Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 13
AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
A. PENDAHULUAN
2. RUANG LINGKUP
INGKUP BAHAN MODUL
Ruang lingkup bahan modul adalah sebatas pokok bahasan yang terdapat pada bab
13 buku Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, karya Theodorus Tuanakotta
(2010) dengan materi Audit Investigatif dengan Teknik Audit
Audit.
4. URUTAN PEMBAHASAN
- Pengantar
- Kunci Keberhasilan
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. PENGANTAR
Istilah audit investigatif menjelaskan bahwa yang dilaksanakan adalah suatu audit.
Audit umum atau audit keuangan ((general audit atau independent audit
audit), bertujuan
memberi pendapat auditor independen mengenai kewajaran laporan keuangan. Oleh
karena itu, audit ini juga disebut opinion audit.
Audit investigatif lebih dalam dan tidak jarang melebar ke audit atas hal
hal-hal
hal yang tidak
disentuh atau tidak tersentuh oleh opinion audit. Audit investigatif diarahkan kepada
pembuktian ada atau tidak adanya fraud (termasuk korupsi) dan perbuatan melawan
hukum lainnya (seperti tindak pidana pencucian uang).
Meskipun tujuan opinion audit berbeda dari audit investigatif, teknik auditnya sama.
Hal yang berbeda
da hanyalah penerapan yang lebih intens dalam audit investig
investigatif.
Penerapan teknik yang lebih mendalam, kadang-kadang
kadang kadang melebar dengan fokus pada
pengumpulan bukti hukum untuk menetukan apakah seseorang melakukan atau tidak
melakukan fraud.
Teknik
eknik audit adalah cara
cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian
laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit. Oleh karena
itu, ada penulis yang menggunakan istilah teknik audit dan jenis bukti audit ((types of
audit evidence)) dalam makna yang sama. Ada tujuh teknik,
teknik, yang dirinci dalam bentuk
kata kerja bahasa Indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda
bahasa Inggris), yakni:
1. Memeriksa fisik (physical
physical examination
examination);
2. Meminta konfirmasi (confirmation
confirmation);
3. Memeriksa dokumen ((documentation);
4. Review analitikal (analytic
analytic review atau analytical review);
Kalau teknik-teknik
teknik itu diterapkan dalam audit umum, maka bukti audit
audit yang berhasil
dihimpun akan mendukung pendapat auditor independen. Dalam audit investigatif,
teknik-teknik audit tersebu
tersebut bersifat eksploratif, mencari wilayah
wilayah garapan
garapan, atau
probing (misalnya, dalam review analitikal) maupun pengalaman (misalnya dalam
confirmation dan documentation).
documentation
Teknik-teknik
teknik audit relatif sederhana untuk diterapkan dalam audit investigatif.
Sederhana, namun ampuh. Tema kesederhanaan dalam pemilihan teknik audit
(termasuk audit investigatif)
igatif) dikemukakan beberapa penulis pasca-Sarbanes
pasca Sarbanes Oxley.
Fraud 101 adalah judul buku yang dikarang oleh Howard R. Davia. Ia adalah seorang
akuntan forensik dari General Accountability Office di Amerika Serikat (dahulunya
bernama General Accounting Offic
OfficeGAO
GAO serupa dengan BPK). Angka 101 (dalam
fraud 101) menandakan bahwa mata kuliah itu adalah mata kuliah pengantar, untuk
pemula. Davia sebenarnya ingin mengingatkan bahwa teknik audit untuk pemula
sekalipun, bisa menjadi teknik yang ampuh kalau digunakan dengan tepat.
Peringatan serupa juga di berikan Thomas P. Houck dalam buku yang berjudul Why
and How Audits Must Change.
Change. Salah satu teknik yang diunggulkannya adalah
analytical procedures (atau review analitikal) yang dijelaskannya dengan kata sifat
(adjective) yang serba wah: quality, efficiency, client service, dan staff morale.
Berulang kali Houck menekankan pentingnyathink
pentingnya think analytical first, dan bukan
langsung terjun ke prosedur audit (atau audit investigatif) yang detail.
Mengenai sifat eksploratif
atif dari teknik audit untuk audit investigatif, Davia dalam
bukunya di atas mengibaratkan orang memancing. Memancing bukan sekedar
memasang umpan pada kail dan melemparkan tali pancing, sambil mengharapkan
ikan akan datang. Mungkin saja ikannya akan datan
datangg dan memakan umpan. Banyak
auditor mencoba menangkap fraud dengan cara demikian. Pemancing yang terampil
mulai dengan bertanya ada dirinya, ikan
ikan apa yang akan ku pancing hari ini?
ini? Untuk
ikan yang berbeda ada pancing yang berbeda, ada umpan yang berbeda
berbeda. Probing
atau eksplorasi menemukan fraud tidak berbeda dengan memancing tadi.
2. KUNCI KEBERHASILAN
Kunci keberhasilan dari semua teknik audit investigatif adalah sebagai berikut:
1. Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan diaudit
investigatif. Di pembahasan sebelumnya dijelaskan bagaimana akuntan forensik
mengidentifikasi persoalan ini, sejak tahap audit fraud yang proaktif sampai
diterimanya tuduhan, dugaan, keluhan, dan temuan sementara.
2. Kuasai dengan baik teknik-teknik
teknik audit investigatif.
estigatif. Penguasaan yang baik
memungkinkan investigator menerapkan teknik yang tepat untuk menyelesaikan
persoalan yang investigator identifikasi. Sama seperti pemancing di atas, atau
seorang seni pahat memilih alat yang tepat dalam setiap tahap pekerjaa
pekerjaannya.
3. Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih. Biarpun tekniknya tepat, apabila
pelaksanaan tidak cermat, hasilnya tidak seperti diharapkan. Itulah sebabnya
mengapa due professional care merupakan standar audit yang penting. Dalam
audit investigatif, kecermatan ini terlihat antara lain dari cara investigator
mengajukan pertanyaan, menentukan kapan pertanyaan tersebut harus diajukan,
menindaklanjuti jawabannya, mempertanyakan sesuatu (ungkapan khas
investigator: apa iya, adakah cara atau jalan lain
lain,, apakah ini tidak terlalu bagus
untuk benar atau too good to be true,
true dan seterusnya).
4. Cermat dalam menarik kesimpulan dari hasil penerapan teknik yang investigator
pilih. Temuan yang kelihatannya sepele, di tangan penyelidik yang mempunyai
pengetahuan
an dan pengalaman yang luas, merupakan bukti yang kuat dalam
proses pengadilan. Kecermatan dalam menafsirkan temuan jelas terlihat dalam
computer forensics.
3. TEKNIK-TEKNIK
TEKNIK AUDIT
Cakupan dari berbagai teknik audit dalam berbagai audit investigatif, seperti teknik-
teknik yang diterapkan dalam kejahatan perpajakan dan kejahatan terorganisasi
(organized crime), Follow the Money dalam fraud dan tindak pidana pencucian uang,
teknik pembuktian hukum, computer forensics, dan lain sebagainya.
Observasi juga memiliki kelemahan karena terdapat risiko bahwa karyawan klien
yang terlibat pada aktivitas
aktivitas-aktivitas
aktivitas yang sedang diobservasi telah menyadari
kehadiran auditor sehingga pada saat dilak
dilakukan
ukan observasi, karyawan akan
mengubah perilakunya dengan melaksanakan tanggungjwabnya sesuai dengan
kebijakan perusahaan. Oleh karena itu, auditor wajib untuk menindaklanjuti
berbagai kesan pertama yang didapat dengan berbagai bukti audit lainnya yang
bersifat nyata.
Observasi merupakan suatu hal yang berbeda dengan pengujian fisik. Observasi
difokuskan pada aktivitas klien untuk mengetahui siapa mereka atau bagaimana
dan kapan mereka melakukannya sedangkan pengujian fisik melibatkan
penghitungan atas aktiva
akt tertentu.
3. Electronic surveillance
Penggunaan alat elektronik untuk pengamatan, menggunakan kamera video
seringkali digunakan. Selain itu, penyadapan (wiretapping),
( ), yang merupakan
bentuk lain dari pengamatan, biasanya hanya digunakan oleh para apara
aparat
penegak hukum. Pengamatan menggunakan alat elektronik biasanya terbatas
penggunaannya, karena terkait dengan privasi dari seseorang di tempat kerja.
Walaupun demikian, penggunaan wiretapping juga bermanfaat, terutama
dimana aparat penegak hukum ikut terlibat
terlibat dalam melakukan pengamatan.
Oleh karena itu, sebelum melakukan metode ini, investigator harus
berkonsultasi terlebih dahulu dengan pihak terkait untuk melihat aspek legalitas
dari penggunaan alat elektronik.
4. Covert or Undercover Operations
Operasi rahasia dan penyamaran (covert
(covert or undercover operations
operations) merupakan
kegiatan yang legal dan diperbolehkan untuk mengamati aktivitas seseorang
atau sekelompok orang secara diam-diam.
diam Undercover operations ini sangat
memakan biaya dan waktu dan harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
hati
Undercover operations bisa gagal jika seseorang atau agen yang diberikan
tugas untuk menyamar ternyata diketahui oleh pihak lawan
(operations
operations has been compromised),
comprom ), agen tersebut ketakutan, atau agen
tersebut menjadi terpengaruh di dalam kegiatan kejahatan yang diamati,
sehingga agen menjadi simpati terhadap terduga pelaku fraud.
Undercover operations dilakukan hanya jika:
a. Kolusi atau fraud skala besar terjadi;
b. Berbagai metode investigasi fraud lain gagal;
c. Investigasi dapat dimonitor secara langsung;
d. Terdapat alasan yang logis dan cukup untuk yakin bahwa fraud sedang
terjadi atau akan terjadi kembali;
e. Investigasi yang dilakukan mematuhi hukum yang berlaku;
f. Investigasi
tigasi tetap berlangsung secara rahasia;
g. Otoritas penegak hukum diberikan informasi secara reguler ketika bukti yang
cukup telah diperoleh
Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditee,, merupakan prosedur
yang biasa dilakukan auditor. Pertanyannya, apakah dalam audit investigatif hal itu
perlu dilakukan? Apakah sebaiknya investigator tidak meminta informasi, supaya yang
diperiksa tidak mengetahui apa yang investigator cari? Yang bersangkutan yang
mempunyai kepentingan dan peluang untuk berbohong.
Wawancara (interview)) merupakan teknik yang paling umum digunakan dalam proses
investigasi
tigasi dan menyelesaikan suatu fraud.. Suatu wawancara merupakan sesi tanya
jawab untuk memperoleh informasi. Hal ini berbeda dengan percakapan pada
umumnya, karena wawancara merupakan proses yang terstruktur dan memiliki tujuan
tertentu. Wawancara merupakan
merupakan pertanyaan sistematis terhadap individu yang
memiliki pengetahuan atau kecakapan terhadap suatu kejadian, orang, dan bukti atas
kasus yang sedang diinvestigasi.
Seorang pewawancara yang baik akan secara cepat mengetahui pelaku fraud dan
dapat memperoleh pengakuan dari pihak yang bersalah. Wawancara juga membantu
untuk memperoleh beberapa hal berikut, yaitu:
1. Informasi yang merupakan elemen penting dalam suatu kejahatan;
kejahatan
2. Petunjuk dalam pengembangan kasus dan mendapatkan bukti lain;
3. Kerjasama dengan korban dan
d saksi-saksi lain
4. Informasi atas latar belakang seseorang ((personal background)) dan kemungkinan
motif pelaku fraud
2. Bukti Lisan
Merupakan bukti yang diperoleh auditor dari orang lain melalui pembi
pembicaraan
secara lisan. Orang lain tersebut mungkin berasal dari luar auditi maupun dari
pihak auditi sendiri. Dalam hal memperoleh bukti lisan, auditor harus mencatat
(menuangkan dalam kertas kerja) dengan seksama termasuk narasumbernya.
3. Bukti Spesialis
Merupakan bukti yang didapat dari tenaga ahli, baik seorang pribadi maupun
instansi atau institusi yang memiliki keahlian yang kompeten dalam bidangnya.
Tenaga spesialis yang dapat digunakan adalah semua profesi seperti ahli
pertambangan, dokter, ahli purbakala,
purbakala, ahli pertanian, ahli hukum, ahli perbankan,
dll. Untuk memenuhi syarat kompetensi bukti audit, maka kompetensi tenaga
spesialis tersebut harus terjamin. Dalam hal ini, jika diputuskan untuk
menggunakan tenaga ahli (spesialis), maka auditor harus mengusa
mengusahakan ahli
yang diakui oleh umum.
Hal-hal
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah:
1. Tentukan sumber informasi/objek wawancara
2. Jadwalkan wawancara lebih dahulu
3. Buat persiapan materi dan cara bertanya
4. Mulai dengan suasana yang bersahab
bersahabat/hangat
5. Perhatikan dan dengarkan
6. Hindarkan pertanyaan yang cenderung jawabannya mengiyakan
7. Tutuplah wawancara dengan catatan positif
8. Dokumentasikan hasil wawancara
9. Mintakan penegasan/persetujuan hasil wawancara dari pihak yang diwawancarai
Dalam wawancara, terdapat tiga jenis interviewee (orang yang diwawancarai) yang
harus disikapi secara berbeda-beda,
berbeda yaitu:
1. Friendly (akrab)
Interviewee yang bersikap bersahabat dan baik (walaupun terkadang tampak
berlebihan) seringkali membantu dalam proses wawancara. Walaupun sikap
bersahabat ini dapat membantu, investigator yang berpengalaman akan berhati
berhati-
hati dalam menentukan motif dari interviewee yang
ng bersikap baik ini. Pada
beberapa kasus, motifnya memang benar untuk membantu, namun ada pula
motifnya agar mengalihkan kecurigaan investigator terhadap dirinya.
2. Neutral (netral)
Interviewee yang bersikap netral tidak memperoleh manfaat atau kerugian dari
d
wawancara yang dilakukan. Tidak ada motif atau agenda khusus yang
disembunyikan, dan biasanya interviewee yang bersikap netral merupakan
interviewee yang paling objektif dan membantu investigator.
3. Hostile (bermusuhan)
Interviewee dengan sikap bermusuhan merupakan wawancara yang paling sulit
untuk dilakukan. Interviewee ini seringkali diasosiasikan dengan tersangka dari
kejahatan tersebut. Jika interviewee yang bersikap bersahabat dan netral dapat
dilakukan wawancara kapan saja, maka
ma wawancara dengan hostile interviewee ini
seringkali harus dilakukan secara mendadak tanpa ada pemberitahuan terlebih
dahulu. Wawancara dadakan akan membuat hostile interviewee tidak memiliki
persiapan untuk menyiapkan argumentasi menghadapi investigator.
investigator
Seperti dalam audit, juga dalam audit investigatif, permintaan informasi harus
dibarengi, diperkuat, atau dikolaborasi dengan informasi dari sumber lain atau
diperkuat (substantiated)) dengan cara lain. Permintaan informasi sangat penting, dan
juga merupakan prosedur yang normal dalam suatu audit investigatif.
Meminta
eminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang diaudit investigatif) untuk
menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Dalam audit, teknik ini
umumnya diterapkan untuk mendapatkan
mendapa kepastian mengenai saldo utang
utang-piutang.
Akan tetapi sebenarnya teknik ini dapat diterapkan untuk berbagai informasi,
keuangan maupun nonkeuangan.
nonkeuangan
Konfirmasi dapat dilakukan dengan lisan yaitu dengan wawancara langsung kepada
pihak yang bersangkutan, atau dapat dilakukan secara tertulis dengan mengirimkan
surat konfirmasi. Dalam konfirmasi, jawaban harus diterima langsung oleh auditor.
Jika konfirmasi dilakukan secara tertulis, maka harus ditegaskan bahwa jawaban agar
dialamatkan kepada auditor. Surat permintaan konfirmasi kepada responden
responde
sebaiknya ditandatangani oleh auditi.
Dari hasil wawancara dan konfirmasi, investigator akan memperoleh informasi yang
digunakan investigator dalam proses investigasinya. Namun, seringkali informasi yang
diperoleh tersebut ternyata tidak benar dan merupakan informasi yang dibuat-buat.
dibuat
Albrecht et al.. (2011) menjelaskan untuk menguji hasil informasi yang diperoleh dari
wawancara, dapat digunakan honesty testing yang terdiri dari beberapa
berapa metode, yaitu:
1. Pencil-and-paper
paper tests
Merupakan pengujian objektif untuk memperoleh informasi mengenai kejujuran
seseorang dan kode etik pribadi seseorang. Biasanya sering digunakan sebagai
screening device bagi pegawai dibandingkan sebagai alat untuk menentukan
apakah seseorang telah melakukan kejahatan atau tidak. Pencil and paper test
memberikan keakuratan sebesar 50-90%.
50 90%. Beberapa jenis penggunaan tes ini
antara lain Reid Report, The Personeel Selection Inventory,
I dan Stanton Survey
Survey.
Beberapa contoh pertanyaan tes ini adalah sebagai berikut:
Benar/Salah 1. Merupakan hal yang biasa bagi kebanyakan orang untuk sedikit
tidak jujur
Benar/Salah 2. Orang yang tidak jujur harus masuk penjara
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
pertanya pertanyaan yang tampak serupa ini akan menghasilkan
profile dari etika seseorang dan dinilai kepribadiannya.
2. Graphology
Grafologi adalah ilmu yang mempelajari tulisan tangan seseorang untuk menilai
karakter atau kepribadian seseorang. Penggunaan grafologi
grafologi semakin meningkat
belakangan ini. Grafologi digunakan dimana integritas pegawai sangat penting,
seperti perbankan atau manufaktur. Namun, banyak investigator fraud yang
meragukan keandalan dari grafologi.
3. Voice stress analysis and polygraphs
Voice stress analysis menentukan apakah seseorang berbohong atau mengatakan
yang sejujurnya dengan menggunakan peralatan mekanis tertentu yang
dihubungkan kepada orang tersebut. Sedangkan, polygraph lebih kompleks
dibandingkan voice stress analyzers,
analyzers karena polygraph menilai tingkat stress,
serta kejujuran seseorang dengan mengukur respons fisik seseorang.
Teori dasarnya adalah seseorang yang merasa bersalah ketika mereka berbohong
atau tidak jujur. Perasaan bersalah akan menghasilkan stress, dimana hal ini akan
berdampak pada perubahan perilaku.
6. MEMERIKSA DOKUMEN
Dokumen dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu dokumen internal dan eksternal.
Dokumen internal adalah dokumen yang dipersiapkan dan digunakan dalam
organisasi klien dan disimpan tanpa pernah disampaikan kepada pihak di luar
organisasi, contohnya laporan jam kerja karyawan dan laporan penerimaan
persediaan.
Sedangkan, dokumen
en eksternal adalah dokumen yang
yang ditangani oleh pihak luar
organisasi yang mewakili pihak klien dalam melakukan transaksi tetapi dokumen ini
dapat dengan mudah diakses oleh klien dengan segera,
segera, contohnya faktur dari
pemasok, polis asuransi, dan lain sebagainya. Dokumen eksternal memiliki tingkat
kepercayaan yang lebih tinggi sehingga lebih dapat diandalkan daripada dokumen
internal karena dokumen eksternal pernah berada baik di tangan klien maupun pihak
lain (pihak eksternal) sebagai lawan transaksi klien.
Teknik-teknik
teknik audit yang dapat digunakan untuk mengumpulkan bukti dokumen
adalah:
1. Verifikasi
Verifikasi adalah pengujian secara rinci dan teliti tentang kebenaran, ketelitian
perhitungan,, kesahihan, pembukuan, pemilikan dan eksistensi suatu dokumen.
Verifikasi ini mencakup teknik-teknik
teknik teknik audit lain untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti dokumen.
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT 256
MODUL AKUNTANSI FORENSIK
DAN AUDIT INVESTIGATIF
Kebanyakan teknik investigasi terkait concealment ini melibatkan beberapa cara untuk
menemukan dokumen fisik
isik atau catatan komputer yang telah dimanipulasi. Ketika
dihadapkan pada pilihan antara keterangan dari saksi mata atau sebuah dokumen
sebagai bukti, maka kebanyakan ahli forensik fraud akan memilih dokumen. Hal ini
disebabkan dokumen merupakan catatan historis
historis suatu kegiatan, tidak memberikan
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT 258
MODUL AKUNTANSI FORENSIK
DAN AUDIT INVESTIGATIF
ambiguitas, tidak dapat bersumpah palsu, dan tidak dapat memberikan cerita yang
tidak konsisten di dalam kesempatan yang berbeda.
Karena dokumen memberikan banyak bukti yang signifikan pada banyak kasus fraud,
investigator harus
s mengerti aspek
aspek-aspek
aspek terkait legalitas dan tata cara dalam
penanganan dokumen. Secara spesifik, investigator harus memahami beberapa
aspek berikut dari bukti dokumen:
1. Chain of custody of documents
Dari sejak bukti dokumen telah diterima, maka chain of custody harus dilakukan
dengan baik. Secara umum, chain of custody berarti semua catatan atau
dokumen harus dijaga pada saat dokumen diterima. Pencatatan yang baik
harus dilakukan jika dokumen tersebut dipinjamkan ke pihak lain atau di luar
kendali penguji fraud.
Hal ini disebabkan karena pihak pelaku fraud akan terus mencoba kemungkinan
bahwa dokumen yang menjadi bukti tersebut dikatakan sebagai dokumen palsu.
Sebuah catatan atau memo harus dibuat pada saat dokumen tersebut dipinjamkan
ke pihak lain,
in, dan memo lain juga harus dibuat jika terdapat perubahan di dalam
status dokumen.
2. Marking of evidence
Ketika bukti dokumen diterima, maka dokumen tersebut harus ditandai secara unik
(uniquely marked),
), sehingga dapat diidentifikasi di kemudian hari. Seba
Sebagai contoh,
penggunaan amplop transparan yang digunakan untuk penyimpanan dokumen
yang disertai dengan tanggal penerimaan dokumen dan inisial dari investigator.
Selain itu, dokumen tersebut di-copy,
di , kemudian dokumen asli disimpan di tempat
lain yang aman. Dokumenyang telah di-copy
di inilah yang digunakan selama proses
investigasi. Pada saat persidangan, dokumen asli dapat dikeluarkan untuk
digunakan dalam proses pengadilan.
3. Organization of documentary evidence
Kasus fraud dapat memberikan bukti dokumen dalam jumlah yang sangat banyak.
Selain dokumen dalam bentuk hard copy,, dokumen juga diperlukan dalam bentuk
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT 259
MODUL AKUNTANSI FORENSIK
DAN AUDIT INVESTIGATIF
soft copy.. Ini dapat berupa hasil scan, format .PDF, dan format digital lain. Hal ini
akan sangat membantu dalam pemeriksaan investigasi, karena dapat
memudahkan
mudahkan pencarian bukti
bukti-bukti yang terkait kasus fraud tersebut. Manfaat dari
format digital ini, yaitu:
a. Menghemat banyak waktu dan tempat;
b. Meningkatkan kemampuan pencarian dokumen;
c. Mampu berbagi informasi pada pihak terkait yang berada di kota lain atau
negara lain;
Selain itu, pengorganisasian dokumen dapat diurutkan sesuai dengan tanggal
dokumen, sumber dari mana dokumen tersebut diperoleh, tanggal dokumen
diperoleh oleh investigator, atau berdasarkan ruang lingkup dokumen.
4. Coordination of evidence
Investigator dapat memutuskan untuk saling berbagi bukti dokumen dengan pihak
lain yang terkait untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kasus
yang sedang dihadapi.
5. Rules concerning original versus copies of documents
Dokumen original atau dokum
dokumen
en asli selalu lebih dipilih jika dibandingkan dengan
bukti dalam bentuk fotokopi. Faktanya, di dalam suatu persidangan, terdapat
empat situasi dimana penggunaan dokumen hasil fotokopi digunakan (biasanya
dipertimbangkan sebagai bukti kedua atau secondary evidence).
). Pada empat
situasi berikut, pengadilan harus memiliki bukti bahwa dokumen original
benar-benar
benar ada dan secondary evidence yang digunakan merupakan copy dari
dokumen original.
a. Dokumen asli telah hilang atau hancur tanpa adanya kesengajaa
kesengajaan, sehingga
pihak terkait menggunakan secondary evidence
b. Dokumen asli berada dalam penguasaan pihak lain yang gagal dalam
melakukan pengamanan dokumen (padahal telah diperingatkan untuk
berhati-hati
hati sebelumnya), atau pihak yang mengamankan dokumen
dokumen tersebut
berada di luar jurisdiksi pengadilan;
c. Dokumen atau catatan berada dalam pengamanan kantor agen khusus;
d. Dokumen original terlalu banyak dan besar untuk dilakukan pengujian,
sehingga sekedar ringkasan dari isi dokumen dapat diterima oleh pengadilan
Tak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan
teknologi, definisi dokumen menjadi lebih luas, termasuk informasi yang diolah,
disimpan, dan dipindahkan secara elektronis (digital).
7. REVIEW ANALITIKAL
Deloitte Haskins & Sells (disingkat DHS, cikal bakal dari Deloitte Touche Tohmatsu
Tohmatsu)
mencatatat penggunaan teknik ini dalam audit manual mereka di tahun 1930-an.
1930 Di
akhir 1960-an
an dan awal 1970-an,
1970 DHS mengembangkan berbagai perangkat lunak
untuk review analitikal, d
di antaranya Statistical Technique for Analytical Review
(STAR) in Auditing. Judul yang sama digunakan sebagai judul dari buku yang ditulis
kedua pionir dalam bidang ini, Kenneth W. Stringer dan Trevor R. Stewart.
Pada dasarnya seorang investigator secara intuitif terobsesi dengan sesuatu yang
agaknya tidak benar, sesuatu yang melenceg
melence dan bahwa something
something must be
wrong because it appears so.
so. Oleh karena itu, ia memerlukan patokan atau
benchmark untuk membandingkannya dengan apa yang dihadapinya. Patokan ini lah
yang dirumuskan
muskan Stringer dan Stewart sebagai result that may reasonably be
expected.
Dengan contoh ini, maka investigator menguji mulai dari belakang. Pertama, evidence
of the reasonableness
ableness of the aggregate results
results, dimana hal ini diperoleh dari data B
yang di-adjust untuk deposan dalam negeri yang dikecualikan pemungutan pajak
penghasilannya dan bunga di cabang-cabang
cabang luar negeri.
Kedua, a from of deductivve reasoning. Di sini investigator membuat deduksi dari data
agregat, data global, data menyeluruh, yang dalam hal ini adalah data A dan data B.
Deduksi ini berkenaan dengan the propriety of the individual details
details. Kelayakan,
kewajaran atau kepantasan (propriety)
( dari individual details. Individual details di sini
adalah pemungutan dan penyetoran pajak penghasilan oleh bank secara transaksi
demi transaksi, cabang demi cabang, atau mungkin per pejabat bank sesuai dengan
kewenangannya.
Ada bermacam-macam
macam variasi dari teknik review analitikal, namun semuanya
didasarkan atas perbandingan antara apa yang dihadapi dengan apa yang layaknya
harus terjadi, dan berusaha menjawab sebabnya terjadi kesenjangan. Apakah ada
kesalahan (error), fraud,, atau salah merumuskan patokannya.
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT 262
MODUL AKUNTANSI FORENSIK
DAN AUDIT INVESTIGATIF
Dari contoh Betriebs Vergleich dan Zeit Vergleich tadi, dapat dilihat pentingnya
menentukan patokan atau benchmark.. Patokan ini harus seukuran dan sejenis,
dan harus comparable.
comparable Patokan yang betul-betul comparable merupakan sesuatu
yang sangat langka.
Perbandingan (comparison,
comparison, Vergleich)
Vergleich) tidak otomatis berarti bahwa patokan atau
benchmark-nya
nya yang benar, atau kalau ada penyimpangan yang signifikan
pastilah penyimpangan itu merupakan kesalahan data yang sedang di
diaudit
investigatif. Belum
m tentu. Itulah sebabnya judgement sangat penting, kecermatan
sangat mutlak. Jika diperlukan
diperlukan,, cari data perbandingan lainnya. Hal yang utama
adalah pemahaman kenapa berbagai data itu bisa berbeda.
Dalam entitas yang merupakan profit center atau revenue center,, pejabat tertentu
menerima insentif (bonus) sesuai dengan keberhasilan yang diukur dengan
Contoh analisis vertikal dalam laporan laba rugi: rasio antara biaya penjualan
dengan penjualan, rasio antara biaya administrasi dengan penjualan, dan
seterusnya. Analisis ini disebut analisis vertikal karena angka
angka-angka yang
dibandingkan terletak secara vertikal dalam laporan keuangan. Misalnya dalam
contoh
toh laporan laba rugi di bawah ini :
Tabel 13.1.
Contoh Analisis Vertikal
Apa gunanya laporan keuangan berukuran sama? Atau, apa guna analisis
vertikal? Manfaatnya adalah dalam membandingkan perusahaan sejenis yang
mempunyai ukuran berbeda. Misalnya, investigator ingin membandingkan
perusahaan obat-obatan.
obatan. Perusahaan A mempunyai omzet (nilai peredaran atau
penjualan) Rp100 miliar, sedangkan Perusahaan B Rp10 triliun. investigator bisa
mengabaikan nilai rupiah dari kedua perusahaan ini, karena yang ingin diketahui,
misalnya, apakah laba kotor sebagai persentase dari penjualan untuk Perusahaan
A lebih besar atau kecil dari Perusahaan B.
Analisis horizontal
tal menunjukkan perubahan (kenaikan atau penurunan) suatu
akun untuk suatu tahun (periode) dibandingkan tahun (periode) sebelumnya atau
tahun (periode) berikutnya. Analisis ini tidak lain dari Zeitvergleich yang dibahas di
atas.
Angka-angka
angka untuk akun yang
yang sama dari tahun (periode) sebelumnya atau tahun
(periode) berikutnya, dalam penyajian laporan keuangan, disajikan berdampingan.
Oleh karena itu, analisis ini disebut analisis horizontal.
Dalam bisnis perkebunan ada hubungan antara jumlah pupuk yang dipergunakan
dengan hasil produksi atau panen; angka masukan maupun keluaran
keluaran dinyatakan
dalam satuan nonkeuangan, seperti jumlah ton untuk pupuk dan sawit.
Di pabrik gula ada ukuran antara jumlah ton tebu yang masuk ke pabrik dan
jumlah ton gula yang dihasilakn. Pola hubungan antara masukan dan keluaran ini
dinyatakan dalam suatu
uatu rasio yang dalam industry gula dikenal sebagai
rendemen.. Perhitungan serupa dapat dlihat di industri kayu lapis ((blockboard),
dengan nama recovery.
recovery
Review analitikal sering dilakukan dengan hitungan cepat (dalam bahasa Inggris
disebut sebagai back
back-of-the-envelope computation)) untuk menunjukkan
keganjilan. Seorang banker mencatat informasi yang diterimanya dari calon
nasabah kreditnya. Dengan cepat ia menentukan bahwa pabrik pulp berkapasitas
besar di lokasi yang terisolasi, tidak akan bisa beroperasi karena bahan bukunya
tidak akan cukup. Semua data untuk membuat kesimpulan itu ia peroleh selama
makan siang dengan calon debiturnya.
8. MENGHITUNG KEMBALI
satu bulan dan membandingkan semua total nilai yang terdapat dalam buku jurnal
piutang usaha tersebut
sebut dengan nilai yang terdapat dalam buku besar.
2. Recompute
Recompute adalah perhitungan yang dilakukan untuk menentukan apakah
perhitungan klien sudah benar. Sama seperti foot, recompute juga merupakan
bagian dari reperformance.
reperformance
Contoh penerapan recompute
recompu pada audit akun piutang adalah melakukan
recompute atas perhitungan penyisihan piutang usaha akhir tahun, apakah telah
diterapkan benar sesuai dengan kebijakan aging schedule piutang.
C. LATIHAN
NIM : .......................................................................................................
Kelas : ........................................................................................................
.............................................................................................................................
.................................................................................................................................
.............................................................................................................................
.................................................................................................................................
.............................................................................................................................
................................................................................................................................
8. Jelaskan beberapa metode untuk menguji hasil informasi yang diperoleh dari
wawancara !
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.............................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.............................................................................................................................
................................................................................................................................
D. RANGKUMAN
Dalam modul ini dibahas teknik audit investigatif yang memanfaatkan teknik teknik
audit yang sudah dikenal oleh auditor yang melakukan audit atas laporan keuangan.
Perbedaannya hanyalah dalam tujuan dan lingkup. Dalam audit atas laporan keuangan,
tujuannya adalah memberikan pendapat (independent
(independent auditors opinion
opinion) mengenai
kewajaran laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Hasil audit ini
ditunjukkan oleh bentuk opini, seperti unqualified opinion, qualified opinion, disc
disclaimer of
opinion, atau adverse opinion
opinion.. Tujuan audit investigatif adalah mengumpulkan bukti
bukti yang dapat diterima oleh ketentuan perundang undangan yang berlaku atau
mengumpulkan bukti hukum dan barang bukti sesuai dengan hukum acara atau hukum
pembuktian
mbuktian yang berlaku. Lingkup atau intensitasnya juga berbeda. Dalam audit atas
laporan keuangan, auditor mengumpulkan bukti audit untuk memberikan reasonable
assurance atau keyakinan yang memadai. Audit investigatif lebih dalam dan lebih luas
dari audit atas laporan keuangan, karena bukti hukum dan barang bukti yang dikumpulkan
akuntan forensik, akan diuji dalam persidangan (pengadilan atau di luar pengadilan).
Pengujian inilah yang akan menentukan apakah bukti dan barang bukti ini dapat menjadi
alat buktii yang dapat memberikan keyakinan kepada majelis hakim (di dalam pengadilan)
atau arbitrators (di luar pengadilan).
Perbedaan lingkup atau intensitas antara audit atas laporan keuangan dan audit
investigatif digambarkan dalam Bagan 13.1.
Bagan 13.1
Intensitas Audit (atas Laporan Keuangan) dan Audit Investigatif
AUDIT INVESTIGATIF
AUDIT
Auditor dalam audit atas laporan keuangan, mungkin berpikir bahwa teknik observasi
penghitungan persediaan barang
arang sekadar untuk melihat kecocokan jumlah fisik dan
jumlah administrasi. Selama jumlah kedua informasi ini cocok, auditor puas. Sebaliknya,
auditor dalam audit investigatif memanfaatkan teknik observasi penghitungan persediaan
barang untuk menentukan ap
apakah
akah persediaan barang tidak terlalu banyak, dibandingkan
dengan kebutuhan normal atau jumlah pesanan yang ekonomis (economic
(economic-order
quantity).
). Ia melihat potensi fraud dalam pengadaan barang yang berlebihan. Cara
berpikir auditor untuk audit atas laporan
laporangg keuangan (dalam contoh pengamatan
penghitungan persediaan barang) dan auditor dalam audit investigatif seharusnya sama.
Professional skepticism harus dianut oleh auditor untuk audit atas laporan keuangan
maupun auditor dalam menangani audit investigatif. Meskipun tujuan dan intensitas kedua
jenis audit itu berbeda.
E. TES FORMATIF
F. UMPAN BALIK
1. Kunci keberhasilan dari semua teknik audit investigatif adalah sebagai berikut:
a. Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan diaudit
investigatif. Di pembahasan sebelumnya dijelaskan bagaimana akuntan
forensik mengidentifikasi persoalan ini, sejak tahap audit fraud yang proaktif
sampai diterimanya tuduhan, dugaan, keluhan, dan temuan sementara.
b. Kuasai dengan
engan baik teknik-teknik
teknik teknik audit investigatif. Penguasaan yang baik
memungkinkan investigator menerapkan teknik yang tepat untuk
menyelesaikan persoalan yang investigator identifikasi. Sama seperti
pemancing di atas, atau seorang seni pahat memilih alat yang tepat dalam
setiap tahap pekerjaannya.
c. Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih. Biarpun tekniknya tepat,
apabila pelaksanaan tidak cermat, hasilnya tidak seperti diharapkan. Itulah
sebabnya mengapa due professional care merupakan standar audit yang
penting. Dalam audit investigatif, kecermatan ini terlihat antara lain dari cara
investigator mengajukan pertanyaan, menentukan kapan pertanyaan tersebut
harus diajukan, menindaklanjuti jawabannya, mempertanyakan sesuatu
(ungkapan khas investigator: apa iiya,
ya, adakah cara atau jalan lain, apakah
ini tidak terlalu bagus untuk benar atau too good to be true,, dan seterusnya).
d. Cermat dalam menarik kesimpulan dari hasil penerapan teknik yang
investigator pilih. Temuan yang kelihatannya sepele, di tangan p
penyelidik
yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang luas, merupakan bukti
yang kuat dalam proses pengadilan. Kecermatan dalam menafsirkan temuan
jelas terlihat dalam computer forensics.
3. Hal-hal
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah:
a. Tentukan sumber informasi/objek wawancara
b. Jadwalkan wawancara lebih dahulu
c. Buat persiapan materi dan cara bertanya
d. Mulai dengan suasana yang bersahabat/hangat
e. Perhatikan dan dengarkan
f. Hindarkan pertanyaan yang cenderung jawabannya mengiyakan
g. Tutuplah wawancara dengan catatan positif
h. Dokumentasikan hasil wawancara
i. Mintakan penegasan/persetujuan hasil wawancara dari
dari pihak yang
diwawancarai
4. Teknik-teknik
teknik audit yang dapat digunakan untuk mengumpulkan bukti dokumen
adalah:
a. Verifikasi
Verifikasi adalah pengujian secara rinci dan teliti tentang kebenaran, ketelitian
perhitungan, kesahihan, pembukuan, pemilikan dan eksistensi
eksistensi suatu
dokumen. Verifikasi ini mencakup teknik-teknik
teknik teknik audit lain untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti dokumen.
b. Pemeriksaan bukti pendukung / Vouching
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi :
1) Pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi
reperformance. Reperformance
Reperfo yaitu metode
de pengumpulan bukti audit di mana
auditor melakukan proses pengulangan aktivitas klien, kemudian hasil yang
diperoleh auditor dari pengulangan aktivitas tersebut dibandingkan dengan
hasil yang diperoleh oleh klien untuk mendapatkan bukti audit. Reperfoman
Reperfomance
melibatkan pengujian kembali atas berbagai perhitungan dan pengujian
kembali atas berbagai transfer informasi.
b. Recompute
Recompute adalah perhitungan yang dilakukan untuk menentukan apakah
perhitungan klien sudah benar. Sama seperti foot, recompute juga merupakan
bagian dari reperformance.
reperformance