BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh jenis pengelasan tersebut
hanya 2 jenis yang paling populer di Indonesia, yaitu pengelasan dengan menggunakan
busur nyala listrik (Shielded Metal Arc Welding) dan las karbit (Oxy Aceltylene Welding).
I.2. Tujuan
Sehubungan dengan latar belakang tersebut di atas, tujuan dari praktikum ini yaitu:
Praktikan (mahasiswa) mengetahui praktikum pengelasan SMAW
Praktikan (mahasiswa) mengetahui alat dan kelengkapan pada mesin las SMAW
Praktikan (mahasiswa) mengetahui bagaimana cara mengoperasikan mesin las
SMAW
Praktikan (mahasiswa) mengetahui penyebab dan kendala yang dialami selama
kegiatan praktik pengelasan
I.3. Maksud
Maksud dari praktikum yang telah dilakukan mahasiswa ini, yaitu:
Melatih praktikan (mahasiswa) mampu melaksanakan kegiatan pengelasan
sehingga terampil melaksanakannya
Memberi bekal praktikan (mahasiswa) tentang kegiatan pengelasan sehingga
mempu menerapkannya pada dunia industri
Memberi bekal praktikan (mahasiswa) pengelasan sehingga saat menjadi tenaga
pendidik mampu mengajarkan siswanya dengan baik
Melatih kemampuan praktikan (mahasiswa) mampu mengoperasikan mesin las
SMAW dengan baik dan benar agar nantinya dapat mengajukan sertifikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengelasan
Pengelasan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses
manufaktur. Proses pengelasan (welding) merupakan salah satu teknik penyambungan
logam dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan sehingga
menghasilkan sambungan yang kotinu. Sedangkan definisi menurut Deutche Industrie and
Normen (DIN), las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan melting atau cair [Wiryosumarto, 1996].
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk keberhasilan proses pengelasan, yaitu:
a) Material yang akan disambung dapat mencair oleh panas
b) Antara material yang akan disambung terdapat kesesuaian sifat lasnya
c) Cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan penyambungan
Pengerasan (hardening)
Pengurangan kekerasan (tempering)
Pelunakan (annealing)
Prinsip las listrik ialah menyambung logam dengan cara mencairkan logam
menggunakan sumber panas dari bunga api listrik. Bunga api listrik terjadi dengan cara
menyalurkan arus listrik. Pengapi listrik terjadi dengan cata menyalurkan arus listrik
melalui elektroda yang didekatkan pada bagian yang akan disambung dan sekaligus
elektrode yang telah diberi bahan pelapis yang berfungsi sebagai kawat las atau kawat
pengisi. Dalam hal ini elektrode dan logam yang di las merupakan kutun-kutub listrik yang
berbeda. Dalam banyak hal penggunaan las listrik lebih praktis dan cepat jika dibandingkan
dengan las karbid. Kelemahannya ialah tidak sesuai untuk mengelas plat logam tipis. Selain
itu sinar bunga api listrik lebih berbahaya terutama terhadap mata dan kulit, khususnya
karena sinar ultraviolet dan inframerah, serta sinar yang sangat terang dan menyilaukam.
Arus pengelasan ditentukan oleh diameter elektroda, tebal bahan, jenis elektroda
dan posisi pengelasan. Pengaturan arus dilakukan dengan memutar handel atau knop. Arus
pengelasan yang dipakai dapat dilihat/dibaca pada skala arus yang terdapat pada mesin las.
Arus listrik dibangkitkan oleh generator dan dialirkan melalui kabel ke sebuah alat yang
menjepit elektroda diujungnya, yaitu suatu logam batangan yang dapat menghantarkan
listrik dengan baik. Ketika arus listrik dialirkan, elektroda disentuhkan ke benda kerja dan
kemudian ditarik ke belakang sedikit, arus listrik tetap mengalir melalui celah sempit antara
ujung elektroda dengan benda kerja. Arus yang mengalir ini dinamakan busur (arc) yang
dapat mencairkan logam.
Terkadang dua logam yang disambungkan dapat menyatu secara langsung, namun
terkadang masih diperlukan bahan tambahan lain agar deposit logam lasan terbentuk
dengan baik, bajan tersebut disebut bahan tambah (filler metal). Filler metal biasanya
berbentuk batangan, sehingga biasa dinamakan welding rod (elektroda las). Pada proses ini,
welding rod dibenamkan ke dalam cairan logam yang tertampung dalam suatu cekungan
yang disebut welding pool dan secara bersama-sama membtnuk deposit logam lasan, cara
seperti ini dinamakan Las Listrik atau SMAW (Shielded Metal Arc Welding).
Dalam cara pengelasan ini digunakan kawat elektroda logam yang dibungkus fluks.
Elektroda yang dilapis akan habis karena logam pada elektroda dipindahkan ke logam induk
selama proses pengelasan. Kawat elektroda (kawat las) menjadi bahan pengisi dan
lapisannya sebagian dikonversikan menjasi gas pelindung, sebagian menjadi terak (slag),
dan sebagian lagi diserap oleh logam las. Bahan pelapis elektroda adalah campuran seperti
lempung yang terdiri dari pengikat silikat dan bahan bubuk seperti senyawa flour, karbonat,
oksida, paduan logam, dan selulosa. Campuran ini ditekan dan dipanasi hingga diperoleh
lapisan konsentrasi kering dan keras.
Elektroda berselaput terdiri dari bagian inti dan zat pelindung atau fluks. Selaput
elektroda atau fluks mempunyai fungsi-fungsi, antara lain:
1) Mencegah terbentuknya oksida-oksida dan nitride logam, sewaktu proses
pengelasan berlangsung.
2) Membuat kerak pelindung sehingga dapat mengurangi kecepatan pendinginan, hal
ini bertujuan agar hasil lasan tidak getas dan rapuh.
3) Menstabilkan terjadinya busur api dan mengarahkan nyala busur api sehingga
mudah dikontrol.
4) Mengontrol ukuran dan frekuensi tetesan logam cair.
Untuk pemilihan jenis elektroda yang digunakan, harus diperhatikan beberapa hal yaitu:
a) Jenis logam yang akan dilas
b) Ketebalan bahan yang akan dilas
c) Kekuatan mekanis yang diharapkan dari pengelasan
d) Posisi pengelasan; dan
e) Bentuk kampuh benda kerja
2. Pakaian Kerja
Pada waktu mengelas, tukang las harus dapat mengamankan diri dari panas,
pancaran sinar busur listrik dan dari percikan dan juga letusan api las. Dalam
pekerjaan las busur listrik pengelas harus memakai pakaian kerja yang celananya
tidak mempunyai lipatan. Sepatu kerja hendaknya dipakai sepatu yang terbuat dari
kulit dengan sol karet. Pakaian kerja untuk tukang las sebaiknya dilengkapi dengan
tutup kepala (helm), kulit pelindung badan (apron) dan pelindung kaki. Kedua
tangan dilindungi dengan memakai sarung tangan dari kulit atau asbes.
Untuk mellindungi muka dan terutama mata, tukang las harus memakai
topeng pelindung dan kaca pelindungnya harus sesuai dengan standart. Topeng
pelindung tersebut biasanya dilengkapi juga dengan kaca terang, yang dapat
digunakan sebagai pelindung pada waktu membersihkan terak las.
3. Kabel Las
Kabel las (Lead superfleksibel) digunakan untuk menghantar arus dari mesin
pengelasan ke benda kerja dan sebaliknya. Seperti terlihat pada gambar dibawah.
Kabel las terdiri dari Lead yang dilapisi dengan karet, kain, dan penguat lapisan
fabric, seperti ditunjukkan dalam gambar. Holder elektroda dikenal sebagai Lead
elektroda. Lead dari benda kerja ke mesin dikenal sebagai Lead benda kerja.
Tegangan pada Lead bervariasi antara 14 dan 80 Volt.
Lead terdiri dari beberapa ukuran, Semakin kecil nomornya, semakin besar
diameter Lead. Tabel dibawah ini menunjukkan daftar ukuran dan kapasitas arus
untuk Lead tembaga. Lead harus fleksibel agar bisa mereduksi regangan pada
tangan welder ketika sedang mengelas, dan juga memudahkan instalasi kabel.
Untuk tujuan fleksibelitas ini, digunakan 800 sampai 2500 kawat pada
masingmasing kabel.Kabel listrik berdiamater sama harus digunakan pada Lead
elektroda maupun Lead benda kerja. Panjang Lead mempengaruhi ukuran kapasitas
mesin las.
4. Konektor Lead
Lead tembaga atau alumunium diikatkan pada mesin las dan benda kerja
dengan terminal yang dilapisi atau yang tidak dilapisi. Terminal yang tidak dilapisi
disebut lugs seperti ditunjukkan pada gambar disamping. Lug ini disolder atau
dilekatkan secara mekanis pada Lead, seperti ditunjukkan pada gambar. Lug
merupakan alat tetap untuk menempelkan kabel elektroda dan kabel benda kerja
kepada mesin atau meja kerja. Sambungan harus tahan lama dan harus memiliki
tahanan rendah agar sambungan tidak mengalami overheat selama pengelasan.
Arus akan mengalir tidak stabil jika sambungannya longgar.
6. Elektroda
Sebagian besar elektrode las SMAW dilapisi oleh lapisan fluks, yang berfungsi
sebagai pembentuk gas yang melindungi cairan logam dari kontaminasi udara
sekelilingnya. Selain itu fluk berguna juga untuk membentuk terak las yang juga
berfungsi melindungi cairan las dari udara sekelilingnya. Lapisan elektrode ini
merupakan campuran kimia yang komposisisnya sesuai dengan kebutuhan
pengelasan. Menurut AWS (American Welding Society ) elektrode diklasifikasikan
dengan huruf E dan diikuti empat atau lima digit sebagai berikut E xxxx (x)
,contohnya E 6010, E 6013, E 7018 dan lain-lain.
akan memercik ke mata atau ke bagian badan lainnya. Jangan membersihkan kerak
las sewaktu kerak las masih panas/merah. Sikat kawat dipergunakan untuk :
membersihkan benda kerja yang akan dilas dan membersihkan terak las yang sudah
lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.
2) Pengelasan Busur Nyala Logam Gas (Gas Metal Arc Welding atau GMAW)
Pada prose GMAW, elektrodanya adalah kawat menerus dari gulungan yang
disalurkan melalui pemegang elektroda (alat yang berbentuk pistol seperti gambar.
Perlindungan dihasilkan seluruhnya dari gas atau campuran gas yang diberikan dari
luar.
Selain melindungi logam
yang meleleh dari atmosfir,
gas pelindung mempunyai
fungsi sebagai berikut :
a) mengontrol karakteristik
busur nyala dan pemindahan
logam;
b) mempengaruhi penetrasi,
lebar peleburan, dan bentuk
daerah lasan;
c) mempengaruhi kecepatan
pengelasan; dan
d) mengontrol peleburan
berlebihan (undercutting)
3) Pengelasan Busur Nyala Berinti Fluks (Flux Cored Arc Welding atau FCAW)
Proses FCAW sama seperti GMAW tetapi elektroda logam pengisi yang menerus
berbentuk tubular (seperti pipa) dan mengandung bahan fluks dalam intinya. Bahan inti
ini sama fungsinya seperti lapisan SMAW atau fluks granular pada SAW. Untuk kawat
yang diberikan secara menerus, lapisan luar tidak akan tetap lekat pada kawat. Gas
pelindung dihasilkan oleh inti fluks tetapi biasanya diberi gas pelindung tambahan
dengan gas CO2.
5) Pengelasan Stud
Proses yang paling umum digunakan dalam pengelasan stud (baut tanpa ulir) ke
bahan dasar atau logam induk disebut pengelasan stud busur nyala (arc stud
welding). Proses ini bersifat otomatis tetapi karakteristiknya sama seperti proses
SMAW. Stud berlaku sebagai elektroda, dan busur listrik timbul dari ujung stud ke
pelat.
Jenis sambungan dan posisi pengelasan di atas dapat diaplikasikan untuk pengelasan
SMAW, GTAW, GMAW dan FCAW.
1) Pemilihan jenis elektrode yang tepat mulai dari kuat tarik, jenis material, dan jenis
coatingnya agar matching/sesuai dengan material yang akan di las.
2) Pemilihan diameter alektroda yang di gunakan di pertimbangkan berdasarkan type
elektroda, posisi pengelasan, joint desain, ketebalan material, dan skill dari weldernya.
3) Pemakaian arus yang tepat
Pada pengelasan smaw sangat berpengaruh terhadap hasil lasan , jika arus terlalu besar
maka elektroda akan terlalu cepat meleleh dan susah di kontrol, jika arus terlalu
rendah maka hasil pengelasan akan menumpuk dan tak beraturan.
4) Arc length yang tepat dan konsisten
Pada pengelasan smaw jika arc length terlalu tinggi maka akan terjadi large globule
sehingga akan terjadi banyak spatter saat mengelas, dan bisa terjadi porosity jika arc
length yang terlalu pendek maka akan terjadi panas yang berlebih sehingga
menghasilkan deep penetration dan bisa menyebabkan base metal jebol( blow hole ).
2. Porosity
4. Slag Inclusion
Penyebab: Cara Menanggulangi:
Kecepatan gerak electrode yang tidak Naikan kecepatan sehingga slag tidak
tepat mengalir keakar las
Sudut electrode yang kurang tepat Usahakan sudut yang tepat pada arah las
Sudut bevel kekecilan Perbaiki sudut bevel atau gunakan
Ampere las terlalu kecil kawat kecil
Busur las terlalu jauh Perbesar ampere las
Sesuaikan jarak busur las pada materil (
1x Diameter Kawat )
5. Over Spatter
Penyebab: Cara Menanggulangi:
Arus terlalu besar Turunkan arus
Busur las terlalu jauh Sesuaikan panjang busur ( 1 x diameter
Elektroda menyerap uap atau hydrogen Electrode )
Keringkan kembali electrode /
pergunakan yang sudah di oven
6. Retak Manik
Penyebab: Cara Menanggulangi:
Penahan terlalu kuat Ganti urutan pengelasan
Electrode menyerap uap Keringkan kembali electrode
Terlalu banyak unsur paduan dalam Pemanasan awal harus dilakukan dan
logam induk gunakan low hydrogen
Pendinginan terlalu cepat Panaskan mula dilakukan dan gunakan
Terlalu banyak belerang dalam logam low hydrogen
induk Pakai electrode low Hydrogen
Terdapat oksigen dan hydrogen
Terdapat pasir atau debu pada daerah
logam
7. Incomplete Penetration
Penyebab:
Kecepatan las terlalu tinggi
Panas busur tidak mencairkan
logam
Jarak gap terlalu cepat
Elektroda yang terlalu tinggi
Sudut elektroda salah
Cara Menanggulangi:
Memperbaiki sudut elektroda
Jarak gap harus cukup
Posisi elektroda harus tepat
Kecepatan las sesuai dengan
prosedur yang ditentukan
8. Incomplete Fusion
Yaitu retakan yang biasanya timbul pada saat cairan las mulai membeku karena luas
penampang yang terlalu kecil dibandingkan dengan besar benda kerja yang akan dilas,
sehingga terjadi pendinginan. Cara mengatasi dengan menggunakan elektroda las low
hidrogen yang mempunyai sifat tegang yang relatif tinggi.