Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru
466
Fadli & Mitra, Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga serta Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia
pada negara berkembang. Di Rumah Sakit Jiwa Tampan product moment, dan regresi linear sederhana untuk vari-
Provinsi Riau, jumlah penderita gangguan jiwa rawat abel numerik dan uji T independen untuk variabel kate-
inap dan rawat jalan pada tahun 2009, 2010, dan 2011 gorik dan analisis multivariat dengan uji regresi linear
terlihat berfluktuasi. Kasus skizofrenia merupakan yang ganda.
terbanyak dibandingkan kasus gangguan jiwa yang lain
(75,63%). Pada periode 2009 _ 2011, rata-rata propor- Hasil
si kekambuhan pasien skizofrenia adalah 83,56%. Rata-rata umur penderita skizofrenia di Rumah Sakit
Kekambuhan (relapse) adalah kondisi pemunculan Jiwa Tampan adalah 40,26 tahun dengan standar deviasi
kembali tanda dan gejala satu penyakit setelah mereda.8 13,2 tahun. Jumlah penderita skizofrenia yang berjenis
Sekitar 33% penderita skizofrenia mengalami ke- kelamin laki-laki sama banyak dengan jumlah penderita
kambuhan dan sekitar 12,1% kembali mengalami rawat skizofrenia perempuan yaitu 25 orang (50%). Pada
inap.9 Penyakit skizofrenia cenderung menjadi kronis, umumnya, pendidikan penderita skizofrenia adalah
sekitar 20 hingga 40% penderita skizofrenia yang diobati tamatan SD (21,42%), sebagian besar lama sakit pen-
belum menunjukkan hasil yang memuaskan.10 Beberapa derita skizofrenia > 5 tahun (37,74%). Rata-rata fre-
faktor yang memengaruhi kekambuhan penderita kuensi kekambuhan penderita skizofrenia dalam dua
skizofrenia, antara lain meliputi ekspresi emosi keluarga, tahun terakhir adalah 1,48 kali dengan standar deviasi
pengetahuan keluarga, ketersediaan pelayanan kesehat- 1,18 kali. Skor untuk variabel pengetahuan diperoleh
an, dan kepatuhan minum obat.11 dari 8 buah pertanyaan dengan rata-rata skor penge-
Pada tahun 2009, 2010, dan 2011, proporsi penderi- tahuan keluarga adalah 4,22 dengan standar deviasi
ta yang menjalani rehospitalisasi di Rumah Sakit Jiwa 1,694. Nilai rata-rata skor sikap keluarga 24,92 dengan
Tampan Provinsi Riau rata-rata 83,56% merupakan pen- standar deviasi 4,294, rata-rata skor dukungan keluarga
derita skizofrenia yang mengalami kekambuhan. Tujuan 23,08 dengan standar deviasi 3,715, rata-rata skor eks-
penelitian adalah untuk mengetahui hubungan faktor presi emosi keluarga 20,74 dengan standar deviasi 4,238,
keluarga dan kepatuhan minum obat dengan kekam- frekuensi penderita yang patuh minum obat adalah 24
buhan penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa orang (48%) dan frekuensi penderita yang tidak patuh
Tampan Provinsi Riau tahun 2012. Setiap kekambuhan minum obat adalah 26 orang (52%).
berpotensi membahayakan pasien dan keluarga sehingga Berdasarkan analisis bivariat dengan uji korelasi dan
pasien cenderung dirawat inap kembali dan membu- regresi linier sederhana diperoleh bahwa pengetahuan
tuhkan biaya yang tinggi. Tujuan penelitian untuk menge- keluarga, sikap keluarga, dan dukungan keluarga mem-
tahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi punyai hubungan yang kuat dan berarah negatif dengan
kekambuhan penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa nilai R masing-masing -0,747; -0,602; dan -0,617. Hal
Tampan Provinsi Riau tahun 2012. tersebut berarti semakin tinggi pengetahuan keluarga, se-
makin berkurang frekuensi kekambuhan penderita skizo-
Metode frenia. Semakin baik sikap keluarga, semakin berkurang
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuanti- frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia. Semakin
tatif cross sectional. Populasi adalah keluarga penderita tinggi dukungan keluarga, semakin berkurang frekuensi
skizofrenia yang berkunjung di poliklinik rawat jalan kekambuhan penderita. Untuk variabel ekspresi emosi
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau tahun 2012. keluarga, besar hubungan adalah sedang dengan arah
Besar sampel minimal adalah 50 orang responden yang yang positif berarti semakin meningkat ekspresi emosi
ditarik secara acak. Keluarga pasien skizofrenia yang semakin meningkatkan frekuensi kekambuhan penderita
ditentukan berdasarkan diagnosis oleh psikiater yang ter- skizofrenia. Variabel kepatuhan minum obat dibagi men-
catat pada rekam medis pasien minimal dalam periode jadi dua kategori yaitu patuh dan tidak patuh. Terdapat
dua tahun dan tinggal serumah dengan penderita perbedaan yang signifikan kepatuhan minum obat
skizofrenia. Data primer dikumpulkan dengan wawan- dengan frekuensi kekambuhan. Nilai rata-rata kekam-
cara terstruktur dengan kuesioner tentang variabel in- buhan penderita yang tidak patuh adalah 2,19 kali,
dependen yang diteliti meliputi pengetahuan keluarga, sedangkan kekambuhan penderita yang patuh rata rata
sikap keluarga, dukungan keluarga, ekspresi emosi ke- adalah 0,71 kali (Tabel 1).
luarga dan kepatuhan minum obat. Variabel sikap, Berdasarkan analisis multivariat diperoleh bahwa
dukungan keluarga dan ekspresi emosi diukur dengan variabel yang berhubungan dengan kekambuhan pen-
skala likert dengan kategori selalu, sering, jarang dan derita skizofrenia adalah pengetahuan keluarga dan eks-
tidak pernah. Skoring dilakukan dengan mengubah data presi emosi keluarga. Variabel confounding adalah
ordinal (skala likert) menjadi data interval dengan teknik kepatuhan minum obat, sikap keluarga, dan dukungan
Method of Successive Interval. Analisis data dilakukan keluarga. Variabel yang paling berpengaruh terhadap
secara univariat, bivariat dengan uji korelasi pearson frekuensi kekambuhan adalah pengetahuan keluarga
467
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 10, Mei 2013
Pembahasan
Tabel 1. Analisis Bivariat Hubungan Faktor Keluarga dan Kepatuhan Minum Rata-rata kekambuhan penderita skizofrenia dalam
Obat dengan Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia dua tahun adalah 1,48 kali dengan standar deviasi 1,18
kali. Tingkat kekambuhan penderita skizofrenia masih
Variabel Mean SD n R R2 Nilai p
terus dipelajari. Studi naturalistik menemukan tingkat
Pengetahuan keluarga - - -0,747 0,558 0,0001 kekambuhan kumulatif dalam lima tahun berkisar 70 _
Sikap keluarga - - -0,602 0,363 0,0001
80%.12 Studi di Hongkong menemukan bahwa dari 93
Dukungan keluarga - - -0,617 0,381 0,0001
Ekspresi emosi keluarga - - 0,327 0,107 0,020 pasien psikosis, tingkat kekambuhan adalah 21%, 33%
Kepatuhan minum obat dan 40% dalam tahun pertama, kedua, dan ketiga.12
Tidak patuh 2.19 0,98 26 - - 0,0001
Penelitian di wilayah kerja Puskesmas Mantup Lamongan
Patuh 0,71 0,86 24 - -
menyatakan bahwa kekambuhan skizofrenia adalah 1 _ 2
kali dalam satu tahun.13 Rata-rata umur penderita skizo-
dengan koefisien beta = -0,461 setelah dikontrol oleh frenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan adalah 40,26 tahun
variabel ekspresi emosi, kepatuhan minum obat, sikap, dengan standar deviasi 13,2 tahun. Christy, 12 me-
dan dukungan keluarga. Koefisien determinasi (R 2) nyatakan kekambuhan cenderung terjadi pada kelompok
diperoleh 0,687 berarti bahwa model regresi dapat men- umur kurang dari 50 tahun, meskipun tidak dapat
jelaskan 68,7% variasi variabel frekuensi kekambuhan diprediksi secara statistik tetapi ada kecenderungan
penderita skizofrenia. Persamaan regresi berdasarkan pasien yang lebih muda cenderung kambuh diband-
hasil tersebut dapat dilihat pada Persamaan 1. ingkan pasien yang lebih tua.
Dengan model persamaan tersebut, dapat Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan
diperkirakan frekuensi kekambuhan penderita ski- keluarga yang semakin rendah sehingga frekuensi ke-
zofrenia dengan menggunakan variabel pengetahuan kambuhan penderita skizofrenia semakin bertambah
keluarga, sikap keluarga, dukungan keluarga, ekspre- (standar koefisien beta = -0,46) setelah dikontrol oleh
si emosi keluarga, dan kepatuhan minum obat. Makna variabel sikap, dukungan, dan ekspresi emosi keluar-
dari koefisien B untuk setiap variabel dapat membuat ga serta kepatuhan minum obat. Penelitian ini sesuai
kekambuhan penderita skizofrenia berkurang atau dengan penelitian sebelumnya, pengetahuan keluarga
bertambah. Pengetahuan keluarga yang meningkat da- berhubungan signifikan dan berkorelasi negatif den-
pat mengurangi frekuensi kekambuhan penderita ski- gan kekambuhan pada penderita skizofrenia.14,15
zofrenia sebanyak 0,026 kali. Sikap keluarga yang Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh keluarga antara
positif dan dukungan keluarga yang tinggi juga dapat lain pemahaman tentang gangguan mental yang dideri-
mengurangi kekambuhan sebanyak 0,042 kali dan ta klien/penyakit skizofrenia, faktor penyebab, cara
0,047 kali. Ekspresi emosi keluarga yang tinggi dan pemberian obat, dosis obat, dan efek samping pengo-
ketidakpatuhan penderita untuk minum obat dapat batan, gejala kekambuhan, serta sikap yang perlu di-
meningkatkan kekambuhan sebanyak 0,075 dan tunjukkan dan dihindari selama merawat klien di
0,368 kali. Pada analisis multivariat, terlihat bahwa rumah.
variabel yang berhubungan secara bermakna adalah Salah satu faktor penyebab kekambuhan pasien skizo-
pengetahuan keluarga (nilai p = 0,0001) dan ekspresi frenia adalah perilaku keluarga yang tidak tahu cara
emosi keluarga (nilai p = 0,042) (Tabel 2). menangani pasien skizofrenia di rumah.16 Perawatan di
Frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia = 2,757 _ 0,026*pengetahuan keluarga _ 0,042*sikap keluarga _ 0,047*dukungan
keluarga + 0,075*ekspresi emosi keluarga + 0,368*kepatuhan minum obat
Tabel 2. Pemodelan Multivariat Akhir Pengaruh Faktor Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat
dengan Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia
Koefisien B
Variabel Nilai p R R2
Unstandardized Standardized
468
Fadli & Mitra, Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga serta Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia
rumah sakit tidak akan bermakna apabila tidak dilanjut- mengomel, mengkritik, bermusuhan, keras, bicara kasar,
kan dengan perawatan di rumah. Untuk dapat melaku- terlalu melindungi dan sebagainya karena dapat me-
kan perawatan yang baik dan benar, keluarga perlu mem- nyebabkan frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia
punyai bekal pengetahuan tentang penyakit yang dialami bertambah. Dalam menghadapi dan menangani pen-
penderita, salah satunya adalah gangguan fungsi kognitif. derita, keluarga dapat menampilkan ekspresi emosi yang
Oleh sebab itu, orang terdekat penderita seperti keluar- proporsional seperti sabar, menerima penderita, mem-
ga, pengasuh, dan masyarakat berperan sangat penting berikan respons yang positif kepada penderita, meng-
dalam penanganan penderita skizofrenia.17 Salah satu hargai penderita sebagai anggota keluarga dan tidak ter-
faktor yang memengaruhi kekambuhan pada penderita lalu melindungi. Program intervensi keluarga terbukti
skizofrenia adalah pengetahuan keluarga.11 Keluarga di- efektif menurunkan tingkat kekambuhan para penderita
harapkan dapat lebih mengerti, mengetahui dan mema- skizofrenia.22
hami dan pada akhirnya dapat berperan secara aktif se- Dukungan dan sikap keluarga serta kepatuhan
bagai pendukung utama penderita. Selain itu, minum obat menunjukkan hubungan yang bermakna
meningkatkan kemampuan penyesuaian diri serta tidak (nilai p < 0,05). Namun, setelah dilakukan analisis multi-
rentan lagi terhadap pengaruh stressor psikososial.18 variat ketiga variabel bukan merupakan variabel yang
Sebagian besar keluarga penderita skizofrenia masih berhubungan signifikan dengan frekuensi kekambuhan
kurang memiliki informasi yang memadai tentang skizo- penderita skizofrenia tetapi merupakan variabel con-
frenia, perjalanan penyakit, dan tata laksana untuk meng- founding. Pengetahuan keluarga dan ekspresi emosi kelu-
upayakan rehabilitasi pasien.19 arga merupakan faktor yang memengaruhi frekuensi
Penelitian ini menemukan ekspresi emosi keluarga kekambuhan pada penderita skizofrenia. Faktor lain yang
yang tinggi menyebabkan frekuensi kekambuhan pen- perlu diperhatikan adalah dukungan keluarga, sikap, dan
derita skizofrenia bertambah. Pasien skizofrenia yang kepatuhan minum obat. Keluarga yang memiliki penge-
tinggal dalam lingkungan keluarga dengan ekspresi tahuan yang tinggi juga dapat terjadi kekambuhan bila
emosi yang kuat (highly expressed emotion) atau gaya pasien tidak patuh minum obat dan keluarga tidak me-
afektif negatif secara signifikan lebih sering mengalami mantau dan mengawasi pasien minum obat. Perilaku
kekambuhan dibandingkan dengan yang tinggal dalam minum obat bagi penderita skizofrenia tergantung pada
lingkungan keluarga dengan ekspresi emosi yang rendah tingkat kesadaran (insight) dari penderita, misalnya pen-
(low expressed emotion) atau gaya afektif yang normal.20 derita menyangkal atau sadar bahwa dirinya sakit.7
Apabila keluarga memperlihatkan emosi yang diekspre- Untuk keluarga, harus selalu mengikuti proses perawatan
sikan secara berlebih, misalnya klien sering diomeli atau sehingga keluarga dapat memberikan informasi, saran,
dikekang dengan aturan yang berlebihan, kemungkinan dukungan, perhatian, mengontrol dan mengawasi pen-
kambuh akan bertambah besar.21 derita minum obat.
Hasil penelitian konsisten dengan penelitian se-
belumnya, yaitu ekspresi emosi keluarga berhubungan Kesimpulan
secara bermakna dan berkorelasi negatif dengan ke- Rata-rata frekuensi kekambuhan penderita skizo-
kambuhan penderita skizofrenia.15 Ekspresi emosi kelu- frenia adalah 1,49 kali dengan standar deviasi 1,182
arga yang tinggi, seperti bermusuhan dan mengkritik, kali, frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia tert-
membuat penderita lebih sering kambuh daripada kelu- inggi dalam dua tahun adalah empat kali. Faktor yang
arga yang ekspresi emosinya rendah.5 Keluarga dengan berhubungan signifikan dengan kekambuhan penderi-
ekspresi emosi tinggi akan kambuh dalam waktu sembi- ta skizofrenia adalah pengetahuan keluarga dan ek-
lan bulan dan 57% kembali dirawat. 16 Angka ke- spresi emosi keluarga. Apabila pengetahuan keluarga
kambuhan di rumah dengan emosi yang diekspresikan meningkat, frekuensi kekambuhan penderita skizofre-
rendah dan pasien minum obat teratur sebesar 12%, nia akan berkurang 0,026 kali. Apabila ekspresi emosi
dengan emosi yang diekspresikan rendah dan tanpa obat keluarga tinggi, frekuensi kekambuhan penderita ski-
42%, sedangkan emosi yang diekspresikan tinggi dan zofrenia akan bertambah 0,075 kali. Variabel yang
tanpa obat angka kekambuhan 92%.7 paling besar pengaruhnya terhadap frekuensi kekam-
Angka kekambuhan pada penderita skizofrenia yang buhan penderita skizofrenia adalah variabel penge-
tinggi disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktor tahuan keluarga.
yang berperan sangat penting adalah ekspresi emosi
tinggi keluarga yang ditampilkan kepada penderita, Saran
seperti critical comment dan emotional over involvement Instansi rumah sakit jiwa disarankan membuat ke-
atau terlalu protektif. Oleh sebab itu, keluarga di- bijakan dan peraturan yang berkaitan dengan program
rekomendasikan untuk tidak menghadapi penderita kesehatan jiwa terutama bagi keluarga penderita
dengan ekspresi emosi yang berlebihan seperti marah, skizofrenia. Kebijakan tersebut meliputi pember-
469 469
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 10, Mei 2013
dayaan keluarga dalam mencegah dan mengurangi 9. Ucok A, Polat A, Cakir S, Genc A. One year outcome in first episode
frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia dan ke- schizophrenia. Eur Arch of Psych Clin Neurosci [serial on the internet].
tentuan keluarga penderita skizofrenia untuk 2006; 256: 37-43 [cited 2012 Jun 21]. Available from: www.ncbi.-
mengikuti proses keperawatan selama di rumah sakit- nlm.nih.gov/pubmed.
sehingga keluarga tahu, mau dan mampu menangani 10. Hawari D. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta:
penderita ketika di rumah. Meningkatkan upaya pro- Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
motif dan preventif melalui program penyuluhan ke- 11. Wicaksana I, Jalil A. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan
sehatan, family gathering, kunjungan rumah (home pasien skizofrenia di RSJ. Prof. Dr. Soeroyo Magelang. 2007 [diakses
visit), pelatihan kepada keluarga untuk menangani tanggal 5 April 2012]. Diunduh dari: www. pdskijaya.org/abstrak
penderita skizofrenia dan program pendampingan /free%20paper.
keluarga. Selain itu, perlu wadah konsultasi psikologis 12. Christy LM. Relapse in scizophrenia. Med Bull [serial on the internet].
dan perawatan bagi keluarga penderita skizofrenia se- 2011; 16 (5): 8-9 [cited 2013 Apr 25]. Available from: www.fmshk.org/-
hingga dapat meningkatkan pengetahuan, mampu database/article/03mb2.19.pdf.
mengatasi kesulitan dan permasalahan ketika meng- 13. Patonah S. Hubungan dukungan keluarga dan relapse pada penderita
hadapi penderita di rumah. Pelatihan manajemen skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Mantup Lamongan. Jurnal
emosi diberikan kepada keluarga sehingga keluarga Penelitian Akademi Kesehatan Rejekwesi Bojonegoro [online]. 2012; 6
dapat mengendalikan, mengontrol emosi, serta dapat (3) [diakses tanggal 21 April 2013]. Diunduh dari: www.journalakes.-
menampilkan ekspresi emosi yang proporsional dalam files.wordpress.com.
menghadapi dan menangani penderita skizofrenia. 14. Nurdiana S, Umbransyah. Peran serta keluarga terhadap tingkat kekam-
buhan klien skizofrenia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. 2007; 3
Daftar Pustaka (1): 41-7.
1. Kirkpatrick B, Tek C. Concept of schizophrenia. In: Buchanan RW, 15. Ryandini FR, Saraswati SH, Meikawati W. Faktor-faktor yang ber-
Carpenter WT, editors. Comprehensive textbook of psychiatry. 8th ed. hubungan dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit
New York: Lippincott William & Wilkins; 2005. Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Keperawatan
2. Kopelowicz A, Liberman RP, Robert PL, Wallace CJ. Psychiatric reha- dan Kebidanan. 2011; 1(4): 205-15.
bilitation for schizophrenia. Int J Psychol Psychology Ther [serial on the 16. Keliat BA. Peran serta keluarga dalam perawatan klien dengan gangguan
internet]. 2003; 3(2): 283-98 [cited 2013 Apr 25]. Available from: jiwa. Jakarta: EGC; 1996.
www.ijpsy.com/.../psychiatric-rehabilitation-for-schizophrenia 17. Magaru M. Knowledge, attitude and practices of caragives of patients
3. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of with schizophrenia in Port Moresby, Papua New Guinea. Pacific J Med
mental disorders. 4th ed text revision. Washington DC: American Sci [serial on the internet]. 2012; 10 (1) [cited 2013 Apr 25]. Available
Psychiatric Association; 2000. from: www.pacjmedsci.com.
4. Kazadi NJB, Moosa MYH, Jeenah F. Factors associated with relapse in 18. Wulansih S, Widodo A. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap
schizophrenia. South Afr J Psychol [serial on the internet]. 2008; 14(2) keluarga dengan kekambuhan pada skizofrenia di RSJD Surakarta.
[cited 2013 Apr 25]. Available from: www.ajol.info/index.php/sajp- Berita Ilmu Keperawatan. 2008; 1(4): 181-6.
sys/article. 19. Arif IS. Skizofrenia: memahami dinamika keluarga pasien. Bandung:
5. Kritzinger J, Swarts L, Mall S, Asmal L. Family therapy for schizophre- PT. Refika Aditama; 2006.
nia in South African contex : challenges and path ways to implementa- 20. Kaplan & Sadocks. Comprehensive textbook of psychiatry. 9th ed.
tion. South African Journal of Psychology. 2001; 41(2): 140-6. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009.
6. Izzudin A. Konsultasi dan integrasi pelayanan psikiatri: membunuh kelu- 21. Ingrom IM, Timbury GC. Catatan kuliah psikiatri. Adianto P, penter-
arga sendiri. 2005 [diakses tanggal 29 Desember 2011]. Diunduh dari: jemah. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 1995.
www.suaramerdeka.com. 22. Asmal L, Mall S, Kritzinger J, Chiliza B, Emsley R. Family therapy for
7. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri. Kusuma W, penter- schizophrenia: cultural challenger and implementation barrier ini the
jemah. Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010. South African context. Afr J Psych [serial on the internet]. 2011; 14:
8. Dorland. Ilustrated medical dictionary: kamus kedokteran. Jakarta: 367-71 [cited 2013 Apr 25]. Available from: www.ajop.co.za/jour-
EGC; 2002 nals/Nov2011/Familytherapy.pdf.
470 470