Laporan Akhir Praktikum
Laporan Akhir Praktikum
PROSES PRODUKSI 1
Disusun oleh:
Nama : Muhammad Fajar Isman
NPM : 27414207
Kelas : 1IC01
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vii
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................... 2
1.3 Tujuan ... 2
1.4 Sistematik Penulisan ..... 2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.......................................................... 72
4.2 Saran............................... ..................................... 73
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
5
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kartu Praktikum
2. Kartu Rencana Study (KRS)
3. Laporan Mingguan
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mesin perkakas bisa juga di gerakan oleh manusia bila dirancang dengan
tepat. Para ahli sejarah teknologi berpendapat bahwa mesin perkakas
sesungguhnya lahir ketika keterlibatan manusia dihilangkan dalam proses
pembentukan atau proses pengecapan dari berbagai macam peralatan. Mesin
bubut pertama dengan kontrol mekanis langsung terhadap alat potongnya adalah
sebuah bubut potong ulir pada tahun 1483. Mesin bubut ini membentuk aliran ulir
pada kayu.Mesin perkakas pertama yang dijual untuk umum diciptakan oleh
Matthew Murray di England sekitar tahun 1800.
1. Mesin Bor
2. Mesin Hobbing
3. Mesin Bubut
4. Mesin Frais/Miling
5. Mesin Ketam
6. Mesin Gerinda
1. Bagaimana prinsip kerja dari mesin frais/milling, mesin bor, mesin bubut, tap
dan snai ?
1.3 Tujuan
Bab II. Pembahasan,membahas mata pahat, dan bagian bagian mesin bubut,
mesin bor, mesin frais/ milling, tap dan snai
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada gambar 1 dapat dilihat bentuk-bentuk benda kerja yang dibuat oleh
mesin bubut tersebut.Meskipun ada juga kemampuan-kemampuan lain yang dapat
dikerjakan oleh mesin tersebut.
Dd
Tangen =
2p
16
Dimana :
D = diameter besar
d = diameter kecil
p = panjang tirus
Setelah diketahui Tg , maka besarnya sudut x dilihat pada daftar berikut ini:
Tabel 2.1 Pembuatan Sudut Tirus
X Tg X Tg X Tg X Tg X Tg X Tg X Tg X Tg X Tg
1 20 11 194 21 383 31 600 41 869 51 1234 61 1804 71 2904 81 6313
2 38 12 212 22 404 32 624 42 900 52 1279 62 1880 72 3077 82 7115
3 52i 13 230 23 424 33 649 43 932 53 1327 63 1962 73 3270 83 8114
4 70 14 249 24 445 34 674 44 965 54 1378 64 2050 74 3487 84 9814
5 87 15 267 25 466 35 700 45 1000 55 1428 65 2144 75 4010 85 1143
6 105 16 286 26 487 36 726 46 1035 56 1482 66 2246 76 4331 86 1430
7 122 17 305 27 509 37 753 47 1072 57 1540 67 2355 77 4704 87 J 908
8 140 18 324 28 531 38 781 48 1110 58 1600 68 2475 78 5144 88 2863
9 158 19 344 29 554 39 809 49 7750 59 1664 69 2605 79 5144 89 5729
10 178 20 364 30 577 40 839 50 1191 60 1732 70 2747 80 5671 90
Keterangan :
Angka Tg didalam table untuk :
X no 1 - 84 dalam per 1000 (/1000)
17
Dimana:
P = panjang seluruh kerjaan
p = panjang tirus
D = diameter besar
d = diameter kecil
X = penggeseran dari kepala lepas
13. Majukan eretan lintang 3 garis pada cincin pembagi, maka pahat maju
untuk penyayatan.
14. Putar cincin pembagi sehingga angka 0 lagi dan eretan lintang tidak boleh
bergerak.
15. Jalankan mesin.
16. Masukkan tua penghubung transporter pada waktu salah satu angka pada
penunjuk ulir bertepatan dengan angka 0.
19
17. Bila pahat sudah masuk pada pembebas, putarlah kembali eretan lintang
sehingga pahat bebas dari benda kerja.
18. Kembalikan eretan.
19. Hentikan mesin.
20. Periksalah jarak ulir dengan mal ulir yang sesuai dengan jumlah gangnya.
21. Kembalikan ujung pahat pada kedudukan semula dengan memutar eretan
lintang sehingga angka 0 segaris dengan angka 0 pada cincin pembagi.
22. Majukan pahat ulir untuk penambahan penyayatan sebanyak 3 garis
dengan memutar eretan atas.
23. Kembalikan cincin pembagi pada angka 0 segaris dengan angka 0.
24. Jalankan mesin.
25. Hubungkan tuas penghubung bila ujung pahat sampai pada saat angka
semula berhadap dengan angka 0.
26. Lepaskan tuas penghubung bila ujung pahat sampai pada alur pembebas
sambil eretan lintang kebelakang.
27. Kembalikan eretan lintang pada kedudukan semula dengan tangan.
28. Lakukan berulang-ulang seperti yang diterangkan dalam no. 21 s/d27
sampai selesai.
Catatan :
Dengan memajukan pahat ulir oleh eretan lintang, maka mengurangi
gesekan pahat.Untuk penghalusan pembuatan ulir, eretan lintang kita gerakan
cukup dengan menambah 1 garis dari cincin pembagi darikedudukan semula dan
eretan atas tidak dirubah kedudukannya, sehingga penyayatan seluruh bidang dari
ulir mendapat gesekan yang kecil. Lakukan hal ini 2 sampai 3 kali dengan
menambah penyayatan sehingga hasil dari ulir akan bagus. Setiap memulai
pembubutan harus menggunakan lonceng (thread dial) yaitu pada saat
akanmemulai pembubutan, jarum dengan angka yang telah ditentukan harus tepat
bertemu, langsung handle otomatis dijalankan, bila sampai ulir, handle dilepas.
4 Cs
n=
D
Dimana:
Cs = Kecepatan potong, dapat dilihat dalam tabel (ft/men)
D = Diameter bahan dalan inchi
n = Putaran mesin (rpm)
Tabel penyayatan dapat pula dicari dengan rumus :
D-d
t=
2
Kecepatan memotong juga dapat ditentukan dengan rumus :
1000 x Cs
n=
II. D
Dimana :
n = Putaran mesin (rpm)
Cs = Kecepatan potong (m/menit)
D = Diameter benda kerja dalam meter
22
menggeser dan memutuskan benda kerja di ujung pahat pada satu bidang geser
(shear plane).
1. Straight Chips
2. Snarling Chips
2. Tebal geram
H = f sin k (mm)
( / )
=
di mana:
tc = lebar geram sesudah pemotongan (mm)
t0 = tebal geram mula-mula (mm)
Dalam proses pemotongan sudut geser sangatditentukan oleh sudut geram
(rake angle).
3. Shear strain
Shear strain menunjukkan banyaknya deformasi plastis yang terjadi,
dirumuskan dengan
=
( )
Ashi = (mm2)
Dimana :
28
A = b.h (mm2)
B = lebar geram (mm)
h = tebal geram sebelum dilakukan pemotongan (mm)
= (mm)
sin
= . (mm)
4. Temperatur Pemotongan
Pada proses pemotongan hampir seluruh energi pemotongan diubah
menjadi panas melalui proses gesekan antara geram dengan pahat dan antara pahat
dengan benda kerja, serta perusakan molekuler atau ikatan atom pada bidang
geser (shear plane). Ada tiga sumber panas yang dihasilkan ketika melakukan
proses pemotongan :
1. Panas yang dihasilkan ketika tool mengubah bentuk ( bekerja) pada
logam
2. Friksi pada muka potong (cutting face)
3. Friksi pada tool flank
Pemanasan yang paling tinggi terjadi pada ujung pahat, kemudian diikuti
dengan geram dan benda kerja.
29
9. Hubungan Gaya Geser Laju Regangan Dan Kerja Pada Bidang Geser
Geram terputus karena adanya tegangan geser (shearing stress) yang
bekerja pada bidang geser (shear plane) dan melebihi kekuatan logam/benda
kerja. Apabila gaya geser besar maka kerja yang terjadi pada bidang geser juga
akan semakin besar.
F = Ashi.shi
di mana :
Ashi = luas penampang bidang geser
= tegangan geser (shear stress) pada bidang geser, sehingga gaya geser
dapat ditulis dengan,
.
=
Dari rumus di atas maka dapat diketahui bahwa nilai gaya geser dipengaruhi
oleh :
1. Luas penampang geram sebelum terpotong (A = a.f) apabila nilainya semakin
besar maka gaya juga akan semakin besar. Padahal luas penampang geram
34
dipengaruhi oleh pemakanan (feed). Maka jika pemakanan semakin besar maka
akan mengakibatkan gaya geser semakin besar pula.
2. Tegangan geser dari benda kerja nilainya tergantung dari kekuatan tarik benda
kerja, semakin besar kekuatan tariknya maka nilai tegangan geser juga akan
semakin besar.
3. Sudut geser (shear angle) yang semakin besar akan memberikan gaya potong
yang besar.
35
Spindel mesin milling adalah bagian dari sistem utama mesin millingyang
bertugas untuk memegang dan memutar cutter hingga menghasilkan putaran atau
gerakan pemotongan.
Gerakan pemotongan pada cutter jika dikenakan pada benda kerja yang
telah dicekam maka akan terjadi gesekan/tabrakan sehingga akan menghasilkan
pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini dapat terjadi karena material
penyusun cutter mempunyai kekerasan diatas kekerasan benda kerja.
2.2.2 Bagian-Bagian Mesin Frais
1. Spindle utama
Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat. Untuk
mencekam alat potong.
2. Meja / table
Merupakan bagian mesin milling, tempat untuk clamping device atau
benda kerja.
3. Motor drive
Merupakan bagian mesin yang berfungsi menggerakkan bagian bagian
mesin yang lain seperti spindle utama, meja ( feeding ) dan pendingin (
cooling ).
4. Tranmisi
Merupakan bagian mesin yang menghubungkan motor penggerak dengan
yang digerakkan.
5. Knee
Merupakan bagian mesin untuk menopang / menahan meja mesin. Pada
bagian ini terdapat transmisi gerakan pemakanan ( feeding ).
6. Column / tiang
Merupakan badan dari mesin. Tempat menempelnya bagian bagian
mesin yang lain.
7. Base / dasar
Merupakan bagian bawah dari mesin milling. Bagian yang menopang
badan / tiang. Tempat cairan pendingin.
29
8. Control
Merupakan pengatur dari bagian bagian mesin yang bergerak.
N 40
n
Z 5
2
6
3
16
6
24
= 6 Putaran, 16 Lubang,
Padaketinggian24
putar poros cacing 6 2/3 putaran,. Untuk tepatnya pembagian tersebut harus
menggunakan plat pembagi yang memiliki lubang, apabila dibagi 3 hasilnya
genap. Untuk ini dipilh pembagi dengan jumlah 24 sehigga putaran poros cacing
diputar 6 putaran ditambah 16 lubang.
2.2.10 Memasang Benda Kerja Pada Penjepit Universal Dengan Tiga Cekam
Penjepit cekam dipasang pada kepala pembagi dalam keadaan tegak Iurus
terhadap meja kerja.Penjepit cekam tiga biasanya untuk menjepit benda kerja yang
bulat dan pendek.
Pada frais gigi untuk tiap-tiap ukuran DP terdiri dari satu set yang
mempunyai 8 nomor yaitu dari no.1 s/d 8. nomor-nomor tersebut gunanya untuk
pembuatan jumlah gigi-gigi tertentu sesuai kebutuhannya. Dibawah ini dapat
diperhatikan contoh dari satu set cutter modul frais gigi.
Tabel 2.3 Contoh Dari Satu Set Cutter Modul Frais Roda Gigi
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
cutter
Jumlah 12-13 14-16 17-20 21-25 26-34 35-54 55-134 135-
gigi rack
50
bantuan roda gigi lurus dan gigi rack yang dapat mengatur tekanan pemakanan
saat pengeboran.
2. Mesin Bor Lantai
Mesin bor lantai adalah mesin bor yang dipasang pada lantai. Mesin bor
lantai disebut juga mesin bor kolom. Jenis lain mesin bor lantai ini adalah mesin
bor yang mejanya disangga dengan batang pendukung. Mesin bor jenis ini
biasanya dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat.
3. Mesin Bor Radial
Mesin bor radial khusus dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja
yang besar dan berat. Mesin ini langsung dipasang pada lantai, sedangkan meja
mesin telah terpasang secara permanen pada landasan atau alas mesin.
4. Mesin Bor Koordinat
Mesin bor koordinat pada dasarnya sama prinsipnya dengan mesin bor
sebelumnya. Perbedaannya terdapat pada sistem pengaturan posisi pengeboran.
Mesin bor koordinat digunakan untuk membuat/membesarkan lobang dengan
jarak titik pusat dan diameter lobang antara masing-masingnya memiliki ukuran
dan ketelitian yang tinggi. Untuk mendapatkan ukuran ketelitian yang tinggi
tersebut digunakan meja kombinasi yang dapat diatur dalam arah memanjang dan
arah melintang dengan bantuan sistem optik. Ketelitian dan ketepatan ukuran
dengan sisitem optik dapat diatur sampai mencapai toleransi 0,001 mm.
Lubang dan tangkai tirus dibuat menurut tirus morse, yaitu ketrirusan
menurut standar internasional.
Tabel 2.4 Ukuran Tirus
MORSE DIAMETER TIRUS
TERBESAR
Morse 1 12,20 mm
Morse 2 18,00 mm
Morse 3 24,10 mm
Morse 4 31,60 mm
Dimana:
U = Keliling bibir mata potong bor
D = Diameter mata bor
P = 3.1
Jarak keliling pemotongan mata bor tergantung pada diameter mata
bor.Waktu pemotongan juga menentukan kecepatan pemotongan. Oleh karena itu
jarak yang ditempuh oleh bibir pemotong mata bor harus sesuai dengan kecepatan
putar mata bor. Berdasarkan hal tersebut maka jarak keliling bibir pemotongan
mata bor (U) selama n putaran per menit dapat dihitung dengan rumus:
U=pxdxn
Dimana:
U = keliling bibir potong mata bor
D = Diameter mata bor
N = putaran mata bor per menit
Biasanya kecepatan potong dilambangkan dengan huruf V dalam satuan
meter per menit. Jarak keliling yang ditempuh mata bor adalah sama dengan jarak
atau panjangnya bram yang terpotong dalam satuan panjang per satuan waktu.
Berdasarkan hal tersebut maka jarak keliling yang ditempuh mata potong
bor (U) sama dengan panjangnya bram terpotong dalam satuan meter per menit.
Berarti kecepatan potong sama dengan jarak keliling pemotongan mata bor. Maka:
V=U
V= p x d x n
(m/menit)
-3 0.025 0.050
36 0.050 0.100
6 12 0.100 0.175
12 25 0.175 0.375
25 dan 0.375 0.675
seterusnya
57
Panjang langkah = L + x + x
L = panjang benda kerja
x = kebebasan langkah kebelakang (1 12m)
x =kebebsan langkah kemuka (+ 6 mm)
60
Langkah mundur =2
Kecepatan potong :
Cs = n x L kaki : 3/5 menit
12
62
Cs = 5 x n x L kaki/menit atau n : 36 Cs
3 12 5L
n 7 Cs
L
n = banyak langkah tiap menit
Cs = kecepatan potong/cutting speed (dalam kaki/menit)
L = panjang langkah dalam inchi
Tabel 2.8 Daftar Cutting Speed (Cs) untuk Pahat HSS
Bahan yang dikerjakan Cs dalam m/menit
Mild steel 30
Cast iron 25
High carbon steel 16
Brass 70
Brouze 20
Allumunium 100
Contoh perhitungan :
Berapakah jumlah langkah yang diambil untuk menyekrap mild steel dengan
pahat HSS jika panjang langkah = 200 mm dan kecepatan potong Cs = 30
m/menit.
Perhitungan : Cs = 30 m/menit, L = 200
n = 600 Cs
L
= 600 . 30
200
= 90 langkah/menit
catatan :
63
Pahat-pahat sekrap yang besar dapat dipasang langsung pada penjepit (tool
post), sedangkan pahat-pahat yang kecil dipasang pada tool post dengan
perantaraan pemegang pahat (tool holder).
Dilihat dari bentuk dan fungsinya ada 3 macam tool holder, yaitu :
a. Tool holder lurus
b. Tool holder bengkok (tool hoder kiri atau kanan)
c. Universal tool holder, yaitu tool holder yang dapat menjepit pahat pada 5
kedudukan pahat (gambar 9). Dengan demikian universal tool holder lurus
atau sebagai tool holder kiri/kanan.
c. Kecepatan langkah.
d. Derajat kehalusan.
f. Kemampuan mesin.
47
Panjang langkah = L + x + x
L = panjang benda kerja
50
pena engkol pada waktu maju lebih jauh daripada jarak yang ditempuh pada
waktu mundur.
Perbandingan waktu : Langkah maju =3
Langkah mundur =2
Kecepatan potong :
Cs = n x L kaki : 3/5 menit
12
Cs = 5 x n x L kaki/menit atau n : 36 Cs
3 12 5L
n 7 Cs
L
n = banyak langkah tiap menit
Cs = kecepatan potong/cutting speed (dalam kaki/menit)
L = panjang langkah dalam inchi
Tabel 2.8 Daftar Cutting Speed (Cs) untuk Pahat HSS
Bahan yang dikerjakan Cs dalam m/menit
Mild steel 30
Cast iron 25
High carbon steel 16
Brass 70
Brouze 20
Allumunium 100
Contoh perhitungan :
Berapakah jumlah langkah yang diambil untuk menyekrap mild steel dengan
pahat HSS jika panjang langkah = 200 mm dan kecepatan potong Cs = 30
m/menit.
Perhitungan : Cs = 30 m/menit, L = 200
n = 600 Cs
L
= 600 . 30
53
200
= 90 langkah/menit
catatan :
Selain memperhatikan perhitungan diatas, dalam menentukan kecepatan langkah
juga ditentukan oleh :
d. Kehalusan yang diinginkan (finishing)
e. Kondisi mesin (kemampuan mesin dan getaran mesin)
f. Dalam pemakanan
2.4.17 Pahat Sekrap
Sudut-sudut pahat dapat dilihat pada gambar 2.4.9 adalah sebagai berikut:
Pahat-pahat sekrap yang besar dapat dipasang langsung pada penjepit (tool
post), sedangkan pahat-pahat yang kecil dipasang pada tool post dengan
perantaraan pemegang pahat (tool holder).
Dilihat dari bentuk dan fungsinya ada 3 macam tool holder, yaitu :
d. Tool holder lurus
e. Tool holder bengkok (tool hoder kiri atau kanan)
f. Universal tool holder, yaitu tool holder yang dapat menjepit pahat pada 5
kedudukan pahat (gambar 9). Dengan demikian universal tool holder lurus
atau sebagai tool holder kiri/kanan.
i. Kecepatan langkah.
55
j. Derajat kehalusan.
l. Kemampuan mesin.
47
Panjang langkah = L + x + x
L = panjang benda kerja
48
pena engkol pada waktu maju lebih jauh daripada jarak yang ditempuh pada
waktu mundur.
Perbandingan waktu : Langkah maju =3
Langkah mundur =2
Kecepatan potong :
Cs = n x L kaki : 3/5 menit
12
Cs = 5 x n x L kaki/menit atau n : 36 Cs
3 12 5L
n 7 Cs
L
n = banyak langkah tiap menit
Cs = kecepatan potong/cutting speed (dalam kaki/menit)
L = panjang langkah dalam inchi
Tabel 2.8 Daftar Cutting Speed (Cs) untuk Pahat HSS
Bahan yang dikerjakan Cs dalam m/menit
Mild steel 30
Cast iron 25
High carbon steel 16
Brass 70
Brouze 20
Allumunium 100
Contoh perhitungan :
Berapakah jumlah langkah yang diambil untuk menyekrap mild steel dengan
pahat HSS jika panjang langkah = 200 mm dan kecepatan potong Cs = 30
m/menit.
Perhitungan : Cs = 30 m/menit, L = 200
n = 600 Cs
L
= 600 . 30
51
200
= 90 langkah/menit
catatan :
Selain memperhatikan perhitungan diatas, dalam menentukan kecepatan langkah
juga ditentukan oleh :
g. Kehalusan yang diinginkan (finishing)
h. Kondisi mesin (kemampuan mesin dan getaran mesin)
i. Dalam pemakanan
2.4.25 Pahat Sekrap
Sudut-sudut pahat dapat dilihat pada gambar 2.4.9 adalah sebagai berikut:
Pahat-pahat sekrap yang besar dapat dipasang langsung pada penjepit (tool
post), sedangkan pahat-pahat yang kecil dipasang pada tool post dengan
perantaraan pemegang pahat (tool holder).
Dilihat dari bentuk dan fungsinya ada 3 macam tool holder, yaitu :
g. Tool holder lurus
h. Tool holder bengkok (tool hoder kiri atau kanan)
i. Universal tool holder, yaitu tool holder yang dapat menjepit pahat pada 5
kedudukan pahat (gambar 9). Dengan demikian universal tool holder lurus
atau sebagai tool holder kiri/kanan.
o. Kecepatan langkah.
53
p. Derajat kehalusan.
r. Kemampuan mesin
54
Panjang langkah = L + x + x
L = panjang benda kerja
x = kebebasan langkah kebelakang (1 12m)
x =kebebsan langkah kemuka (+ 6 mm)
57
Langkah mundur =2
Kecepatan potong :
Cs = n x L kaki : 3/5 menit
12
59
Cs = 5 x n x L kaki/menit atau n : 36 Cs
3 12 5L
n 7 Cs
L
n = banyak langkah tiap menit
Cs = kecepatan potong/cutting speed (dalam kaki/menit)
L = panjang langkah dalam inchi
Tabel 2.8 Daftar Cutting Speed (Cs) untuk Pahat HSS
Bahan yang dikerjakan Cs dalam m/menit
Mild steel 30
Cast iron 25
High carbon steel 16
Brass 70
Brouze 20
Allumunium 100
Contoh perhitungan :
Berapakah jumlah langkah yang diambil untuk menyekrap mild steel dengan
pahat HSS jika panjang langkah = 200 mm dan kecepatan potong Cs = 30
m/menit.
Perhitungan : Cs = 30 m/menit, L = 200
n = 600 Cs
L
= 600 . 30
200
= 90 langkah/menit
catatan :
60
Pahat-pahat sekrap yang besar dapat dipasang langsung pada penjepit (tool
post), sedangkan pahat-pahat yang kecil dipasang pada tool post dengan
perantaraan pemegang pahat (tool holder).
Dilihat dari bentuk dan fungsinya ada 3 macam tool holder, yaitu :
j. Tool holder lurus
k. Tool holder bengkok (tool hoder kiri atau kanan)
l. Universal tool holder, yaitu tool holder yang dapat menjepit pahat pada 5
kedudukan pahat (gambar 9). Dengan demikian universal tool holder lurus
atau sebagai tool holder kiri/kanan.
u. Kecepatan langkah.
v. Derajat kehalusan.
x. Kemampuan mesin.
62
D = D K
Dimana :
D = Diameter bor, satuan dalam mm/inchi
D = Diameter nominal ulir, satuan dalam mm/inchi
K = Kisar (gang).
64
Contoh :
a. Diameter lubang bor untuk mur M10 x 1,5 adalah 10 1,5 = 8,5 mm
b. Diameter lubang bor untuk mur W3/8x 16 adalah 3/8 1/16 = 5/16
Setelah dibor, kemudian kedua bibir lubang dicamfer dengan bor persing
di mana kedalamannya mengikuti standar cemper mur.Bentuk standar mur dan
baut untuk bermacam-macan jenis sudah ditentukan secara internasional dan ini
dapat ditemukan dalam buku gambar teknik mesin atau tabel-tabel mur/baut.
Contoh Urutan pengetapan dengan membuat ulir ukuran M10X1,5
1. Buatlah lubang pada benda kerja dengan diameter 8,5 mm
2. Pilih dan ambil mata tap M10 X 1,5 serta pasangkan pada tangkainya
3. Mulailah melakukan pengetapan dengan urutan pertama. yaitu tap no.1
(Intermediate tap) kemudian dilanjutkan dengan tap no. 2 (Tapper tap) untuk
pembentukan ulir,dan terakhir tap no. 3 (Botoming tap) dipergunakan untuk
penyelesaian.
3. memberikan tekanan yang seragam pada saat tangkai tap diputar searah
putaran jarum jam.
4. memberikan sedikit pelumas pada tap.
2. Pembuatan Baut
68
2.6.1 Snai
Snai adalah alat yang berfungsi untuk membuat alur pada benda hasil
pengeboran atau membuat ulir sekrup luar dan proses pembuatan ulir luar pada
baut atau batang besi.
3. Membuat ulir pada batang besi
a. Menyiku ujung batang benda kerja.
69
5. Memulai penyenaian.
a. menempatkan senai pada ujung batang yang telah dichamper.
b. Memberikan tekanan yang seimbang pada kedua ujung tangkai saat senai
diputar searah putaran jarum jam.
BAB III
PROSES KERJA
Setelah dipotong,jepit benda kerja pada cekam sampai benda kerja itu
senter mensetting nol benda kerja dengan menggunakan eretan induk, melintang
dan eretan atas,sampai menyentuh sedikit pada benda kerja kemudian membubut
rata dua permukaan benda kerja yang kecil sedalam 2 mm hingga panjang benda
kerja berkurang menjadi 30 mm kita bubut lurus permukaan sisi samping benda
kerja sedalam 6 mm hingga diameternya berkurang menjadi 20 mm sepanjang 20
mm dari sisa sepanjang 20 mm bubut lurus kembali dengan kedalaman 5 mm
hingga benda berdiameternya berkurang menjadi 10 mm sepanjang 15 mm
kemudian membubut lurus permukaan sisi samping benda kerja yang panjang
sedalam 6 mm hingga diameternya berkurang menjadi 20 mm sepanjang 75 mm
setelah itu bubut lurus kembali sisanya yang sepanjang 20 mm sedalam 11 mm
hingga diameternya berkurang menjadi 10 mm
Dd
Tangen =
2p
Dimana :
D = diameter besar
d = diameter kecil
p = panjang tirus
perhitunganya
tan = 20 15
2.27
tan = 0,0787801706
= 4,5 0
Setelah ketemu derajatnya eretan atas kita putar sampai 4,5 lalu seting nol
benda kerja kemudian bubut tirus sedalam 2,5 mm sampai ukuran diameternya
15mm. ingat dalam pembuatan tirus ini eretan yang digerakan hanya eretan atas
saja.
74
Setelah terbentuk tirus bor benda kerja pada bagian diameter kecil tirusnya
dengan kedalaman 15 mm dan diameter 10 mm Jepit benda kerja pada ragum
benda, kemuadian pada lubang yang dibor buat ulir dalam dengan menggunakan
alat Tap
Pasang kembali benda kerja yang panjang pada cekam mesin bubut untuk
membuat alur kasar menyilang pada permukaanya kemudian kita ganti pahat
bubut dengan alat kartel setelah itu nyalakan mesin bubut dan buat alur kasar
sepanjang 15 mm dan Finishing benda kerja dengan menggunakan amplas halus
Jangan lupa bersihkan alat dan mesin kemudian kembalikan alat Chroom
benda kerja agar mengkilap dan memperindah tampilan
75
Selesai
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Praktikum proses produksi menghasilkan produk seperti membubut
tirus,mengebor benda kerja,membuat roda gigi. Dari seluruh praktikum proses
produksi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mahasiswa jurusan teknik mesin harus dapat membaca, menganalisa, dan
membuat gambar teknik. Karena gambar teknik adalah awal dari
perancangan sebuah produk yang divisualisasikan melalui media gambar
yang memiliki standar. Dari gambar kita dapat mengetahui bentuk dan
berapa ukuran dari produk yang akan dibuat.
2. Mesin-mesin yang digunakan selama praktikum proses produksi adalah
mesin bor dan mesin konvensional seperti mesin bubut,mesin bor dan
mesin frais. Cara mengoperasikan mesin-mesin tersebut tidaklah sulit bila
kita dapat memahami komponen mesin beserta fungsinya. Tidak hanya itu,
kita juga harus mengenal jenis-jenis mata pahat pada mesin bubut, mata
pisau pada mesin frais, dan bagian dari mesin bor.
3. Untuk membuat produk yang baik dan berkualitas, setiap praktikan harus
memiliki kesungguhan, ketelitian, dan daya analisa yang tinggi pada saat
praktikum. Tingkat kepresisian dari suatu produk merupakan kunci utama
keberhasilan pada proses produksi.
4.2. Saran
78
DAFTAR PUSTAKA