Anda di halaman 1dari 16

Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


Pada era teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk berbagai proses
pengerjaan industri seperti, pemotongan logam dan penyambungannya, konstruksi
bangunan kapal, konstruksi bangunan baja, dan konstruksi permesinan yang pasti tidak bisa
dipisahkan dengan teknologi manufaktur. Perkembangan teknologi pengelasan logam
memberikan kemudahan manusia dalam menyelesaiakm pekerjaan pada bengkel fabrikasi.
Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-
prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang disambung. Kelebihan
sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan kekuatan yang tinggi, mudah
pengerjaannya, serta cukup ekonomis. Namun kelemahan yang paling utama adalah
terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik
maupun mekanis dari bahan yang dilas.

Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya di dalamnya


banyak masalah-masalah yang harus diatasi di mana pemecahannya memerlukan
bermacam-macam pengetahuan. Karena itu dalam pengelasan, pengetahuan harus turut
serta mendampingi praktik. Secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa dalam
perancangan konstruksi bangunan kapal dan mesin dengan sambungan las, harus
direncanakan pula tentang cara pengelasan, cara pemeriksaan, bahan las dan jenis las yang
akan dipergunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang
dirancang.

Saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh jenis pengelasan tersebut
hanya 2 jenis yang paling populer di Indonesia, yaitu pengelasan dengan menggunakan
busur nyala listrik (Shielded Metal Arc Welding) dan las karbit (Oxy Aceltylene Welding).

Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa


di dalam praktek maupun teori pengelasan sehingga kelak dapat menunjang keterampilan
dan kemampuan mahasiswa di dalam dunia teknik perkapalan, khususnya bidang produksi
dan konstruksi kapal.

I.2. Tujuan
Sehubungan dengan latar belakang tersebut di atas, tujuan dari praktikum ini yaitu:
Praktikan (mahasiswa) mengetahui praktikum pengelasan SMAW
Praktikan (mahasiswa) mengetahui alat dan kelengkapan pada mesin las SMAW
Praktikan (mahasiswa) mengetahui bagaimana cara mengoperasikan mesin las
SMAW
Praktikan (mahasiswa) mengetahui penyebab dan kendala yang dialami selama
kegiatan praktik pengelasan

Habibah Dwi Salma 1


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

I.3. Maksud
Maksud dari praktikum yang telah dilakukan mahasiswa ini, yaitu:
Melatih praktikan (mahasiswa) mampu melaksanakan kegiatan pengelasan
sehingga terampil melaksanakannya
Memberi bekal praktikan (mahasiswa) tentang kegiatan pengelasan sehingga
mempu menerapkannya pada dunia industri
Memberi bekal praktikan (mahasiswa) pengelasan sehingga saat menjadi tenaga
pendidik mampu mengajarkan siswanya dengan baik
Melatih kemampuan praktikan (mahasiswa) mampu mengoperasikan mesin las
SMAW dengan baik dan benar agar nantinya dapat mengajukan sertifikasi

Habibah Dwi Salma 2


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengelasan
Pengelasan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses
manufaktur. Proses pengelasan (welding) merupakan salah satu teknik penyambungan
logam dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan sehingga
menghasilkan sambungan yang kotinu. Sedangkan definisi menurut Deutche Industrie and
Normen (DIN), las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan melting atau cair [Wiryosumarto, 1996].

Proses pengelasan memerlukan panas untuk meleburkan atau mencairkan logam


dasar dan bahan pengisi agar terjadi aliran bahan atau peleburan. Energi pembangkit panas
dapat dibedakan menurut sumbernya yaitu listrik, kimiawi, mekanis, dan bahan
semikonduktor. Proses pengelasan yang paling umum, terutama untuk mengelas baja, yaitu
memakai energi listrik sebagai sumber panas dan yang paling banyak digunakan adalah
busur nyala (listrik). Busur nyala adalah pancaran arus listrik yang relatif besar antara
elektroda dan logam dasar yang dialirkan melalui kolom gas ion hasil pemanasan.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk keberhasilan proses pengelasan, yaitu:
a) Material yang akan disambung dapat mencair oleh panas
b) Antara material yang akan disambung terdapat kesesuaian sifat lasnya
c) Cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan penyambungan

II.2. Perlakuan Panas Logam Dasar Pengelasan


Ketika kita melakukan proses pengelasan mungkin diperlukan perlakuan panas
logam dasar (preheating dan atau postweld heat treatment). Preheating dan atau postweld
heat treatment secara umum diperlukan untuk menjaga integritas dan mencegah
karakteristik logam lasan yang tidak diinginkan. Heat treatment harus dipertimbangkan
untung dan ruginya secara masak dan berhatihati karena biayanya tidak sedikit dan
memerlukan perhatian serta tenaga yang lebih. Perlakuan panas logam dasar pengelasan
adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk
mengubah sifatsifat mekaniknya. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat
dihilangkan, ukuran butir dapat diperbesar atau diperkecil.

Perlunya perlakuan panas dilakukan adalah untuk mengurangi perubahan bentuk


pada saat dikerjakan atau setelah dikerjakan atau hasil suatu konstruksi, merubah sifat-sifat
bahan dan menghilangkan tegangan-tegangan sisa. Sebelum benda dikerjakan dilakukan
perlakuan panas yang disebut perlakuan panas awal (preheating) sedangkan setelah benda
dikerjakan disebut perlakuan panas akhir (postheating).

Beberapa jenis perlakuan panas (heat treatment) adalah:


Pengaruh dari pengelasan
Perlakuan awal (pre-heating)
Perlakuan panas sesudah pengerjaan (post-heating)
Normalizing pasca pengelasan

Habibah Dwi Salma 3


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

Pengerasan (hardening)
Pengurangan kekerasan (tempering)
Pelunakan (annealing)

II.3. Teknologi Mesin Las SMAW


Las listrik SMAW memakai arus keluaran yang cukup besar untuk mengelaslogam-
logam padat yang cukup tebal, sedangkan untuk lempengan logam digunakan arus keluaran
yang cukup kecil sehingga tidak menghancurkan lempengan logam tersebut, yang
digunakan untuk membuat suatu bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan yang
diperlukan dari bahan lempengan/plat-plat logam tersebut. Tegangan dan arus pada
keluaran dari kumparan sekunder transformator las listrik tersebut dapat diatur sesuai
dengan perencanaan awal. (Alfian, 2009)

Mesin las ada dua macam, yaitu:


1) Mesin las DC (Direct Current) atau mesin las arus searah
2) Mesin las AC (Alternatifing Current) atau mesin las arus bolak-balik
3) Mesin las gabungan antara AC dan DC

Prinsip las listrik ialah menyambung logam dengan cara mencairkan logam
menggunakan sumber panas dari bunga api listrik. Bunga api listrik terjadi dengan cara
menyalurkan arus listrik. Pengapi listrik terjadi dengan cata menyalurkan arus listrik
melalui elektroda yang didekatkan pada bagian yang akan disambung dan sekaligus
elektrode yang telah diberi bahan pelapis yang berfungsi sebagai kawat las atau kawat
pengisi. Dalam hal ini elektrode dan logam yang di las merupakan kutun-kutub listrik yang
berbeda. Dalam banyak hal penggunaan las listrik lebih praktis dan cepat jika dibandingkan
dengan las karbid. Kelemahannya ialah tidak sesuai untuk mengelas plat logam tipis. Selain
itu sinar bunga api listrik lebih berbahaya terutama terhadap mata dan kulit, khususnya
karena sinar ultraviolet dan inframerah, serta sinar yang sangat terang dan menyilaukam.

Gambar 2.1 Shielded Metal Arc Welding (SMAW)

Arus pengelasan ditentukan oleh diameter elektroda, tebal bahan, jenis elektroda
dan posisi pengelasan. Pengaturan arus dilakukan dengan memutar handel atau knop. Arus
pengelasan yang dipakai dapat dilihat/dibaca pada skala arus yang terdapat pada mesin las.
Arus listrik dibangkitkan oleh generator dan dialirkan melalui kabel ke sebuah alat yang
menjepit elektroda diujungnya, yaitu suatu logam batangan yang dapat menghantarkan
listrik dengan baik. Ketika arus listrik dialirkan, elektroda disentuhkan ke benda kerja dan
kemudian ditarik ke belakang sedikit, arus listrik tetap mengalir melalui celah sempit antara
ujung elektroda dengan benda kerja. Arus yang mengalir ini dinamakan busur (arc) yang
dapat mencairkan logam.

Habibah Dwi Salma 4


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

Terkadang dua logam yang disambungkan dapat menyatu secara langsung, namun
terkadang masih diperlukan bahan tambahan lain agar deposit logam lasan terbentuk
dengan baik, bajan tersebut disebut bahan tambah (filler metal). Filler metal biasanya
berbentuk batangan, sehingga biasa dinamakan welding rod (elektroda las). Pada proses ini,
welding rod dibenamkan ke dalam cairan logam yang tertampung dalam suatu cekungan
yang disebut welding pool dan secara bersama-sama membtnuk deposit logam lasan, cara
seperti ini dinamakan Las Listrik atau SMAW (Shielded Metal Arc Welding).
Dalam cara pengelasan ini digunakan kawat elektroda logam yang dibungkus fluks.
Elektroda yang dilapis akan habis karena logam pada elektroda dipindahkan ke logam induk
selama proses pengelasan. Kawat elektroda (kawat las) menjadi bahan pengisi dan
lapisannya sebagian dikonversikan menjasi gas pelindung, sebagian menjadi terak (slag),
dan sebagian lagi diserap oleh logam las. Bahan pelapis elektroda adalah campuran seperti
lempung yang terdiri dari pengikat silikat dan bahan bubuk seperti senyawa flour, karbonat,
oksida, paduan logam, dan selulosa. Campuran ini ditekan dan dipanasi hingga diperoleh
lapisan konsentrasi kering dan keras.
Elektroda berselaput terdiri dari bagian inti dan zat pelindung atau fluks. Selaput
elektroda atau fluks mempunyai fungsi-fungsi, antara lain:
1) Mencegah terbentuknya oksida-oksida dan nitride logam, sewaktu proses
pengelasan berlangsung.
2) Membuat kerak pelindung sehingga dapat mengurangi kecepatan pendinginan, hal
ini bertujuan agar hasil lasan tidak getas dan rapuh.
3) Menstabilkan terjadinya busur api dan mengarahkan nyala busur api sehingga
mudah dikontrol.
4) Mengontrol ukuran dan frekuensi tetesan logam cair.

Untuk pemilihan jenis elektroda yang digunakan, harus diperhatikan beberapa hal yaitu:
a) Jenis logam yang akan dilas
b) Ketebalan bahan yang akan dilas
c) Kekuatan mekanis yang diharapkan dari pengelasan
d) Posisi pengelasan; dan
e) Bentuk kampuh benda kerja

II.4. Perangkat Las SMAW


Di dalam proses pengelasan diperlukan tempat kerja yang dilengkapi dengan alat-
alat lada yang diperlukan serta kelengkapannya sebagai perlindungan diri ata safety.
1. Pesawat Las SMAW
Pesawat mesin las yang digunakan pada pengelasan busur listrik manual bermacam-
macam, tetapi bila ditinjau dari jenis arus yang keluar (output) dari mesin las dapat
digolongkan sebagai berikut :

Habibah Dwi Salma 5


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

i) Pesawat las arus bolak-balik (AC)


Macam-macam pesawat las dari
jenis pesawat las arus bolak
balik ini dapat berupa
transformator las, pembangkit
listrik motor diesel atau motor
bensin tetapi yang paling
banyak digunakan adalah
berupa transformator las yang
mempunyai kapasitas 200
sampai 500 Ampere, pesawat
las jenis ini sangat banyak
digunakan karena biaya
operasinya yang rendah
disamping harganya yang relatif
murah dengan Voltase yang
keluar dari pesawat
transformator ini antara 36
sampai 70 Volt.

ii) Pesawat las arus searah (DC)


Pesawat las arus searah ini dapat
berupa pesawat transformator
rectifier, pembangkit listrik motor
disel atau motor bensin, maupun
pesawat pembangkit listrik yang
digerakkan oleh motor listrik. Salah
satu jenis dari pesawat las arus searah
yaitu pesawat pembangkit listrik yang
digerakkan oleh motor listrik (motor
generator).

2. Pakaian Kerja
Pada waktu mengelas, tukang las harus dapat mengamankan diri dari panas,
pancaran sinar busur listrik dan dari percikan dan juga letusan api las. Dalam
pekerjaan las busur listrik pengelas harus memakai pakaian kerja yang celananya
tidak mempunyai lipatan. Sepatu kerja hendaknya dipakai sepatu yang terbuat dari
kulit dengan sol karet. Pakaian kerja untuk tukang las sebaiknya dilengkapi dengan
tutup kepala (helm), kulit pelindung badan (apron) dan pelindung kaki. Kedua
tangan dilindungi dengan memakai sarung tangan dari kulit atau asbes.

Habibah Dwi Salma 6


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

Untuk mellindungi muka dan terutama mata, tukang las harus memakai
topeng pelindung dan kaca pelindungnya harus sesuai dengan standart. Topeng
pelindung tersebut biasanya dilengkapi juga dengan kaca terang, yang dapat
digunakan sebagai pelindung pada waktu membersihkan terak las.

3. Kabel Las

Kabel las (Lead superfleksibel) digunakan untuk menghantar arus dari mesin
pengelasan ke benda kerja dan sebaliknya. Seperti terlihat pada gambar dibawah.
Kabel las terdiri dari Lead yang dilapisi dengan karet, kain, dan penguat lapisan
fabric, seperti ditunjukkan dalam gambar. Holder elektroda dikenal sebagai Lead
elektroda. Lead dari benda kerja ke mesin dikenal sebagai Lead benda kerja.
Tegangan pada Lead bervariasi antara 14 dan 80 Volt.
Lead terdiri dari beberapa ukuran, Semakin kecil nomornya, semakin besar
diameter Lead. Tabel dibawah ini menunjukkan daftar ukuran dan kapasitas arus
untuk Lead tembaga. Lead harus fleksibel agar bisa mereduksi regangan pada
tangan welder ketika sedang mengelas, dan juga memudahkan instalasi kabel.
Untuk tujuan fleksibelitas ini, digunakan 800 sampai 2500 kawat pada
masingmasing kabel.Kabel listrik berdiamater sama harus digunakan pada Lead
elektroda maupun Lead benda kerja. Panjang Lead mempengaruhi ukuran kapasitas
mesin las.

Habibah Dwi Salma 7


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

4. Konektor Lead

Lead tembaga atau alumunium diikatkan pada mesin las dan benda kerja
dengan terminal yang dilapisi atau yang tidak dilapisi. Terminal yang tidak dilapisi
disebut lugs seperti ditunjukkan pada gambar disamping. Lug ini disolder atau
dilekatkan secara mekanis pada Lead, seperti ditunjukkan pada gambar. Lug
merupakan alat tetap untuk menempelkan kabel elektroda dan kabel benda kerja
kepada mesin atau meja kerja. Sambungan harus tahan lama dan harus memiliki
tahanan rendah agar sambungan tidak mengalami overheat selama pengelasan.
Arus akan mengalir tidak stabil jika sambungannya longgar.

5. Pemegang Elektrode (Holder)


Holder elektroda adalah bagian peralatan
las busur yang dipegang oleh welder
ketika mengelas. Holder ini digunakan
untuk menahan elektroda logam atau
karbon. Lead elektroda biasanya
disambung dengan holder elektroda
dengan menggunakan penyambung
mekanik didalam handle elektroda.
Handle terbuat dari bahan pelapis yang
mempunyai tahanan panas tinggi dan
tahanan listrik yang rendah. Holder
elektroda dibuat untuk menyeimbangkan
pegangan tangan welder. Ada sejumlah
metode yang digunakan untuk menjepit
elektroda dalam holder. Salah satunya
metode adalah konstruksi pincer dan memiliki sebuah pegas untuk menghasilkan
tekanan sehinnga diperoleh sambungan yang baik antara holder dan elektroda.

6. Elektroda
Sebagian besar elektrode las SMAW dilapisi oleh lapisan fluks, yang berfungsi
sebagai pembentuk gas yang melindungi cairan logam dari kontaminasi udara
sekelilingnya. Selain itu fluk berguna juga untuk membentuk terak las yang juga
berfungsi melindungi cairan las dari udara sekelilingnya. Lapisan elektrode ini
merupakan campuran kimia yang komposisisnya sesuai dengan kebutuhan
pengelasan. Menurut AWS (American Welding Society ) elektrode diklasifikasikan
dengan huruf E dan diikuti empat atau lima digit sebagai berikut E xxxx (x)
,contohnya E 6010, E 6013, E 7018 dan lain-lain.

7. Palu Las dan Sikat Kawat


Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan kerak las pada
logam Ias (weld metal) dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah
las an.Berhati-hatilah membersihkan kerak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan

Habibah Dwi Salma 8


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

akan memercik ke mata atau ke bagian badan lainnya. Jangan membersihkan kerak
las sewaktu kerak las masih panas/merah. Sikat kawat dipergunakan untuk :
membersihkan benda kerja yang akan dilas dan membersihkan terak las yang sudah
lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.

II.5. Pengelasan Busur Nyala Lainnya


Selain SMAW, proses pengelasan busur nyala lainnya, yaitu:

1) Pengelasan Busur Nyala Terbenam (Submerged Arc Welding atau SAW)


Pada proses SAW, busurnya tidak
terlihat karena tertutup oleh
lapisan bahan granular (berbentuk
butiran) yang melebur (gambar 4).
Elektroda logam telanjang akan
habis karena ditimbun sebagai
bahan pengisi. Ujung elektroda
terus terlindung oleh cairan fluks
yang berada di bawah lapisan fluks
granular yang tak terlebur.
Fluks yang merupakan ciri khas dari metode ini, memberikan penutup sehingga
pengelasan tidak menimbulkan kotoran sepanjang kampuh, percikan api atau asap.
Fluks granular biasanya terletak secara otomatis sepanjang kampuh di permukaan
lintasan gerak elektroda. Hasil pengelasan yang menggunakan proses SAW memiliki
mutu yang tinggi dan merata, kekuatan kejut (impact) yang tinggi, kerapatan yang
tinggi dan tahan karat yang baik. Sifat mekanis las ini sama baiknya seperti bahan
dasar.

2) Pengelasan Busur Nyala Logam Gas (Gas Metal Arc Welding atau GMAW)
Pada prose GMAW, elektrodanya adalah kawat menerus dari gulungan yang
disalurkan melalui pemegang elektroda (alat yang berbentuk pistol seperti gambar.
Perlindungan dihasilkan seluruhnya dari gas atau campuran gas yang diberikan dari
luar.
Selain melindungi logam
yang meleleh dari atmosfir,
gas pelindung mempunyai
fungsi sebagai berikut :
a) mengontrol karakteristik
busur nyala dan pemindahan
logam;
b) mempengaruhi penetrasi,
lebar peleburan, dan bentuk
daerah lasan;
c) mempengaruhi kecepatan
pengelasan; dan
d) mengontrol peleburan
berlebihan (undercutting)

3) Pengelasan Busur Nyala Berinti Fluks (Flux Cored Arc Welding atau FCAW)
Proses FCAW sama seperti GMAW tetapi elektroda logam pengisi yang menerus
berbentuk tubular (seperti pipa) dan mengandung bahan fluks dalam intinya. Bahan inti
ini sama fungsinya seperti lapisan SMAW atau fluks granular pada SAW. Untuk kawat
yang diberikan secara menerus, lapisan luar tidak akan tetap lekat pada kawat. Gas
pelindung dihasilkan oleh inti fluks tetapi biasanya diberi gas pelindung tambahan
dengan gas CO2.

Habibah Dwi Salma 9


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

4) Pengelasan Terak Listrik (Electro Slag Welding atau ESW)


Proses ESW merupakan proses pengelasan
yang digunakan terutama untuk pengelasan
dalam posisi tegak atau vertikal. Ini biasanya
dipakai untuk memperoleh las lintasan
tunggal (sekali jalan) seperti untuk
sambungan pada penampang kolom yang
besar. Logam las yang ditimbun ke dalam
alur yang dibentuk oleh tepi pelat yang
terpisah dan alas yang didinginkan dengan
air. Terak cair yang konduktif melindungi las
serta mencairkan bahan pengisi dan tepi
pelat. Karena terak padat tidak konduktif,
busur nyala diperlukan untuk mengawali
proses dengan mencairkan terak dan memanaskan pelat.

5) Pengelasan Stud
Proses yang paling umum digunakan dalam pengelasan stud (baut tanpa ulir) ke
bahan dasar atau logam induk disebut pengelasan stud busur nyala (arc stud
welding). Proses ini bersifat otomatis tetapi karakteristiknya sama seperti proses
SMAW. Stud berlaku sebagai elektroda, dan busur listrik timbul dari ujung stud ke
pelat.

II.6. Posisi Pengelasan SMAW


Sambungan pada material dasar atau logam yang berkaitan dengan pengelasan
mempunyai jenis yang bervariasi,mulai dari sambungan tumpul(Butt Joint),sambungan
fillet(T Joint),sambungan sudut(Corner Joint) atau sambungan tumpang (Lap Joint).

Jenis-jenis sambungan tersebut tentunya mempunyai maksud dan tujuan


tersendiri.Hal ini berkaitan juga dengan posisi pengelasan.Itulah sebabnya kita mengenal
berbagai jenis posisi pengelasan.Untuk plat kita mengenal posisi pengelasan 1F,2F,3F dan
4F ada juga 1G,2G,3G dan 4G.Sedangkan pada pipa ada 1G,2G,5G dan 6G.

Habibah Dwi Salma 10


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

Jenis sambungan dan posisi pengelasan di atas dapat diaplikasikan untuk pengelasan
SMAW, GTAW, GMAW dan FCAW.

II.7. Prosedur Pengelasan yang Baik


Untuk menghasilkan kualitas pengelasan SMAW yang berkualitas ada 7 parameter yang
perlu di perhatikan, trik ini di dapatkan dari buku moderen welding teknologi, berikut
parameter-parameternya:

1) Pemilihan jenis elektrode yang tepat mulai dari kuat tarik, jenis material, dan jenis
coatingnya agar matching/sesuai dengan material yang akan di las.
2) Pemilihan diameter alektroda yang di gunakan di pertimbangkan berdasarkan type
elektroda, posisi pengelasan, joint desain, ketebalan material, dan skill dari weldernya.
3) Pemakaian arus yang tepat
Pada pengelasan smaw sangat berpengaruh terhadap hasil lasan , jika arus terlalu besar
maka elektroda akan terlalu cepat meleleh dan susah di kontrol, jika arus terlalu
rendah maka hasil pengelasan akan menumpuk dan tak beraturan.
4) Arc length yang tepat dan konsisten
Pada pengelasan smaw jika arc length terlalu tinggi maka akan terjadi large globule
sehingga akan terjadi banyak spatter saat mengelas, dan bisa terjadi porosity jika arc
length yang terlalu pendek maka akan terjadi panas yang berlebih sehingga
menghasilkan deep penetration dan bisa menyebabkan base metal jebol( blow hole ).

Habibah Dwi Salma 11


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

5) Tavel speed yang tepat


Jika travel speed terlalu tinggi maka logam cair akan cepat membeku dan weld bead akan
rendah, kotoran dan gas akan terjebak dan bisa menimbulkan cacat las, jika terlalu
lambat weld bead terlalu tinggi dan lebar dan hasil pengelasan akan berkerut.
6) Sudut pengelasan yang tepat
Pada pengelasan smaw sudut elektroda sangat penting, terutama pada saat pengelasan
fillet dan groove sambungan yang dalam. apabila sudut pengelasan yang kurang tepat
dapat mengakibatkan undercut, dll. biasanya sudut yang di pakai 70-80 derajat
7) Ayunan elektroda ( welding manipulation) yang benar.
Karena setiap elektroda memiliki karakteristik ayunan yang berbeda-beda welding
manipulation pengelasan smaw berdasarkan : type elektroda, desain sambungan, posisi
pengelasan dan pengalaman dari welder itu sendiri.

II.8. Kelebihan dan Kekurangan SMAW


Kelebihan dari pengelasan SMAW, antara lain:
a) Biaya awal investasi rendah
b) Secara operasional handal dan sederhana
c) Biaya material pengisi rendah
d) Filler Metal / Material pengisi dapat bermacam-macam
e) Pengelasan dapat di pakai di semua material
f) Dapat dikerjakan pada ketebalan Material berapapun
g) Pengelasan SMAW sangat cocok di pakai pada pengelassan di lapangan karena
fleksibilitassnya tinggi.

Kekurangan dari pengelasan SMAW, antara lain:


a) Lambat, dalam penggantian elektroda
b) Terdapat slag yang harus dihilangkan
c) Pada low hydrogen electrode perlu penyimpanan khusus yaitu harus di panaskan
sebelum di gunakan
d) Efisiensi endapan rendah dan rentan terjadi cacat las, porisity dan slag inclusion.

II.9. Macam-Macam Cacat Las


1. Undercut atau Pengerukan

Penyebab: Cara Menanggulangi:


Arus yang terlalu tinggi Menyetel arus yang tepat
Kecepatan pengelasan yang terlalu Mengurangi kecepatan mengelas
tinggi Mempertahankan panjang busur
Posisi elektroda saat pengelasan nyala yang tepat
yang tidak tepat Mengupayakan ayunan elektroda
Ayunan elektroda saat pengelasan dengan teratur
yang tidak teratur

Habibah Dwi Salma 12


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

2. Porosity

Penyebab: Cara Menanggulangi:


Nyala busur terlalu panjang Memperpendek nyala busur
Arus terlalu rendah Arus disesuaikan dengan prosedur
Kecepatan las terlalu tinggi yang ditentukan
Kandungan belerang terlalu tinggi Pergunakan elektrode low
Kondsi pada saat pengelasan yang tidak Menggunakan baja dengan kandungan
mendukung.Misalnya, basah, lembab, belerang yang rendah
berkarat atau berminyak. Mengurangi kelembaban dengan cara
Terjadi pendinginan las yang cepat memberikan pre heat
Terciptanya gas hidrogen akibat panas Meningkatkan kebersihan material
las dengan cara digerinda terlebih dahulu
Hindari pendinginan terlalu cepat

3. Pengerutan Benda Kerja

Penyebab: Cara Menanggulangi:


Pemanasan yang berlebihan Mengurangi arus yang terlalu besar
Take welding yang kurang kuat Memperkuat take welding

4. Slag Inclusion
Penyebab: Cara Menanggulangi:
Kecepatan gerak electrode yang tidak Naikan kecepatan sehingga slag tidak
tepat mengalir keakar las
Sudut electrode yang kurang tepat Usahakan sudut yang tepat pada arah las
Sudut bevel kekecilan Perbaiki sudut bevel atau gunakan
Ampere las terlalu kecil kawat kecil
Busur las terlalu jauh Perbesar ampere las
Sesuaikan jarak busur las pada materil (
1x Diameter Kawat )

5. Over Spatter
Penyebab: Cara Menanggulangi:
Arus terlalu besar Turunkan arus
Busur las terlalu jauh Sesuaikan panjang busur ( 1 x diameter
Elektroda menyerap uap atau hydrogen Electrode )
Keringkan kembali electrode /
pergunakan yang sudah di oven

Habibah Dwi Salma 13


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

6. Retak Manik
Penyebab: Cara Menanggulangi:
Penahan terlalu kuat Ganti urutan pengelasan
Electrode menyerap uap Keringkan kembali electrode
Terlalu banyak unsur paduan dalam Pemanasan awal harus dilakukan dan
logam induk gunakan low hydrogen
Pendinginan terlalu cepat Panaskan mula dilakukan dan gunakan
Terlalu banyak belerang dalam logam low hydrogen
induk Pakai electrode low Hydrogen
Terdapat oksigen dan hydrogen
Terdapat pasir atau debu pada daerah
logam

7. Incomplete Penetration
Penyebab:
Kecepatan las terlalu tinggi
Panas busur tidak mencairkan
logam
Jarak gap terlalu cepat
Elektroda yang terlalu tinggi
Sudut elektroda salah

Cara Menanggulangi:
Memperbaiki sudut elektroda
Jarak gap harus cukup
Posisi elektroda harus tepat
Kecepatan las sesuai dengan
prosedur yang ditentukan

Habibah Dwi Salma 14


Teknologi Las Teknik Perkapalan JSTPK ITK

8. Incomplete Fusion

Penyebab: Cara Menanggulangi:


Posisi pengelasan yang sala Memperbaiki posisi pengelasan
Sudut elektrode yang salah Memperbaiki sudut elektroda
Panas yang diterima terlalu kecil Panas yang diterima harus sesuai
Welding gap terlalu kecil prosedur
Permukaan kampuh kotor Welding gap harus cukup
Kecepatan pengelasan terlalu tinggi Permukaan kampuh harus benar-benar
bersih
Kecepatan pengelasan harus sesuai
prosedur

9. Cold Cracking (Retak Dingin pada Bahan Las)


Penyebab: Cara Menanggulangi:
Pendinginan yang terlalu cepat Hindari pendinginan terlalu cepat
Panas yang diterima terlalu rendah Panas yang diterima disesuaikan dengan
Ampere yang digunakan terlalu rendah prosedur yang sudah ditentukan
Kecepatan las terlalu tinggi Sesuaikan ampere dengan prosedur
Ampere terlalu rendah Sesuaikan kecepatan las
Tidak adanya pre-heating Sesuaikan ampere dengan prosedur
Melakukan pre-heat

10. Hot Cracking (Retak Panas)

Yaitu retakan yang biasanya timbul pada saat cairan las mulai membeku karena luas
penampang yang terlalu kecil dibandingkan dengan besar benda kerja yang akan dilas,
sehingga terjadi pendinginan. Cara mengatasi dengan menggunakan elektroda las low
hidrogen yang mempunyai sifat tegang yang relatif tinggi.

Habibah Dwi Salma 15

Anda mungkin juga menyukai