagi mereka: dipahamkan pula globalisasi hukum akan
a. hukum Eropa , tetap berlansung dalam ssstem hukum
b. hukum Eropa yang telah diubah yang berbeda. Betapun globalisasi hukum
(gewijzigd Europees recht) , sesuatu yang sukar dihindari, tetapi negara
c. hukum bagi beberapa golongan bersama- bangsa tidak akan begitu saja menyerahkan
sama (gemeenschappelijkrecht), dan fungsi kedaulatan mereka, dan dalam suatu
apabila kepentingan umum system global tidak akan berlansung bebas
memerlukannya. control dari negara bangsa karena
d. hukum baru (nieuw recht), yaitu hukum globalisasi bukanlah jalan tol tanpa
yang merupakan "syntese antara mekanisme. Mekasnisme bagaimana lalu
hukum adat dan hukum Eropa lintas hubunagn masyarakar negara bangsa,
("fantasierecht" van Vollen hoven atau justeru dibangun atas suatu perjanjian atau
"ambtenarenrecht" van Idsinga) kontrak, konvensi, sehingga bedanya yang
tadinya pembatas itu adalah hukum
B. Perspektif Hukum Nasional Di Tengah nasional, kemudian pembatasan itu adalah
Sistem Hukum Global kesepakatan antara negara bangsa.
Hukum suatu bangsa sesungguhnya
merupakan pencerminan kehidupan social HASIL PEMBAHASAN
bangsa bersangkutan,5 maka sebenarnya A. Eksistensi Hukum Adat Dalam Sistem
pembentukan hukum suatu negera harus Hukum Nasional
bebas dari pengaruh dan kepentingan Hukum adat tumbuh dari cita-cita dan
alam pikiran masyarakat Indonesia. Maka
5
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Perspektif Sejarah hukum adat dapat dilacak secara kronologis
dan Perubahan Sosial, dalam Pembangunan Hukum sejak Indonesia terdiri dari kerajaan-
Dalam Perspektif Politik Hukum nasional, Editor kerajaan, yang tersebar di seluruh
Artdjo Alkostar dkk, Rajawali, Jakarta 1986, hal 27.
26
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
27
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
a. Perbuatan pidana yang dilakukan Pribumi dan Timur Asing dengan Stb
berakibat mengganggu kepentingan 1872:85 yang mulai berlaku tanggal 1
umum; Januari 1873. Proses kodifikasi dan
b. Perbuatan pidana bila dituntut unifikasi, maka hukum adat kecuali
berdasarkan atas hukum pidana adat berkenaan dengan ketertiban umum
dapat mengakibatkan si pelaku bebas; dengan kodifikasi hukum pidana, tidak
Perkembangan hukum adat pada masa disangkutkan pengaturannya, sehingga
daendels bernasib sama dengan masa-masa yang dijadikan rujukan hukum adat adalah
sebelumnya yakni disubordinasikan hukum pasal 11 AB: Kecuali dalam hal-hal orang
Eropa. Terkecuali untuk hukum sipil. pribumi atau yang disamakan dengan
Termasuk hukum perdata dan hukum mereka (orang timur asing) dengan
dagang, Daendel tetap membiarkan sukarela menaati (vrijwillige onderwerping)
sebagaimana adanya menurut hukum adat peraturan-peraturan hukum perdata dan
masing-masing. Lain dari pada itu VOC hukum dagang Eropa, atau dalam hal-hal
menganggap bahwa hukum adat lebih bahwa bagi mereka berlaku peraturan
rendah derajatnta daripada hukum perundangan semacam itu, atau peraturan
Belanda.7 Maka masa penjajahan Inggris perundangan lain, maka hukum yang
(Raffles), hal yang menonjol adalah adanya berlaku dan yang diperlakukan oleh hakim
keleluasaan dalam hukum dan peradilan pribumi (Inlandse rechter) bagi mereka itu
dalam menerapkan hukum adat, asal adalah godsdienstige wetten,
ketentuan hukum adat tidak bertentangan volkintellingen en gebruiken, asal saja tidak
dengan: the universal and acknowledged bertentangan dengan azas azas keadilan
principles of natural justice atau yang diakui umum.
acknowledge priciples of substantial justice. Pasal 11 AB, berlakukan asas
Pada perkembangan lanjutan, politik konkordansi, yang memberlakukan
hukum adat tampak pada pemerintahan hukum Belanda bagi golongan Eropa di
penjajahan Belanda, ketika dimulainya Hindia Belanda, berkenaan dengan
politik unifikasi hukum dan kodifikasi dengan hukum adat menunjukkan
hukum melalui Panitia Scholten, di bahwa hukum adat berlaku bagi
antaranya: Algemeene Bepalingen van golongan penduduk bukan Eropa,
Wetgeving voor Nederlands Indie (AB), kecuali:
Ketentuan Umum tentang peraturan 1. Sukarela menaati peraturan peraturan
Perundang-undangan di Hindia Balanda; perdata dan hukum dagang yang berlaku
Burgerlijke Wetboek, Wetboek van bagi golongan Eropa;
Koopenhandel; reglemen op Rechtelejke 2. Kebutuhan hukum memerlukan
Organisatie en het beleid de justitie (RO). ketundukan pada hukum perdata dan
Maka dalam perkembangannya hukum dagang golongen Eropa;
terbentuklah unifikasi dalam pengaturan 3. Kebutuhan mereka memerlukan
hukum pidana bagi golongan Eropa, Timur ketundukan pada hukum lain.
Asing dan Pribumi, dengan dibentuknya Pada masa ini, hukum dianggap ada bila
Wetboek van Strafrecht (WvS), sebagi diatur dalam undang-undang, sebagai
tiruan Belanda (1881) yang meniru Belgia, hukum tertulis (statutory law) yang
diberlakukan bagi golongan Eropa dengan menunjukkan dianutnya paham Austinian,
Stb 1866:55 dan berlaku bagi Golongan sebagaimana diatur Pasal 15 AB (Algeme
Bepalingen van Wetgeving), yang
7
Tolib Setiady., Intisari Hukum Adat Indonesia menyatakan: terkecuali peraturan-
(Dalam Kajian Kepustakaan), Penerbit Alfabeta, peraturan yang ada, bagi orang Indonesia
Bandung, , hal 156.
28
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
asli dan bagi mereka yang dipersamakan Hukum adat oleh ahli barat, dipahami
dengannya, kebiasaan hanya dapat disebut berdasarkan dua asumsi yang salah,
hukum apabila undang-undang pertama, hukum adat dapat dipahami
menyebutnya. melalui bahan-bahan tertulis, dipelajari dari
Dengan demikian menjadi jelas yang catatan catatan asli atau didasarkan pada
membuat ukuran dan kriteria berlaku dan hukum-hukum agama. Kedua, bahwa
karenanya juga berkembangnya hukum hukum adat disistimatisasi secara paralel
adat, adalah bukan masyarakat di mana dengan hukum-hukum barat. Akibat
tempat memproduksi dan memberlakukan pemahaman dengan paradigma barat
hukum adanya sendiri melainkan adalah tersebut, maka hukum adat dipahami
hukum lain yang dibuat oleh penguasa secara salah dengan segala akibat-akibat
(kolonial), sebagaimana ternyata dalam yang menyertai, yang akan secara nyata
pasal 11 AB dan pasal 15 AB tersebut. dalam perkembangan selanjutnya di masa
A. 2. Hukum Adat Dalam Masa kemerdekaan.
Kemerdekaan A.3. Hukum Adat Dalam Konsitusi.
Merujuk pada pengertian hukum adat Konstitusi kita sebelum amandemen
sebagaimana dikemukakan oleh Soepomo, tidak secara tegas menunjukkan kepada
maka hukum adat pembentukan dapat kita pengakuan dan pemakaian istilah
melalui Badan Legislatif, Melalui hukum adat. Namun bila ditelaah, maka
Pengadilan. Hukum merupakan kesatuan dapat disimpulkan ada sesungguhnya
norma yang bersumber pada nilai-nilai rumusan-rumusan yang ada di dalamnya
(values). Namun demikian hukum dan mengandung nilai luhur dan jiwa hukum
hukum adat pada khususnya menurut adat. Pembukaan UUD 1945, yang memuat
karakternya, ada: pandangan hidup Pancasila, hal ini
1. Hukum adat memiliki karakter bersifat mencerminkan kepribadian bangsa, yang
netral, dan hidup dalam nilai-nilai, pola pikir dan
2. Hukum adat memiliki karakter bersifat hukum adat. Pasal 29 ayat (1) Negara
tidak netral karena sangat erat kaitannya berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
dengan nilai-nilai relegius. Pasal 33 ayat (1) Perekonomian disusun
Pembedaan ini penting untuk dapat sebagai usaha bersama berdasarkan azas
memahami pembentukan atau perubahan kekeluargaan.
hukum yang akan berlaku dalam Pada tataran praktis bersumberkan pada
masyarakat. Hukum netral- hukum lalu UUD 1945 negara mengintroduser hak yang
lintas - adalah hukum yang relative longgar disebut Hak Menguasai Negara (HMN), hal
kaitannya dengan nilai nilai religius susunan ini diangkat dari Hak Ulayat, Hak Pertuanan,
masyarakat adat hal ini berakibat, yang secara tradisional diakui dalam hukum
perubahan hukum yang termasuk hukum adat. Dalam konsitusi RIS pasal 146 ayat 1
netral mudah pembentukannya dan disebutkan bahwa segala keputusan
pembinaan hukum dilakukan melalui kehakiman harus berisi alasan-alasannya
bentuk perumusan hukum perundang- dan dalam perkara harus menyebut aturan-
undangan (legislasi). Sedangkan hukum atiuran undang-undang dan aturan-aturan
adat yang erat kaitannya dengan nilai-nilai hukum adat yang dijadikan dasar hukum itu
relegius karena itu relative tidak mudah Selanjutnya dalam UUD Sementara, pasal
disatukan secara nasional, maka 146 ayat 1 dimuat kembali. Dengan
pembinaan dan perumusannya dalam demikian hakim harus menggali dan
hukum positif dilakukan melalui mengikuti perasaaan hukumd an keadilan
yurisprudensi. rakyat yangs enantiasa berkembang. Dalam
29
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
30
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
31
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
32
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
33
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
harus dihormati dan dilindungi sesuai UUPA: hak atas tanah berdasarkan hukum
dengan perkembangan zaman, dan adat diakui, sepanjang masih hidup dan
ditegaskan bahwa pengakuan itu dilakukan tidak bertentangan dengan pembangunan.
terhadap hak adat yang secara nyata Disini kita melihat kekuasaan yang mutlak
dipegang teguh oleh masyarakat hukum dari negara, karena berdasarkan
adat setempat. interpretasinya hak ulayat yang telah lama
Perundang-undangan sesuai dengan UU dimiliki oleh masyarakat adat, dapat
No. 10 Tahun 2004, maka tata urutan dihapuskannya.Dalam kerangka
peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan Hukum Tanah Nasional dan
berikut : dikarenakan tuntutan masyarakat adat
1. Undang-undang Dasar 1945; maka pada tanggal 24 Juni 1999, telah
2. Undang-undang/ Perpu diterbitkan Peraturan Menteri Negara
3. Peraturan Pemerintah; Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
4. Peraturan Presiden No.5 Tahun 1999 tentang Pedoman
5. Peraturan Daerah; Penyelesaian Masalah Hak Ulayat
Hal ini tidak memberikan tempat secara Masyarakat Hukum Adat. Peraturan ini
formil hukum adat sebagai sumber hukum dimaksudkan untuk menyediakan pedoman
perundang-undangan, kecuali hukum adat dalam pengaturan dan pengambilan
dalam wujud sebagai hukum adat yang kebijaksanaan operasional bidang
secara formal diakui dalam perundang- pertanahan serta langkah-langkah
undangan, kebiasaan, putusan hakim atau penyelesaian masalah yang menyangkut
atau pendapat para sarjana. tanah ulayat. Peraturan ini memuat
Dalam kesimpulan seminar Hukum Adat kebijaksanaan yang memperjelas prinsip
dan Pembinaan Hukum Nasional di pengakuan terhadap hak ulayat dan hak-
Yogyakarta tahun 1975 telah dijelaskan hak yang serupa itu dari masyarakat hukum
secara rinci dimana sebenarnya kedudukan adat sebagaimana dimaksudkan dalam
hukum adat dalam tata hukum nasional di Pasal 3 UUPA. Kebijaksanaan tersebut
Indonesia. Dalam seminar tersebut meliputi : Penyamaan persepsi mengenai
dijelaskan mengenai pengertian hukum hak ulayat (Pasal 1) Kriteria dan
adat, kedudukan dan peran hukum adat penentuan masih adanya hak ulayat dan
dalam sistem hukum nasional, kedudukan hak-hak yang serupa dari masyarakat
hukum adat dalam perundang-undangan, hukum adat (Pasal 2 dan 5).
hukum adat dalam putusan hakim, dan Kewenangan masyarakat hukum adat
mengenai pengajaran dan penelitian terhadap tanah ulayatnya (Pasal 3 dan 4)
hukum adat di Indonesia. Hasil seminar Indonesia merupakan negara yang
diatas diharapkan dapat menjadi acuan menganut pluralitas di bidang hukum,
dalam pengembangan hukum adat dimana diakui keberadaan hukum barat,
selanjutnya mengingat kedudukan hukum hukum agama dan hukum adat. Dalam
adat dalam tata hukum nasional di prakteknya (deskritif) sebagian masyarakat
Indonesia sangat penting dan mempunyai masih menggunakan hukum adat untuk
peranan baik dalam sistem hukum nasional mengelola ketertiban di lingkungannya.
di Indonesia, dalam perundang-undangan, Di tinjau secara preskripsi (dimana
maupun dalam putusan hakim. hukum adat dijadikan landasan dalam
Dalam berbagai rumusan peraturan menetapkan keputusan atau peraturan
Orde Baru kita dapat membaca bahwa perundangan), secara resmi, diakui
negara sangat besar kekuasaannya, keberadaaanya namun dibatasi dalam
pandangan seperti mlsalnya ketentuan peranannya. Beberapa contoh terkait
34
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
adalah UU dibidang agraria No.5 / 1960 Tinggi (yang tercatat) yang diikuti oleh
yang mengakui keberadaan hukum adat hakim-hakim dalam memberikan
dalam kepemilikan tanah. putusannya dalam soal yang serupa.11
Dalam hukum adat, yurisprudensi
B. Kedudukan Hukum Adat Dalam hukum, selain merupakan keputusan
Perkembangan Yurisprudensi pengadilan yang telah menjadi tetap dalam
Para pencari keadilan (justiciabellen) bidang hukum adat, juga merupakan sarana
tentu sangant mendambakanm perkara- pembinaan hukum adat, sesuai cita-cita
perkara yang diajukan ke pengadilan dapat hukum, sekaligus dari yurisprudensi dari
diputus oleh hakim-hakim yang profesional masa ke masa dapat dilacak perkembangan
dan memiliki integritas moral yang tinggi, perkembangan hukum adat, baik yang
sehingga dapat melahirkan putusan- masih bersifat local maupun yang telah
putusan yang tidak saja mengandung aspek berlaku secara nasional. Perkembangan-
kepastian hukum tetapi juga memberikan perkembangan hukum adat melalui
menjamin adanya keadilan bagi setiap yurisprudensi akan memberikan
orang. Karena keadilan itulah yang menjadi pengetahuan tentang pergeseran dan
tujuan utama yang hendak dicapai dari tumbuhnya hukum adat, melemahnya
proses penyelesaian sengketa di hukum adat local dan menguatnya hukum
pengadilan.9 adat yang kemudian menjadi bersifat dan
Yurisprudensi, berasal dari kata bahasa mengikat secara nasional. Perkembangan
Latin: iuris prudential,10 secara tehnis hukum adat melalui yurisprudensi dapat
artinya peradilan tetap atau hukum. dilacak dalam beberapa hal antara lain:
Yurisprudensi adalah putusan hakim (judge 1. Prinsip Hukum Adat.
made law) yang diikuti hakim lain dalam Hukum adat antara lain bersandarkan
perkara serupa (azas similia similibus), pada azas: rukun, patut, laras, hal ini
kemudian putusan hakim itu menjadi tetap ditegaskan dalam yurisprudensi Mahkamah
sehingga menjadi sumber hukum yang Agung-RI Nomor: 3328/Pdt/1984 tanggal
disebut yurisprudensi. Yurisprudensi dalam 29 April 1986. Dalam Putusan MA-RI Nomor
praktek berfungsi untuk mengubah, 2898 K/Pdt/1989 tanggal 19 Nomember
memperjelas, menghapus, menciptakan 1989, berdasarkan sengketa adat yang
atau mengukuhkan hukum yang telah dimbul di Pengadilan Kefamenanu, Nusa
hidup dalam masyarakat. Selanjutnya Tenggara Timur, Mahkamah Agung
menurut Fockema Andrea, Yurisprudensi menegaskan: Dalam menghadapi kasus
peradilan (dalam penegrtian umum, gugatan perdata yang fondamentum
pengertian abastrak); khususnya ajaran petendi dan petitumnya berdasarkan pada
hukum yang dibentuk dan dipertahankan pelanggaran hukum adat dan penegasan
oleh pengadilan (sebagai kebalikan dari sanksi adat; Bila dalam persidangan
ajaran atau doctrine dari pengarang- penggugat dapat membuktikan dalil
pengarang terkemuka), selanjutnya gugatannya, maka hakim harus
pengmpulan yang sistematis dari putusan menerapkan hukum adat mengenai pasal
Mahkamah Agung dan Putusan Pengadilan tersebut yang masih berlaku di daerah
bersangkutan, setelah mendengar Tetua
9
Sutiyoso Bambang., Reformasi Keadilan dan adat setempat.
Penegakan Hukum di Idonesia, UII Press, Yogyakarta,
2010, hal 4.
10 11
Ahmad Kamil H dan Fausan, M . ,Kaidah-Kaidah Achmad S. Soema di Pradja., Hukum Pidana
Hukum Yurisprudensi, Prenada Media, Jakarta, 2004, Dalam Yurisprudensi, Penerbit, CV. Armico,
hal 9. Bandung, 1990, hal 16.
35
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
36
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
sistem hukum barat, penjatuhan pidana jawab atas kehamilan tersebut, harus
semata-mata dilakukan untuk menetapkan ditetapkan suatu sanksi adat berupa
hukumnya (verklaring van recht) berupa pembayaran belis (biaya atau mas kawin)
sanksi adat (adatreaktie), untuk dari pihak laki-laki kepada pihak
mengembalikan hukum adat yang perempuan (di kenal dengan nama Pualeu
dilanggar. Hukum pidana adat mendapat Manleu).
rujukan berlakunya dalam pasal 5 ayat 3 UU 2. Perbuatan melanggar hukum adat Logika
No. 1/Drt/1951. Sanggraha di Bali.
Beberapa Yurisprudensi penting Dalam perkara Nomor 854K/Pid/1983
mengenai Hukum pidana adat adalah: tanggal 30 Oktober 1984, Menurut
1. Perbuatan melawan Hukum. Mahkamah Agung, seorang laki-laki yang
Misalnya PN Luwuk No. 27/Pid/ 1983, tidur bersama dengan seorang perempuan
mengadili perkara hubungan kelamin di dalam satu kamar dan pada satu tempat
luar perkawinan, hakim memutus terdakwa tidur, merupakan bukti petunjuk bahwa
melanggar hukum yang dihupo di wilayah laki-laki tersebut telah bersetubuh dengan
banggai, Sulawesi Tengah, berdasarkan wanita itu. Berdasarkan keterangan saksi
unsur pidana dalam pasal 5 ayat 3 sub b UU korban dan adanya bukti petunjuk dari para
Drt 1/ drt/1951, yang unsurnya adalah: saksi-saksi lainnya, terdakwa telah
Unsur pertama, suatu perbuatan melanggar bersetubuh dengan saksi korban
hukum yang hidup; Unsur kedua, sebagaimana dimaksud dalam dakwaan
perbuatan pelanggaran tersebut tidak ada subsider.
bandingannya dalam KUHP; Unsur ketiga, Mengenai dakwaan primer, Mahkamah
perbuatan pelanggaran tersebut masih Agung berpendirian bahwa dakwaan ini
tetap berlaku untuk kaula-kaula dan oarng- tidak terbukti dengan sah, karena unsur
orang yang bersangkutan. barang dalam pasal 378 KUHP tidak
Putusan PT Palu No. 6/Pid/1984 tanggal 9 terbukti de gan sah dan meyakinkan,
April 1984 menguatkan putusan PN Luwuk, dengan demikian maka terdakwa harus
dengan menambahkan bahwa, untuk dibebaskan datri dakwaaan primer ex pasal
memenuhi rasa keadilan masyarakat, yang 378 KUHP. Berdasarkan pertimbangan di
menganggap perbuatan tersebut adalah atas Mahkamah Agung dalam diktum
perbuatan pidana, hakim memutuaskan putusannya berbunyi:
terdakwa telah melakukan kejahatan 1. Membebaskan terdakwa dari dakwaan
bersetubuh dengan seorang wanita di luar primer;
nikah. Mahkamah Agung, dengan putusan 2. Menyatakan terdakwa bersaklah
No. 666K/ Pid/ 1984 tanggal 23 februari terhadap dakwaan subsider melakukan
1985, perbuatan yang dilakukan terdakwa tindak pidana adat Logika Sanggraha;
dikatagorikan sebagai perbuatan zinah 3. Menghukum terdakwa dengan hukuman
menurut hukum adat. penjara dua bulan;
Mahkamah Agung dalam putusan Hukum adat pidana Logika
Nomor 3898K/Pdt/1989, tanggal 19 Sanggraha di Bali Peswara Bali,
Nopember 1992, mengenai pelanggaran merupakan suatu perbuatan seorang
adat serupa di daerah Kafemenanu, mamun pria yang memiliki unsur-unsur:
diajukan secara perdata dengan gugatan, - bersetubuh dengan seorang gadis;
intinya: Jika dua orang dewasa melakukan - Gadis tersebut menjadi hamil
hubungan kelamin atas dasar suka sama karenanya;
suka yang mengakibatkan di perempuan - Pria tersebut tidak bersedia mengawini
hamil, dan si laki-laki tidak bertanggung gadis tersebut sebagai istrinya yang sah.
37
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
3. Putusan Pengadilan negeri Mataram NO. dengan melalui jalur delik adat zina ex pasal
051/Pid.Rin/1988 tanggal 23 Maret 5 (3) sub bUndang-undang Drt Nomor 1
198854. Pengadilan Ytahun 1951 yang ada bandingannya dalam
mempertimbangkannnya telah KUHP, yaitu pasal 381 KUHP, sehingga pria
menyebut pelanggaran terhadap hukum si pelaku dapat dipidana. Sikap MA-RI
adat delik Nambarayang atau terhadap persoalan tersebut sejak
Nagmpesake. putusannya Nomor 93K/Ke/1976, menjadi
4. MA-RI Nomor 481 K/Pid/1986 tanggal 31 yurisprudensi tetap.
Agustus 1989 dari PN Ende Problematika Penerapan delik pasal 293 KUHP Pria
organ tubuh wanita55, beberapa kali yang ingkar janji kawin, MA menyatakan
diterapkan ketentuan pasal 378 KUHP, terdakwa terbukti secara sah dan
menempatkan organ tubuh peremuan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan:
sebagai barang. Solusinya diterapkan Penyesatan dengan sengaja , membujuk
pasal 5 (3) b Undang-undang Drt Nomor seorang yang belum dewasa untuk
1 Tahun 1951 LN. Nomor 9 Tahun 1950 melakukan perbuatan cabul, padahal
tanggal 13 Januari 1951. Dalam kasus tentang belum cukup umurnya itu dihitung
serupa di pengadilan Negeri Medan selayaknya harus diduganya; Dalam Kasus
Nomor 571/KS/1980 tanggal 5 Maret ini ada beberapa hal yang patut dicatat:
1980 pernah diterapkan ketentuan pasal 1. Bahwa batasan umur belum dewasa
378 KUHP dan dikuatkan oleh PT Nomor Mahkamah Agung tetap berpendirian
144/Pid/ 1983 tanggal 8 Agustus 1983. seperti putusan sebelumnya, gadis yang
Barang ditafsirkan secara luas , sehingga belum mencapai umur 21 tahun; dalam
barang termasuk juga jasa. Barang kasus ini gadis tersebut berumur 20
sesuatu yang melekat bersatu pada diri tahun.;
seseorang ( kemaluan) juga termasuk 2. Unsur membujuk dalam kasus ini berupa
pengertian barang, yang dalam bahasa : Janji terdakwa untuk mengawini
Tapanuli dikenal dengan Bonda yang gadis setelah keinginanya bersetubuh
artinya barang yang tidak lain adalah tercapai, tidak ditepainya;
kemaluan . Sehingga bilama seorang 3. Kwalifikasi dirumuskan oleh judex factie
gadis menyerahkan kehormatannya (pertama maupun banding) dengan
kepada pria, maka samalah artinya gadis kata-kata : perempuan yang belum
tersebut menyerahkan barang kepada dewasa sedangkan MARI merumuskan :
pri tersebut. Dengan penafsiran secara seorang yang belum dewasa;
luas tersebut, maka telah terpenuhi 4. Diktum Putusan PT dijumpai perumusan
unsur barang dalam pasal 378 KUHP. hukuman : Pidana penjara selama 2, 5
Dalam praktek kemudian banyak diikuti tahun ( dua setengah tahun). Menururt psal
penegak hukum ( jaksa) Untuk menjerat 27 KUHP dengan menyebut banyaknya hari,
seorang pria yang berhasil menyetubuhi bulan dan tahun.., maka seharusnya: dua
gadis yang akan dikawini, tetapi akhirnya tahun enam bulan
pria ingkar janji, dan gadis menjadi Sekilas perbedaan dari hukum kapitalis
korban yang merana seumur hidup. yang merupakan bagian yang tidak
Dalam putusan MA-RI Nomor 61 K/ Pid/ terpisahkan dari globalisasi ekonomi,
1988 tanggal 15 Maret 199056, setidaknya memberi keyakinan kepada kita
berdasarkan perkara yang diputus bagaimana globalisasi hukum itu tumbuh
pengadilan Negeri Pamekasan, dan berkembang mengikuti globalisasi
penyelesaian tidak dapat menggunakan dibidang lain, namun globalisasi hukum itu
ketentuan pasal 378 KUHP, melainkan tidak sepenuhnya akan mengubah atau
38
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
39
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
40