Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2017


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

STROKE NON HEMORAGIK

OLEH :

Fajarningsih
10542 0078 09

PEMBIMBING:

dr. Debby Veranico , Sp.S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Fajarningsih

NIM : 10542 0078 09

Judul Laporan Kasus : Stroke Non Hemoragik

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik


pada bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Makassar, Januari 2017

Pembimbing

dr. Debby Veranico, Sp.S


PENDAHULUAN

Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilangnya fungsi
sistem saraf pusat fokal atau global yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).
Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian yang
semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya
suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke
perdarahan). Stroke merupakan kematian mendadak jaringan otak yang disebabkan
oleh kekurangan oksigen akibat pasokan darah yang terganggu. Infark merupakan
daerah otak yang telah mati karena kekurangan oksigen, hal ini disebabkan oleh
trombosis arteri/vena SSP dan embolisme.1,2
Stroke adalah penyebab kematian tersering ketiga pada orang dewasa di
Amerika serikat. Angka kematian setiap tahun akibat stroke baru atau rekuren adalah
lebih dari 200.000. Insiden stroke secara nasional diperkirakan adalah 750.000 per
tahun dengan 200.000 merupakan stroke rekuren. Menurut data Riset Kesehatan
Dasar 2013, prevalensi stroke di Indonesia 12,1 per 1.000 penduduk. Angka tersebut
naik dibandingkan Riskesdas 2007 yang sebesar 8,3%. Stroke telah menjadi
penyebab kematian utama di hampir semua Rumah Sakit di Indonesia, yakni
14,5%.3,4
Faktor risiko stroke dibedakan berdasarkan yang bisa diubah dan tidak bisa
diubah. Faktor risiko yang tidak bisa diubah yaitu genetik, usia, jenis kelamin, dan
ras. Sedangkan faktor risiko yang bisa diubah yaitu penyakit hipertensi, penyakit DM,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan obesitas.5,6
Stroke iskemik (non hemoragik) adalah stroke yang terjadi karena aliran darah
tersumbat atau berkurang aliran darah ke daerah otak. Penyumbatan ini dapat terjadi
karena aterosklerosis atau pembentukan bekuan darah. Aterosklerosis merupakan
endapan kolesterol dan plas di dinding arteri. Endapan ini dapat cukup besar untuk
mempersempit lumen pembuluh darah arteri dan mengurangi aliran darah selain
menyebabkan atreri tersebut kehilangan kemampuan untuk meregang. Trombus atau
bekuan darah terbentuk pada permukaan kasar plak aterosklerotik yang terbentuk
pada dinding arteri. Trombus dapat membesar dan akhirnya menyumbat lumen arteri
tersebut. Sebagian trombus dapat terlepas dan menjadi embolus. Embolus berjalan
lewat aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh arteri yang lebih kecil. Hal ini
yang menyebabkan suplai darah otak tersumbat atau berkurang.6,7
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. H
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjual Keliling
Alamat : Jl. Desa Bone, Bajeng, Gowa
Tgl Masuk RS : 28 Desember 2016
RM : 59 91 59

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Lemah separuh badan sebelah kanan
Anamnesis terpimpin :
Seorang perempuan usia 43 tahun datang ke Rumah Sakit Pelamonia dengan
keluhan lemah separuh badan sebelah kanan. Keluhan dirasakan sejak 2 hari
yang lalu yang dialami tiba-tiba saat sedang beristirahat, pada saat bangun tidur,
pasien sadar dan merasakan lemah separuh badan sebelah kanan. Diawali dengan
kram-kram pada tubuh sebelah kanan disertai bengkak pada lengan kanan. Tidak
ada demam, kejang, batuk, mual dan muntah. BAB biasa dan BAK lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat Hipertensi (+)
Riwayat Stroke (-)
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
Riwayat Penyakit Jantung (-)
Riwayat Cedera kepala/trauma kepala (-)
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat Hipertensi pada keluarga (-)
Riwayat Stroke pada keluarga (+) ibu kandung
Riwayat Diabetes Mellitus pada keluarga disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : 150/100 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,5 o C
GCS : E4 M6 V5
FKL : Normal
Nervus cranialis : Pupil bulat isokor diameter 2,5 mm
RCL (+/+), RCTL (+/+)
Motorik:
Pergerakan Kekuatan Tonus
N 4 5 N N

N 5 5 N N

Refleks Fisiologi Refleks Patologis

N N - -

N N - -

Sensorik : Normal
Otonom : BAB Biasa
BAK Lancar
D. RESUME
Seorang perempuan usia 43 tahun datang ke Rumah Sakit Pelamonia dengan
keluhan lemah keluhan lemah separuh badan sebelah kanan. Keluhan dirasakan
sejak 2 hari yang lalu yang dialami tiba-tiba saat sedang beristirahat, pada saat
bangun tidur, pasien sadar dan merasakan lemah separuh badan sebelah kanan.
Diawali dengan kram-kram pada tubuh sebelah kanan disertai bengkak pada
lengan kanan. Tidak ada riwayat demam, kejang, batuk, mual dan muntah. BAB
biasa, BAK lancar. Ada riwayat hipertensi, riwayat diabetes mellitus disangkal.
Ada riwayat stroke pada keluarga yaitu ibu kandung. Pada pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 76 x/menit, pernapasan 18
x/menit, suhu 36,5 derajat celcius. Pada pemeriksaan fisis didapatkan E4 M6 V5.
Pergerakan anggota gerak sebelah kanan menurun. Kekuatan otot tangan sebelah
kanan menurun (4). Tonus otot dalam batas normal. Refleks fisiologis positif dan
reflex patologis negatif.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Glukosa puasa : 193 mg/dl
Asam urat : 5,9 mg/dl
Kolesterol total : 333 mg/dl
Trigliserida : 259 mg/dl
Kolestreol LDL : 258 mg/dl

Pemeriksaan Radiologi
CT-Scan Kepala Tanpa Kontras
Kesan : Acute infarct centrum semiovale sinistra
Deviasi septum nasi ke kiri

F. PENATALAKSANAAN

IVFD RL 20 tetes/menit
Citicolin 250mg/12 jam/IV
Sohobion 1amp/24 jam/IV
CPG 1x1
Miniaspi 80 mg 1x1
Metformin 2x1
Atorvastatin 0-0-1

G. DISKUSI
Dari data anamnesis didapatkan suatu defisit neurologis berupa kelemahan
separuh badan sebelah kanan. Defisit neurologis yang terjadi secara spontan
tanpa adanya faktor pencetus yang jelas berupa trauma dan gejala infeksi
sebelumnya. Hal mengarah ke suatu lesi vaskuler karena onsetnya yang
mendadak. Sehingga pada penderita mengarah pada diagnosis stroke.
Stroke didefinisikan sebagai defisit (gangguan) sistem saraf yang terjadi
mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GPDO). Stroke
terjadi akibat gangguan pembuluh darah di otak. Gangguan pembuluh darah otak
dapat berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah
otak. Otak yang seharusnya mendapatkan pasokan oksigen dan zat makanan jadi
terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke sel otak (neuron) akan memunculkan
kematian sel. Gangguan fungsi otak ini bisa menimbulkan gejala stroke.8
Stroke memiliki beberapa faktor resiko yang dapat mendukung
perkembangan stroke yang terdiri dari dua jenis faktor, yaitu faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, herediter, dan ras) dan yang dapat
dimodifikasi (berbagai penyakit degeneratif dan gaya hidup). Dimana disini
pasien berusia 43 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki riwayat
hipertensi, karena kurang lebih 70% penderita stroke adalah pengidap hipertensi
dan riwayat keluarga stroke yaitu ibu kandung, maka pasien tersebut memiliki
faktor resiko untuk terkena serangan stroke.
Ada beberapa sistem skoring yang dapat dipakai untuk membantu dokter
membedakan antara stroke non hemoragik atau stroke hemoragik, salah satunya
dengan menggunakan Skor Hasanuddin dimana interpretasi hasilnya apabila skor
<15 dicuriga NHS dan apabila 15 dicurigai HS.

SKOR HASANUDDIN
No. Kriteria Skor
1. Tekanan Darah
Sistole 200 : Diastole 110 7,5
Sistole < 200 : Diastole < 110 1
2. Waktu Serangan
Sedang bergiat 6,5
Tidak sedang bergiat 1
3. Sakit Kepala
Sangat hebat 10
Hebat 7,5
Ringan 1
Tidak 0
4. Kesadaran Menurun
Langsung, beberapa menit s/d 1 jam setelah 10
onset
7,5
1 jam s/d 24 jam setelah onset
6
Sesaat tapi pulih kembali
1
24 jam setelah onset
0
Tidak ada

5. Muntah Proyektil
Langsung, beberapa menit s/d 1 jam setelah 10
onset
7,5
1 jam s/d <24 jam setelah onset
1
24 jam setelah onset
0
Tidak ada
Berdasarkan hasil anamnesa pasien didapatkan jumlah skor Hasanuddin
<15 sehingga diagnosis mengacu pada stroke non hemoragik. Namun, hal ini
tidak lantas dijadikan acuan karena penentuan diagnosis baku emas (gold
standard) pasien dengan stroke adalah dengan menggunakan CT Scan. CT Scan
dapat membantu menentukan lokasi dan ukuran abnormalitas, seperti daerah
vaskularisasi, superfisial atau dalam, kecil atau luas.9 Namun pada hasil CT-Scan
kepala pasien didapatkan kesan Acute infarct centrum semiovale sinistra yang
menegaskan bahwa diagnosis klinis pasien adalah Stroke Non Hemoragik.
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran dan
mungkin pula menunjukkan faktor resiko stroke seperti polisitemia,
trombositosis, trombositopenia, dan leukemia. Pemeriksaan ini pun dapat
menunjukkan kemungkinan penyakit yang sedang diderita saat ini seperti
anemia.11
Pemeriksaan kimia darah dilakukan untuk mengeliminasi kelainan yang
memiliki gejala seperti stroke (hipoglikemia, hiponatremia) atau dapat pula
menunjukkan penyakit yang diderita pasien saat ini (diabetes, gangguan ginjal).12
Pemeriksaan koagulasi dapat menunjukkan kemungkinan koagulopati pada
pasien. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna jika digunakan terapi trombolitik
dan antikoagulan. Biomarker jantung juga penting karena eratnya hubungan
antara stroke dengan penyakit jantung koroner. Penelitian lain juga
mengindikasikan adanya hubungan anatara peningkatan enzim jantung dengan
masih yang buruk dari stroke.12
Tujuan dari terapi stroke adalah mengurangi terjadinya luka neurologi,
mortalitas dan kelumpuhan dalam jangka panjang, mencegah komplikasi
sekunder, dan disfungsi neurologi serta mencegah terjadinya stroke kambuhan
Pendekatan terapi pada fase akut difokuskan pada restorasi aliran darah otak dan
menghentikan kerusakan seluler yang berkaitan dengan iskemik. Berdasar model
stroke pada hewan percobaan, periode waktu ini berkisar antara 12-24 jam,
walaupun secara khusus ditekankan antara 3-6 jam. Meskipun iskemik nekrotik
di daerah sentral mungkin terjadi, bagian-bagian otak sekelilingnya telah
mengalami penurunan aliran darah otak (tetapi tidak berhenti sama sekali)
kemungkinan masih dapat diselamatkan, daerah tersebut yang dinamakan sebagai
daerah penumbra iskemik, yang merupakan target utama berbagai terapi stroke
hiperakut yang sedang dikembangkan.10
Terapi konservatif untuk stroke non hemoragik yaitu;
a. Pemberian Antiplatelet
Yaitu diberikan Aspilet 80 mg yang diminum secara oral dengan frekuensi 1 x
1 yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan rekanalisasi spontan dan
perbaikan mikrovaskular. Aspilet merupakan pilihan pertama pada agen terapi
tunggal. Pemberian antiplatelet bisa juga melalui intravena.10
b. Pemberian Neuroprotektan
Untuk stroke non hemoragik bisa diberikan citicolin 500 mg/12jam/IV.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan fungsi jaringan yang juga disebut
strategi neuroprotektif. Cara kerja metode ini adalah menurunkan aktivitas
metabolisme dan tentu saja kebutuhan oksigen selsel neuron. Dengan
demikian neuron terlindungi dari kerusakan lebih lanjut akibat hipoksia
berkepanjangan atau eksitotoksisitas yang dapat terjadi akibat jenjang
glutamat yang biasanya timbul setelah cedera sel neuron. Pemberian obat
golongan neuroprotektan sangat diharapkan dapat menurunkan angka
kecacatan dan kematian.
Selain terapi konservatif, dianjurkan pula untuk melakukan fisioterapi
dimana pada Stroke non hemoragik dilakukan fisioterapi pada segera setelah fase
akut yang bertujuan untuk agar dapat terjadi neuroplastisitas/terbentknya neuron-
neuron baru pada daerah yang sebelumnya terjadi infark.10

H. KESIMPULAN
Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan
otak fokal atau global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain selain
vascular, maka, sesuai dengan tanda-tanda dan gejala klinik yang didapatkan Ny.
H seperti keluhan lemah separuh badan sebelah kanan yang dialami secara tiba-
tiba. Tidak ada riwayat demam, ada riwayat hipertensi dan riwayat keluarga
stroke yaitu ibu kandung, kemudian dilakukan pencitraan CT-Scan kepala dan
didapatkan kesan Acute infarct centrum semiovale sinistra yang menegaskan
bahwa diagnosis klinis pasien, maka dapat disimpulkan bahwa :

I. DIAGNOSA AKHIR
Diagnosa Klinis : Hemiparese dextra et causa suspek Stroke Non Hemoragik
Diagnosa Topis : Hemisphere cerebri sinistra
Diagnosa Etiologi : Stroke Non Hemoragik
Diagnosa Banding: Stroke Hemoragik

J. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Dubia Ad Sanam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Sanam

DAFTAR PUSTAKA
1. Ginsberg, L. Lecture notes: neurologi. Ed.8. Jakarta: Erlangga; 2007.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Standar pelayanan medik (SPM).
3. Price, Sylvia A. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6. Jakarta:
EGC; 2006.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset kesehatan dasar 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013
5. Khairunnisa N, Fitriyani. Hempiarese sinistra, parese n.vii, x, xii ec.stroke non
hemoraghic. Medula. Universitas Lampung; Maret 2014. 2(3):52-9.
6. Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. Buku ajar patofisiologi. Jakarta:EGC; 2012.
7. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta:Dian Rakyat; 2009.
8. Pinzon, Rizaldy; Asanti, Laksmi. Awas strok! pengertian, gejala, tindakan,
perawatan, dan pencegahan. Yogyakarta:Andi Offset; 2010.
9. Pokdi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi):
Guideline Stroke Tahun 2011
10. http://www.repositoryums.ac.id diakses pada tanggal 5 Desember 2016
11. Baehr, M. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi Fisiologi Tanda dan
Gejala.Edisi 4. 2012
12. Stroke: a practical approach 2009

Anda mungkin juga menyukai