Anda di halaman 1dari 17

Lex Crimen Vol.I/No.

4/Okt-Des/2012

EKSISTENSI PIDANA ADAT DALAM HUKUM PENDAHULUAN


NASIONAL1 A. Latar Belakang Penulisan
Oleh: Marco Manarisip2 Konstitusi kita sebelum amandemen
tidak secara tegas menunjukkan kepada
ABSTRAK kita pengakuan dan pemakaian istilah
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah hukum adat. Setelah amandemen
untuk mengetahui bagaimana kedudukan konstitusi, hukum adat diakui sebagaimana
hukum adat dalam sistem hukum nasional dinyatakan dalam Undang-undang Dasar
saat ini dan bagaimana penguatan 1945 Pasal 18B ayat (2) yang menyatakan :
pelestarian nilai-nilai adat istiadat dalam Negara mengakui dan menghormati
yurisprudensi. Melalui penelitian hukum kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
normatif disimpulkan bahwa 1. Hukum beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
adat adalah aturan tidak tertulis yang hidup masih hidup dan sesuai dengan
di dalam masyarakat adat suatu daerah dan perkembangan masyarakat dan prinsip
akan tetap hidup selama masyarakatnya negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
masih memenuhi hukum adat yang telah diatur dalam undang-undang. Berdasarkan
diwariskan kepada mereka dari para nenek pada apa yang telah dikemukakan diatas
moyang sebelum mereka. Oleh karena itu, maka penulis ingin melakukan penulisan
keberadaan hukum adat dan kedudukannya skripsi ini dengan memberikan judul,
dalam tata hukum nasional tidak dapat Kajian Terhadap Kedudukan Hukum adat
dipungkiri walaupun hukum adat tidak Dalam Sistem Hukum Nasional, dengan
tertulis dan berdasarkan asas legalitas maksud untuk mengemukan beberapa hal
adalah hukum yang tidak sah. Hukum adat yang sangat penting untuk
akan selalu ada dan hidup di dalam mempertahankan dan memelihara
masyarakat. 2. Hukum Adat adalah hukum keberadaan hukum adat Indonesia dengan
yang benar-benar hidup dalam kesadaran mengadakan penelitian-penelitian untuk
hati nurani warga masyarakat yang mengukap beberapa hal yang dipandang
tercermin dalam pola-pola tindakan mereka penting untuk menjadikannya sebagai
sesuai dengan adat-istiadatnya dan pola hukum tertulis.
sosial budayanya yang tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional. Era sekarang B. Perumusan Masalah
memang dapat disebut sebagai era 1. Bagaimana kedudukan hukum adat
kebangkitan masyarakat adat yang ditandai dalam sistem hukum nasional saat ini?
dengan lahirnya berbagai kebijaksanaan 2. Bagaimana penguatan pelestarian nilai-
maupun keputusan. Namun yang tak kalah nilai adat istiadat dalam yurisprudensi?
penting adalah perlu pengkajian dan
pengembangan lebih jauh dengan C. Metode Penelitian
implikasinya dalam penyusunan hukum 1. Metode Pendekatan, Penelitian hukum
nasional dan upaya penegakan hukum yang ini merupakan penelitian hukum
berlaku di Indonesia. normatif yang dilakukan dengan
Kata kunci: pidana adat dengan cara meneliti bahan pustaka
dan disebut juga penelitian hukum
kepustakaan.3
1
Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Frans
Maramis,SH,MH, Godlieb Mamahit, SH, MH, Doortje
Turangan, SH, MH
2 3
NIM: 070711348. Mahasiswa Fakultas Hukum Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Op.Cit., hal.
Universitas Sam Ratulangi, Manado. 12.

24
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

2. Spesifikasi Penelitian. Dalam penulisan keadaan tidak dikodifikasikan (karena


ini metode penelitian yang digunakan adat).4
bersifat deskriptif analitis, yaitu Hukum Adat pada umumnya belum atau
berdasarkan kondisi yang ada sesuai tidak tertulis yaitu kompleks norma-norma
data-data yang diperoleh dalam yang bersumber pada perasaan keadilan
penelitian, dihubungkan dan rakyat yang selalu berkembang meliputi
dibandingkan dengan teori-teori yang peraturan tingkah laku manusia dalam
ada sesuai dengan penulisan ini. kehidupan sehari-hari, senantiasa ditaati
3. Sumber dan Jenis Data. Secara umum dan dihormati karena mempunyai akibat
jenis data yang diperlukan dalam suatu hukum atau sanksi. Dari empat definisi di
penelitian hukum terarah pada atas, dapat disimpulkan bahwa Hukum
penelitian data sekunder yang terdiri Adat merupakan sebuah aturan yang tidak
dari: bahan hukum primer dan bahan tertulis dan tidak dikodifikasikan, namun
hukum sekunder tetap ditaati dalam masyarakat karena
4. Teknik Analisis Data. Analisis data mempunyai suatu sanksi tertentu bila tidak
dilakukan secara kualitatif normatif. ditaati. Dari pengertian Hukum Adat yang
diungkapkan diatas, bentuk Hukum Adat
TINJAUAN PUSTAKA sebagian besar adalah tidak tertulis.
A. Pengertian Dasar Berlakunya Hukum Padahal, dalam sebuah negara hukum,
Adat berlaku sebuah asas yaitu asas legalitas.
Hukum Adat adalah hukum yang berlaku Asas legalitas menyatakan bahwa tidak ada
dan berkembang dalam lingkungan hukum selain yang dituliskan di dalam
masyarakat di suatu daerah. Ada beberapa hukum. Hal ini untuk menjamin kepastian
pengertian mengenai Hukum Adat. hukum. Namun di suatu sisi bila hakim tidak
Menurut Hardjito Notopuro Hukum Adat dapat menemukan hukumnya dalam
adalah hukum tak tertulis, hukum hukum tertulis, seorang hakim harus dapat
kebiasaan dengan ciri khas yang merupakan menemukan hukumnya dalam aturan yang
pedoman kehidupan rakyat dalam hidup dalam masyarakat. Diakui atau tidak,
menyelenggarakan tata keadilan dan namun Hukum Adat juga mempunyai peran
kesejahteraan masyarakat dan bersifat dalam Sistem Hukum Nasional di Indonesia.
kekeluargaan. Soepomo, Hukum Adat Dalam Undang-Undang Dasar (UUD
adalah sinonim dari hukum tidak tertulis tahun 1945, yang diberlakukan kembali
didalam peraturan legislatif, hukum yang menurut Dekrit Presiden tertanggal 5 Juli
hidup sebagai konvensi di badan-badan 1959) tiada satu pasalpun yang memuat
negara (parleman, dewan Provinsi, dan dasar (perundang-undangan) berlakunya
sebagainya), hukum yang hidup sebagai hukum adat itu. Menurut Pasal 11 Aturan
peraturan kebiasaan yang dipertahankan Peralihan UUD maka "Segala badan Negara
dalam pergaulan hidup, baik di kota mauun dan peraturan yang ada masih langsung
di desa-desa. Menurut Cornelis van berlaku selama belum diadakan yang baru
Vollennhoven Hukum Adat adalah menurut Undang-Undang Dasar ini".
himpunan peraturan tentang perilaku bagi Sebelum berlakunya kembali UUD ini, maka
orang pribumi dan Timur Asing pada suti berlaku Undang-Undang Dasar Sementara
pihak mempunyai sanksi (karena bersifat tahun 1950. Dalam Undang-Undang Dasar
hukum), dan pada pihak lain berada dalam sementara itu Pasal 104 ayat 1 mengatakan
4
Dewi C Wulansari, Hukum Adat Indonesia Suatu
Pengantar, PT Refika Aditama, Bandung, 2010, hal 3-
4.

25
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

bahwa "Segala keputusan pengadilan harus negara lain. Kalau belakangan terdengar
berisi alasan-alasannya dan dalam perkara nyaring disuarakan, kita butuh
hukuman menyebut aturan-aturan undang- pembentukan hukum yang demokratis,
undang dam aturan-aturan hukum adat namun pembentukan hukum yang
yang dijadikan dasar hukuman itu. "Tetapii demokratis tidak sekaligus berarti hukum
ketentuan ini, yang jikalau kita mengartikan yang dibentuk akan efektif. Dalam konteks
"hukum adat" itu seluas-Iuasnya, memuat ini misalnya, mission dari sebuah undang-
suatu grondwettelijke grondslag (dasar undang bukan terletak dari seberapa
konstitusional) berlakunya hukum adat, demoraktis pembentukan undang-undang
sampai sekarang belum diberikan dasar yang dibentuk, tetapi terletak pada sejauh
hukum penyelenggaraannya (Undang- mana apa yang ingin dituju dari
Undang organik). pembentukkan undang-undang dapat
Dasar perundang-undangan berlakunya dicapai atau tercapai. Artinya, keuntungan
hukum adat, yang berasal darii zaman dari pembuatan hukum partisipatif lebih
kolonial dan yang pada zaman sekarang merupakan sebagai upaya meningkatkan
masih tetap berlaku, adalah Pasal 131 ayat karakter demokratis dan legitimasi hukum
2 sub b IS. Menurut ketentuan tersebut, dari undang-undang yang dibentuk.
maka bagi golongan hukum Indonesia asli Jika hukum suatu bangsa merupakan
dan golongan hukum timur asing berlaku pencerminan kehidupan social bangsa
hukum adat mereka. Tetapi bilamana bersangkutan, maka ia menjadi paradox
keperluan sosial mereka memerlukanya, dengan globalisasi hukum. Meskipun dalam
maka pembuat ordonansi dapat beberapa hal tertentu globalisasi hukum
menentukan bagi mereka: dipahamkan pula globalisasi hukum akan
a. hukum Eropa , tetap berlansung dalam ssstem hukum
b. hukum Eropa yang telah diubah yang berbeda. Betapun globalisasi hukum
(gewijzigd Europees recht) , sesuatu yang sukar dihindari, tetapi negara
c. hukum bagi beberapa golongan bersama- bangsa tidak akan begitu saja menyerahkan
sama (gemeenschappelijkrecht), dan fungsi kedaulatan mereka, dan dalam suatu
apabila kepentingan umum system global tidak akan berlansung bebas
memerlukannya. control dari negara bangsa karena
d. hukum baru (nieuw recht), yaitu hukum globalisasi bukanlah jalan tol tanpa
yang merupakan "syntese antara mekanisme. Mekasnisme bagaimana lalu
hukum adat dan hukum Eropa lintas hubunagn masyarakar negara bangsa,
("fantasierecht" van Vollen hoven atau justeru dibangun atas suatu perjanjian atau
"ambtenarenrecht" van Idsinga) kontrak, konvensi, sehingga bedanya yang
tadinya pembatas itu adalah hukum
B. Perspektif Hukum Nasional Di Tengah nasional, kemudian pembatasan itu adalah
Sistem Hukum Global kesepakatan antara negara bangsa.
Hukum suatu bangsa sesungguhnya
merupakan pencerminan kehidupan social HASIL PEMBAHASAN
bangsa bersangkutan,5 maka sebenarnya A. Eksistensi Hukum Adat Dalam Sistem
pembentukan hukum suatu negera harus Hukum Nasional
bebas dari pengaruh dan kepentingan Hukum adat tumbuh dari cita-cita dan
alam pikiran masyarakat Indonesia. Maka
5
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Perspektif Sejarah hukum adat dapat dilacak secara kronologis
dan Perubahan Sosial, dalam Pembangunan Hukum sejak Indonesia terdiri dari kerajaan-
Dalam Perspektif Politik Hukum nasional, Editor kerajaan, yang tersebar di seluruh
Artdjo Alkostar dkk, Rajawali, Jakarta 1986, hal 27.

26
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

nusantara. Realitas sosial budaya dikenal peradilan padu yaitu


dikonstruksi oleh pujangga yang satu penyelesaian perselisihan antara
dikonstruksi oleh pujaga yang lain, serta perorangan oleh peradilan desa,
dikonstruksi kembali pujangga berikutnya.6 dilakukan secara damai. Bersamaan itu,
Masa Sriwijaya, Mataran Muno, Masa maka di Cirebon dikenal: Peradilan
Majapahit beberapa inskripsi (prasasti) Agama memutus perkara yang
menggambarkan perkembangan hukum membahayakan masyarakat umum,
yang berlaku (hukum asli), yang telah Peradilan Digrama yang memutus
mengatur beberapa bidang, antara lain: pelanggaran adat, dan perkara lain yang
1. Aturan aturan keagamaan, tidak masuk peradilan agama; dan
perekonomian dan pertambangan, Peradilan Cilaga adalah peradilan dalam
dimuat dalam Prasasti Raja Sanjaya bidang perekonomian, perdagangan, jual
tahun 732 di Kedu, Jawa Tengah; beli, hutang piutang.
2. Mengatur keagamaan dan kekaryaan, Beberapa contoh tersebut di atas
dimuat dalam prasasti Raj Dewasimha menunjukkan bahwa tatanan hukum asli
tahun 760; yang telah berlaku di berbagai daerah, yang
3. Hukum Pertanahan dan Pertanian sekarang dikenal dengan nama Indonesia
ditemukan dalam Prasasti Raja menunjukkan hukum bersumberkan pada
Tulodong, di Kediri., 784 dan prasasti masyarakat asli, baik berupa keputusan
tahun 919 yang memuat jabatan penguasa maupun hukum yang berlaku
pemerintahan, hak raja atas tanah, dan dalam lingkungan masyarakat setempat.
ganti rugi; A. 1. Politik Hindia Belanda Terhadap
4. Hukum mengatur tentang peradilan Hukum Adat.
perdata, dimuat dalam prasasti Bulai Pada awalnya hukum asli masyarakat
Rakai Garung, 860. yang dikenal dengan hukum adat dibiarkan
5. Perintah Raja untuk menyusus aturan sebagaimana adanya, namun kehadiran era
adat, dalam prasasti Darmawangsa VOC dapat dicatat perkembangan sebagai
tahun 991; berikut:
6. Pada masa Airlangga, adanya penetapan 1. Sikapnya tidak selalu tetap
lambang meterai kerajaan berupa kepala (tergantungan kepentingan VOC),
burung Garuda, pembangunan perdikan karena tidak berkepentingan dengan
dengan hak-hak istimewanya, penetapan pengadilan asli;
pajak penghasilan yang harus dipungut 2. VOC tidak mau dibebani oleh persoalan
pemerintah pusat; administrasi yang tidak perlu berkenaan
7. Masa Majapahit, tampak dalam dengan pengadilan asli;
penataan pemerintahan dan 3. Terhadap lembaga-lembaga asli, VOC
ketatanegaraan kerajaan Majapahit, tergantung pada kebutuhan
adanya pembagian lembaga dan badan (opportuniteits politiek);
pemerintahan. Setelah jatuhnya 4. VOC hanya mencampuri urusan perkara
Majapahir, maka kerajaan Mataram pidana guna menegakkan ketertiban
sangat diwarnai oleh pengaruh Islam, umum dalam masyarakat;
maka dikenal peradilan qisas, yang 5. Terhadap Hukum perdata diserahkan ,
memberikan pertimbangan bagi Sultan dan membiarkan hukum adat tetap
untuk memutus perkara. Di pedalaman, berlaku.
Pada masa Dandeles, hukum pidana
6
Dominikus Rato., Hukum Adat (Suatu Pengantar adat diubah dengan pola Eropa, bila :
Singkat Memahami Hukum Adat di Indonesia) ,
Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2011, hal 110.

27
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

a. Perbuatan pidana yang dilakukan Pribumi dan Timur Asing dengan Stb
berakibat mengganggu kepentingan 1872:85 yang mulai berlaku tanggal 1
umum; Januari 1873. Proses kodifikasi dan
b. Perbuatan pidana bila dituntut unifikasi, maka hukum adat kecuali
berdasarkan atas hukum pidana adat berkenaan dengan ketertiban umum
dapat mengakibatkan si pelaku bebas; dengan kodifikasi hukum pidana, tidak
Perkembangan hukum adat pada masa disangkutkan pengaturannya, sehingga
daendels bernasib sama dengan masa-masa yang dijadikan rujukan hukum adat adalah
sebelumnya yakni disubordinasikan hukum pasal 11 AB: Kecuali dalam hal-hal orang
Eropa. Terkecuali untuk hukum sipil. pribumi atau yang disamakan dengan
Termasuk hukum perdata dan hukum mereka (orang timur asing) dengan
dagang, Daendel tetap membiarkan sukarela menaati (vrijwillige onderwerping)
sebagaimana adanya menurut hukum adat peraturan-peraturan hukum perdata dan
masing-masing. Lain dari pada itu VOC hukum dagang Eropa, atau dalam hal-hal
menganggap bahwa hukum adat lebih bahwa bagi mereka berlaku peraturan
rendah derajatnta daripada hukum perundangan semacam itu, atau peraturan
Belanda.7 Maka masa penjajahan Inggris perundangan lain, maka hukum yang
(Raffles), hal yang menonjol adalah adanya berlaku dan yang diperlakukan oleh hakim
keleluasaan dalam hukum dan peradilan pribumi (Inlandse rechter) bagi mereka itu
dalam menerapkan hukum adat, asal adalah godsdienstige wetten,
ketentuan hukum adat tidak bertentangan volkintellingen en gebruiken, asal saja tidak
dengan: the universal and acknowledged bertentangan dengan azas azas keadilan
principles of natural justice atau yang diakui umum.
acknowledge priciples of substantial justice. Pasal 11 AB, berlakukan asas
Pada perkembangan lanjutan, politik konkordansi, yang memberlakukan
hukum adat tampak pada pemerintahan hukum Belanda bagi golongan Eropa di
penjajahan Belanda, ketika dimulainya Hindia Belanda, berkenaan dengan
politik unifikasi hukum dan kodifikasi dengan hukum adat menunjukkan
hukum melalui Panitia Scholten, di bahwa hukum adat berlaku bagi
antaranya: Algemeene Bepalingen van golongan penduduk bukan Eropa,
Wetgeving voor Nederlands Indie (AB), kecuali:
Ketentuan Umum tentang peraturan 1. Sukarela menaati peraturan peraturan
Perundang-undangan di Hindia Balanda; perdata dan hukum dagang yang berlaku
Burgerlijke Wetboek, Wetboek van bagi golongan Eropa;
Koopenhandel; reglemen op Rechtelejke 2. Kebutuhan hukum memerlukan
Organisatie en het beleid de justitie (RO). ketundukan pada hukum perdata dan
Maka dalam perkembangannya hukum dagang golongen Eropa;
terbentuklah unifikasi dalam pengaturan 3. Kebutuhan mereka memerlukan
hukum pidana bagi golongan Eropa, Timur ketundukan pada hukum lain.
Asing dan Pribumi, dengan dibentuknya Pada masa ini, hukum dianggap ada bila
Wetboek van Strafrecht (WvS), sebagi diatur dalam undang-undang, sebagai
tiruan Belanda (1881) yang meniru Belgia, hukum tertulis (statutory law) yang
diberlakukan bagi golongan Eropa dengan menunjukkan dianutnya paham Austinian,
Stb 1866:55 dan berlaku bagi Golongan sebagaimana diatur Pasal 15 AB (Algeme
Bepalingen van Wetgeving), yang
7
Tolib Setiady., Intisari Hukum Adat Indonesia menyatakan: terkecuali peraturan-
(Dalam Kajian Kepustakaan), Penerbit Alfabeta, peraturan yang ada, bagi orang Indonesia
Bandung, , hal 156.

28
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

asli dan bagi mereka yang dipersamakan Hukum adat oleh ahli barat, dipahami
dengannya, kebiasaan hanya dapat disebut berdasarkan dua asumsi yang salah,
hukum apabila undang-undang pertama, hukum adat dapat dipahami
menyebutnya. melalui bahan-bahan tertulis, dipelajari dari
Dengan demikian menjadi jelas yang catatan catatan asli atau didasarkan pada
membuat ukuran dan kriteria berlaku dan hukum-hukum agama. Kedua, bahwa
karenanya juga berkembangnya hukum hukum adat disistimatisasi secara paralel
adat, adalah bukan masyarakat di mana dengan hukum-hukum barat. Akibat
tempat memproduksi dan memberlakukan pemahaman dengan paradigma barat
hukum adanya sendiri melainkan adalah tersebut, maka hukum adat dipahami
hukum lain yang dibuat oleh penguasa secara salah dengan segala akibat-akibat
(kolonial), sebagaimana ternyata dalam yang menyertai, yang akan secara nyata
pasal 11 AB dan pasal 15 AB tersebut. dalam perkembangan selanjutnya di masa
A. 2. Hukum Adat Dalam Masa kemerdekaan.
Kemerdekaan A.3. Hukum Adat Dalam Konsitusi.
Merujuk pada pengertian hukum adat Konstitusi kita sebelum amandemen
sebagaimana dikemukakan oleh Soepomo, tidak secara tegas menunjukkan kepada
maka hukum adat pembentukan dapat kita pengakuan dan pemakaian istilah
melalui Badan Legislatif, Melalui hukum adat. Namun bila ditelaah, maka
Pengadilan. Hukum merupakan kesatuan dapat disimpulkan ada sesungguhnya
norma yang bersumber pada nilai-nilai rumusan-rumusan yang ada di dalamnya
(values). Namun demikian hukum dan mengandung nilai luhur dan jiwa hukum
hukum adat pada khususnya menurut adat. Pembukaan UUD 1945, yang memuat
karakternya, ada: pandangan hidup Pancasila, hal ini
1. Hukum adat memiliki karakter bersifat mencerminkan kepribadian bangsa, yang
netral, dan hidup dalam nilai-nilai, pola pikir dan
2. Hukum adat memiliki karakter bersifat hukum adat. Pasal 29 ayat (1) Negara
tidak netral karena sangat erat kaitannya berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
dengan nilai-nilai relegius. Pasal 33 ayat (1) Perekonomian disusun
Pembedaan ini penting untuk dapat sebagai usaha bersama berdasarkan azas
memahami pembentukan atau perubahan kekeluargaan.
hukum yang akan berlaku dalam Pada tataran praktis bersumberkan pada
masyarakat. Hukum netral- hukum lalu UUD 1945 negara mengintroduser hak yang
lintas - adalah hukum yang relative longgar disebut Hak Menguasai Negara (HMN), hal
kaitannya dengan nilai nilai religius susunan ini diangkat dari Hak Ulayat, Hak Pertuanan,
masyarakat adat hal ini berakibat, yang secara tradisional diakui dalam hukum
perubahan hukum yang termasuk hukum adat. Dalam konsitusi RIS pasal 146 ayat 1
netral mudah pembentukannya dan disebutkan bahwa segala keputusan
pembinaan hukum dilakukan melalui kehakiman harus berisi alasan-alasannya
bentuk perumusan hukum perundang- dan dalam perkara harus menyebut aturan-
undangan (legislasi). Sedangkan hukum atiuran undang-undang dan aturan-aturan
adat yang erat kaitannya dengan nilai-nilai hukum adat yang dijadikan dasar hukum itu
relegius karena itu relative tidak mudah Selanjutnya dalam UUD Sementara, pasal
disatukan secara nasional, maka 146 ayat 1 dimuat kembali. Dengan
pembinaan dan perumusannya dalam demikian hakim harus menggali dan
hukum positif dilakukan melalui mengikuti perasaaan hukumd an keadilan
yurisprudensi. rakyat yangs enantiasa berkembang. Dalam

29
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

pasal 102 dan dengan memperhatikan berperasaan halus dan


ketentuan pasal 25 UUDS 1950 ada berperikemanusiaan. Pokok pikiran
perintah bagi penguasa untuk membuat keempat adalah: negara adalah
kodifikasi hukum. Maka hal ini termasuk di berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa, hal
dalamnya hukum adat. Perintah kodifikasi ini mengharuskan cita hukum dan
ini pada hematnya juga berlaku pula kemasyarakatan harus senantiasa dikaitkan
terhadap hukum adat, dan perintah fungsi manusia, masyarakat memiliki
kodifikasi ini merupakan pertama kalinya keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
disebtkan di dalam Peraturan Perundang- Yang Maha Esa, dan negara mengakui
Undangan Republik Indonesia yang Tuhan sebagai penentu segala hal dan arah
mengatur ketentuan terhadapa kodifikasi negara hanya semata-mata sebagai sarana
hukum adat, walaupun dalam kenyatannya membawa manusia dan masyarakatnya
belum dapat dilaksanakan.8 sebagai fungsinya harus sebabtiasa dengan
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959, visi dan niat memperoleh ridho Tuhan yang
maka UUD 1945 dimbali berlaku, ada 4 maha Esa. Namun setelah amandemen
pokok pikiran dalam pembukaan UUD konstitusi, hukum adat diakui sebagaimana
1945, yaitu persatuan melipouti segenap dinyatakan dalam Undang-undang Dasar
bangsa Indonesia, hal ini mencakup juga 1945 pasal 18D ayat 2 menyatakan : Negara
dalam bidang hukum, yang disebut hukum mengakui dan menghormati kesatuan-
nasional. Pokok pikiran kedua adalah kesatuan masyarakat hukum adat beserta
negara hendak emwujdukan keadilan hak-hak tradisionalnya sepanjang masih
sosial. Hal ini berbeda dengan keadilan hidup dan sesuai dengan perkembangan
hukum. Maka azas-azas fungsi sosial masyarakat dan prinsip negara Kesatuan
manusia dan hak milik dalam mewujudkan Republik Indonesia, yang diatur dalam
hal itu menjadi penting untuk diwujdukan undang-undang.
dan disesusikan dengan dengan tuntutan Memahami rumusan pasal 18 d UUD
dan perekembangan amsyarakat, dengan 1945 tersebut maka:
tetap bersumberkan nilai primernya. Pokok 1. Konstitusi menjamin kesatuan
Pikiran ketiga adalah : negara mewujdukan masyarakat adat dan hak-hak
kedaulatan rakyat, berdasar atas tradisionalnya ;
kerakyatamn danm permusyawaratan dan 2. Jaminan konstitusi sepanjang hukum
perwakilan. Pokok pikiran ini sangat adat itu masih hidup;
fondamental dan penting, adanya 3. Sesuai dengan perkembangan
persatuan perasahaan antara rakyat dan masyarakat;
pemimpinnya, artinya pemimpin harus 4. Sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan
menantiasa memahami nilai-nilai dan Republik Indonesia; dan
perasahaan hukum, perasaaan politik dan 5. Diatur dalam undang-undang.
menjadikannya sebagai spirit dalam Maka konsitusi ini, memberikan jaminan
menyelenggarakan kepentingan umum pengakuan dan penghormatan hukum adat
melalui kepngambilan kebijakan bila memenuhi syarat:
publik.Dalam hubungan itu maka ini mutlak 1. Syarat Realitas, yaitu hukum adat masih
diperlukan karakter manusia pemimpoin hidup dan sesuai perkembangan
publik yanhg memilikiw atak berani, masyarakat;
bijaksana, adil, menjunjung kebenaran, 2. Syarat Idealitas, yaitu sesuai dengan
prinsip negara kesatuan Republik
8
Dewi C Wulansari., Hukum Adat Indonesia Suatu Indonesia, dan keberlakuan diatur dalam
Pengantar, PT. Refika Aditama, Bandung, 2010, hal undang-undang;
108.

30
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

Hukum perundang-undangan sesuai hukuman pengganti bilamana hukuman


dengan TAP MPR Tahun 2001, maka tata adat yang dijatuhkan tidak diikuti oleh
urutan perundang-undangan: pihak terhukum... Bahwa bilamana hukum
1. Undang-undang Dasar 1945; adat yang dijatuhkan itu menurut pikiran
2. Ketetapan MPR; hakim melampaui pidananya dengan
3. Undang-undang/ Perpu; kurungan atau denda, ...maka dapat
4. Peraturan Pemerintah; dikenakan hukuman pengganti setinggi 10
5. Peraturan Daerah; (sepuluh) tahun penjara, dengan
Hal ini tidak memberikan tenpat secara pengertian bahwa hukum adat yang
formil hukum adat sebagai sumber hukum menurut paham hakim tidak selaras lagi
perundang-undangan, kecuali hukum adat dengan zaman... Bahwa suatu perbuatan
dalam wujud sebagai hukum adat yang yang menurut hukum harus dianggap
secara formal diakui dalam perundang- perbuatan pidana dan yang ada
undangan, kebiasaan, putusan hakim atau bandingannya dengan KUHP Sipil maka
atau pendapat para sarjana. dianggap diancam dengan hukum yang
A. 4. Hukum Adat Dalam UU Drt No. 1 sama dengan hukum bandingannya yang
Tahun 1951. paling mirip dengan perbuatan itu.
Hukum adat dalam Undang-undang Ketentuan tersebut berusaha untuk
Darurat Nomor 1 Tahun 1951, dimuat menghapus hukum pidana adat berikut
dalam pasal 1 dan pasal 5. Pasal 1, sanksinya bagi pribumi dan orang-orang
ditegaskan. Kecuali pengadilan desa seluruh timur asing dengan peradilan pidana adat,
badan pengadilan yang meliputi badan kecuali hanya diselenggarakan oleh
pengadilan gubernemen badan pengadilan peradilan umum, peradilan agama dan
swapraja (Zellbestuurrechtspraak) kecuali peradilan desa (hakim perdamaian desa).
pengadilan agama jika pengadilan itu Dengan demikian sejak dikeluarkan UU Drt
menurut hukum yang hidup merupakan Nomor 1 Tahun 1951, maka hukum pidana
suatu bagian dari pengadilan swapraja, dan adat sudah tidak mendapat tempat
pengadilan adat (Inheemse rechtspraak in semestinya karena sangat dibatasi dalam
rechsreeks bestuurd gebied) kecuali politik hukum NKRI. Dalam Pasal 2
pengadilan agama jika pengadilan itu Peraturan Menteri Agraria/KBPN No.5
menurut hukum yang hidup merupakan Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian
suatu bagian tersendiri dari pengadilan masalah hak ulayat masyarakat hukum
adat yang telah dihapuskan. adat, disebutkan:
Pasal 5 ayat (3) Sub b Hukum Materiil 1. pelaksanaan hak ulayat sepanjang pada
sipil dan untuk sementara waktu pun kenyataannya masih ada dilakukan oleh
hukum materiil pidana sipil yang sampai masyarakat hukum adat yang
kini berlaku untuk kaula-kaula daerah bersangkutan menurut ketentuan
swapraja dan orang-orang yang dahulu hukum adat setempat.
diadili oleh pengadilan adat, adat tetap 2. Hak ulayat masyarakat hukum adat
berlaku untuk kaula-kaula dan orang-orang masih ada apabila:
itu dengan pengertian: ...perbuatan yang a. terdapat sekelompok orang yang
menurut hukum yang hidup harus dianggap masih merasa terikat oleh tatanan
perbuatan pidana akan tetapi tidak ada hukum adatnya sebagai warga
bandingannya dalam KUHP Sipil maka bersama suatu persekutuan hukum
dianggap diancam dengan hukuman yang tertentu, yang mengakui dan
tidak lebih dari 3 (tiga) bulan penjara dan/ menerapkan ketentuan-ketenuan
atau denda lima ratus , yaitu sebagai

31
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

persekutuan tersebut dalam hilang secara materiil, karena dipengaruhi


kehidupan sehari-hari; oleh lembaga-lembaga dan ciri-ciri hukum
b. terdapat tanah ulayat tertentu yang barat atau telah dimodifikasikan oleh
menjadi lingkungan hidup para warga sosialisme Indonesia sehingga yang tersisa
persekutuan hukum tersebut dan hanyalah formulasinya (bajunya) saja.
tempatnya mengambil keperluan Hukum agraria hanya memberlakukan
hidupnya sehari-hari, dan; hal-hal tertentu saja daripadanya.
c. terdapat tatanan hukum adat Pereduksian dapat dilihat dalam kaitannya
mengenai pengurusan penguasaan dengan kekuasaan negara. Adanya Hak
dan penggunaan tanah ulayat yang Menguasai Negara (HMN), merupakan
berlaku dan ditaati oleh para warga bentuk penarikan ke negara Hak Ulayat
persekutuan hukum tersebut. yang dimiliki oleh masyarakat adat atas
d. Hukum Adat Dalam UU No. 5 Tahun tanah yang berada di wilayah Indonesia,
1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok yang kemudian dikontruksi kembali sebagai
Agraria. bentuk pelimpahan kewenangan negara
Hukum adat dalam UU Nomor 5 dalam pelaksanaan dapat dilimpahkan
Tahun 1960 merupakan pengaturan yang kepada pemerintah di bawahnya. Maka Hak
sangat bersentuan langsung dengan Ulayat dalam masyatakat adat yang semula
masyarakat adat. Dalam pasal 5 UU No. 5 bersifat mutlak dan abadi, telah direduksi
Tahun 1960 ditegaskan: hukum agraria dengan tergantung kepentingan dan
yang berlaku atas bumi, air dan ruang ditentukan oleh negara. Akibat lebih jauh
angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak adalah, timbulnya hak atas tanah menurut
bertentangan dengan kepentingan nasional hukum adat, yaitu dengan Hak Membuka
dan negara yang berdasarkan persatuan Tanah (ontginningrecht) yang diberikan
bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta oleh ulayat, sehingga ia memiliki Hak
dengan peraturan yang tercantum dalam Menikmati (genotrecht), dan memiliki hak
undang-undang ini dan dengan peraturan terdahulu (voorkersrecht) atas tanah yang
undang-undang lainnya, segala sesuatu digarapnya, timbulnya hak milik melalui
dengan mengindahkan unsur-unsur yang penunjukan rapat desa di Jawa Tengah
bersumber pada hukum agama. Dalam (pekulen, norowito) dan Jawa Barat
Penjelasan Undang-undang disebutkan: (kasikepan, kanomeran, kacacahan), oleh
Hukum adat yang disempurnakan dan UUPA direduksi dan disubordinasikan
disuaikan dengan kepentingan masyarakat melalui peraturan pemerintah,
dalam negara modern dan dalam sebagaimana diatur pasal 22 ayat (1) UUPA:
hubungannya dunia internasional serta Terjadinya hak milik menurut hukum adat
sesuai dengan sosialisme Indonesia. diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Ketentuan tersebut merupakan realisasi Dalam memberikan tafsiran terhadap
dari Tap MPRS II/MPRS/1960 Lampiran A ketentuan tersebut Jimly Ashiddiqie
Paragraf 402. menyatakan perlu diperhatikan bahwa
Hukum adat yang dimaksud adalah pengakuan ini diberikan oleh Negara:
adalah bukan hukum adat asli yang 1). Kepada eksistensi suatu masyarakat
senyatanya berlaku dalam masyarakat adat, hukum adat beserta hak-hak tradisional
melainkan melainkan hukum adat yang yang dimilikinya;
sudah direkontruksi, hukum adat yang 2). Eksistensi yang diakui adalah eksistensi
sudah: disempurnakan, disaneer, modern, kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
yang menurut Moch.Koesnoe menganggap adat. Artinya pengakuan diberikan
hukum adat yang ada dalam UUPA telah kepada satu persatu dari kesatuan-

32
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

kesatuan tersebut dan karenanya selaras dengan perkembangan zaman dan


masyarakat hukum adat itu haruslah peradaban.
bersifat tertentu; Antara Pasal 18 B ayat (2) dan Pasal 28 I
3). Masyarakat hukum adat itu memang ayat (3) pada prinsipnya mengandung
hidup (Masih hidup); perbedaan dimana Pasal 18 B ayat (2)
4). Dalam lingkungannya (lebensraum) yang termasuk dalam Bab VI tentang
tertentu pula; Pemerintahan Daerah sedangkan 28 I ayat
5). Pengakuan dan penghormatan itu (3) ada pada Bab XA tentang Hak Asasi
diberikan tanpa mengabaikan ukuran- Manusia. Lebih jelasnya bahwa Pasal 18 B
ukuran kelayakan bagi kemanusiaan ayat (2) merupakan penghormatan
sesuai dengan tingkat perkembangan terhadap identitas budaya dan hak
keberadaan bangsa. Misalnya tradisi- masyarakat tradisional (indigeneous
tradisi tertentu yang memang tidak people). Dikuatkan dalam ketentuan UU
layak lagi dipertahankan tidak boleh No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
dibiarkan tidak mengikuti arus kemajuan Manusia pada Pasal 6 ayat 1 dan ayat 2
peradaban hanya karena alasan yang berbunyi :
sentimentil; (1) Dalam rangka penegakan hak asasi
6). Pengakuan dan penghormatan itu tidak manusia, perbedaan dan kebutuhan
boleh mengurangi makna Indonesia dalam masyarakat hukum dapat harus
sebagai suatu negara yang berbentuk diperhatikan dan dilindungi oleh
Negara Kesatuan Republik Indonesia. hukum, masyarakat dan pemerintah.
Memahami rumusan Pasal 18B UUD (2) Identitas budaya masyarakat hukum
1945 tersebut maka: adat, termasuk hak atas tanah ulayat
1. Konstitusi menjamin kesatuan dilindungi, selaras dengan
masyarakat adat dan hak-hak perkembangan zaman.
tradisionalnya ; Sebagaimana Penjelasan UU No. 39
2. Jaminan konstitusi sepanjang hukum Tahun 1999 (TLN No. 3886) Pasal 6 ayat (1)
adat itu masih hidup; menyebutkan bahwa hak adat yang secara
3. Sesuai dengan perkembangan nyata masih berlaku dan dijunjung tinggi di
masyarakat; dan dalam lingkungan masyarakat hukum adat
4. Sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan harus dihormati dan dilindungi dalam
Republik Indonesia. rangka perlindungan dan penegakan Hak
5. Diatur dalam undang-undang Asasi Manusia dalam masyarakat
Dengan demikian konsitusi ini, bersangkutan dengan memperhatikan
memberikan jaminan pengakuan dan hukum dan peraturan perundang-
penghormatan hukum adat bila memenuhi undangan. Selanjutnya penjelasan Pasal 6
syarat: ayat (2) menyatakan dalam rangka
1. Syarat Realitas, yaitu hukum adat masih penegakan Hak Asasi Manusia, identitas
hidup dan sesuai perkembangan budaya nasional masyarakat hukum adat
masyarakat; yang masih secara nyata dipegang teguh
2. Syarat Idealitas, yaitu sesuai dengan oleh masyarakat hukum adat setempat,
prinsip negara kesatuan Republik tetap dihormati dan dilindungi sepanjang
Indonesia, dan keberlakuan diatur dalam tidak bertentangan dengan asas-asas
undang-undang; Negara Hukum yang berintikan keadilan
Pasal 28 I ayat (3) UUD 1945 dan kesejahteraan masyarakat. Dalam
menegaskan bahwa Identitas budaya dan ketentuan tersebut, bahwa hak adat
hak masyarakat tradisional dihormati termasuk hak atas tanah adat dalam artian

33
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

harus dihormati dan dilindungi sesuai UUPA: hak atas tanah berdasarkan hukum
dengan perkembangan zaman, dan adat diakui, sepanjang masih hidup dan
ditegaskan bahwa pengakuan itu dilakukan tidak bertentangan dengan pembangunan.
terhadap hak adat yang secara nyata Disini kita melihat kekuasaan yang mutlak
dipegang teguh oleh masyarakat hukum dari negara, karena berdasarkan
adat setempat. interpretasinya hak ulayat yang telah lama
Perundang-undangan sesuai dengan UU dimiliki oleh masyarakat adat, dapat
No. 10 Tahun 2004, maka tata urutan dihapuskannya.Dalam kerangka
peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan Hukum Tanah Nasional dan
berikut : dikarenakan tuntutan masyarakat adat
1. Undang-undang Dasar 1945; maka pada tanggal 24 Juni 1999, telah
2. Undang-undang/ Perpu diterbitkan Peraturan Menteri Negara
3. Peraturan Pemerintah; Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
4. Peraturan Presiden No.5 Tahun 1999 tentang Pedoman
5. Peraturan Daerah; Penyelesaian Masalah Hak Ulayat
Hal ini tidak memberikan tempat secara Masyarakat Hukum Adat. Peraturan ini
formil hukum adat sebagai sumber hukum dimaksudkan untuk menyediakan pedoman
perundang-undangan, kecuali hukum adat dalam pengaturan dan pengambilan
dalam wujud sebagai hukum adat yang kebijaksanaan operasional bidang
secara formal diakui dalam perundang- pertanahan serta langkah-langkah
undangan, kebiasaan, putusan hakim atau penyelesaian masalah yang menyangkut
atau pendapat para sarjana. tanah ulayat. Peraturan ini memuat
Dalam kesimpulan seminar Hukum Adat kebijaksanaan yang memperjelas prinsip
dan Pembinaan Hukum Nasional di pengakuan terhadap hak ulayat dan hak-
Yogyakarta tahun 1975 telah dijelaskan hak yang serupa itu dari masyarakat hukum
secara rinci dimana sebenarnya kedudukan adat sebagaimana dimaksudkan dalam
hukum adat dalam tata hukum nasional di Pasal 3 UUPA. Kebijaksanaan tersebut
Indonesia. Dalam seminar tersebut meliputi : Penyamaan persepsi mengenai
dijelaskan mengenai pengertian hukum hak ulayat (Pasal 1) Kriteria dan
adat, kedudukan dan peran hukum adat penentuan masih adanya hak ulayat dan
dalam sistem hukum nasional, kedudukan hak-hak yang serupa dari masyarakat
hukum adat dalam perundang-undangan, hukum adat (Pasal 2 dan 5).
hukum adat dalam putusan hakim, dan Kewenangan masyarakat hukum adat
mengenai pengajaran dan penelitian terhadap tanah ulayatnya (Pasal 3 dan 4)
hukum adat di Indonesia. Hasil seminar Indonesia merupakan negara yang
diatas diharapkan dapat menjadi acuan menganut pluralitas di bidang hukum,
dalam pengembangan hukum adat dimana diakui keberadaan hukum barat,
selanjutnya mengingat kedudukan hukum hukum agama dan hukum adat. Dalam
adat dalam tata hukum nasional di prakteknya (deskritif) sebagian masyarakat
Indonesia sangat penting dan mempunyai masih menggunakan hukum adat untuk
peranan baik dalam sistem hukum nasional mengelola ketertiban di lingkungannya.
di Indonesia, dalam perundang-undangan, Di tinjau secara preskripsi (dimana
maupun dalam putusan hakim. hukum adat dijadikan landasan dalam
Dalam berbagai rumusan peraturan menetapkan keputusan atau peraturan
Orde Baru kita dapat membaca bahwa perundangan), secara resmi, diakui
negara sangat besar kekuasaannya, keberadaaanya namun dibatasi dalam
pandangan seperti mlsalnya ketentuan peranannya. Beberapa contoh terkait

34
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

adalah UU dibidang agraria No.5 / 1960 Tinggi (yang tercatat) yang diikuti oleh
yang mengakui keberadaan hukum adat hakim-hakim dalam memberikan
dalam kepemilikan tanah. putusannya dalam soal yang serupa.11
Dalam hukum adat, yurisprudensi
B. Kedudukan Hukum Adat Dalam hukum, selain merupakan keputusan
Perkembangan Yurisprudensi pengadilan yang telah menjadi tetap dalam
Para pencari keadilan (justiciabellen) bidang hukum adat, juga merupakan sarana
tentu sangant mendambakanm perkara- pembinaan hukum adat, sesuai cita-cita
perkara yang diajukan ke pengadilan dapat hukum, sekaligus dari yurisprudensi dari
diputus oleh hakim-hakim yang profesional masa ke masa dapat dilacak perkembangan
dan memiliki integritas moral yang tinggi, perkembangan hukum adat, baik yang
sehingga dapat melahirkan putusan- masih bersifat local maupun yang telah
putusan yang tidak saja mengandung aspek berlaku secara nasional. Perkembangan-
kepastian hukum tetapi juga memberikan perkembangan hukum adat melalui
menjamin adanya keadilan bagi setiap yurisprudensi akan memberikan
orang. Karena keadilan itulah yang menjadi pengetahuan tentang pergeseran dan
tujuan utama yang hendak dicapai dari tumbuhnya hukum adat, melemahnya
proses penyelesaian sengketa di hukum adat local dan menguatnya hukum
pengadilan.9 adat yang kemudian menjadi bersifat dan
Yurisprudensi, berasal dari kata bahasa mengikat secara nasional. Perkembangan
Latin: iuris prudential,10 secara tehnis hukum adat melalui yurisprudensi dapat
artinya peradilan tetap atau hukum. dilacak dalam beberapa hal antara lain:
Yurisprudensi adalah putusan hakim (judge 1. Prinsip Hukum Adat.
made law) yang diikuti hakim lain dalam Hukum adat antara lain bersandarkan
perkara serupa (azas similia similibus), pada azas: rukun, patut, laras, hal ini
kemudian putusan hakim itu menjadi tetap ditegaskan dalam yurisprudensi Mahkamah
sehingga menjadi sumber hukum yang Agung-RI Nomor: 3328/Pdt/1984 tanggal
disebut yurisprudensi. Yurisprudensi dalam 29 April 1986. Dalam Putusan MA-RI Nomor
praktek berfungsi untuk mengubah, 2898 K/Pdt/1989 tanggal 19 Nomember
memperjelas, menghapus, menciptakan 1989, berdasarkan sengketa adat yang
atau mengukuhkan hukum yang telah dimbul di Pengadilan Kefamenanu, Nusa
hidup dalam masyarakat. Selanjutnya Tenggara Timur, Mahkamah Agung
menurut Fockema Andrea, Yurisprudensi menegaskan: Dalam menghadapi kasus
peradilan (dalam penegrtian umum, gugatan perdata yang fondamentum
pengertian abastrak); khususnya ajaran petendi dan petitumnya berdasarkan pada
hukum yang dibentuk dan dipertahankan pelanggaran hukum adat dan penegasan
oleh pengadilan (sebagai kebalikan dari sanksi adat; Bila dalam persidangan
ajaran atau doctrine dari pengarang- penggugat dapat membuktikan dalil
pengarang terkemuka), selanjutnya gugatannya, maka hakim harus
pengmpulan yang sistematis dari putusan menerapkan hukum adat mengenai pasal
Mahkamah Agung dan Putusan Pengadilan tersebut yang masih berlaku di daerah
bersangkutan, setelah mendengar Tetua
9
Sutiyoso Bambang., Reformasi Keadilan dan adat setempat.
Penegakan Hukum di Idonesia, UII Press, Yogyakarta,
2010, hal 4.
10 11
Ahmad Kamil H dan Fausan, M . ,Kaidah-Kaidah Achmad S. Soema di Pradja., Hukum Pidana
Hukum Yurisprudensi, Prenada Media, Jakarta, 2004, Dalam Yurisprudensi, Penerbit, CV. Armico,
hal 9. Bandung, 1990, hal 16.

35
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

Kaedah hukum selanjutnya: melembaga. Perkembangan hukum adat


Penyelesaian pelanggaran hukum adat, berikutnya adalah, janda sebagai ahli waris
disamping melalui gugatan perdata bersama-sama dengan anak-anak
tersebut di atas, dapat pula ditempuh almarhum suaminya. Selanjutnya janda
melalui tuntutan pidana ig pasal 5 (3)b UU sebagai ahli waris yang kedudukannya sama
No. 1 Drt/1951. dengan ahli waris anak. Perkembangan
2. Menguatnya Kedudukan Keluarga Inti selanjutnya janda sebagai ahli waris
(Gezin) kelompok keutamaan, yang menutup ahli
Golongan masyarakat adat di Indonesia waris lainnya. Yurisprudensi Putusan MA
terdiri dari golongan masyarakat patrilineal, No. 387K/Sip/1956 tanggal 29 Okt0ber
golongan masyarakat matrilineal dan 1958, Janda dapat tetap menguasai harta
golongan masyarakat parental (bilateral). gono gini sampai ia meninggal dunia atau
Dalam Perkembangannya ternyata semakin kawin lagi. Puncaknya adalah Yurisprudensi
kuat dan diakuinya pergeseran system Putusan Mahkamah Agung No. 3190K/
kekeluargaan dalam masyarakat adat Pdt/`985, tanggal 26 Oktober 1987, janda
matrilineal dan masyarakat adat matrilineal memiliki hak waris dari harta peninggalan
ke arah system parental atau bilateral. suaminya, dan haknya sederajad dengan
Yurisprudensi tanggal 17 Januari 1959b anak kandungnya, jika tidak memiliki anak,
Nomor 320K/ Sip/ 1958 sebagai berikut: ia jadi penghalang ahli waris saudara
1. Si istri dapat mewarisi harta pencaharian suaminya, terhadap harta gawan dan harta
sang suami yang meninggal dunia; gono gini.
2. Anak yang belum dewasa dipelihara dan 3. Prinsip-prinsip Jual Beli Tanah
berada dalam pengampuan ibu; Jual beli tanah sah bila memenuhi syarat
3. Karena anak berada dalam pengampuan terang dan tunai, hal ini ternyata secara
ibu, maka harta kekayaan anak dikuasai konsisten dipegang dalam yurisprudensi
dan diurus oleh ibu. tentang jual beli tanah. Terang artinya
3. Kedudukan sama laki dan perempuan. transaksi peralihan hak atas tanah harus
Menguatnya Perlindungan kepada disaksikan oleh Pejabat Umum. Tunai
Perempuan Dalam Hukum Waris: artinya jual beli tanah hanya sah bila
1. Kedudukan anak Perempuan Dalam berlangsung adanya pembayaran lunas dan
Hukum Waris penyerahan tanah pada saat yang sama.
Semula menurut hukum adat dalam 4. Prinsip Pelepasan Hak Sebagai Dasar
masyarakat patrilineal, anak perempuan Timbul atau Hilangnya Hak Bukan Daluarsa
bukan ahli waris. Namun dalam Hukum adat tidak mengenal lembaga
perkembangannya diakui oleh daluarsa, melainkan mengenal apa yang
yurisprudensi bahwa anak perempuan disebut lembaga pelepasan hak
sebagai ahli waris almarhum orang tuanya. (rechsververking), artinya bila sebidang
2. Kedudukan Janda dalam Hukum Waris. tanah dibiarkan, maka lama kelamaan
Perkembangan awal seorang janda haknya akan menyurut dan puncaknya akan
bukan ahli waris, dalam kenyataannya terlepas, seiring semakin renggangnya
kemudian janda menjadi menderita hubungan fisik antara pemilik dan tanah
sepeninggal suaminya, kemudian timbul yang bersangkutan demikian juga
praktek pemberian hibah oleh suami sebaliknya.
kepada istrinya untuk melindungi dan 5. Hukum Pidana Adat.
mempertahankan kehidupan sosial Dalam sistem hukum adat,
ekonomi sepeninggal suaminya, praktek sesungguhnya tidak ada pemisahan hukum
demikian semakin lama semakin pidana dengan hukum lain sebagaimana

36
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

sistem hukum barat, penjatuhan pidana jawab atas kehamilan tersebut, harus
semata-mata dilakukan untuk menetapkan ditetapkan suatu sanksi adat berupa
hukumnya (verklaring van recht) berupa pembayaran belis (biaya atau mas kawin)
sanksi adat (adatreaktie), untuk dari pihak laki-laki kepada pihak
mengembalikan hukum adat yang perempuan (di kenal dengan nama Pualeu
dilanggar. Hukum pidana adat mendapat Manleu).
rujukan berlakunya dalam pasal 5 ayat 3 UU 2. Perbuatan melanggar hukum adat Logika
No. 1/Drt/1951. Sanggraha di Bali.
Beberapa Yurisprudensi penting Dalam perkara Nomor 854K/Pid/1983
mengenai Hukum pidana adat adalah: tanggal 30 Oktober 1984, Menurut
1. Perbuatan melawan Hukum. Mahkamah Agung, seorang laki-laki yang
Misalnya PN Luwuk No. 27/Pid/ 1983, tidur bersama dengan seorang perempuan
mengadili perkara hubungan kelamin di dalam satu kamar dan pada satu tempat
luar perkawinan, hakim memutus terdakwa tidur, merupakan bukti petunjuk bahwa
melanggar hukum yang dihupo di wilayah laki-laki tersebut telah bersetubuh dengan
banggai, Sulawesi Tengah, berdasarkan wanita itu. Berdasarkan keterangan saksi
unsur pidana dalam pasal 5 ayat 3 sub b UU korban dan adanya bukti petunjuk dari para
Drt 1/ drt/1951, yang unsurnya adalah: saksi-saksi lainnya, terdakwa telah
Unsur pertama, suatu perbuatan melanggar bersetubuh dengan saksi korban
hukum yang hidup; Unsur kedua, sebagaimana dimaksud dalam dakwaan
perbuatan pelanggaran tersebut tidak ada subsider.
bandingannya dalam KUHP; Unsur ketiga, Mengenai dakwaan primer, Mahkamah
perbuatan pelanggaran tersebut masih Agung berpendirian bahwa dakwaan ini
tetap berlaku untuk kaula-kaula dan oarng- tidak terbukti dengan sah, karena unsur
orang yang bersangkutan. barang dalam pasal 378 KUHP tidak
Putusan PT Palu No. 6/Pid/1984 tanggal 9 terbukti de gan sah dan meyakinkan,
April 1984 menguatkan putusan PN Luwuk, dengan demikian maka terdakwa harus
dengan menambahkan bahwa, untuk dibebaskan datri dakwaaan primer ex pasal
memenuhi rasa keadilan masyarakat, yang 378 KUHP. Berdasarkan pertimbangan di
menganggap perbuatan tersebut adalah atas Mahkamah Agung dalam diktum
perbuatan pidana, hakim memutuaskan putusannya berbunyi:
terdakwa telah melakukan kejahatan 1. Membebaskan terdakwa dari dakwaan
bersetubuh dengan seorang wanita di luar primer;
nikah. Mahkamah Agung, dengan putusan 2. Menyatakan terdakwa bersaklah
No. 666K/ Pid/ 1984 tanggal 23 februari terhadap dakwaan subsider melakukan
1985, perbuatan yang dilakukan terdakwa tindak pidana adat Logika Sanggraha;
dikatagorikan sebagai perbuatan zinah 3. Menghukum terdakwa dengan hukuman
menurut hukum adat. penjara dua bulan;
Mahkamah Agung dalam putusan Hukum adat pidana Logika
Nomor 3898K/Pdt/1989, tanggal 19 Sanggraha di Bali Peswara Bali,
Nopember 1992, mengenai pelanggaran merupakan suatu perbuatan seorang
adat serupa di daerah Kafemenanu, mamun pria yang memiliki unsur-unsur:
diajukan secara perdata dengan gugatan, - bersetubuh dengan seorang gadis;
intinya: Jika dua orang dewasa melakukan - Gadis tersebut menjadi hamil
hubungan kelamin atas dasar suka sama karenanya;
suka yang mengakibatkan di perempuan - Pria tersebut tidak bersedia mengawini
hamil, dan si laki-laki tidak bertanggung gadis tersebut sebagai istrinya yang sah.

37
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

3. Putusan Pengadilan negeri Mataram NO. dengan melalui jalur delik adat zina ex pasal
051/Pid.Rin/1988 tanggal 23 Maret 5 (3) sub bUndang-undang Drt Nomor 1
198854. Pengadilan Ytahun 1951 yang ada bandingannya dalam
mempertimbangkannnya telah KUHP, yaitu pasal 381 KUHP, sehingga pria
menyebut pelanggaran terhadap hukum si pelaku dapat dipidana. Sikap MA-RI
adat delik Nambarayang atau terhadap persoalan tersebut sejak
Nagmpesake. putusannya Nomor 93K/Ke/1976, menjadi
4. MA-RI Nomor 481 K/Pid/1986 tanggal 31 yurisprudensi tetap.
Agustus 1989 dari PN Ende Problematika Penerapan delik pasal 293 KUHP Pria
organ tubuh wanita55, beberapa kali yang ingkar janji kawin, MA menyatakan
diterapkan ketentuan pasal 378 KUHP, terdakwa terbukti secara sah dan
menempatkan organ tubuh peremuan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan:
sebagai barang. Solusinya diterapkan Penyesatan dengan sengaja , membujuk
pasal 5 (3) b Undang-undang Drt Nomor seorang yang belum dewasa untuk
1 Tahun 1951 LN. Nomor 9 Tahun 1950 melakukan perbuatan cabul, padahal
tanggal 13 Januari 1951. Dalam kasus tentang belum cukup umurnya itu dihitung
serupa di pengadilan Negeri Medan selayaknya harus diduganya; Dalam Kasus
Nomor 571/KS/1980 tanggal 5 Maret ini ada beberapa hal yang patut dicatat:
1980 pernah diterapkan ketentuan pasal 1. Bahwa batasan umur belum dewasa
378 KUHP dan dikuatkan oleh PT Nomor Mahkamah Agung tetap berpendirian
144/Pid/ 1983 tanggal 8 Agustus 1983. seperti putusan sebelumnya, gadis yang
Barang ditafsirkan secara luas , sehingga belum mencapai umur 21 tahun; dalam
barang termasuk juga jasa. Barang kasus ini gadis tersebut berumur 20
sesuatu yang melekat bersatu pada diri tahun.;
seseorang ( kemaluan) juga termasuk 2. Unsur membujuk dalam kasus ini berupa
pengertian barang, yang dalam bahasa : Janji terdakwa untuk mengawini
Tapanuli dikenal dengan Bonda yang gadis setelah keinginanya bersetubuh
artinya barang yang tidak lain adalah tercapai, tidak ditepainya;
kemaluan . Sehingga bilama seorang 3. Kwalifikasi dirumuskan oleh judex factie
gadis menyerahkan kehormatannya (pertama maupun banding) dengan
kepada pria, maka samalah artinya gadis kata-kata : perempuan yang belum
tersebut menyerahkan barang kepada dewasa sedangkan MARI merumuskan :
pri tersebut. Dengan penafsiran secara seorang yang belum dewasa;
luas tersebut, maka telah terpenuhi 4. Diktum Putusan PT dijumpai perumusan
unsur barang dalam pasal 378 KUHP. hukuman : Pidana penjara selama 2, 5
Dalam praktek kemudian banyak diikuti tahun ( dua setengah tahun). Menururt psal
penegak hukum ( jaksa) Untuk menjerat 27 KUHP dengan menyebut banyaknya hari,
seorang pria yang berhasil menyetubuhi bulan dan tahun.., maka seharusnya: dua
gadis yang akan dikawini, tetapi akhirnya tahun enam bulan
pria ingkar janji, dan gadis menjadi Sekilas perbedaan dari hukum kapitalis
korban yang merana seumur hidup. yang merupakan bagian yang tidak
Dalam putusan MA-RI Nomor 61 K/ Pid/ terpisahkan dari globalisasi ekonomi,
1988 tanggal 15 Maret 199056, setidaknya memberi keyakinan kepada kita
berdasarkan perkara yang diputus bagaimana globalisasi hukum itu tumbuh
pengadilan Negeri Pamekasan, dan berkembang mengikuti globalisasi
penyelesaian tidak dapat menggunakan dibidang lain, namun globalisasi hukum itu
ketentuan pasal 378 KUHP, melainkan tidak sepenuhnya akan mengubah atau

38
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

menggantikan sistem hukum nasional. keberadaan hukum adat dan


Artinya globalisasi hukum akan hidup diatas kedudukannya dalam tata hukum
perbedaan sistem hukum negara bangsa. nasional tidak dapat dipungkiri
Dalam konteks ini jelas yang menentukan walaupun hukum adat tidak tertulis dan
adalah politik hukum dari negara bangsa berdasarkan asas legalitas adalah hukum
bersangkutan sebagaimana juga halnya yang tidak sah. Hukum adat akan selalu
dengan Indonesia. Masalah kemudian, ada dan hidup di dalam masyarakat.
bagaimana hal itu bisa bertahan, memang 2. Hukum Adat adalah hukum yang benar-
ditentukan pula oleh daya tawar dari suatu benar hidup dalam kesadaran hati
negara bangsa dan seberapa besar negara nurani warga masyarakat yang tercermin
bangsa itu mampu mempertahankan politik dalam pola-pola tindakan mereka sesuai
hukumnya ditengah-tengah dengan adat-istiadatnya dan pola sosial
berkembangnya sistem hukum global atau budayanya yang tidak bertentangan
apa yang lebih umum disebut dengan dengan kepentingan nasional. Era
globalisasi hukum. sekarang memang dapat disebut sebagai
Politik hukum nasional akan menjadi era kebangkitan masyarakat adat yang
sangat berperan dan memberi arahan bagi ditandai dengan lahirnya berbagai
perkembangan hukum nasional ditengah- kebijaksanaan maupun keputusan.
tengah menguatnya tuntutan globalisasi Namun yang tak kalah penting adalah
hukum, terutama besarnya kemungkinan perlu pengkajian dan pengembangan
terdapat ruang kosong ketika terjadi lebih jauh dengan implikasinya dalam
transplansi sistem hukum, atau pada saat penyusunan hukum nasional dan upaya
suatu negara bangsa melakukan integrasi penegakan hukum yang berlaku di
dengan sistem hukum global. Sebab Indonesia.
bagaimana pun juga tidak ada satu sistem
hukum pun yang sempurna dan masing- B. Saran
masing memiliki kelemahan dan kelebihan. 1. Mengenai persoalan penegak hukum
Dalam hubungan ini Satjipto Raharjo adat Indonesia, ini memang sangat
mengemukakan, bahwa sejak semula prinsipil karena adat merupakan salah
hukum tidak pernah dapat memuaskan satu cermin bagi bangsa, adat
keinginan manusia sebagai suatu alat yang merupakan identitas bagi bangsa, dan
mematoki antara perbuatan yang benar identitas bagi tiap daerah.
dan yang salah secara sempurna. Salah- 2. Subtansi hukum adat pun tidaklah
salah mengatur bahkan bisa dikatakan sekomplek dengan hukum modern
seperti ungkapan Summum ius summa sehinggga dalam merumuskannya secara
iniuria bahwa hukum yang bekerja terlalu tertulis memang menjadi kesulitan
hebat justru menimbulkan ketidak adilan. sekarang ini yang terjadi di Indonesia,
apalagi membuat dalam satu kodifikasi,
PENUTUP karena itu yurisprudensi yang lahir dari
A. Kesimpulan adanya putusan hakim dalam suatu
1. Hukum adat adalah aturan tidak tertulis kasus tertentu dapat dijadikan dasar
yang hidup di dalam masyarakat adat hukum atau sumber hukum untuk
suatu daerah dan akan tetap hidup menyelsaikan kasus-kasus yang serupa
selama masyarakatnya masih memenuhi dikemudia hari demikian dengan
hukum adat yang telah diwariskan kesadaran hukum yang telah ada dalam
kepada mereka dari para nenek moyang masyarakat dapat diterapkan dalam
sebelum mereka. Oleh karena itu, pengambilan putusan di pengadilan.

39
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

Sunarjati Hartono, Politik Hukum Menuju


DAFTAR PUSTAKA Satu Sistem Hukum Nasional,
Ahmad Kamil H dan Fausan, M . ,Kaidah- Alumni,Bandung,1991.
Kaidah Hukum Yurisprudensi, Prenada Supanto, Kejahatan Ekonomi Global dan
Media, Jakarta, 2004. Kebijakan Hukum Pidana, Penertbit PT
Dewi C. Wulansari. , Hukum Adat Indonesia Alumni, Bandung, 2010.
Suatu Pengantar , Rineka Aditama, Sutiyoso Bambang., Reformasi Keadilan dan
Bandung, 2010. Penegakan Hukum di Idonesia, UII
Dian Rositawati, Kedaulatan Negara dalam Press, Yogyakarta, 2010.
Pembentukan Hukum di Era Tolib Setiady, Intisari Hukum Adat
Globalisasi, Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaa),
http://www.leip.or.id/opini/80- Penerbit Alfabeta, Bandung, 2009.
kedaulatan-negara-dalam
pembentukan-hukum-di-era-
globalisasi.html.
Dominikus Rato., Hukum Adat (Suatu
Pengantar Singkat Memahami Hukum
Adat di Indonesia) , Laksbang
Pressindo, Yogyakarta, 2011.
Rescoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum,
Penerbit Bhratara Karya Aksara,
Jakarta, 1982.
Salim H. , Perkembangan Teori Dalam Ilmu
Hukum, PT Raja Grafindom Persada,
Jakarta 2010.
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Perspektif
Sejarah dan Perubahan Sosial, dalam
Pembangunan Hukum Dalam
Perspektif Politik Hukum nasional,
Editor Artdjo Alkostar dkk, Rajawali,
Jakarta 1986.
Soema di Pradja AS., Hukum Pidana Dalam
Yurisprudensi, Penerbit, CV. Armico,
Bandung, 1990
Soerjono Soekanto dan Mustafa
Abdullah.,Sosiologi Hukum Dalam
Masyarakat, Rajawalin Pers, Jakarta,
1987.
--------------------., Pengantar Penelitian
Hukum, Penerbit Universitas Indonesia,
UI-Press, Jakarta, 1986.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji.
Penelitian Hukum Normatif Suatu
tinjauan Singkat, Ed.1, Cet. 6, Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2001

40

Anda mungkin juga menyukai