Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gianyar merupakan salah satu kabupten di Bali yang sangat diminati oleh para
wisatawan. Tingkat kreativitas masyarakatnya yang tinggi membuat kabupaten
Gianyar dijuliki kota kreatif dan merupakan salah satu kota yang menjadi pusat
kesenian di Bali. Kreativitas yang tinggi membuat perekonomian masyarakatnya juga
meningkat seiring dengan makin bertambahnya wisatawan yang berkunjung. Hal ini
yang membuat kami ingin mengetahui apakah kratifitas yang tinggi itu juga
berdampak pada salah satu desa yaitu tepatnya desa Manukaya kecamatan Tampak
Siring kabupaten Gianyar. Desa Manukaya Gianyar ini dikenal dengan salah satu desa
yang memiliki nilai sejarah yang tinggi dengan beberapa peninggalan sejarah seperti
salah satunya adalah istana tampak siring dan beberapa peninggalan pura-pura yang
merupakan peninggalan nenek moyang yang menggambarkan bagaimana kehidupan
dimasa lampau. Istana Tampak Siring merupakan salah satu peninggalan sejarah yang
masih terawat sampai saat ini, konon katanya Istana Tampak Siring dijadikan sebagai
tempat persinggahan presiden-presiden Republik Indonesia dari masa presiden pertama
yaitu soekarno sampai saat ini. Demikian pula dengan pura-pura yang masih berdiri
kokoh sampai saat ini dan masih terawat dengan baik oleh masyarakat setempat.
Latar belakang munculnya nama desa Manukaya tidak muncul dengan serta
merta melainkan munculnya nama desa tersebut melalaui sebuah perjalanan sejarah
yang panjang. Nama Manu kaya muncul karena konon terdapat seorang raja yang
terdahulu bersembunyi didesa ini dan dengan kemampuanya beliau menyamar menjadi
ayam besar yang dikenal dengan istilah manukaya. Kemudian istilah manukaya atau
ayam besar ini dijadikan sebagai nama sebuah desa untuk mengenang sejarah yang
pernah terjadi didesa ini.
Desa Manukaya merupakan sebuah desa yang memiliki kondisi alam yang
masih alami yang sampai saat ini masih terjaga keasliannya. Desa Manukaya ini

1
memiliki tanah yang cukup subur yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian oleh
masyarakat, dengan udara yang masih segar dan pepohonan yang masih rimbun, air
sungai yang bersih dan alami tanpa terkontaminasi oleh sampah plastik. Kondisi ini
sangat berbanding terbalik dengan apa yang di pusat kota.
Bakti sosial pada kesempatan kali ini mengambil tempat di desa Manukaya,
tampaksiring Gianyar. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah observasi ke
rumah rumah penduduk. Dengan kondisi alam yang subur dan serta merupakan salah
satu tempat yang syarat akan sejarah yang membuat penulis ingin mengetahui
bagaimana keadaaan masyarakat didesa manukaya, selain itu penulis juga ingin
mengetahui bagaimana tingkat pendidikan, kondisi ekonomi, tingkat kesehatan, dan
fasilitas publik yang menunjang dalam pemenuhan kebutuhan serta mengetahui kondisi
kesehatan masyarakat yang ada di desa Manukaya. Untuk memenuhi hasrat
keingintahuan penulis serta memperoleh data seperti yang diinginnkan maka kami
melakukan observasi secara langsung kerumah-rumah penduduk di desa Manukaya
kecamatan Tampak Siring kabupaten Gianyar Bali.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimanakah sejarah dan profil dari desa Manukaya, Tampaksiring Gianyar?
2. Kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan selama Baksos di desa Manukaya,
Tampaksiring Gianyar?
3. Bagaimana kondisi masyarakat yang ada di desa Manukaya khususnya di Br.
Belahan, Br. Keranjangan, Br. Temen?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan laporan ini adalah untuk :
1. Mengetahui sejarah dan profil dari desa Manukaya, Tampaksiring Gianyar
2. Melaporkan Kegiatan yang telah dilaksanakan selama Baksos di desa Manukaya,
Tampaksiring Gianyar

2
3. Mengetahui kondisi masyarakat yang ada di desa Manukaya khususnya di Br.
Belahan, Br. Keranjangan, Br. Temen?

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang di peroleh dari pelaksanaan kegiatan baksos dan
penulisan laporan ini adalah.

1. Bagi Mahasiswa
a Mengembangkan pengetahuan mahasiswa mengenai penulisan karya ilmiah
berupa laporan kegiatan.

b Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk ikut berpartisipasi dalam


pemberian bantuan berupa tenaga, maupun pikiran dalam kegiatan bakti sosial
2. Bagi Dosen
a Sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian terhadap mahasiswa

b Memberikan kesempatan kepada dosen untuk ikut berpartisipasi dalam


pemberian bantuan berupa tenaga, maupun pikiran dalam kegiatan bakti sosial
3. Bagi Institusi
a. Sebagai media atau sarana dalam perwujudan tri dharma perguruan tinggi yaitu
pengambdian masyarakat.

b. Sebagai ajang sosialisasi dalam memperkenalkan Institusi atau sebagai sarana


promosi.

3
BAB II
LOKASI BAKSOS DAN JENIS KEGIATAN

A Lokasi Baksos
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bakti sosial (baksos) yang diadakan
oleh IKIP PGRI Bali pada tahun ini mengambil lokasi di desa Manukaya, Tampak
Siring Gianyar. Untuk itu perlu kita mengenal sejarah dan profil dari desa tersebut.
Berikut beberapa keterangan mengenai desa Manukaya, Tampak Siring Gianyar.

1. Letak Geografis
Desa Manukaya terdiri dari 12 dusun (dinas) dan sepuluh Desa Adat. Ke 13
dusun tersebut adalah : Dusun Manukaya Let, Dusun Manukaya Anyar, Dusun Tatag,
Dusun Bantas, Dusun Malet, Dusun Penempahan, Dusun Mancingan, Dusun
Penedengan, Dusun Basangambu, Dusun Belahan, Dusun Keranjangan dan Dusun
Temen. Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut.
Sebelah utara : Dusun Susut (Kabupaten Bangli), sebelah timur : Desa Tiga
(Kabupaten Bangli), sebelah selatan : Desa Tampaksiring (Kabupaten Gianyar) dan
sebelah barat : Dusun Pupuan Tegalalang (Kabupaten Gianyar).
Desa Manukaya berlokasi satu kilometer dari ibu kota kecamatan, 18 kilometer
ke ibu kota kabupaten dan 35 kilometer ibukota propinsi. Waktu tempuh dari ibukota
kabupaten adalah 60 menit dan dari ibukota propinsi lebih kurang 1,5 jam.
Luas wilayah Desa Manukaya adalah 14,96 km2, yang terdiri atas 141,00
sawah, 871,75 tegalan (kebun), 6,97 pekarangan, keadaan fotografi Desa Manukaya
termasuk dataran tinggi 700-800 meter dari permukaan laut. Desa Manukaya memiliki
curah hujan 280 mm/tahun dengan suhu yang sedang.
Jalan-jalan yang menghubungkan banjar satu ke banjar yang lain tergolong baik
dan teraspal (pengerasan). Desa Manukaya dilalui oleh jalan negara khususnya Banjar
Basangambu sampai dengan Bajar Temen yang yang berbatasan dengan Kabupaten

4
Bangli. Desa Tampaksiring ke Desa Manukaya juga dihubungkan oleh jalan negara
yaitu menuju Istana Negara Tampaksiring, sehingga transportasi menjadi lancar.

2. Sejarah Desa Manukaya


Munculnya nama Desa Manukaya tidak muncul dengan serta merta melainkan
munculnya nama desa tersebut melalaui sebuah perjalanan sejarah yang panjang. Nama
Manukaya muncul karena konon terdapat seorang raja yang terdahulu bersembunyi
didesa ini dan dengan kemampuanya beliau menyamar menjadi ayam besar yang
dikenal dengan istilah manukaya. Kemudian istilah manukaya atau ayam besar ini
dijadikan sebagai nama sebuah desa untuk mengenang sejarah yang pernah terjadi
didesa ini
Desa Manukaya merupakan sebuah desa tua dengan ditemukannya bukti-bukti
peninggalan kuno atau kepurbakalaan, berupa batu tertulis yang sampai kini tersimpan
di Pura Sakenan di Banjar/Dusun Manukaya Let. Pada batu tersebut disebutkan bahwa
pendirian Pura Tirta Empul pada jaman pemerintahan Raja Kesari Warmadewa.
Adapun isi perasasti Sakenan Manukaya disebutkan sebagai berikut. Candra-Bhaya-
Singa-Warmadewa. Baginda inilah yang membangun telaga (tempat mandi). Di Desa
Manuk Raya yang sekarang disebut Manukaya. Telaga itu hingga kini masih ada
dengan dinamai Tirtha Empul, yakni diatas Desa Tampaksiring.
Pura Tirta Empul terletak di sebuah lembah sebelah timur Desa Tampaksiring
di kelilingi perbukitan dan persawahan yang bertingkat-tingkat. Tirtha Empul (sumber
air) terdapat bagian dalam pura di wewidangan madyamandala pura. Dari sumber air
itulah mengalir air yang keluar dari pancoran-pancoran yang memiliki mana dan fungsi
dalam berbagai upacara di daerah itu. Di sebelah barat sumber air itu berdiri Istana
Presiden Tampaksiring yang sangat asri.
Secara etimologi, Tirta Empul berasal dari dua kata, yaitu Tirtha yang berarti
Air Suci dan Empul yang berarti Mata Air (kelebutan) atau
Muncrat (menyembur). Berdasarkan legenda, air ini muncrat karena panah Bhatara
Indra saat berperang melawan Raja Mayadanawa. Mayadanawa dikatakan sebagai raja
yang sangat sakti yang menganggap dirinya sebagai Dewa. Ia memerintah seluruh

5
rakyat di wilayah kekuasaannya untuk bersembahyang menyembah kepadanya. Atas
kelakuannya itu Bhatara Indra sangat marah. Beliau selanjutnya mengirim pasukannya
utuk membunuh Raja Mayadanawa.
Pada zaman itu, ada seorang pendeta bernama Mpu Sangkul Putih yang
memiliki kekuatan magis sangat sedih melihat keadaan ini. Kemudian Sang Empu
bersemadi di Pura Besakih untuk memohon kehadapan Tuhan agar mampu mengatasi
kekacauan dalam kehidupan masyarakat Bali, yang diakibatkan oleh
keangkuhan/kesombongan rajanya. Empu Sangkul Putih kemudian mendapat tuntunan
dari Hyang Mahadewa untuk pergi ke Jambu Dwipa (India) untuk minta bantuan
kepada Dewa Pasupati.
Diceritakan bahwa Dewa Indralah yang memimpin pasukan dari surga, dengan
persenjataan yang lengkap datang ke Bali. Dalam penyerangan itu, Citrasena dan
Citragada memimpin pasukan pada sayap kanan, dan Sang Jayantaka memimpin sayap
kiri sedangkan Gandarwa memimpin pasukan utama. Bhagawan Narada dikirim untuk
memata-matai istana Mayadanawa. Mayadenawa mengetahui krajaannya akan
diserang oleh pasukan Bhatara Indra melalui beberapa mata-mata yang disebarnya,
maka Mayadenawa mempersiapkan pasukannya untuk menghadapi serangan pasukan
dari surga. Perang yang mengerikan tidak terelakkan yang menyebabkan beberapa
korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Namun, karena pasukan Bhatara Indra lebih
kuat, akhirnya pasukan Mayadanawa melarikan diri dan meninggalkan rajanya dan
pembantunya yang bernama Sri Kala Wong. Karena menjelang petang perangpun
dihentikan.
Pada malam hari, saat pasukan dari surga tertidur lelap, Mayadanawa membuat
air beracun dekat tempat tidur tentara Dewa Indra. Ia meninggalkan tempat itu, dengan
berjalan dengan sisi kaki miring untuk menghilangkan jejak. Tempat itu akhirnya
disebut dengan Tampaksiring, yang berasal dari kata bahasa Bali yaitu Tampak yang
berarti Jejak dan siring yang berarti Miring / condong.
Pada keesokan harinya, pasukan dari surga bangun dari tidurnya dan minum air
yang dibuat oleh Mayadanawa. Akibatnya semua pasukan Dewa Indra itu
mati. Melihat semua pasukannya meninggal, Dewa Indra segera mencipta air dengan

6
menancapkan tombak ke tanah. Selanjutnya keluarlah air yang amat besar.
Para apsara minum dan mandi dengan senangnya. Bhatara Indra menggunakan air
ciptaannya itu untuk memerciki pasukannya yang telah meninggal. Merekapun hidup
kembali untuk melanjutkan peperangan dengan Mayadanawa. Bhatara Indra dan
pasukannya terus memburu Mayadanawa yang telah melarikan diri dengan
pembantunya. Dalam pelariannya itu ia mengubah dirinya menjadi Manuk
Raya (burung besar). Tempat itu sekarang dikenal dengan Desa Manukaya.
Mayadanawa tidak dapat mengatasi kesaktian Bhatara Indra. Ia mengubah
dirinya berkali-kali seperti menjadi buah timbul (sejenis sukun),
busung (janur), susuh, bidadari dan akhirnya menjadi batu. Tempat-tempat
Mayadanawa mengubah dirinya menjadi buah timbul sekarang disebut Desa Timbul.
Tempat ia mengubah dirinya menjadi busung (janur) disebut Desa Blusung. Desa
tempat ia merubah diri manjadi bidadari (mahluk kahyangan) disebut Desa Kendran.
Akhirnya Bhatara Indra dapat membunuh Mayadanawa darahnya mengaliri sungai
Petanu. Sungai itu dikutuknya jika airnya dipakai mengaliri sawah, padinya akan
tumbuh cepat tetapi saat dipanen, bulir-bulir padi itu mengeluarkan darah yang berbau
busuk. Kutukan itu akan berakhir dalam jangka waktu seribu tahun. Air sungai Petanu
tidak diperbolehkan untuk diminum, mandi dan irigasi, karena tercemar oleh darah
Mayadanawa
Kematian Raja Mayadanawa merupakan kemenangan kebaikan
(dharma) melawan kejahatan (adharma). Hari kemenangan itu dirayakan setiap enam
bulan (210 hari) sekali sebagai Hari Raya Galungan. Dengan kesaktian yang dimiliki
oleh Mayadanawa yang dapat mengubah dirinya menjadi berbagai benda, masyarakat
tidak gampang percaya bahwa Raja Mayadanawa itu benar-benar mati. Untuk
mengatasi rasa takut masyarakat, pernyataan resmi dibuat sepuluh hari kemudian yakni
pada Hari Raya Kuningan. Istilah Kuningan kemungkinan etimologinya dari kata
Nguningang yang berarti mengumumkan suatu agar diketahui oleh masyarakat luar.
Versi lain dari Galungan adalah penghormatan kepada roh leluhur yang turun
dari kahyangan ke mercapada (dunia ini). Kuningan adalah upacara penghormatan
untuk Mewali (kembali ke kahyangan). Masyarakat di Tampaksiring percaya

7
bahwa Tirtha Empul merupakan kemurahan khusus atau Paica yang diberikan oleh
Dewa Indra. Airnya dipercaya memiliki khasyat dapat menyembuhkan beberapa
penyakit baik medis (terutama penyakit kulit), yang digunakan dalam berbagai upacara
karena itu banyak masyarakat dari luar daerah itu memohon keselamatan.
Air Empul mengaliri Sungai Pakerisan. Sepajang aliran sungai itu, banyak ditemukan
peninggalan arkeologi (Purbakala).

3. Struktur Kepengurusan Desa Adat Manukaya


a Bendesa Adat Tirta Empul : Made Mawi Arnatha
b Penyarikan Desa Adat Tirta Empul : Made Kuntung (Bendahara)
c Penyarikan Tempekan Manukaya : Ketut Sandra
d Penyarikan Tempekan Tatag : Ketut Beratha
e Penyarikan Tempekan Bantas : Wayan Winada
Dibantu oleh masing-masing Dusun antara lain : Manukaya : Made Kuntung,
Tatag : Made Yatna dan Dusun Bantas oleh Made Sarna. Perangkat kepengurusan
Tambahan antara lain : Pemangku 3 orang, sekaa gong 60 orang, sekaa baris (baris
bedil, baris tombak) 120 orang, sekeha Rejang 50 orang dan pecalang 50 orang berasal
dari Desa Manukaya Let dan Bantas

B. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilaksanakan adalah berupa kegiatan bakti sosial. Bakti
sosial atau lebih dikenal dengan baksos ini merupakan, suatu kegiatan wujud dari
kepedulian atau rasa kemanusiaan terhadap sesama manusia. Dimana dengan adanya
kegiatan ini kita dapat merekatkan rasa kekerabatan kita terhadap orang lain. Pada
tahun ini kegiatan Baksos Mahasiswa FPMIPA IKIP PGRI Bali dilaksanakan di
lingkungan Br. Belahan, Br Keranjangan dan Br. Temen desa Manukaya, Tampak
Siring Gianyar.
Adapun rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan Baksos
Mahasiswa FPMIPA IKIP PGRI Bali adalah sebagai berikut

8
Tabel 2.1
Tabel Kegiatan Baksos

TANGGAL KEGIATAN
Persembahyangan Bersama Seluruh Peserta Baksos IKIP PGRI
BALI di Pura Tirta Empul
Pembukaan Bakti Sosial Di Wantilan Pura Tirta Empul
25 Juni 2015 Persiapan di SDN 6 Manukaya Dan Persembahyangan Bersama Di
Pura Jati Desa Manukaya Gianyar.
Penyuluhan Tentang Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Sekaa
Teruna Di Banjar Temen Desa Manukaya Gianyar
Penyerahan Bantuan Berupa Tempat Sampah, Alat Peraga
Pembelajaran dan Penyerahan Bingkisan Kepada Siswa Siswi SDN
6 Manukaya Gianyar.
Kerjabakti, Penanaman Pohon Upakara Perindangan Di Pura
26 Juni 2015 Peninjoan Br. Temen, Pura Jati, Lingkungan SD N 6 Manukaya,
Lingkungan Br. Keranjangan dan Br. Belahan
Observasi Dan Survey Di Lingkungan Br. Belahan, Br. Keranjangan
Dan Br. Temen Mengenai Kondisi Masyarakat Yang Ada Di Sana
Acara Spontanitas Mahasiswa dan Makan malam bersama
Persembahyangan dan Pembersihan Areal SDN 6 Manukaya
27 Juni 2015 Gianyar
Penutupan Baksos

BAB III
PEMBAHASAN

A. Kegiatan Bakti Sosial FPMIPA IKIP PGRI Bali

9
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Baksos Mahasiswa FPMIPA IKIP
PGRI Bali pada tahun ini dilaksanakan di lingkungan Desa Petang, Kabupaten Badung.
Selama kegiatan baksos tempat pemondokan bagi mahasiswa ditetapkan di SMA
Negeri 1 Petang yang berdekatan dengan Pura Desa dan Pura Puseh Desa Adat Petang.
Adapun kegiatan bakti sosial yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa di Desa Petang
Kabupaten Badung adalah sebagai berikut.

1. Persembahyangan Bersama di Pura Desa dan Pura Puseh Petang


Kegiatan pertama diawali dengan pelaksanaan persembahyangan bersama di
Pura Desa dan Puseh Petang, Kabupaten Badung. Kegiatan persembahyangan ini
dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2016, dengan dihadiri oleh seluruh peserta baksos
yang berasal dari mahasiswa FIP, FPBS, FPIPS, FPOK dan FPMIPA beserta hampir
seluruh pejabat di lingkungan IKIP PGRI Bali.

Gambar 3.1 dan 3.2


Persembahyangan di Pura Tirta Empul

Persembahyangan bersama di Pura Desa dan Puseh di pimpin oleh Jero Mangku
Pura Desa dan Puseh.

2. Pembukaan Bakti Sosial di Wantilan Pura Desa


Acara pembukaan Bakti Sosial Mahasiswa Tahun 2016 di Desa Petang Kabuten
Badung, dilaksanakan di Wantilan Pura Desa Petang. Kegiatan Bakti Sosial pada tahun

10
ini mengambil tema Melalui Baksos Mahasiswa IKIP PGRI Bali, Kita Tingkatkan
Peduli Lingkungan Desa Menuju Desa Shanti lan Jagadhita.

Gambar 3.3
Acara Pembukaan Baksos Mahasiswa IKIP PGRI Bali 2015

Acara pembukaan Baksos Mahasiswa IKIP PGRI Bali diawali dengan laporan
Ketua Panitia Baksos Mahasiswa IKIP PGRI Bali tahun 2016. Dalam laporan tersebut
tercantumkan bahwa kegiatan baksos pada tahun 2016 kembali diadakan bedah rumah
sebanyak 2 rumah dan 2 renovasi rumah. Selain itu dalam kesempatan ini juga
dilaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan mata dan pembagian
kacamata plus dan minus gratis di SMP Negeri 1 Petang.

Setelah pembacaan laporan ketua panitia, kegiatan dilanjutkan dengan


sambutan dari Dr. I Made Suarta, S.H., M.Hum., Selaku Rektor IKIP PGRI Bali dan
sambutan dari Bupati Badung yang diwakili oleh Kepala Dinas dan Ketenagakerjaan
Kabupaten Badung A.A. Gede Agung Bharata. Pada puncak acara, pembukaan Baksos
Mahasiswa IKIP PGRI Bali Tahun 2016 di Desa Petang Kabupaten Badung ditandai
dengan penyematan name tag kepada perwakilan peserta Baksos Mahasiswa.
Kemudian dilanjutkan dengan penyerahan bantuan kepada penerima bantuan bedah
rumah dan renovasi rumah. Di akhir acara sebagai permulaan kegiatan bakti sosial di

11
Desa Petang, dilaksanakan kegiatan penanaman pohon yang dilakukan di sekitar areal
Pura Desa Petang.

Gambar 3.4
Penyematan Name Tag dalam acara Pembukaan Baksos

Gambar 3.5
Penyerahan Bantuan Bedah Rumah

12
Gambar 3.6
Penanaman Pohon Oleh Rektor IKIP PGRI Bali

13
Setelah kegiatan pembukaan mahasiswa dipersilahkan untuk menikmati snack
yang telah disediakan panitia sebelum menuju lokasi baksos yang telah di tentukan.
Acara pembukaan dihadiri oleh beberapa perangkat desa/dusun di wilayah Petang.

3. Persiapan Di SMA Negeri 1 Petang.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada Baksos tahun ini FPMIPA IKIP
PGRI Bali mendapat tempat di SMAN 1 Petang. SMAN 1 Petang merupakan lokasi
pemondokan mahasiswa selama kegiatan baksos berlangsung. Lokasi dari SMAN 1
Petang cukup strategis yaitu terletak di Lingkungan yang berdekatan dengan Pura Desa
dan tidak terlalu jauh dari lokasi baksos lainnya

Gambar 3.7
Mahasiswa berkumpul setibanya di SD No. 6 untuk melakukan persiapan

Setibanya di SMA Negeri 1 Petang, peserta berkumpul untuk melakukan


persiapan. Persiapan yang dimaksud adalah pengecekan perlengkapan baksos, absensi
peserta dan pembagian ruangan untuk beristirahat. Setelah selesai para peserta di
persilahkan untuk menyiapkan tempat beristirahat di ruangan yang telah di bagikan dan
membersihkan diri di SMAN 1 Petang atau di kamar mandi warga setempat. Kegiatan
dilanjutkan dengan makan bersama.

14
4. Penanaman Pohon Manggis dan Tanaman Upakara Di SMA Negeri 1 Petang

Pada hari kedua di Desa Petang tepatnya di SMA Negeri 1 Petang, kegiatan
dilanjutkan dengan penanaman pohon manggis dan tanaman upakara di areal sekolah.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh mahasiswa FPMIPA IKIP PGRI Bali. Dengan kegiatan
penanaman pohon ini mempererat tali persaudaraan mahasiswa antara civitas FPMIPA

Gambar 3.9
Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan Narkoba oleh KPA Provinsi Bali

5. Penyerahan Bantuan Berupa Tempat Sampah, Alat Peraga Pembelajaran


dan Penyerahan Buku Kepada Siswa Siswi SDN 1 Petang.

Pada tanggal 18 Juni 2016, kegiatan bakti sosial dilakukan dengan persiapan di
lapangan upacara SMAN 1 Petang. Kegiatan bakti sosial yang pertama pada hari
tersebut adalah melaksanakan bakti sosial berupa penyerahan bantuan berupa alat
peraga pembelajaran dan penyerahan bingkisan berupa alat tulis dan buku kepada
siswa-siswi SDN 1 Petang. Penyerahan Bantuan ini diwakilkan oleh kelompok 7 dan
17

Gambar 3.10

15
Pembukaan Bakti Sosial di SDN 6 Manukaya

Acara tersebut dipandu oleh Dr. I Wayan Eka Mahendra, S.Pd., M.Pd., dan di
buka dengan sambutan dari ibu Dra. Ni Nyoman Parmithi, M.M. selaku Dekan
FPMIPA IKIP PGRI Bali. Pada puncak acara tersebut dilaksanakan penyerahan
bantuan berupa alat peraga untuk media penunjang pembelajaran di SDN 1 Petang.
Alat peraga diserahkan secara langsung dari pihak Fakultas kepada Pihak SDN 1
Petang. Penyerahan bantuan kepada perwakilan siswa dan siswi SDN 1 Petang berupa
alat tulis dan buku diserahkan secara langsung juga kepada siswa dan siswi yang hadir.

Gambar 3.11
Penyerahan Bantuan Alat Peraga Pembelajaran Kepada Pihak SD No. 6

16
Gambar 3.12
Penyerahan Bantuan Alat Tulis dan Buku kepada Siswa dan Siswi SD No. 6

6. Kerjabakti, Penanaman Pohon Upakara Perindangan Di Pura Peninjoan Br.


Temen, Pura Jati, Lingkungan SD N 6 Manukaya, Lingkungan Br.
Keranjangan dan Br. Belahan

17
Kegiatan bakti sosial kembali dilanjutkan dengan mengadakan kerja bakti di
SMAN 1 Petang. Kelompok baksos dibentuk menjadi beberapa kelompok besar yang
nantinya akan bertugas di masing masing wilayah yang telah ditentukan. Untuk
kelompok kami, Kelompok 2 Pendidikan Matematika mendapat tugas melaksanakan
kerja bakti di lingkungan Br. Keranjangan, tepatnya di SDN 6 Manukaya dan areal
Pura Jati.

Untuk kegiatan awal kerja bakti kami, bersama kelompok yang lainnya bersama
sama melakukan peghijauan di areal sekolah, dengan menanam beberapa jenis
tanaman. Selain itu kegiatan juga dilanjutkan dengan merapikan areal bekas
pembangunan gedung sekolah baru dengan merapikan batu bata yang berserakan.

Gambar 3.13 Gambar 3.14


Kerja Bakti Memindahkan Batu Bata Kerja Bakti Penanaman Pohon

18
Setelah selesai melakukan kerja bakti di areal SD No. 6, kerja bakti dilanjutkan
dengan melakukan pembersihan di sekitar areal Pura Jati. Disana kita melakukan
pembersihan berupa memangkas rumput liar, menyapu dan kembali melakukan
penanaman pohon.

Gambar 3.15
Kerja Bakti Di Lingkungan Sekitar Pura Jati

19
7. Observasi Di Lingkungan Br. Belahan, Br. Keranjangan dan Br. Temen
Mengenai Kondisi Penduduk Di Masing-Masing Wilayah Banjar

Kegiatan observasi menurut Mohammad Ali (1985: 91), merupakan suatu


penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan observasi FPMIPA IKIP PGRI Bali
dilaksanakan di lingkungan Br. Belahan, Br. Keranjangan dan Br. Temen untuk
mengetahui kondisi penduduk di di masing masing wilayah banjar. Di masing-masing
lingkungan banjar akan ditugaskan beberapa kelompok untuk melaksanakan pendataan
atau observasi. Untuk Kelompok II Pendidikan Matematika, kegiatan observasi
dilaksanalakan di lingkungan Br. Temen Desa Manukaya Gianyar. Hal yang menjadi
fokus observasi kali ini adalah mengenai Informasi rumah tangga; Karakteristik rumah;
Akses ke fasilitas; Pengeluaran/ konsumsi; Pendidikan; Kesehatan; Kesuburan dan
kelahiran; Pekerjaan; Pertanian perkebunan dan peternakan; Transfer pinjaman dan
tabungan; serta Pendapatan lain.

a. Persiapan
Sebelum pelaksanaan observasi, dilaksanakan persiapan dalam bentuk diskusi
kelompok untuk menyiapkan alat / instrumen observasi. Untuk instrumen observasi
Kelompok II Pendidikan Matematika terlampir pada lampiran 2 nomor A.

Gambar 3.16
Diskusi Kelompok Sebelum Pelaksanaan Organisasi

20
b. Pelaksanaan
Kegiatan observasi di Lingkungan Br. Temen Desa Manukaya dilaksanakan
oleh 5 Kelompok yang berasal dari Jurusan Pendidikan Matematika IKIP PGRI Bali.
Berdasarkan keterangan dari kelian adat Br. Temen, terdapat 115 rumah dengan
berbagai variasi jumlah KK dalam satu rumah. Observasi dilakukan dengan membagi
wilayang Br. Taman menjadi 2 wilayah tugas. Untuk wilayah 1 yaitu di sekitar Br.
Temen dimulai dari batas Pura Peninjoan Hingga perbatasan di sebelah Selatan. Dan
untuk wilayah 2 dimulai dari perbatasan Kabupaten Gianyar dengan Kabupaten Bangli
hingga batas Br. Temen dengan Br. Keranjangan.

Gambar 3.17
Observasi di Br. Temen Desa Manukaya Gianyar

21
Kegiatan observasi dilaksanakan secara langsung yaitu dengan mendatangi tiap
rumah di wilayah observasi dan melaksanakan pendataan terhadap kepala keluarga
dalam 1 rumah menggunakan bantuan instrumen observasi sehingga diperoleh
informasi yang diperlukan.

c. Hasil Kegiatan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Br. Temen Desa Manukaya
Gianyar, diperoleh data sebanyak 54 rumah dengan 63 kepala keluarga (lampiran 2
poin B). Berikut akan disajikan hasil perolehan data observasi di Br. Temen Desa
Manukaya Gianyar.

1) Informasi rumah tangga


Yang menjadi aspek penilaian informasi rumah tangga dalam penelitian ini
adalah mengenai umur dan jumlah anggota dalam satu keluarga

Tabel 3.1 Jumlah Anggota Keluarga Dalam Satu Keluarga


Br. Temen Desa Manukaya Gianyar tahun 2015

22
Jumlah Anggota Dalam 1
No Frekuensi
KK
1 2 orang 3
2 3 orang 17
3 4 orang 23
4 5 orang 15
5 6 orang 5
Total 63

Dari Tabel tersebut dapat kita gambarkan kembali kedalam bentuk Diagram
Batang yaitu sebagai berikut

25

20

15
Frekuensi
10

0
2 orang 3 orang 4 orang 5 orang 6 orang

Gambar 3.18 Diagram Batang Jumlah Anggota Keluarga dalam Satu Keluarga

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa dari data 63 KK yang telah diobservasi:

a) Rata-rata setiap KK beranggotakan 4 orang anggota keluarga yang terdiri dari


ayah, ibu dan 2 orang anak
b) Paling banyak 1 KK beranggotakan 6 orang anggota keluarga dan paling sedikit 1
KK beranggotakan 2 orang anggota keluarga

23
Tabel 3.2 Usia Penduduk
Br. Temen Desa Manukaya Gianyar tahun 2015

No Umur dalam Tahun Frekuensi


1 0-8 46
2 9 - 17 36
3 18 - 26 30
4 27 - 35 22
5 36 - 44 31
6 45 - 53 45
7 54 - 62 13
8 63 - 71 23
9 72 - 80 1
10 81 - 89 3
Jumlah 250

Dari Data tersebut dapat kita gambarkan kembali kedalam bentuk Histogram
yaitu sebagai berikut
50
0-8
45
40 9 - 17
35 18 - 26
30 27 - 35
25
36 - 44
20
45 - 53
15
10 54 - 62
5 63 - 71
0 72 - 80
0 8, 17, 26, 35, 44, 53, 62, 71, 80, 89,

Gambar 3.19 Histogram Usia Penduduk


Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa dari 250 orang yang telah
diobservasi atau didata terlihat bahwa

a) Usia antara 0 8 tahun merupakan jumlah penduduk yang memiliki frekuensi


tertinggi

24
b) sebanyak 56,4% penduduk merupakan penduduk usia produktif, 32,8%
merupakan usia sekolah dan sisanya merupakan usia lanjut.

2) Karakteristik Rumah
Hal yang diperhatikan dalam aspek ini adalah kondisi atau keadaan rumah
dengan mempertimbangkan kelayakan tempat tinggal berdasarkan pengamatan.
Untuk kategori kelayakan dibagi menjadi 4 bagian yaitu Tidak Layak Huni (TLH),
Cukup Layak Huni (CLH), Layak Huni (LH), Sangat Layak Huni (SLH). Berikut
ditampilkan perolehan data kondisi rumah penduduk.

Tabel 3.3 Kondisi Rumah Penduduk


Br. Temen Desa Manukaya Gianyar tahun 2015

Kondisi
No Jumlah KK
Rumah
1 TLH 8
2 CLH 12
3 LH 37
4 SLH 6
Total 63

Dari Tabel tersebut dapat kita gambarkan kembali kedalam bentuk Diagram
Batang yaitu sebagai berikut
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Tidak Layak Cukup Layak Sangat Layak
Layak Huni
Huni Huni Huni
JUMLAH 8 12 37 6

Gambar 3.20 Diagram Batang Kondisi Rumah Penduduk

25
Berdasarkan Diagram Batang tersebut, diperoleh beberapa keterangan
mengenai kondisi rumah penduduk Br. Temen, Desa Manukaya Gianyar yaitu sebagai
berikut.
1) Dari 63 KK yang diobservasi sebanyak 8 Keluarga memiliki kondisi bangunan
yang tidak layakhuni, 12 keluarga memiliki rumah yang cukup layak huni,
sebanyak 37 keluarga layak huni ,dan hanya sekitar 6 Keluarga yg memiliki rumah
dengan kondisi yang sangat baik.
2) Ada sekitar 87,03% Kepala Keluarga yang telah memiliki tempat tinggal yang
dapat dihuni dengan layak.
3) Terdapat sekitar 12,07% penduduk yang telah diobservasi tinggal di kondisi rumah
yang tidak layak huni.

3) Akses ke fasilitas
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dalam segi keterjangkauan
fasilitas pemerintah seperti SPBU dan Pasar Tradisional, menurut penduduk dirasa
masih kurang terjangkau. Jarak yang di tempuh untuk menuju fasilitas tersebut
dirasa begitu jauh. Sehingga dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan bakar
kendaraan penduduk lebih dominan untuk membelinya di warung-warung terdekat
dan pengecer bensin. Namun dalam kondisi tertentu penduduk juga sangat
memerlukan adanya Pasar Tradisional dan SPBU yang dapat dijangkau dengan
mudah.
Dalam menjangkau fasilitas fasilitas umum yang terdapat di desa manukaya,
alat transportasi yang digunakan penduduk Br. Temen cukup bervariasi.
Diantaranya adalah sepeda, sepeda motor dan mobil. Ada juga yang menggunakan
sepeda dan sepeda motor, sepeda motor dan mobil serta ada yang tidak
menggunakan atau tidak memiliki alat transportasi. Untuk alat transportasi warga
Br Temen yang telah diobservasi akan di tampilkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.4 Kepemilikan Alat Transportasi


Warga Br. Temen Desa Manukaya Gianyar tahun 2015

26
Jumlah
No Kendaraan
KK
Tidak
1 6
menggunakan
2 Sepeda 3
3 Sepeda Motor 57
4 Mobil 5
Total 71

Dari Tabel tersebut Kemudian digambarkan kembali kedalam bentuk


Diagram Batang yaitu sebagai berikut
60

50

40

30

20

10

0
Tidak
Sepeda Sepeda Motor Mobil
menggunakan
Jumlah KK 6 3 57 5

Gambar 3.21 Diagram Batang Kepemilikan Alat Transportasi


Berdasarkan Diagram Batang tersebut, diperoleh beberapa keterangan
mengenai kepemilikan alat transportasi warga Br. Temen, Desa Manukaya Gianyar
yaitu sebagai berikut.
1) Dari 63 Kepala Keluarga yang diobservasi, terdapat 3 keluarga yang menggunakan
alat transportasi berupa sepeda, 57 keluarga menggunakan sepeda motor dan 5
keluarga menggunakan mobil.
2) Jenis Alat transportasi yang paling banyak dimiliki warga adalah sepeda motor
dengan jumlah KK sebanyak 57 keluarga dan yang paling sedikit adalah sepeda.
3) Sekitar 9,52% warga tidak menggunakan atau tidak memiliki alat transportasi
4) Hanya sekitar 7,94% warga yang memiliki kendaraan mobil.

27
4) Pengeluaran atau Konsumsi
Observasi mengenai pengeluaran atau konsumsi selama sebulan dinyatakan
dalam tabel berikut

Tabel 3.5 Pengeluaran Sebulan


Warga Br. Temen Desa Manukaya Gianyar tahun 2015

Penghasilan
No Frekuensi
dalam Ribu
1 450 - 975 30
2 976 - 1501 20
3 1502 - 2027 6
4 2028 - 2553 3
5 2554 - 3080 3
6 3081 - 3606 0
7 3607 - 4132 1
JML 63

Dari data pengeluaran penduduk dalam sebulan tersebut kemudian


digambarkan kembali kedalam bentuk Histogram yaitu sebagai berikut

Frekuensi
35 450 - 975
30 976 - 1501
25 1502 - 2027
20
2028 - 2553
15
2554 - 3080
10
3081 - 3606
5
3607 - 4132
0
449,5 975,5 1501,5 2027,5 2553,5 3080,5 3606,5 4132,5

Gambar 3.22 Histogram Pengeluaran dalam Sebulan

28
Berdasarkan Histogram tersebut, diperoleh beberapa keterangan mengenai
pengeluaran dalam satu bulan warga Br. Temen, Desa Manukaya Gianyar yaitu sebagai
berikut.
1) Rata-rata pengeluarah atau konsumsi penduduk sebesar Rp 1.190.079,37
2) Pengeluaran terbesar dalam sebulan sebesar Rp. 4.100.000,00 dan terendah
sebesar Rp. 450.000,00

5) Pendidikan
Berdasarkan hasil observasi mengenai tingkat pendidikan terakhir penduduk,
diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 3.6 Latar Belakang Pendidikan Terakhir Warga


Br. Temen Desa Manukaya Gianyar tahun 2015

N0 PENDIDIKAN FREKUENSI
1 Tidak Sekolah 22
2 TK 3
3 SD 89
4 SMP 49
5 SMA 50
TOTAL 213

29
Dari Tabel tersebut Kemudian digambarkan kembali kedalam bentuk Diagram
Batang yaitu sebagai berikut

90
80
70
60
50
40 FREKUENSI
30
20
10
0
Tidak TK SD SMP SMA
Sekolah

Gambar 3.23 Diagram Batang Latar Belakang Pendidikan Terakhir

Berdasarkan data tersebut didapat beberapa keterangan mengenai pendidikan


terakhir dari 213 orang, yaitu sebagai berikut.

a) Sekitar 22 penduduk atau sekitar 10% responden mengaku tidak pernah


mengenyam pendidikan.
b) Sebanyak 1% masih mengenyam pendidikan anak usia dini (TK)
c) Sekitar 42% merupakan responden yang masih bersekolah di tingkat SD dan
tamatan SD yang tidak melanjutkan ketingkat selanjutnya.
d) Kemudian sisanya adalah sekitar 23% dan 23,47% mengenyam pendidikan SMP
dan SMA.
e) Tingkat pendidikan tertinggi warga yang telah diobservasi adalah tingkat SMA
dan terendah adalah TK

6) Kesuburan dan Kelahiran

30
Pada kesuburan kami memberikan suatu penilaian berdasarkan atas jumlah
anak dengan kategori keluarga yang tidak memiliki anak atau paling sedikit satu
dikatekorikan sebagai keluarga dengan tingkat kesuburan rendah (R), keluarga yang
memiliki 2 anak dikatekorikan sebagai keluarga dengan tingkat kesuburan sedang (SD)
dan keluarga yang memiliki 3 anak atau lebih dikatekorikan sebagai keluarga dengan
tingkat kesuburan tinggi (T). Berikut ditampilkan data tingkat kesuburan warga Br.
Temen Desa Manukaya Gianyar pada tahun 2015.

Tabel 3.7 Tingkat Kesuburan


Warga Br. Temen Desa Manukaya Gianyar tahun 2015

Tingkat
No Jumlah KK
Kesuburan
1 Rendah 20
2 Sedang 26
3 Tinggi 17
Total 63

Dari Tabel tersebut kemudian digambarkan kembali kedalam bentuk Diagram


Batang yaitu sebagai berikut.

30

25

20

15

10

0
Rendah Sedang Tinggi
Jumlah KK 20 26 17

Gambar 3.24 Diagram Batang Tingkat Kesuburan Penduduk

31
Sekitar 20 responden memiliki tingkat keruburan rendah, 26 responden
memiliki tingkat kesuburan sedang, dan 17 responden memiliki kesuburan yang
tinggi.

Untuk kelahiran yang kami jadikan sebagai standar penilaian adalah kondisi
anak ketika lahir. Dari hasil yang diperoleh hanya 1 orang responden yang memiliki
kelahiran yang tidak normal yaitu dari keluarga I Made Mare. Sedangkan 62
responden lainnya mengaku memiliki kelahiran yang normal.

7) Pekerjaan Penduduk
Hasil observasi menunjukan jenis pekerjaan yang menjadi mata pencaharian
warga Br. Temen Desa Manukaya Gianyar adalah Pengrajin, Buruh, Pedagang,
Wiraswasta, Pegawai, Guru, Petani, Berkebun, Kadus, Agro Wisata, dan Peternak.
Berikut disajikan data hasil observasi dalam bentuk tabel.

Tabel 3.8 Pekerjaan atau Profesi Warga


Br. Temen Desa Manukaya Gianyar tahun 2015

No Jenis Pekerjaan Jumlah


1 Pengrajin 33
2 Buruh 14
3 Pedagang 15
4 Wiraswasta 13
5 Pegawai 10
6 Guru 2
7 Petani 25
8 Berkebun 5
9 Kadus 1
10 Agro Wisata 3
11 Peternak 4

32
Total 125

Dari Tabel tersebut kemudian digambarkan kembali kedalam bentuk Diagram


Batang yaitu sebagai berikut.

33
35
30 25
25
20 14 15
13
15 10
10 5 4
2 3
5 1
0

Jumlah

Gambar 3.25 Diagram Batang Pekerjaan Penduduk

Berdasarkan perolehan data tersebut didapat beberapa keterangan mengenai


pekerjaan penduduk di Br. Temen desa Manukaya yaitu sebagai berikut.
a) Dari 125 penduduk yang bekerja, 30 orang bekerja sebagai Pengrajin, 14 orang
berprofesi sebagai Buruh, 15 orang menjadi Pedagang, 13 orang sebagai
Wiraswasta, 10 orang sebagai Pegawai, 2 orang sebagai Guru, 25 Petani, 5 orang
Berkebun, 3 orang sebagai karyawan Agro Wisata, 4 orang sebagai Peternak dan
sisanya Kadus,
b) Jenis profesi yang paling banyak digeluti penduduk adalah sebagai pengrajin yaitu
sebesar 26,4%.

8) Pertanian Perkebunan dan Peternakan


Berdasarkan hasil observasi diperoleh data mengenai perkebunan dan
peternakan. Beberapa jenis perkebunan yang terdapat di Br. Temen Desa Manukaya

33
Gianyar adalah kopi, pisang, cengkeh, kelapa, pepaya dan durian. Berikut ditampilkan
data perkebunan di Br. Temen Desa Manukaya Gianyar

Tabel 3.9 Perkebunan Warga


Br. Temen Desa Manukaya Gianyar tahun 2015

No Jenis Perkebunan Jumlah KK


1 Kopi 11
2 Pisang 13
3 Cengkeh 3
4 Kelapa 10
5 Pepaya 1
6 Durian 4
Total 42

Dari Tabel tersebut kemudian digambarkan kedalam bentuk Diagram Batang


yaitu sebagai berikut.

14

12

10

8
Jumlah KK
6

0
Kopi Pisang Cengkeh Kelapa Pepaya Durian

Gambar 3.26 Diagram Batang Perkebunan Penduduk

Berdasarkan perolehan data tersebut didapat beberapa keterangan mengenai


Perkebunan penduduk di Br. Temen desa Manukaya yaitu sebagai berikut.

34
a) Perkebunan pisang merupakan perkebunan yang paling banyak di Br. Temen
b) Dari 63 KK yang disurvei sekitar 17,7% berkebun kopi, 20,6% berkebun pisang,
4,8% berkebun cengkeh, 15,9% berkebun kelapa, 1,6% berkebun pepaya dan 6,3%
berkebun durian.

Tabel 3.10 Peternakan Warga


Br. Temen Desa Manukaya Gianyar tahun 2015

No Jenis Peternakan Jumlah KK


1 Ayam 21
2 Babi 18
3 Sapi 20
4 Banteng 1
Total 60

Dari Tabel tersebut kemudian digambarkan kedalam bentuk Diagram Batang


yaitu sebagai berikut

25

20

15
Jumlah KK
10

0
Ayam Babi Sapi Banteng

Gambar 3.27 Diagram Batang Pekerjaan Penduduk

Berdasarkan perolehan data tersebut didapat beberapa keterangan mengenai


peternakan penduduk di Br. Temen desa Manukaya yaitu sebagai berikut.

35
a) Beternak ayam merupakan jenis peternakan yang paling banyak di Br. Temen.
b) Dari 63 KK yang disurvei sekitar 33,3% beternak Ayam, 28,6% beternak babi,
31,7% beternak sapi, dan 1,6% beternak banteng.

9) Transfer, Pinjaman dan Tabungan


Pada aspek ini lebih menekankan penilaian pada jumlah dari kepemilikan
Transfer, Pinjaman dan Tabungan. Yang di maksud dengan transfer pada penelitian
ini adalah suatu kegiatan pemindah bukuan dari rekening satu dengan rekening
lainnya. Untuk hasil observasi di sajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.11 Kepemilikan Transfer, Pinjaman dan Tabungan


Br. Temen Desa Manukaya Gianyar tahun 2015

No Jenis Jumlah KK
1 Transfer 0
2 Pinjaman 41
3 Tabungan 15
Total 56

Dari Tabel tersebut kemudian digambarkan ke dalam bentuk Diagram Batang


yaitu sebagai berikut.

36
45

40

35

30

25

20 Jumlah KK

15

10

0
Transfer Pinjaman Tabungan

Gambar 3.28 Diagram Kepemilikan Transfer, Pinjaman dan Tabungan


Sehingga diperoleh keterangan sebagai berikut.
1) Tidak ada penduduk yang menggunakan jasa layanan trasfer
2) Sebanyak 41 penduduk memiliki pinjaman.
3) Sebanyak 15 penduduk memiliki rekening tabungan.

8. Acara Spontanitas Mahasiswa dan Makan malam bersama


Setelah selesai membersihkan diri, pada malam ke dua kembali para mahasiswa
makan malam bersama dengan panitia dan dosen. Namun pada malam ini sedikit
berbeda. Secara spontanitas kegiatan diisi dengan saling berbagi mengenai masalah
dan diskusi terbuka mengenai perkuliahan yang selama ini telah berlangsung. Pada
malam tersebut acara dipandu oleh Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Biologi.
Yaitu Bapak Dr. I Wayan Eka Mahendra, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Drs. I Nengah
Sukawidana, M.Si.

Gambar 3.29
Acara Spontanitas Mahasiswa

37
Berbagai kritikan dan saran yang membangun menambah suasana diskusi
semakin hangat. Beberapa kritik tajam seperti masalah nilai dan pelaksanaan
perkuliahan menjadi topik dalam acara tersebut. Salah satu mahasiswa yang
berpartisipasi adalah Pande Ketut Agus Dharma Suta. Mahasiswa pendidikan
matematika ini mengkritik berbagai permasalahan perkuliahan yang terjadi di IKIP
PGRI Bali khususnya di FPMIPA. Perkuliahan yang tidak efektif ketika
menggabungkan 2 kelompok kelas dengan anggota yang banyak dalam satu
perkuliahan, penulisan kartu rencana studi yang masih dinilai primitif karena masih
menulis di lembaran kertas yang menyusahkan mahasiswa. Namun selain kritik Pande
juga menyampaikan saran yang membangun untuk peningkatan kualitas pelayanan di
FPMIPA IKIP PGRI Bali. Seperti meminta agar di berlakukannya KRS online sesegera
mungkin. Ini akan lebih memudahkan mahasiswa dalam merencanakan studinya
kemudian masalah keterlambatan nilai dan masalah IP kumulatif dapat diatasi. Selain
itu Pande menyarankan agar peningkatan kualitas di dalam pembelajaran
Microteaching. Hal itu dirasa penting mengingat Microteaching merupakan suatu mata
kuliah yang mempersiapkan mahasiswa sebelum terjun langsung ke dunia pendidikan
yang sebenarnya.

Gambar 3.30
Kegiatan Berkumpul Bersama dan Makan Malam

38
9. Persembahyangan dan Pembersihan Areal SDN 6 Manukaya Gianyar
Pada hari terakhir di Desa Manukaya, Sebelum penutupan baksos para peserta
baksos melaksanakan pembersihan areal SDN 6 Manukaya. Dimulai dari ruangan
tempat beristirahat, membersihkan areal lapangan upacara bendera hingga
mengumpulkan perlengkapan baksos yang hendak di bawa kembali dan yang akan di
sumbangkan. Beberapa perlengkapan baksos seperti ember, sapu dan kantong sampah
disumbangkan kepada pihak SDN 6 Manukaya yang diharapkan nantinya dapat
membantu di dalam menjaga kebersiha areal sekolah.
Setelah selesai, mahasiswa diperkenankan untuk melaksanakan
persembahyangan sebelum kembali lagi ke rumah masing masing.

10. Penutupan Baksos


Acara penutupan bakti sosial dilakukan secara sederhana di Lapangan Upacara
Bendera di SDN 6 Manukaya. Baksos ditutup oleh Pembantu Dekan III. Dengan
dihadiri oleh beberapa pejabat dan dosen di lingkungan FPMIPA IKIP PGRI Bali.

39
B. Manfaat Kegiatan Bakti Sosial FPMIPA IKIP PGRI Bali
Bakti Sosial Mahasiswa IKIP PGRI Bali merupakan kegiatan rutin yang
dilaksanakan tiap tahunnya. Bahkan sudah menjadi salah satu mata kuliah yang wajib
diikuti oleh mahasiswa semester 6. Bakti sosial juga merupakan suatu media bagi
institut untuk melaksanakan pengabdian terhadap masyarakat disamping
memperkenalkan institut ke luar daerah.

Sesuai dengan namanya, secara umum Bakti Sosial Mahasiswa IKIP PGRI Bali
bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai sarana
aktualisasi diri mahasiswa untuk membantu sesama, memberi motivasi kepada
masyarakat tentang pentingnya kesadaran dalam meningkatkan wawasan dan
mempererat hubungan kekeluargaan antara mahasiswa dengan masyarakat.

Rancangan kegiatan bakti sosial yang telah dijadwalkan tentu sudah


dipertimbangkan dengan baik agar tujuan dari baksos dapat tercapai. Kegiatan baksos
seperti penghijauan, melakukan kerja bakti, melaksanakan penyuluhan, memberikan
bantuan pelayanan kesehatan, bantuan penunjang pembelajaran seperti alat peraga
bantuan bedah rumah dan lain sebagainya merupakan beberapa diantaranya Dari
kegiatan bakti sosial yang telah dijelaskan sebelumnya ada berbagai manfaat yang
dapat diperoleh. Adapun manfaat kegiatan baksos mahasiswa IKIP PGRI Bali adalah
sebagai berikut.

Manfaat Untuk Masyarakat

a Mendapatkan pelayanan melalui berbagai rangkaian kegiatan yang menunjang


peningkatan kualitas pendidikan, kebersihan dan pelayanan kesehatan
khususnya kesehatan mata..
b Mendapatkan bantuan baik berupa materi maupun tenaga di dalam mengurangi
beban tanggungan hidup salah satunya melalui kegiatan bedah rumah
c masyarakat diharapkan memiliki kemampuan mengupayakan penanggulangan
penyalahgunaan narkoba di desanya secara mandiri.

40
Manfaat Untuk Mahasiswa

a. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang didapat untuk


kepentingan masyarakat secara langsung.
b. Bakti sosial adalah sarana pendidikan dan pelatihan non formal bagi mahasiswa
dengan terjun langsung ke masyarakat melalui kegiatan kerja bakti, observasi
dan yang lainnya
c. Lebih mengenal dan memahami kehidupan dan keadaan penduduk di Desa
Manukaya khususnya di lingkungan Br. Belahan, Br. Keranjangan, dan Br.
Temen melalui kegiatan observasi

C. Kelebihan dan Kekurangan Kegiatan Bakti Sosial FPMIPA IKIP PGRI Bali
Adapun kelebihan dan kekurangan kegiatan bakti sosial FPMIPA IKIP PGRI
Bali adalah sebagai berikut.
1. Kebihan
Lokasi Baksos cukup terjangkau oleh mahasiswa sehingga memungkinkan
mahasiswa untuk menggunakan kendaraan pribadi.
Untuk MCK, warga setempat dengan tangan terbuka memberikan ijin kepda
mahasiswa untuk mempergunakan kamar mandinya.
Untuk konsumsi cukup terorganisir dengan baik, tidak ada mahasiswa yang
kelaparan.
Kegiatan baksos mengambil cukup banyak wilayah yaitu meliputi lingkungan
Br. Belahan, Keranjangan dan Temen.
Pada Baksos kali ini sudah melaksanakan bedah rumah pada 3 KK dan
pelayanan kesehatan mata gratis di Puskesmas Tampaksiring beserta
pelaksanaan Workshop PTK/PTBK di SDN 5 Manukaya

2. Kekurangan
a Dari segi waktu pelaksanaan

41
Kegiatan yang direncanakan masih tidak tepat waktu atau tudak sesuai
rencana
Kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan selama tiga hari dua malam dirasa
masih terlalu singkat.
b Dari segi rancangan kegiatan,
Kegiatan masih belum menekankan pada kemampuan mahasiswa dalam
mengajar
Kurangnya persiapan dari pihak panitia menyebabkan lembar susunan acara
yang diberikan sebagai pegangan mahasiswa tidak tersusun dengan baik dan
terjadi banyak kesalahan pengetikan sehingga membingungkan mahasiswa
Kegiatan observasi yang dilakukan masih kurang pengarahan mengenai
sistem pelaksanaannya.
Beberapa kegiatan kurang terlaksana dengan baik seperti kegiatan spontanitas
mahasiswa yang masih perlu ditingkatkan lagi kualitasnya.

42
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah di sampaikan pada bab sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa.
1. Lokasi Baksos Mahasiswa IKIP PGRI Bali adalah Desa Manukaya kecamatan
Tampaksiring Gianyar, untuk pembagian lokasi baksos FPMIPA adalah
Lingkungan Br. Belahan, Br. Keranjangan dan Br. Temen.
2. Desa Manukaya berlokasi satu kilometer dari ibu kota kecamatan, 18 kilometer ke
ibu kota kabupaten dan 35 kilometer ibukota propinsi. Waktu tempuh dari ibukota
kabupaten adalah 60 menit dan dari ibukota propinsi lebih kurang 1,5 jam.
3. Menurut sejarah, Nama Manu kaya muncul karena konon terdapat seorang raja
yang terdahulu bersembunyi didesa ini dan dengan kemampuanya beliau
menyamar menjadi ayam besar yang dikenal dengan istilah manukaya. Kemudian
istilah manukaya atau ayam besar ini dijadikan sebagai nama sebuah desa untuk
mengenang sejarah yang pernah terjadi didesa ini
4. Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kelompok 2 Pendidikan Matematika pada
Baksos FPMIPA IKIP PGRI Bali adalah
a. Persembahyangan bersama di pura tirta empul
b. Pembukaan bakti sosial di wantilan pura tirta empul
c. Persiapan di SDN 6 Manukaya dan persembahyangan bersama di Pura Jati.
d. Mengikuti penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba bagi Sekaa
Teruna Di Banjar Temen
e. Penyerahan bantuan berupa alat peraga pembelajaran dan penyerahan
bingkisan kepada siswa siswi SDN 6 Manukaya Gianyar.
f. Kerjabakti di lingkungan Br. Keranjangan khususnya di SD No.6 Manukaya
dan sekitar areal Pura Jati
g. Observasi dan Survey di lingkungan Br. Temen mengenai kondisi masyarakat
yang ada di sana

43
h. Acara spontanitas mahasiswa dan makan malam bersama
i. Persembahyangan dan Pembersihan Areal SDN 6 Manukaya Gianyar
j. Penutupan Baksos
5. Pada hasil observasi yang di lakukan dapat disimpulkan beberapa hal mengenai
kondisi atau keadaan penduduk di Desa Manukaya khususnya di Lingkungan Br.
Temen, yaitu sebagai berikut.
a. Informasi rumah tangga
1) Rata-rata setiap kk beranggotakan 4 orang anggota keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan 2 orang anak
2) Paling banyak 1 KK beranggotakan 6 orang anggota keluarga dan paling
sedikit 1 KK beranggotakan 2 orang anggota keluarga.
3) Dari 250 orang yang telah diobservasi atau didata terlihat bahwa sebanyak
56,4% penduduk merupakan penduduk usia produktif, 32,8% merupakan
usia sekolah dan sisanya merupakan usia lanjut.
b. Karakteristik rumah
1) Dari 63 KK yang diobservasi sebanyak 8 Keluarga memiliki kondisi
bangunan yang tidak layakhuni, 12 keluarga memiliki rumah yang cukup
layak huni, sebanyak 37 keluarga layak huni ,dan hanya sekitar 6 Keluarga
yg memiliki rumah dengan kondisi yang sangat baik.
2) Ada sekitar 87,03% Kepala Keluarga yang telah memiliki tempat tinggal
yang dapat dihuni dengan layak.
3) Terdapat sekitar 12,07% penduduk yang telah diobservasi tinggal di
kondisi rumah yang tidak layak huni.
c. Akses ke fasilitas
1) SPBU dan Pasar tradisional kurang terjangkau warga Br. Temen Desa
Manukaya Gianyar
2) Dari 63 Kepala Keluarga yang diobservasi, terdapat 3 keluarga yang
menggunakan alat transportasi berupa sepeda, 57 keluarga menggunakan
sepeda motor dan 5 keluarga menggunakan mobil.

44
3) Jenis Alat transportasi yang paling banyak dimiliki warga adalah sepeda
motor dengan jumlah KK sebanyak 57 keluarga dan yang paling sedikit
adalah sepeda.
4) Sekitar 9,52% warga tidak menggunakan atau tidak memiliki alat
transportasi
5) Hanya sekitar 7,94% warga yang memiliki kendaraan mobil.
d. Konsimsi atau pengeluaran
1) Rata-rata pengeluarah atau konsumsi penduduk sebesar Rp 1.190.079,37
2) Pengeluaran terbesar dalam sebulan sebesar Rp. 4.100.000,00 dan
terendah sebesar Rp. 450.000,00
e. Pendidikan
1) Sekitar 22 penduduk atau sekitar 10% responden mengaku tidak pernah
mengenyam pendidikan.
2) Sebanyak 1% masih mengenyam pendidikan anak usia dini (TK)
3) Sekitar 42% merupakan responden yang masih bersekolah di tingkat SD
dan tamatan SD yang tidak melanjutkan ketingkat selanjutnya
4) Kemudian sisanya adalah sekitar 23% dan 23,47% mengenyam
pendidikan SMP dan SMA.
5) Tingkat pendidikan tertinggi warga yang telah diobservasi adalah tingkat
SMA dan terendah adalah TK
f. Kesuburan dan kelahiran
1) Sekitar 20 responden memiliki tingkat keruburan rendah, 26 responden
memiliki tingkat kesuburan sedang, dan 17 responden memiliki
kesuburan yang tinggi.
2) Untuk kelahiran yang kami jadikan sebagai standar penilaian adalah
kondisi anak ketika lahir. Dari hasil yang diperoleh hanya 1 orang
responden yang memiliki kelahiran yang tidak normal yaitu dari keluarga
I Made Mare. Sedangkan 62 responden lainnya mengaku memiliki
kelahiran yang normal.
g. Pekerjaan

45
1) Dari 125 penduduk yang bekerja, 30 orang bekerja sebagai Pengrajin, 14
orang berprofesi sebagai Buruh, 15 orang menjadi Pedagang, 13 orang
sebagai Wiraswasta, 10 orang sebagai Pegawai, 2 orang sebagai Guru, 25
Petani, 5 orang Berkebun, 3 orang sebagai karyawan Agro Wisata, 4
orang sebagai Peternak dan sisanya Kadus,
2) Jenis profesi yang paling banyak digeluti penduduk adalah sebagai
pengrajin yaitu sebesar 26,4%.
h. Perkebunan dan Peternakan
1) Perkebunan pisang merupakan perkebunan yang paling banyak di Br.
Temen
2) Dari 63 KK yang disurvei sekitar 17,7% berkebun kopi, 20,6% berkebun
pisang, 4,8% berkebun cengkeh, 15,9% berkebun kelapa, 1,6% berkebun
pepaya dan 6,3% berkebun durian.
3) Beternak ayam merupakan jenis peternakan yang paling banyak di Br.
Temen.
4) Dari 63 KK yang disurvei sekitar 33,3% beternak Ayam, 28,6% beternak
babi, 31,7% beternak sapi, dan 1,6% beternak banteng.
i. Sehingga diperoleh keterangan sebagai berikut.
1) Tidak ada penduduk yang menggunakan jasa layanan trasfer
2) Sebanyak 41 penduduk memiliki pinjaman.
3) Sebanyak 15 penduduk memiliki rekening tabungan.

B. Saran
Baksos merupakan, suatu kegiatan wujud dari kepedulian atau rasa
kemanusiaan terhadap sesama manusia. Dimana dengan adanya kegiatan ini kita dapat
merekatkan rasa kekerabatan kita terhadap orang lain. Untuk itu kegiatan ini perlu
ditingkatkan lagi agar pelaksanaannya dapat terealisasikan dengan baik. Berikut adalah
beberapa saran atau masukan yang membangun agar pelaksanaan Baksos Mahasiswa
IKIP PGRI Bali dapat lebih di tingkatkan lagi.

46
Ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan sebaiknya ditingkatkan lagi mengingat
banyak acara yang tidak berjalan sesuai dengan rencana kegiatan
Penambahan rentang waktu baksos sebaiknya segera direalisasikan agar
kegiatan baksos dirasa berkesan sehingga baksos tidak dipandang sebagai
kegiatan untuk mencari sertifikat sebagai syarat kelulusan semata.
Kegiatan kegiatan yang menekankan keahlian mahasiswa dalam mengajar
perlu diadakan semisalnya mengajar membaca untuk yang mengalami buta
aksara, dan berhitung,
Dari segi persiapan pelaksanaan baik dari para mahasiswa dan pihak panitia
perlu ditingkatkan agar kedepannya kegiatan baksos menjadi lebih baik lagi
Kegiatan juga perlu lebih diorientasikan pada kegiatan yang mendidik
masyarakat agar secara mandiri mampu meningkatkan kualitas kesehatan,
perekonomian dan pendidikan yang ada di desanya.

Observasi mengenai pengeluaran atau konsumsi selama sebulan dinyatakan


dalam tabel berikut

Tabel 3.5 Pengeluaran Sebulan


Warga Br. Temen Desa Manukaya Gianyar tahun 2015

Penghasilan
No Frekuensi
dalam Juta
1 1-2 2
2 2,1 3,1 5
3 3,2 4,2 3
4 4,3 5,3 1
5 5,4 6,4 3
Jumlah 15

Dari data pendapatan penduduk dalam sebulan tersebut kemudian


digambarkan kembali kedalam bentuk Histogram yaitu sebagai berikut

47
Chart Title
6

1,0-2,0 2

Frekuensi
35 450 - 975
30 976 - 1501
25 1502 - 2027
20
2028 - 2553
15
2554 - 3080
10
3081 - 3606
5
3607 - 4132
0
449,5 975,5 1501,5 2027,5 2553,5 3080,5 3606,5 4132,5

Gambar 3.22 Histogram Pengeluaran dalam Sebulan

Berdasarkan Histogram tersebut, diperoleh beberapa keterangan mengenai


pengeluaran dalam satu bulan warga Br. Temen, Desa Manukaya Gianyar yaitu sebagai
berikut.
3) Rata-rata pengeluarah atau konsumsi penduduk sebesar Rp 1.190.079,37

48
4) Pengeluaran terbesar dalam sebulan sebesar Rp. 4.100.000,00 dan terendah
sebesar Rp. 450.000,00

49

Anda mungkin juga menyukai